Anda di halaman 1dari 8

4 PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA INDONESIA

Salah satu karakteristik Indonesia sebagai negara-bangsa adalah kebesaran, keluasan dan
kemajemukannya. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan terdapat 1.128 suku
bangsa dan bahasa, ragam agama dan budaya di sekitar 16.056 pulau. Untuk itu perlu
konsepsi, kemauan dan kemampuan yang kuat dan memadai untuk menopang kebesaran,
keluasan dan kemajemukan keIndonesiaan. Konsepsi tersebut disebut sebagai Empat Pilar
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara atau Empat Pilar Kebangsaan.

Empat pilar kebangsaan adalah tiang penyangga yang kokoh (soko guru) agar rakyat
Indonesia merasa nyaman, aman, tenteram dan sejahtera serta terhindar dari berbagai macam
gangguan dan bencana. Pilar adalah tiang penyangga suatu bangunan agar bisa berdiri secara
kokoh. Bila tiang rapuh maka bangunan akan mudah roboh. Empat pilar disebut juga fondasi
atau dasar yang menentukan kokohnya bangunan. Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara adalah kumpulan nilai-nilai luhur yang harus dipahami seluruh masyarakat. Dan
menjadi panduan dalam kehidupan ketatanegaraan untuk mewujudkan bangsa dan negara
yang adil, makmur, sejahtera dan bermartabat. Konsep Empat Pilar Kehidupan Berbangsa
dan Bernegara terdiri dari: Pancasila UUD 1945 NKRI Bhinneka Tunggal Ika

Empat pilar tersebut tidak dimaksudkan memiliki kedudukan sederajat. Setiap pilar memiliki
tingkat, fungsi dan konteks yang berbeda. Pada prinsipnya, Pancasila sebagai ideologi dan
dasar negara, kedudukannya berada di atas tiga pilar yang lain. Empat pilar tersebut
merupakan prasyarat minimal bagi bangsa Indonesia untuk berdiri kukuh dan meraih
kemajuan berlandaskan karakter kepribadian bangsa Indonesia sendiri. Setiap warga negara
Indonesia harus memiliki keyakinan bahwa empat pilar tersebut adalah prinsip moral
keIndonesiaan yang memandu tecapainya kehidupan bangsa yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.
Berikut penjelasan 4 Pilar Kebangsaan yaitu:

Pancasila
Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara. Sebagai dasar NKRI, Pancasila memiliki fungsi
sangat fundamental. Pancasila disebut sebagai sumber dari segala sumber hukum. Sifat
Pancasila yuridis formal maka mengharuskan seluruh peraturan perundang-undangan
berlandaskan pada Pancasila. Pancasila sebagai dasar filosofis dan sebagai perilaku
kehidupan. Artinya, Pancasila merupakan falsafah negara dan pandangan atau cara hidup
bagi bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk
mencapai cita-cita nasional. Pancasila menjadi karakter masyarakat Indonesia sehingga
menjadi identitas atau jati diri bangsa Indonesia. Pancasila merupakan rujukan, acuan
sekaligus tujuan dalam pembangunan karakter bangsa.

Dalam proses perumusan dasar negara, Presiden Soekarno menuangkan konsep dasar negara
ke dalam pengertian dasar falsafah (philosofische grondslag) dan pandangan komprehensif
dunia (weltanschauung) secara sistematik dan koheren. Pada 1 Juni 1945, Soekarno
mengemukakan pemikirannya tentang Pancasila, yaitu nama dari lima dasar negara
Indonesia, di depan sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI). Rumusan lima dasar negara sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 adalah:
Ketuhanan Yang Maha Esa. Kemanusaiaan yang adil dan beradab. Persatuan Indonesia.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau
perwakilan. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kelima sila tersebut sebagai satu kesatuan nilai kehidupan masyarakat Indonesia dan dasar
negara Republik Indonesia. Dasar negara ini kukuh karena digali dan dirumuskan dari nilai
kehidupan rakyat Indonesia yang merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa.
Karena itu Pancasila disepakati secara nasional, merupakan perjanjian luhur yang harus
dijadikan pedoman bagi bangsa, pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia.

UUD 1945
Nilai-nilai luhur Pancasila tertuang dalam norma-norma yang terdapat dalam Pembukaan dan
Batang Tubuh UUD 1945. Norma konstitusional UUD 1945 menjadi acuan dalam
pembangunan karakter bangsa. Keluhuran nilai dalam Pembukaan UUD 1945 menunjukkan
komitmen bangsa Indonesia untuk mempertahankan pembukaan dan bahkan tidak
mengubahnya. Terdapat empat kandungan dalam Pembukaan UUD 1945 yang menjadi
alasan komitmen untuk tidak mengubahnya, yaitu: Terdapat norma dasar universal bagi
tegaknya sebuah negara yang merdeka dan berdaulat. Terdapat empat tujuan negara yaitu
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darahnya, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia. Pembukaan UUD 1945 mengatur ketatanegaraan Indonesia khususnya tentang bentuk
negara dan sistem pemerintahan Nilainya sangat tinggi bagi bangsa dan negara Indonesia
sebab dalam Pembukaan UUD 1945 terdapat rumusan dasar negara yaitu Pancasila.

NKRI
Dalam Pasal 1 ayat 1 UUD 1945 disebutkan negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang
berbentuk republik. Dalam pembangunan karakter bangsa dibutuhkan komitmen terhadap
NKRI. Karakter yang dibangun pada manusia dan bangsa Indonesia dalah karakter yang
memperkuat dan memperkukuh komitmen terhadap NKRI. Bukan karakter yang berkembang
secara tidak terkendali, apalagi menggoyahkan NKRI. Maka rasa cinta terhadap tanah air
perlu dikembangkan dalam pembangunan karakter bangsa. Pembangunan karakter bangsa
melalui pengembangan sikap demokratis dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia.
Pembangunan karakter harus diletakkan dalam bingkai menjunjung tinggi persatuan dan
kesatuan bangsa, bukan memecah belah NKRI.

BHINNEKA TUNGGAL IKA


Bhinneka Tunggal Ika bertujuan menghargai perbedaan atau keragaman namun tetap bersatu
dalam ikatan sebagai bangsa Indonesia. Tidak bisa dipungkiri, Indonesia terdiri dari
beragamnya suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Keberagaman ini harus dipandang
sebagai kekayaan khasanah sosio-kultural, bersifat kodrati dan alamiah. Keberagaman bukan
untuk dipertentangkan apalagi diadu antara satu dengan yang lain sehingga berakibat pada
terpecah belah. Oleh sebab itu, Bhinneka Tunggal Ika harus dapat menjadi penyemangat
terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa.
KONSEP PRINSIP – PRINSIP NKRI / PERSATUAN DAN KESATUAN
INDONESIA MENUJU KESATUAN DAN PERSATUAN INDONESIA

PRINSIP BHINEKA TUNGGAL IKA

Seperti yang kita ketahui bahwa bangsa kita sangat kaya akan budaya karena terdiri dari
beragam bahasa, agama, suku, adat kebiasaan masyarakat. Prinsip ini mewajibkan kita
bersatu dalam Bangsa Indonesia, dan seperti yang kita tahu bahwa Bhineka Tunggal Ika
adalah semboyan bangsa Indonesia yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu.

PRINSIP NASIONALISME INDONESIA

Nasionalisme adalah sikap politik dari masyarakat yang mempunyai cita-cita dan tujuan yang
sama, sehingga bangsa ini merasakan adanya kecintaan dan kesetiaan terhadap bangsa
tersebut. Bukan berarti ketika kita mencintai bangsa ini, kita mendewakan bangsa sendiri.
Nasionalisme Indonesia tidak memaksa kita merasa lebih unggul daripada bangsa lain, tidak
memaksakan kehendak terhadap bangsa lain. Karena pandangan terhadap bangsa yang
berlebihan (terlalu cinta dengan bangsa) akan menciptakan sesuatu yang cenderung tidak
baik. Bertentangan dengan sila Pancasila pertama.

PRINSIP KEBEBASAN YANG BERTANGGUNGJAWAB

Kebebasan yang bertanggung jawab berarti setiap orang diberikan kebebasan untuk bertindak
dan bersikap sesuai dengan kemauannya, tentunya tanpa menyalahi Hak Asasi Manusia
sehingga orang yang melakukan kebebasan tersebut harus bisa bertanggungjawab. Sehingga
akhirnya tidak sampai merugikan orang lain. Dan jika sampai merugikan orang lain maka
harus berani menerima semua konsekuensi yang diperbuat.

PRINSIP WAWASAN NUSANTARA

Wawasan Nusantara adalah cara pandang beserta sikap bangsa Indonesia tentang diri dan
bentuk geografis berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Dalam pelaksanaan
wawasan nusantara, kesatuan wilayah dan bhineka tunggal ika sangat diutamakan guna
mencapai tujuan nasional. Fungsinya yaitu sebagai pedoman, dorongan, motivasi, dan rambu-
rambu dalam menentukan keputusan, kebijaksanaan, sekaligus perbuatan baik bagi
penyelenggara negara di tingkat daerah dan pusat bagi kehidupan di masyarakat, bangsa, dan
negara.

PRINSIP PERSATUAN PEMBANGUNAN UNTUK MEWUJUDKAN CITA-CITA


REFORMASI

Kita sebagai warga Negara Indonesia harus mampu mengisi kemerdekaan dan melanjutkan
pembangunan dengan stasiun akhir masyarakat yang adil dan makmur. Pembangunan
nasional dimodali dengan rasa persatuan
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN DAN
PENEGAKAN HUKUM
Ketaatan atau kepatuhan terhadap hukum yang berlaku merupakan konsep nyata dalam diri
seseorang yang diwujudkan  dalam  perilaku  yang   sesuai   dengan  sistem hukum yang
berlaku.  Tingkat kepatuhan hukum yang diperlihatkan oleh seorang warga negara, secara
langsung menunjukkan  tingkat kesadaran hukum yang dimilikinya. Kepatuhan hukum
mengandung arti bahwa seseorang memiliki kesadaran untuk:

A. Memahami dan menggunakan peraturan perundangan yang berlaku;


B. Mempertahankan tertib hukum yang ada
C. Menegakkan kepastian hukum.

Adapun ciri-ciri seseorang yang berperilaku sesuai dengan hukum yang berlaku dapat
dilihat dari perilaku yang diperbuatnya:

A. Disenangi oleh masyarakat pada umumnya;


B. Tidak menimbulkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain;
C. Tidak menyinggung perasaan orang lain;
D. Menciptakan keselarasan;
E. Mencerminkan sikap sadar hukum;
F. Mencerminkan kepatuhan terhadap hukum.

Perilaku yang mencerminkan sikap patuh terhadap hukum harus kita tampilkan dalam
kehidupan sehari baik di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara.
Berikut ini contoh perilaku yang mencerminkan kepatuhan terhadap hukum yang berlaku.

A. Dalam kehidupan di lingkungan keluarga, diantaranya: 


  1) mematuhi perintah orang tua;
  2) ibadah tepat waktu;
  3) menghormati anggota keluarga yang lain seperti ayah, ibu, kakak, adik dan sebagainya
  4) melaksanakan aturan yang dibuat dan disepakati keluarga.

B. Dalam kehidupan di lingkungan sekolah, diantaranya: 


  1) menghormati kepala sekolah, guru dan karyawan lainnya;
  2) memakai pakaian seragam yang telah ditentukan;
  3) tidak mencontek ketika sedang ulangan;
  4) memperhatikan penjelasan guru;
  5) mengikuti pelajaran sesuai dengan jadwal yang berlaku.

 C. Dalam kehidupan di lingkungan masyarakat, diantaranya:


  1) melaksanakan setiap norma yang berlaku di masyarakat;
  2) melaksanakan tugas ronda.
3) ikut serta dalam kegiatan kerja bakti 
4) menghormati keberadaan tetangga disekitar rumah 
5) tidak melakukan perbuatan yang menyebabkan kekacauan di masyarakat seperti
tawuran, judi, mabuk-mabukan dan sebagainya.
6) membayar iuran warga.
D. Dalam kehidupan di lingkungan bangsa dan negara, diantaranya: 
1) bersikap tertib ketika berlalu lintas di jalan raya; 
2) memiliki KTP; 
3) memili SIM; 
4) ikut serta dalam kegiatan pemilihan umum; 
5) membayar pajak; 
6) membayar retribusi parkir.
KONSEP HAM DAN HAK ASASI WARGA NEGARA
Hak Azasi Manusia (HAM) Istilah HAM pertama kali diperkenalkan oleh
Rooseveltketika Universal Declaration of Human Rights dirumuskanpada tahun 1948,
sebagai pengganti istilahthe Rights of Man.Dalam konstitusi Indonesia (UUD 1945)
digunakan istilah hakwarga negara yang oleh the Founding Father di maksudkansebagai
pemenuhan hak asasi manusia.Namun kedua istilahini ( Ham dan hak serta kewajiban warga
negara) dipergunakansecara resmi oleh MPR sebagaimana tercantum dalam Amandemen
kedua UUD 1945 (Bab X dan Bab X A) maupun dalam ketetapan MPR RI Nomor :
XVII/1998.

HAM merupakan suatu pemikiranyang dituangkan dalambentuk hukum. Pemikiran


HAM itu sangat legal formal danbermula di Eropa Barat sebagai tempat munculnya
pemikiranliberal. Para pemikir liberal seperti John Locke dan John S. Millyang menekankan
pada kebebasan manusia dan Montesquieuserta Rouseau yang menekankan pada equality,
menghendakiperlunya pembatasan peran negara/pemerintah. Menurutpemikiran liberal,
negara hanya berperan semata-mata sebagaialat untuk melindungi, menjamin unsur
kehidupan,kesejahteraan dan kebebasan. Bahkan lebih ekstrim dapatdikatakan peran negara
hanya peronda malam. Pemikiranliberal yang menekankan pada “kebebasan”, pada
dasarnyamenjunjung tinggi kepentingan individu. Hal mana berbedadengan pemikiran aliran
kiri yang menitikberatkan pada“golongan”.

Berlainan halnya dengan konsepsi liberal dan aliran kiri,konsepsi HAM menurut versi
Indonesia adalah HAM menurutsusunan masyarakat Indonesia. Dapat dikatakan pula
konsepsi HAM di Indonesia menitikberatkan pada keseimbangan antarahak Azasi dengan
kewajibanasazasi. Perbedaan konsepsi ituterletak pada ide dan aplikasi. HAM meskipun
demikian secrasubstansial.

HAM merupakan suatu konsep universal yang didalamnya terdapat aspek-aspek


kemanusiaan sebagai dasaryang tidak boleh dilanggar oleh siapapun dan dalam
kondisiapapun.HAM merupakan hak kodrat, hak dasar manusia, hakmutlak1. Menurut Jan
Matenson, HAMadalah hak-hak yangmelekat pada manusia, yang tanpa dengannya
manusiamustahil dapat hidup sebagai manusia2. Menurut Lopa, HAM adalah hak-hak yang
diberikan langsung oleh Tuhan YangMaha Pencipta (hak-hak yang bersifat kodrati). Oleh
karenanyatidak ada kekuasaan apapun di dunia yang dapatmencabutnya.

Dalam ketetapan MPR RI Nomor : XVII/1998 disebutkanbahwa HAM merupakan


hak dasar yang melekat padadirimanusia yang sifatnya kodrati, universal dan abadi
sebagaikarunia Tuhan Yang Maha Esa dan berfungsi untuk menjamin kelangsungan hidup,
kemerdekaan, perkembangan manusiadan masyarakat yang tidak boleh diabaikan, dirampas
ataudiganggu gugat oleh siapapun. Sedangkan dalam Undang-Undang nomor 39 tahun 1999
ditegaskan HAM adalahseperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaanmanusia
sebagai mahluk Tuhan YangMaha Esa danmerupakan anugrahNya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggidan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat danmartabat manusia. Dari rumusan ini jelaslah bahwa
hak azasiberbarengan dengan kewajiban dasar azasi manusia.

Bertitik tolak dari pemikiran maupun rumusan HAM diatas maka pada hakikatnya
HAM terdiri dari dua hak dasaryang paling fundamental yakni hak persamaan dan
hakkebebasan. Dari kedua hak dasar ini lahir HAM lainnya. Dengan kata lain tanpa kedua
hak dasar ini maka Hak Azasi Manusia lainnya sulit akan ditegakkan.
Lazimnya hak azasi dibagi dalam dua jenis yakni : hakazasi individual dan hak azasi
sosial. Hak azasi individual sebagai hak fundamental yang melekat pada pribadi manusia
individual ialah hak hidup dan perkembangan hidup.Umpamanya : hak atas kebebasan batin,
kebebasan menganutagama, kebebasan dalam hidup pribadi, hak atas nama baik,hak untuk
kawin dan hak membentuk keluarga. Sedangkan hak asazi sosial merupakan hak yang
melekat pada pribadimanusia sebagai mahluk sosial yang meliputi hak ekonomis,sosial dan
kultural. Umpamanya hak untuk memenuhikebutuhan hidup (pangan, sandang), kesehatan,
kerja,pendidikan. Dalam posisinya sebagai mahluk sosial, individumempunyai kewajiban
untuk membangun hidup bersama agarhak-hak di maksud dapat terwujud.

Konsepsi HAM yang diakui oleh negara kita seperti halnyanegara lainmenurut hukum
dapat dibagi menjadi dua kategoriyaitu:
a) Hak-hak pokok yang hanya dimiliki oleh para warga negara.
b) Hak-hak pokok yag pada dasarnya dimiliki oleh semua orang yang bertempat tinggal di
suatu negara tanpa memandang kewarganegaraannya.

Konsepsi dasar HAM mengalami perkembangan Menurut pendapat para ahli bahwa
HAM dibagi atas 4 generasi yakni :
1) Generasi I: menitik bertkan pada hak-hak pribadi politik danhukum
2) Generasi II: menekankan pada hak-hak dasar ekonomi, sosial danbudaya.
3) Generasi III: menekankan pada hak-hak suatu komunitas untukberkembang.
4) Generasi IV: menekankan pada perimbangan hak dan kewajibanwarga negara.

Berdasarkan pembagian ini nyatalah bahwa budaya terkaiteratdengan HAM. Budaya


dapat memotivasi manusia untukmempertahankan dan mengembangkan kehidupannya
denganbebas, bahkan dengan budaya apa yang dibutuhkan mnusia dapatterpenuhi.
Sebaliknya budaya akan berkembang sejalan denganaktivitas dan kreativitasmanusia dalam
mengaktualisasikan hakdan kewajiban azasinya. Oleh sebab itu dapatlah dikatakan
budayamerupakan suatu komplex aktivitas dan tindakan manusia yang berpola, salah satu
diantaranya hukum positif yang melindungi, danmenjamin perwujudan HAM.

Hak dan Kewajiban Warga Negara


Hak warga negara adalah suatu kewenangan yang dimiliki olehwarga negara guna
melakukan sesuatu sesuai peraturan perundang-undangan. Dengan kata lain hak warga
negara merupakan suatukeistimewaan yan menghendaki agar warga negara
diperlakukansesuai keistimewaan tersebut. Sedangkan Kewajiban warga negaraadalah suatu
keharusan yang tidak boleh ditinggalkan oleh warganegara dalam kehidupan bermasyarkat
berbangsa dan bernegara.Kewajiban warga negara dapat pula diartikansebagai suatu
sikapatau tindakan yang harus diperbuat oleh seseorang warga negarasesuai keistimewaan
yang ada pada warga lainnya.

Erat kaitannya dengan kedua istilah ini ada beberapa istilahlain yang memerlukan
penjelasan yaitu : tanggung jawab dan peranwarga negara. Tanggunjawab warga negara
merupakan suatukondisi yang mewajibkan seorang warga negara untuk melakukantugas
tertentu. Tanggung jawab itu timbul akibat telah menerimasuatu wewenang. Sementara
yang dimaksud dengan peran warganegara adalahaspek dinamis dari kedudukan warga
negara. Apabilaseorang warga negara melaksanakan hak dan kewajiban
sesuaikedudukannya maka warga tersebut menjalankan suatu peranan.Istilah peranan itu
lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaiandiri dan sebagai suatu proses.

Istilah peranan mencakup 3 hal yaitu :


a) Peranan meliputi norma yang dihubungkn dengn posisi seseorangdalam masyarakat.
Dalam konteks ini peranan merupakanrangkaian peraturan yang membimbing
seseorang dalamkehidupan kemasyarakatan.
b) Perananadalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukanoleh individu dalam
masyarakat sebagai organisasi. .
c) Peranan dapat juga dikatakan sebagai perilaku individu yangpenting bagi struktur
sosial masyarakat.

Dari pengertian diatas tersirat suatu makna bahwa hak dankewajiban warga
negara itu timbul atau bersumber dari negara.Maksudnya negaralah yang
memberikan ataupun membebankan hakdan kewajiban itu kepada warganya.
Pemberian/pembebanandimaksud dituangkan dalam peraturan perundang-
undangansehingga warga negara maupun penyelenggara negara memilikiperanan
yang jelas dalam pengaplikasian dan penegakkan hak sertakewajiban tersebut.

Anda mungkin juga menyukai