Anda di halaman 1dari 23

BAB I 

PENDAHULUAN 

1.1. Analisis Situasi 

Kelurahan Sikumana merupakan salah satu wilayah yang ada di Kecamatan Maulafa 
kota kupang yang mencakup 6 kelurahan ( Sikumana, Bello, Oepura, Naikolan, Kolhua,  dan
Fatukoa ), Nusa Tenggara Timur. Luas wilayah kecamatan maulafa yaitu 54,80  kilometer
persegi. 
Di kelurahan sikumana kecamatan maulafa, tim fogging dari dinas kesehatan kota 
kupang melaksanakan penyemprotan insektisida guna memberantas nyamuk demam 
berdarah dengue (DBD), yang dimana kegiatan Ini dilakukan disetiap halaman rumah 
warga. Hal ini meruapakan salah satu bentuk kepedulian pemerintah terkait pemberantasan 
nyamuk pada perumahan warga setempat. Kemudian masyarakat dianjurkan untuk 
mencegah perkembangbiakan sarang nyamuk (PSN) serta penerapan 3M plus. 
Berdasarkan data statistik dari BPS kota kupang, jumlah penduduk kelurahan sikumana 
mencapai 16.602 lebih jiwa. Kepadatan penduduk kilometer persegi mencapai 4.941 jiwa. 

Jumlah Penduduk Menurut Kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Sikumana Tahun 


2016 - 2018 

NO Kelurahan 2016 2017 2018

1 Sikumana  17.016 19.944 18.401

2 Bello  4.082 4.306 4.415

3 Oepura  15.876 16.744 17.169

4 Naikolan  8.564 9.032 9.263

5 Kolhua  7.799 8.224 8.433

6 Fatukoa  3.138 3.309 3.394

TOTAL 56.475 61.559 61.75


Dari tabel diatas, diketahui jumlah penduduk menurut kelurahan di wilayah kerja 
Puskesmas Sikumana , kelurahan Sikumana merupakan kelurahan dengan jumlah  penduduk
terbanyak dari tahun 2016 yaitu 17.016, tahun 2017 yaitu 19.944 dan tahun 2018  yaitu
18.401. Total tertinggi dari semua kelurahan yaitu pada tahun 2018 sebanyak 61. 075. 
Di kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa, ada satu wilayah yang memiliki daerah 
persawahan yang cukup luas ,dengan luas persawahan kurang lebih 1 Ha. Daerah itu 
benama Oelon. Oelon memiliki sumber mata airnya sendiri yang biasanya akan kering saat 
musim kemarau yaitu bulan Juni - November dan akan kembali mengalir pada saat musim 
hujan tiba. Pada musim panen padi, biasanya para petani akan menumpuk jerami atau sisa 
batang padi yang kering di ladang mereka dan dibiarkan begitu saja hingga musim 
menanam padi baru, baru mereka akan membakar jerami tersebut. Tumpukan jerami ini  bila
dibiarkan begitu saja dalam kurun waktu yang cukup lama, apalagi selama musim  hujan
dapat menampung air dan menjadi lembab dimana hal ini akhirnya menjadi tempat  yang
bagus untuk tempat perkembangbiakan vector DBD . hal ini menjadi salah satu faktor  yang
membuat Kelurahan Sikumana menjadi salah satu Kelurahan dengan penderita kasus  DBD
tertinggi di Kota Kupang. 
1.1.1 Analisis masalah 

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever 


(DHF) adalah penyakit akut dan dapat menyebabkan kematian mendadak jika tidak 
segera diberikan pertolongan. Obat untuk membasmi virus dan vaksin mencegah 
DBD hingga saat ini belum tersedia. Di musim hujan, hampir tidak ada daerah di 
Indonesia terkhususnya kelurahan sikumana yang terbebas dari serangan penyakit 
Demam Berdarah Dengue (DBD). Penelitian para ilmuwan menunjukkan bahwa 
Demam Berdarah Dengue (DBD) telah ditemukan di seluruh provinsi di Indonesia. a.
Epidemiologi 
Kota kupang merupakan daerah endemis DBD karena setiap tahunnya  selalu
ditemukan kasus DBD. Pada tahun 2018, telah terjadi 238 kasus DBD  dengan
didominasi oleh perempuan yakni sebesar 124 kasus dan laki-laki  sebanyak 114 kasus
dan tidak ada korban meninggal atau CFR = 0%. Dari  datadinkes kota kupang bahwa
angka kesakitan DBD tahun 2014-2018,  mengalami fluktuasi, dimana pada tahun
2014 sebesar 26.60 kasus per  100.000 penduduk, meningkat pada tahun 2017 menjadi
32 per 100.000  penduduk, dan kemudian meningkat pada tahun 2018 menjadi 56 per 
100.000 penduduk. Data menunjukkan bahwa ada kabupaten dengan kasuus 
terbanyak dan tertinggi adalah kota kupang. Total kasus Diketahui bahwa  periode
januari hingga ferbuari 2020 sudah terdapat 183 kasus DBD dari  semua puskesmas
yang ada di kota kupang.

Tabel distribusi kasus DBD Menurut jenis kelamin dan umur di  wilayah kerja
Puskesmas Sikumana tahun 2018 

Jenis kelamin
Umur Jumlah
Laki-laki  Perempuan

< 1 tahun  -  -  -

1-4 tahun  6  3  9

5-15 tahun  9  8  17

> 15 tahun  4  2  6

Jumlah  19  13  32


Dari tabel diatas, distribusi kasus DBD menurut jenis kelamin dan umur  di
wilayah kerja Puskesmas Sikumana tahun 2018 menunjukan kasus DBD  terbanyak
pada kelompok umur 5-15 tahun yaitu 17 kasus dan terbanyak  juga pada jenis
kelamin laki-laki yaitu 9 kasus. 

Tabel distribusi kasus DBD Menurut Kelurahan di wilayah kerja  Puskesmas


Sikumana 

Kecamatan  Jumlah

Sikumana  14
Belo  3

Oepura  8

Naikolan  2

Kolhua  2

Fatukoa  3

Total  32

Tabel diatas menunjukan kecamatan Sikumana merupakan kecamatan  dengan kasus


DBD terbanyak yaitu 14 kasus dari total 32 kasus distribusi  DBD menurut kelurahan
di wilayah kerja Puskesmas Sikumana.

Tabel distribusi kasus DBD Menurut bulan di wilayah kerja  Puskesmas


Sikumana 

Bulan  Jumlah

Januari  7

Februari  4

Maret  2

April  0

Mei  0

Juni  0

Juli  1

Agustus  0

September  1

Oktober  0
November  7

Desember  10

Total  32

Dari tabel diatas, distribusi kasus DBD menurut bulan di wilayah kerja  Puskesas
Sikumana menunjukan kasus DBD terbanyak pada bulan  desember yaitu sebanyak 10
kasus, dari total 32 kasus pada 12 bulan  tersebut. 
Kegiatan pencegahan dan penanggulangan DBD melalui kegiatan  abatesasi
massal maupun abatesasi iselektif sampai dengan saat ini  dihadapkan pada beberapa
kendala, antara lain tingginya angka kasus  kejadian DBD pada satu waktu tertentu ,
sehingga program pencegahan  terus dilakukan. 


b. Perilaku 

Perilaku manusia yang tidak acuh terhadap


lingkungan menjadi salah  satu penyebab banyaknya
kasus demam berdarah dengue (DBD). Hal ini  membuat
lingkungan sekitar tempat tinggal menjadi tempat
bersarangnya  nyamuk. perilaku tersebut seperti
membiarkan pakaian bekas pakai  digantung, tidak
menguras bak, serta membiarkan genangan air di sekitar 
tempat tinggal. Selain itu, saat musim hujan telah tiba
sehingga potensi  penyebaran DBD menjadi lebih tinggi.
Pada saat Musim penghujan jika kita  tidak peduli dengan
lingkungan, tidak mau menguras bak mandi, apalagi  ban-
ban bekas dibiarkan di dekat pemukiman, botolbotol
bekas, kaleng kaleng bekas, dan plastik-plastik bekas
minuman kemasan dapat  meningkatkan jumlah
penyebaran DBD.  
Di daerah Sikumana, kebiasaan masyarakatnya yang
membuang sampah  di sembarang tempat, hal ini dapat
dilihat dari banyaknya sampah yang  bertebaran di jalanan
saat kita melewati area Sikumana. Orang-orang yang 
beraktivitas di luar ruangan tidak menggunakan lotion
anti nyamuk dan  pakaian yang kurang tertutup sehingga
memudahkan nyamuk untuk  menggigit. Secara ekonomi,
masyarakat sikumana rata-rata memiliki  pendapatan
menengah ke atas sehingga perilaku membuang sampah
dan  tidak menggunakan lotion saat keluar ruangan bukan
dikarenakan faktor  ekonomi atau tidak tersedianya
tempat sampah melainkan karena kesadaran  pribadi yang
mempengaruhi perilaku masyarakat Sikumana. 
c. Pelayanan Kesehatan 

Fasilitas kesehatan (Puskesmas) sudah sangat


memadai dimana sudah  ada tempat rawat inap (seperti
Rumah Sakit mini). Karena masih banyak  orang yang
sakit, dapat disimpulkan bahwa upaya promotif dan
preventif di  wilayah kerja Puskesmas Sikumana belum
efektif. Manajemen pelayanan  kesehatan sudah baik
(Pos. Kupang). Puskesmas Sikumana juga  menyiapkan
kotak masukan bagi para pengunjung agar masukan
tersebut  dapat menjadi suatu dorongan untuk dapat
melayani lebih baik lagi ke depan  dan masyarakat
menerima pelayanan yang memuaskan.


d. Lingkungan  
• Lingkungan fisik : curah hujan yang lebih tinggi di
Sikumana  membuat muncul banyak tempat
perindukan nyamuk. 
• Lingkungan biologi : di daerah Sikumana terdapat lahan
yang  ditumbuhi rumput liar yang menjulang tinggi.
Tempat-tempat seperti  
ini menjadi tempat yang sangat baik untuk perkembangbiakan  

nyamuk. 

• Lingkungan sosial : di wilayah kerja Puskesmas


Sikumana,  Kelurahan Sikumana merupakan tempat
paling padat penduduk.  
Semakin padat penduduk maka akan berpengaruh pada proses  

transmisi virus dengue dimana kepadatan penduduk akan  

memperbesar risiko penularan dari satu orang ke orang lainnya. 

1.1.2. Sasaran  

• Sasaran primer : pemuda 

• Sasaran Sekunder : Tokoh Masyarakat, Tokoh agama,  

Tokoh adat  

• Sasaran Tersier : Pihak Kelurahan  

1.2. Permasalahan yang dihadapi sasaran  

Demam berdarah dengue(DBD)banyak ditemukan di daerah


tropis dan sub  tropis.Peningkatam kasus DBD disebabkan karena
mobilitas penduduk dan arus  urbanisasi yang tidak
terkendali,kurangnya peran serta masyarakat dalam pengendalian 
DBD,kurangnya kerja sama antara lintas sektor dan lintas program
dalam pengendalian  demam berdarah,perubahan iklim yang
cenderung yang menambah jumlah habitat  vektor demam berdarah. 
Penyebab utama masalah kesehatan di daerah Sikumana
adalah perilaku dari  masyarakat Sikumana, dimana sampah yang
dibuang sembarangan padahal sudah  tersedia tempat sampah serta
terdapat tumpukan jerami sepada daerah persawahan  sehingga
terdapat banyak tempat perindukan nyamuk dari sampah dan
tumpukan jerami  yang banyak, serta masyarakat juga tidak
melakukan upaya preventif dengan  menggunakan lotion saat
beraktivitas di luar. 


BAB II 

PEMBAHASAN 

2.1.Solusi Permasalahan Sasaran 

Dengan melihat tingginya kasus demam berdarah dengue (DBD)


di kelurahan  Sikumana pada tahun 2020 dan juga sumber daya
(jerami) yang menjadi penyebab  tempat perindukan vektor penular
DBD, maka kami mengusulkan untuk melakukan  beberapa kegiatan
sebagai berikut: 
a. Melakukan penyuluhan tentang DBD. Kegiatan ini bertujuan
untuk  meningkatkan kesadaran dan pemahaman kaum muda
serta petani mengenai  Demam Berdarah Dengue, yang meliputi
penyebabnya, cara penularanya, cara  pencegahan dan
pengobatan serta bahaya yang ditimbulkan dari DBD itu 
sendiri. 
b. Melaksanakan pelatihan bagi kaum muda dan juga petani yang
ada di kelurahan  Sikumana dalam pembuatan pupuk kompos
dengan memanfaatkan jerami sisa  panen. Program ini bertujuan
untuk memutus rantai perkembangbiakan tempat  vektor DBD
(nyamuk Aedes Aegygpti).  
Kedua kegiatan ini merupakan gabungan dari upaya promosi
kesehatan dengan upaya  pemberdayaan masyarakat. Kegiatan
penyuluhan kesehatan tentang DBD memiliki tujuan  tersendiri yaitu
untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan pemahaman
masyarakat  sekitar mengenai ancaman DBD serta upaya yang dapat
dilakukan masyarakat agar  terhindar dari DBD. Sebagai implementasi
dari penyuluhan yang dilakukan maka akan  dilaksanakan pelatihan
masyarakat untuk menambah keterampilan mereka mengolah  jerami.
Kegiatan ini termasuk dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan
tujuan  agar masyarakat bisa secara mandiri mengatasi masalah
kesehatan yang terjadi di  lingkungannya. Jerami yang digunakan yaitu
jerami sisa panen petani yang merupakan  salah satu tempat
perkembangbiakan vektor penular DBD. Jerami-jerami ini akan 
dikumpulkan kemudian akan diolah secara bersama-sama menjadi pupuk
kompos yang  selanjutnya bisa berguna bagi masyarakat (dapat
digunakan kembali untuk menyuburkan  tanaman dan dapat menjadi
sumber pendapatan baru bagi masyarakat/mempunyai nilai  ekonomis). 
Untuk mencapai keberhasilan progam ini maka dilakukan beberapa
strategi sebagai  berikut:  
a. Melakukan Advokasi  

Sebelum kedua kegiatan ini dilaksanakan maka dilakukan upaya


pendekatan  dengan kepala desa, RT/RW yang menjadi sasaran
program ini agar memberikan  persetujuan serta dukungan fisik
dan non fisik  
b. Hubungan kemitraan 

Pelatihan pembuatan pupuk kompos tidak dapat dilakukan oleh


tim kesehatan oleh  karena itu tim akan melakukan kerjasama
atau bermitra dengan pihak dari dinas  pertanian Kota Kupang
yang mempunyai keterampilan dalam pelatihan itu untuk 
membantu masyarakat dalam pengolahan jerami menjadi pupuk
kompos. 
c. Pemberdayaan Masyarakat 

Strategi ini diwujudnyatakan dengan memberikan pelatihan


kepada kaum muda di  Kelurahan Sikumana tentang bagaimana
mengolah jerami menjadi pupuk kompos  yang dapat digunakan
untuk menyuburkan tanaman serta meningkatkan pendapatan 
masyarakat sekitar.  

2.2.Target Luaran (Hasil)/ Tujuan Dari Setiap Kegiatan 

Adapun luaran(hasil) yang diharapkan dari program ini yakni: 

a. Tujuan Umum 

Menurunkan angka kejadian DBD di Wilayah kerja Puskesmas


Sikumana sebesar 50%  di bulan Juni 2021  
b. Tujuan Khusus 

1. Meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan masyarakat wilayah


kerja  Puskesmas Sikumana akan bahaya DBD sebesar 80% di bulan
Juni 2021 2. Pemuda setempat memiliki ketrampilan dalam
mengubah limbah padi menjadi  pupuk yang nantinya bisa dijual
dengan minimal 2 kelompok pelatihan yang  berhasil
mengaplikasikan pelatihan pada bulan juni 2021

BAB III 

METODE PELAKSANAAN 

3.1.Metode akan dilakukan dalam pelaksanaan program ini adalah


sebagai berikut: 1. Tahap persiapan 
• Minggu ketiga dan keempat bulan Januari mempersiapkan
mulai dari  perjanjian melakukan kegiatan kepada Kepala
Kelurahan Sikumana hingga  melakukan koordinasi dan
kerjasama dengan pihak-pihak ahli untuk  melaksanakan
sosialisasi dengan Puskesmas Sikumana dan pelatihan 
pembuatan pupuk kompos oleh Dinas Pertanian Kota Kupang. 

• Minggu pertama dan kedua bulan Februari mempersiapkan


kegiatan berupa  pemantapan tempat kegiatan, persiapan
sarana dan prasarana, serta alat dan  media yang akan
digunakan dalam proses kegiatan. Pada minggu ini juga 
melakukan pengenalan atau sosialisasi kepada masyarakat
terkait program  yang akan dilaksanakan kepada sasaran.  
2. Tahap pelaksanaan 

• Sosialisasi 

Dalam pelaksanaan sosialisasi, kami bekerja sama


dengan Puskesmas  Sikumana untuk memberikan materi
tentang Demam Berdarah Dengue dan  kami jugabekerja
sama dengan Dinas Pertanian Kota Kupang untuk 
memberikan gambaran tentang pembuatan pupuk kompos
kepada  masyarakat Kelurahan Sikumana. Pada sosialisasi
ini akan diberikan  beberapa materi sebagai berikut:  
a. Definisi Demam Berdarah Dengue 

b. Faktor yang mempengaruhi terjadinya Demam


Berdarah Dengue c. Dampak yang timbul akibat
terjadinya Demam Berdarah Dengue d. Cara
mencegah dan menanggulangi Demam Berdarah
Dengue 
e. Materi tentang pembuatan pupuk kompos dari jerami
padi sisa  panen. 
Adapun waktu pelaksanaan sosialisasi adalah minggu
ketiga bulan Februari. • Pelatihan 
Dalam pelaksanaan pelatihan masyarakat, kami
bekerja sama dengan  Dinas Pertanian Kota Kupang
untuk memberikan pelatihan tentang 


pengolahan sekam padi menjadi produk kompos sehingga
dapat menambah  ekonomi warga Kelurahan Sikumana.
Pada tahap ini kami juga akan  memberitahukan pada
masyarakat untuk membawa peralatan sendiri dari  rumah
seperti ember pada saat melakukan pembuatan pupuk
kompos.  Adapun waktu pelaksanaan pelatihan adalah
Minggu keempat bulan  Februari. 
• Pembuatan pupuk kompos 

Dalam pelaksanaan pembuatan pupuk kompos yang


akan berperan ialah  para pemuda di Kelurahan
Sikumana. Adapun waktu pelaksanaan adalah  minggu
pertama bulan maret hingga akhir bulan April
dikarenakan  membutuhkan waktu sekitar 40-50 hari
pembuatan pupuk kompos. 
• Monitoring 

Monitoring dilakukan secara terus menerus selama proses


kegiatan  berlangsung. Selain itu, dilakukan juga evaluasi
setiap kali pertemuan. 

3. Tahap evaluasi 

Pada tahap evaluasi ini kami menilai apakah kegiatan advokasi


dan pelaksanaan  kegiatannya sesuai dengan rencana yaitu terkait
waktu, tepat, sasaran, dan juga  penganggaran yang telah disepakati
sebelumnya. Kami juga melihat pencapaian dari  program yang
dilaksanakan yaitu masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Sikumana  dapat merubah perilaku mereka yaitu menjaga kebersihan
lingkungan sehingga terjadi  penurunan kasus DBD dari periode
sebelumnya. 
a. Kapan Evaluasi Di laksanakan: 

kita akan melaksanakan evaluasi program pemberantasan


DBD, sebanyak 3  jenis evaluasi 
1) Evaluasi proses 
Evaluasi ini dilakukan selama penyelenggaraan program
berjalan.  Dilakukan pada minggu ke IV : 
a. Bulan Januari, 

b. Bulan Februari 

c. Bulan Maret 

d. Bulan April 

e. Bulan Mei

10 
2) Evaluasi hasil 

Dilakukan pada akhir kegiatan program yaitu pada minggu


ke-1 bulan mei 2021 3) Evaluasi dampak 
Dilakukan untuk melihat dampak program terhadap
perkembangan kasus DBD,  dilakukan pada minggu ke – 4
bulan Juni 2021 

b. Bagaimana Monitoring dan Evaluasi 

1) Monitoring 

Monitoring adalah upaya untuk mengikuti perkembangan


dari suatu program  yang sedang dilaksanakan dan
selanjutnya diupayakan jalan keluar atau  perbaikannya bila
terjadi penyimpangan-penyimpangan. Monitoring juga 
sering disimpulkan sebagai upaya mengumpulkan dan
menganalisis indikator  yang telah diseleksi guna membantu
manajer atau pengelola program untuk  mengukur apakah
aktivitas kunci telah dilaksanakan seperti direncanakan dan 
memperoleh efek yang diinginkan pada target populasi.
Pemantauan program  akan melihat beberapa hal yakni
keberhasilan advokasi, partisipasi masyarakat  dengan
penjelasan sebagai berikut : 
• Kegiatan Advokasi 

Yang kami pantau pertama yaitu sejauh mana jalannya


proses advokasi yang  kami lakukan, dengan melihat
apakah hasil yang kami harapkan sudah  tercapai atau
belum. Hasil yang kami harapkan yaitu dikeluarkannya
surat  himbauan sesuai dengan tenggang waktu yang kami
tetapkan. Apabila  terjadi keterlambatan maka kami akan
menyesuaikan kembali agar tidak  mempengaruhi
kegiatan selanjutnya. 
• Partisipasi Warga 

Partisipasi warga merupakan hal kedua yang menjadi


indikator monitoring.  Apabila partisipasi warga tidak
mengalami peningkatan maka kami akan  mendata dan
melakukan pendekatan kepada TOMA untuk mengajak
warga  sehingga terjadi peningkatan partisipasi warga.

11 
2) Evaluasi 

a. Evaluasi proses:  

Pada evaluasi proses yag dilakukan ialah melihat


apakah sumber daya  (waktu, tenaga, biaya) terpakai
secara efisien, melihat seberapa banyak  partisipasi
masyarakat selama kegiatan apakah sesuai target yang
kita  tentukan atau tidak, lalu kita juga melihat apa selama
kegiatan berlangsung  terdapat hambatan seperti dalam
penyampaian materi atau hal-hal lainnya.  
Evaluasi proses dilakukan selama program berjalan
untuk segera  memperbaiki masalah, agar program
berjalan baik. 
Evaluasi proses dilakukan oleh: 

- Pembuat program (kelompok 1) 

- Mitra program: Dinas Pertanian, Pihak kelurahan dan


Petugas  Puskesmas 
Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi proses
kegiatan yaitu: - Observasi 
- Pertemuan/rapat (curah pendapat) 

b. Evaluasi hasil  

Evaluasi hasil dilakukan setelah program dilaksanakan


untuk menilai  tingkat keberhasilan program. Evaluasi
hasil dilakukan oleh: 
- Pembuat program  

- Mitra program: Dinas Pertanian, Pihak kelurahan dan


Petugas  Puskesmas 
- Masyarakat: Tokoh masyarakat (RT/RW), Perwakilan
kelompok  petani dan Perwakilan pemuda 
Yang akan dievaluasi pada evaluasi hasil ialah: 

- Bagaimana tingkat keterlibatan masyarakat


terhadap kegiatan  program 
- Bagaimana pemenuhan tujuan program
(berhasil atau tidak) - Kekurangan selama
pelaksanaan program 
- Perbaikan yang harus dilakukan pembuat program
untuk program  selanjutnya  
Instrumen yang digunakan dalam evaluasi hasil yaitu: 

- Kusioner untuk peserta pelatihan 

12 
- Pertemuan antara penyelenggara, mitra dan masyarakat
(curah  pendapat) 
c. Evaluasi dampak 

Yang dilakukan dalam evaluasi dampak ialah menilai: 

- Bagaimana kelanjutan usaha pembuatan pupuk kompos


oleh  masyarakat 
- Bagaimana tingkat kasus DBD setelah terjadi
intervensi programs Instrument yang digunakan dalam
evaluasi dampak yaitu: 
- Pengamatan/ observasi  

- Melihat data DBD di Profil Kesehatan 2020


13 
BAB IV  

BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN  

4.1.ANGGARAN BIAYA KEGIATAN  

No.  Jenis pengeluaran  Biaya yang dibutuhkan (Rp)

1.  Peralatan penunjang  600.000

2.  Peralatan habis pakai  1.297.000

3.  Biaya pembuatan proposal/ surat menyurat 55.000

4.  Perjalanan / transportasi  140.000

Total biaya  2.092.000

✓ RINCIAN RENCANA ANGGARAN KEGIATAN 

No.  Peralatan penunjang  Dipakai (berapa kali)  Biaya per-unit  Jumlah

1.  Sewa camera  2  100.000  200.000

2.  Sewa LCD  2  100.000  200.000

3.  Sewa sound system  2  100.000  200.000

Sub Total (Rp)  Rp. 600.000

No.  Peralatan habis   Volume  Biaya per-unit  Jumlah

pakai

1.  Id card panitia  14  5.000  70.000

2.  Konsumsi   60  5.000  300.000

(penyuluhan)

3.  Konsumsi (pelatihan )  60  5.000  300.000


4.  Baliho  1  100.000  100.000

5.  Air minum  1 Dos  22.000  22.000

6.  Masker  1 dos (50pcs)  125.000  125.000

14 

7.  Sarung tangan  2 dos (50pcs)  150.000  300.000

8.  Sabun cuci tangan  2  40.000  80.000

Sub Total (Rp)  Rp. 1.297.000

No.  Biaya surat  Volume  Biaya per-rim  Jumlah

Menyurat

1.  Pembuatan proposal,  leaflet dan surat 1 Rim  55.000  55.000


lain lain

Sub Total (Rp)  55.000

No.  Perjalanan  Volume  Harga  Jumlah

1.  Penggunaan   7 motor  20.000  140.000

transportasi panitia 

Sub Total (Rp)  140.000

4.2.Jadwal kegiatan

N Jenis Bulan
o  kegiatan
Januari  Februari  Maret  April  Mei  Juni

I II  III  IV  I  II  III  IV  I  II  III  IV  I  II  III  IV  I  II  III  IV  I  II  III  IV
 
1.  Tahap persiapan

a.perjanji
an  
melakuka
n  
kegiatan
kepada 
Kepala
Keluraha

Sikuman
a

b.melak
ukan  
koordin
asi
dan  
kerjasa
ma  
dengan
mitra

c.pema
ntapan  
tempat  
kegiata
n

d.persia
pan  
sarana
dan  
prasara
na
serta  
melaku
kan  
pengen
alan 

15 

program  
kepada  
masyarakat

2.  Tahap  
pelaksanaan

a.sosialisasi 
tentang DBD

b.pelatihan  
tentang  
pengolahan  
pupuk kompos  
dari sekam  
padi

c.pembuatan  
pupuk kompos

3.  Tahap evaluasi

a. evaluasi  
proses
b.evaluasi hasil

c. evaluasi  
dampak

16
DAFTAR PUSTAKA 

Badan Pusat Statistik Kota Kupang. 2019. Kota Kupang Dalam Angka.
[Online]. Available  at:
https://kupangkota.bps.go.id/publication/2019/08/16/c9eb4ca850753ddc6
6b5151a/kota kupang-dalam-angka-2019.html
17 

Anda mungkin juga menyukai