Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

ACARA VI : DENSE MEDIUM SEPARATOR

FITRI FEBRIANA
D111 18 1009

DEPAERTEMEN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wrb.

Segala puji bagi Allah swt. Karena atas nikmat dan karunia-Nya kita diberikan
nikmat hidup dan kesehatan yang kita miliki saat ini, dan tidak lupa juga pada Nabi
Muhammad Saw Karena atas perjuangan Beliaulah sehingga kita dapat keluar dari
jaman kegelapan ke jaman yang terang benderang seperti sekarang. Melalui kata
pengantar ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu saya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan praktikum VI : Dense
Medium Separator dari mata kuliah Pengolahan Bahan Galian. Mulai dari dosen
pengampu mata kuliah Pengolahan bahan galian, kakak-kakak asisten yang
mendampingi selama kegiatan praktikum, dan teman-teman dari angkatan 2018 yang
bersama-sama melalui praktikun yang sama.

Saya bersyukur dengan adanya kegiatan lab walaupun ditengah berbagai


keterbatasan yang ada sekarang ini bisa meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
kami mengenai materi mata kuliah yang telah disampaikan oleh dosen. Semoga dari
laporan yang saya susun ini bisa bermanfaat bukan hanya untuk diri saya pribadi
melainkan juga bagi orang lain. Saya mohon maaf jika dalam penyusunan laporan ini
terdapat kesalahan karena sebagai penyusun juga tidak luput dari namanya salah.

Wassalamualaikum Wr. Wrb.

Gowa, 13 November 2020

ii
Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL i

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii

DAFTAR ISI .iii

DAFTAR GAMBAR iv

DAFTAR TABEL v
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan Praktikum 2

1.4 Manfaat Praktikum 2

1.5 Ruang Lingkup 2


BAB II DENSE MEDIUM SEPARATOR

2.1 Ganesa Batubara 3

iii
2.2 Mineral Matter 5
2.3 Parameter Kualitas Batubara 6
2.4 Pencucian Batubara 7
2.5 Dense Medium Separator 8
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Preparasi Sampel 11

3.2 Penimbangan Sampel 11


3.3 Prosedur Kerja 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil 19

4.2 Pengolahan Data 20

4.2 Pembahasan 22
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan 24

5.2 Saran 24

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Pembentukan Batubara.................................................................5

Gambar 3.1 Bagan Alir.....................................................................................10

Gambar 3.2 Menimbang Sampel Seberat 100 G.................................................11

Gambar 3.3 Mempersiapkan Alat dan Bahan.....................................................12

Gambar 3.4 Menghitung Volume Larutan Densitas.............................................12

iv
Gambar 3.5 Sampel Batubara 100 gr................................................................12

Gambar 3.6 Mengukur Volume Larutan PCE......................................................13

Gambar 3.7 PCE Dalam Gelas Beaker................................................................13

Gambar 3.8 Mengukur Volume Wax Bensin.......................................................13

Gambar 3.9 Mencampur Larutan......................................................................14

Gambar 3.10 Memasukan Sampel Batubara ke Dalam Larutan............................14

Gambar 3.11 Mengaduk Larutan Sampel............................................................14

Gambar 3.12 Menyaring Produk Mengapung pada Densitas 1,4...........................15

Gambar 3.13 Menyaring Produk Mengendap pada Densitas 1,4...........................15

Gambar 3.14 Menyaring Produk Mengendap pada Densitas 1,5...........................15

Gambar 3.15 Menyaring Produk Mengendap pada Densitas 1,5...........................16

Gambar 3.16 Menyaring Produk pada Densitas 1,6.............................................16

Gambar 3.17 Menimbang Produk.......................................................................16

Gambar 3.18 Menimbang Produk Sebesar 3 gr...................................................17

Gambar 3.19 Memasukkan Produk ke Furnace...................................................17

Gambar 3.20 Menggerus Produk........................................................................17

Gambar 3.21 Menimbang untuk Analisa Kadar Abu.............................................18

Gambar 3.22 Memasukan Produk ke Furnace.....................................................18

Gambar 3.23 Menimbang Kadar Abu Produk......................................................18

Gambar 4.1 Grafik Berat Pencucian Batubara....................................................19

Gambar 4.2 Grafik Persentase Kadar Abu..........................................................21

Gambar 4.3 Menimbang Kadar Abu Produk.......................................................18

v
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Produk Hasil Pencucian Batubara..........................................................19

Tabel 4.2 Hasil Percobaan Uji Kandungan Abu......................................................20

Tabel 4.3 Ditribusi Perubahan Kadar Abu.............................................................20

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengolahan bahan galian (mineral processing) merupakan salah satu bidang


disiplin ilmu pertambangan yang menghubungkan antara ilmu metalurgi dengan ilmu
bahan galian. Kajian utama dalam bidang ini adalah upaya untuk meningkatkan
kadar/kualitas bahan galian untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan
persyaratan konsumen. Proses pengolahan mineral dilakukan beberapa tahap,
contohnya yaitu kominusi dan separasi (Wills, 2016).
Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil yang merupakan batuan sedimen
yang dapat terbakar, dimana batubara ini terbentuk dari endapan organik terutama
sisa-sisa tumbuhan serta terbentuk melalui proses pembatubaraan. Dengan kata lain,
batubara merupakan bahan galian yang terbentuk dari sisa tumbuhan yang
terperangkap dalam sedimen dan dapat dipergunakan sebagai bahan bakar. Dalam
mengolah bahan galian batubara, salah satu proses yang dilakukan ialah melakukan
pencucian batubara (Ward, 1986).
Pencucian batubara merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk
memperbaiki kualitas dari batubara, agar batubara tersebut dapat memenuhi syarat
penggunaan tertentu. Pencucian batubara umumnya dilakukan karena batubara dari
hasil penambangan bukanlah batubara yang bersih, tetapi masih banyak mengandung
material pengotor sehingga dilakukanlah proses pencucian batubara. Manfaat dari
batubara ialah dapat dijadikan sebagai sumber energi dan biasanya digunakan sebagai
bahan bakar dalam proses pembakaran pada bahan galian lainnya seperti pada
pembuatan semen (Ward, 1986).
Berdasarkan penjelasan tersebut, untuk mengetahui bagaimana proses
pengolahan batubara maka dilakukanlah praktikum mata kuliah Pengolahan Bahan
Galian yang berkaitan dengan proses pencucian batubara. Dengan adanya pratikum
ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami tentang bagaimana proses pembentukan
batubara, mekanisme pencucian batubara, densitas dari larutan yang digunakan,
densitas dari batubara, serta mengetahui kadar abu dari batubara yang digunakan
selama praktikum.

1
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam praktikum ini sebagai berikut:

1. Bagaimana proses Dense Medium Separation.


2. Bagaimana cara pencampuran larutan PCE dan wash bensin untuk memperoleh
densitas larutan yang akan digunakan.
3. Bagaimana distribusi berat conto batubara yang terapung dan tenggelam
berdasarkan densitas.
4. Bagaimana perbandingan antara kadar abu sebelum dan sesudah pencucian.

1.3 Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini sebagai berikut:

1. Mengetahui dan memahami tentang proses Dense Medium Separation.


2. Mengetahui proses pencampuran larutan PCE dan wash bensin untuk
memperoleh densitas larutan yang digunakan.
3. Mengetahui distribusi berat conto yang terapung dengan yang tenggelama dari
batubara dari setiap densitas.
4. Mengetahui perbandingan antara kadar abu sebelum pencucian dengan kadar
abu setelah pencucian.

1.4 Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum ini yaitu terealisasinya salah satu pokok materi
pembelajaran mata kuliah Pengolahan Bahan Galian dalam bentuk praktikum.
Sehingga praktikan akan lebih memahami tentang proses pencucian batubara dengan
menggunakan metode dense medium separation karena praktikan mendapatkan
pengalaman langsung melakukan percobaannya menggunakan alatnya secara
langsung.

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup pada praktikum Pengolahan Bahan Galian acara VI ini dibatasi
pada lingkup teknik pencucian batubara berdasarkan specific gravity-nya. Praktikum ini

2
dilakukan pada hari Jumat, 6 Novermber 2020 bertempat di Laboratorium Analisis dan
Pengolahan Bahan Galian Fakultas Teknik Gowa Universitas Hasanuddin.

BAB II

DENSE MEDIUM SEPARATION

2.1 Genesa Batubara

Batubara merupakan bahan bakar hidrokarbon tertambat yang terbentuk dari


sisa tumbuh-tumbuhan yang terendapkan dalam lingkungan bebas oksigen serta
terkena pengaruh temperatur dan tekanan yang berlangsung sangat lama. Batubara
adalah bahan galian yang terbentuk dari sisa tumbuhan yang terperangkap dalam
sedimen dan dapat dipergunakan sebagai bahan bakar. Jenis sedimen ini terperangkap
dan mengalami perubahan material organik akibat dari timbunan (burial) dan
diagenesa. Batubara awalnya merupakan bahan galian yang terakumulasi dalam rawa-
rawa yang dinamakan peat. Pembentukan batubara memerlukan kondisi-kondisi
tertentu dan hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. zaman
karbon kira-kira 340 juta tahun yang lalu ialah masa pembentukan batubara yang
paling produktif (Rumidi, 1995).
Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa
tumbuhan purba yang mengendap di dalam tanah selama jutaan tahun. Endapan
tersebut telah mengalami berbagai perubahan bentuk atau komposisi sebagai akibat
dari adanya proses fisika dan kimia yang berlangsung selama waktu pengendapannya.
Oleh karena itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil. Terdapat dua
model formasi pembentuk batubara (coal bearing formation), yakni model formasi
insitu dan model formasi endapan material tertransportasi (teori drift) dengan
penjelasan sebagai berikut (Sudarsono, 2000):
1. Model formasi in-situ
Batubara terbentuk pada lokasi dimana pohon-pohon atau tumbuhan kuno
pembentuknya tumbuh. Lingkungan tempat tumbuhnya pohon-pohon kayu pembentuk
batubara itu adalah pada daerah rawa atau hutan basah. Kejadian pembentukannya
diawali dengan tumbangnya pohon-pohon kuno tersebut, disebabkan oleh berbagai
faktor seperti angin dan peristiwa lainnya. Pohon-pohon yang tumbang tersebut

3
langsung tenggelam ke dasar rawa. Air hujan yang masuk ke rawa dengan membawa
tanah atau batuan yang tererosi pada daerah sekitar rawa akan menjadikan pohon-
pohon tersebut tetap tenggelam dan tertimbun dan demikian seterusnya. Semakin
lama semakin teballah tanah penutup pohon-pohonan tersebut. Dalam hal ini pohon
tersebut tidak menjadi busuk atau tidak berubah menjadi humus, tetapi sebaliknya
mengalami pengawetan alami. Dengan adanya rentang waktu yang lama, puluhan
atau bahkan ratusan juta tahun, ditambah dengan pengaruh tekanan dan panas,
pohon-pohonan kuno tersebut mengalami perubahan secara bertahap, yakni mulai dari
fase penggambutan sampai ke fase pembatubaraan.
2. Model formasi transportasi material
Batubara terbentuk dari timbunan pohon-pohon kuno atau sisa-sisa tumbuhan
yang tertransportasikan oleh air dari tempat tumbuhnya. Dengan kata lain, pohon-
pohon pembentuk batubara itu tumbang pada lokasi tumbuhnya dan dihanyutkan oleh
air sampai berkumpul pada suatu cekungan dan selanjutnya mengalami proses
pembenaman ke dasar cekungan, lalu ditimbun oleh tanah yang terbawa oleh air dari
lokasi sekitar cekungan dan seterusnya. Perjalanan waktu yang panjang dan
dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur atau panas, maka terjadi perubahan
terhadap pohon-pohon atau sisa tumbuhan itu mulai dari fase penggambutan sampai
pada fase pembatubaraan.
Perbedaan tipe endapan batubara dari kedua formasi pembentukan tersebut
ialah batubara insitu biasanya lebih tebal, endapannya menerus, terdiri dari sedikit
lapisan dan relatif tidak memiliki pengotor. Sedangkan batubara yang terbentuk atau
berasal dari transportasi material biasanya memiliki lapisan yang tipis, endapannya
terputus-putus, banyak lapisan, banyak pengotor dan kandungan abunya tinggi
(Stanton, 1990).
Proses pembentukan batubara terdiri dari proses penggambutan (peatification)
dan proses pembatubaraan (coalification). Pada proses penggambutan terjadi
perubahan yang disebabkan oleh makhluk hidup atau disebut dengan proses biokimia,
sedangkan pada proses pembatubaran prosesnya adalah bersifat geokimia. Pada
proses biokimia, sisa-sisa tumbuhan atau pohon-pohon kuno yang tumbang itu
terakumulasi dan tersimpan dalam lingkungan bebas oksigen (anaerobik) di daerah
rawa dengan sistem drainase yang jelek, dimana material tersebut selalu terendam
beberapa inci di bawah muka air rawa. Pada proses ini material tumbuhan akan
mengalami pembusukan, tetapi tidak terlapukan. Material yang terbusukkan akan

4
melepaskan unusr-unsur hidrogen, nitrogen, oksigen, dan karbon dalam bentuk
senyawa-senyawa CO3, H2O, dan NH3 untuk menjadi humus. Selanjutnya bakteri-
bakteri anaerobik serta fungi merubah material menjadi gambut (peat) (Susilawati,
1992).

Gambar 2.1 Pembentukan batubara (Susilawati, 1992)

Proses pembatubaraan (coalification) terjadi proses diagenesis dari komponen-


komponen organik yang terdapat pada gambut. Peristiwa diagenesis ini menyebabkan
naiknya temperatur dalam gambut itu. Dengan semakin tebalnya timbunan tanah yang
terbawa air, yang menimbun material gambut tersebut, terjadi pula peningkatan
tekanan. Kombinasi dari adanya proses biokimia, proses kimia, dan proses fisika, yakni
berupa tekanan oleh material penutup gambut itu, dalam jangka waktu geologi yang
panjang, gambut akan berubah menjadi batubara. Akibat dari proses ini terjadi
peningkatan persentase kandungan karbon, sedangkan kandungan hidrogen dan
oksigen akan menjadi menurun, sehingga dihasilkan batubara dalam berbagai tingkat
mutu (Susilawati, 1992).

5
2.2 Mineral Matter

Batubara dapat tersusun atas bahan-bahan organik dan non organik, dengan
kandungan bahan organik pada batubara dapat mencapai lebih dari 75 %. Bahan
organik ini disebut maseral (maceral) yang berasal dari sisa tumbuhan dan telah
mengalami berbagai tingkat dekomposisi serta perubahan sifat fisik dan kimia baik
sebelum ataupun sesudah tertutup oleh lapisan di atasnya, sedangkan bahan
anorganik disebut mineral atau mineral matter. Kehadiran mineral dalam jumlah
tertentu akan mempengaruhi kualitas batubara terutama parameter abu, sulfur dan
nilai panas sehingga dapat membatasi penggunaan batubara. Keterdapatan mineral
dalam batubara bermanfaat dalam mempelajari genesa (Finkelman, 1993).
Mineral matter pada batubara dapat diartikan sebagai mineral–mineral dan
material anorganik lainnya yang berasosiasi dengan batubara (Ward, 1986). Secara
keseluruhan mencakup tiga gologan material, yaitu:
1. Mineral dalam bentuk partikel diskrit dan kristalin pada batubara
2. Unsur atau senyawa anorganik yang terikat dengan molekul organik batubara
dan biasanya tidak termasuk unsur nitrogen dan sulfur.
3. Senyawa anorganik yang larut dalam air pori batubara dan air permukaan.
Mineral matter pada batubara dapat berasal dari unsur anorganik pada
tumbuhtumbuhan pembentuk batubara atau disebut inherent mineral serta mineral
yang berasal dari luar rawa atau endapan yang kemudian di transport ke dalam
cekungan pengendapan batubara melalui air atau angin dan disebut extraneous atau
adventitious mineral matter (Falcon dan Snyman, 1986).
Berdasarkan atas kelimpahannya, maka mineral-mineral pada batubara dapat
dibedakan atas: mineral utama ( major minerals), mineral tambahan (minor minerals)
dan mineral jejak (trace minerals). Ranton menggolongkan mineral utama jika
kadarnya > 10 % berat, mineral tambahan 1-10 % dan mineral jejak, 1 % berat.
Umumnya yang termasuk mineral utama adalah mineral lempung dan kuarsa
sedangkan mineral minor yang umum adalah karbonat, sulfida dan sulfat (Ranton,
1982).

2.3 Parameter Kualitas Batubara

Kualitas Batubara ditentukan dengan analisis batubara di laboraturium,


diantaranya adalah sebagai berikut (Anggayana, 2002):

6
1. Analisis proksimat, yaitu analisis yang digunakan untuk memberikan data
mengenai Batubara, antara lain pengukuran kandungan moisture, kandungan
abu (ash), zat terbang (volatil matter) dan fixed carbon.
2. Analisis ultimat, yaitu analisis yang dilakukan untuk mengetahui komponen
pembentuk Batubara, terutama untuk parameter atau unsur karbon
(C), Hidrogen (H), Sulfur (S), Nitrogen (N) serta kandungan Oksigen (O2) dari
Batubara terebut.
Kualitas Batubara diperlukan untuk menentukan apakah batubara tersebut
menguntungkan untuk ditambang selain dilihat dari besarnya cadangan batubara di
daerah penelitian. Semakin tinggi kualitas batubara, maka kadar karbon akan
meningkat, sedangkan hidrogen dan oksigen akan berkurang (Anggayana, 2002).

Batubara bermutu rendah, seperti lignit dan sub-bituminus, memiliki tingkat


kelembaban (moisture) yang tinggi dan kadar karbon yang rendah, sehingga energinya
juga rendah. Semakin tinggi mutu batubara, umumnya akan semakin keras dan
kompak, serta warnanya akan semakin hitam mengkilat. Selain itu, kelembabannya
pun akan berkurang sedangkan kadar karbonnya akan meningkat, sehingga
kandungan energinya juga semakin besar (Anggayana, 2002).

2.4 Pencucian Batubara

Pencucian adalah usaha yang dilkakukan untuk memperbaiki kualitas batubara,


agar batubara tersebut memenuhi syarat penggunaan tertentu, termasuk didalamnya
pembersihan untuk mengurangi impurities anorganik. Karakteristik batubara dan
impurities yang utama ditinjau dari segi pencucian secara mekanis ialah komposisi
ukuran yang disebut size consist, perbedaan berat jenis dari material yang dipisahkan,
kimia permukaan, friability relatif dari batubara dan impuritiesnya serta kekuatan dan
kekerasan (Esterle, 2004).
Salah satu cara untuk membersihkan batubara adalah dengan cara mudah
memecah batubara ke bongkahan yang lebih kecil dan mencucinya. Beberapa sulfur
yang ada sebagai bintik kecil di batubara disebut sebagai pyritic sulfur, karena ini
dikombinasikan dengan besi menjadi bentuk iron pyrite dan selain itu dikenal sebagai
fool's gold serta dapat dipisahkan dari batubara. Secara khusus pada proses satu kali,
bongkahan batubara dimasukkan ke dalam tangki besar yang terisi air, batubara
mengambang ke permukaan ketika kotoran sulfur tenggelam. Fasilitas pencucian ini

7
dinamakan coal preparation plants yang membersihkan batubara dari pengotor-
pengotornya (Esterle, 2004).
Dalam pencucian batubara, yang harus dipertimbangkan ialah metode
pencucian mana yang akan diterapkan untuk mempersiapakan batubara sesuai
keperluan pasar, dan apakah pencucian masih diperlukan, karena pada prinsipnya
batubara dapat dijual langsung setelah ditambang. Kenyataannya penjualan langsung
setelah ditambang tidak berarti produser memperoleh keuntungan maksimum. Oleh
karena itu dalam memutuskan ini perlu dimasukan juga pertimbangan komersial untuk
menentukan kese-suaian alat yang digunakan dalam mencuci batubara syarat yang
diperlukan adalah ukuran butir dari batubara yang akan dicuci, specific gravity dan
kapasitas produksi yang digunakan. Alat-alat tersebut antara lain dense medium
separation, concentration table, jig dan flotation (Esterle, 2004).
Dalam proses pencucian batubara untuk memisahkan dari mineral pengotor,
dipakai berbagai jenis peralatan konsentrasi berdasarkan sifat-sifat batubara dari
mineral pengotor. Perbedaan tersebut dapat berupa sifat fisik atau mekanik dari
butiran tersebut, seperti halnya berat jenis, ukuran, warna, gaya sentripetal, gaya
sentrifugal ataupun desain peralatan itu sendiri (Anggayana, 2002).
Dengan demikian, pencucian batubara bertujuan untuk memisahkan dari
material pengotornya dalam upaya meningkatkan kualitas batubara sehingga nilai
panas berrtambah dan kandungan air serta debu berkurang. Batubara yang terlalu
banyak pengotor cenderung akan menurunkan kualitas batubara itu sendiri sehingga
tidak dapat diandalkan dalam upaya penjualan ke konsumen (Anggayana, 2002).
Uji endap apung (sink and float) adalah salah satu proses pemisahan antara
mineral berharga dengan mineral tidak berharga dengan mendasarkan pada
perbedaan berat jenis (densitas) antara mineral-mineral yang akan dipisahkan dengan
densitas suatu media. Batubara yang mengapung pada media merupakan batubara
bersih dan yang tenggelam adalah pengotor. Selain berdasarkan pada densitas, ukuran
partikel dan kekentalan (viskositas) mediapun akan mempengaruhi terhadap waktu
dan kecepatan jatuh partikel di dalam proses pemisahan (Sudarsono, 2000).

2.5 Dense Medium Separation

Dense Medium Separation (DMS) merupakan metode pemisahan mineral dan


batubara berdasarkan spesifik graviti yang disebut sebagai sink and float (tenggelam
dan terapung. Dense Medium Separation merupakan proses pencucian antara

8
terapung dan tenggelam dengan syarat tidak boleh terdapat material halus karena jika
material tersebut bersatu dengan air akan membentuk suspense yang tinggi dan juga
kental. Proses ini menghasilkan dua hasil pemisahan yaitu sink yang merupakan
batubara berat, sedangkan float merupakan batubara ringan atau yang diinginkan
(Wills, 2016).
Sebelum batubara dicuci lebih dulu dilakukan studi ketercucian batubara
(washibility test). Tes ini dilakukan pada saat eksplorasi batubara sehingga diketahui
apakah batubara yang akan ditambang perlu dilakukan studi ketercucian atau tidak.
Tujuan dilakukan Studi Ketercucian batubara adalah (Wills, 2016):
1. Mendapatkan gambaran mengenai kelakuan berbagi fraksi batubara apabila
dilakukan pencucian dengan memakai medium yang beda–beda.
2. Mengetahui perolehan batubara untuk fraksi tertentu.
3. Mendapatkan berat jenis media yang paling baik, sehingga didapatkan medium
yang paling baik untuk media pencucian dalam menapai persyaratan tertentu.
4. Meramalkan kesulitan yang mungkin dialami pada proses pencucian, dengan
memakai media tertentu dan untuk mengetahui berat jenis pencucian yang
paling baik.
Efisiensi operasi dense medium untuk secara ekonomis menghasilkan sebuah
produk layak jual pada nilai recovery tinggi memerlukan dense medium dengan sifat-
sifat yang sesuai. Sebuah dense medium yang ideal merupakan sebuah larutan yang
memiliki kriteria yaitu murah, dapat bercampur dengan air, densitasnya dapat diatur
dengan kisaran yang luas, tidak beracun, ramah lingkungan, non-corrosive, bersifat
inert, dapat dengan mudah dipisahkan dari masing-masing produk setelah pengolahan,
dapat digunakan berulang kali, stabil, dan memiliki viskositas rendah. Walaupun
medium yang ideal itu tidak ada, berbagai jenis dense medium telah dikembangkan
untuk digunakan dalam proses pencucian batubara. (Anggayana, 2002)
Jenis-jenis media yang digunakan secara industrial umumnya digunakan
sebagai larutan penyeparasi adalah sebagai berikut[ CITATION Leo79 \l 1033 \m San07]:

1. Larutan organik, sama dengan yang digunakan dalam float-sink test di


laboratorium.

2. Larutan encer, padatan terlarut dalam air.

3. Dense solid yang tergantung pada air.

9
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

Alur percobaan pencucian Batubara menggunakan larutan PCE dan wash


bensin dapat dilihat pada bagan alir dibawah ini.

10
Gambar 3.1 Bagan Alir

3.1 Preparasi Sampel

Preparasi sampel adalah proses persiapan suatu sampel agar layak untuk di uji
di laboratorium. Maksudnya adalah preparasi disini bertujuan untuk mempersiapkan
suatu zat yang akan di analisis di laboratorium. Sampel yang dipreparasi pada
praktikum kali ini adalah sampel batubara dengan berat 100 gr yang diremukkan

11
menggunakan crusher hingga mencapai ukuran 4 mesh. Preparasi juga dilakukan
sebelum mengukur kadar abu dari batubara. Sampel produk digerus dengan mortar.
Setelah penggerusan, sampel selanjutnya dihilangkan kadar airnya melalui
pembakaran pada furnace selama 1 jam.

3.2 Penimbangan Sampel

Penimbangan sampel bertujuan untuk mendapatkan berat sampel yang


dibutuhkan dalam praktikum sebesar 100 gram.

Gambar 3.2 Menimbang sampel seberat 100 g

3.3 Prosedur kerja pemisahan material

Percobaan praktikum DMS dilakuakan dengan 2 tahapan antara lain:


3.3.1 Proses Flotasi
Prosedur percobaan praktikum flotasi adalah sebagai berikut::

1. Menyiapkan alat yaitu gelas ukur, gelas baker, saringan, timbangan digital,
batang pengaduk, alat pemanas, sarung tangan karet, masker, dan alat tulis
serta bahan yaitu larutan PCE, larutan wax bensin, sampel batubara, tissue, dan
kantong sampel.

12
Gambar 3.3 Mempersiapkan alat dan bahan
2. Menghitung volume larutan PCE dan wax bensin yang akan dicampur pada
setiap densitas.

Gambar 3.4 Menghitung volume larutan densitas


3. Mengambil sampel batubara oversize yang akan diuji sebanyak 100 gram dan
memasukkan sampel tersebut ke dalam kantong sampel.

Gambar 3.5 Sampel batubara 100 gr

13
4. Mengukur volume larutan PCE yang akan digunakan pada densitas 1,4;1,5;1,6
sesuai dengan perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya dengan
menggunakan gelas ukur.

Gambar 3.6 Mengukur volume larutan PCE

5. Memasukkan volume larutan PCE yang terukur ke dalam gelas beaker.

Gambar 3.7 PCE dalam gelas beaker

6. Mengukur volume larutan wax bensin yang akan digunakan pada densitas
1,4;1,5;1,6 sesuai dengan perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya
menggunakan gelas ukur.

Gambar 3.8 Mengukur volume wax bensin

14
7. Memasukkan larutan wax bensin yang volumenya telah terukur ke dalam gelas
beaker yang telah terisi larutan PCE sebelumnya pada masing-masing densitas.

Gambar 3.9 Mencampur larutan

8. Memasukkan sampel batubara undersize 100 gram ke dalam campuran larutan


tadi.

Gambar 3.10 Memasukkan sampel batubara ke dalam


larutan

9. Mengaduk larutan sampel batubara tersebut hingga tercampur rata


menggunakan batang pengaduk.

Gambar 3.11 Mengaduk larutan sampel

15
10. Menyaring produk batubara yang mengapung pada larutan densitas 1,4
menggunakan saringan dan memindahkannya ke atas lembaran-lembaran
tissue.

Gambar 3.12 Menyaring produk mengapung pada


densitas 1,4

11. Menyaring produk yang mengendap pada densitas 1,4 dan memindahkannya ke
densitas 1,5.

Gambar 3.13 Menyaring produk mengendap


pada densitas 1,4

12. Menyaring produk batubara yang mengapung pada larutan densitas 1,5
menggunakan saringan dan memindahkannya ke atas tissue.

Gambar 3.14 Menyaring produk mengapung pada

16
densitas 1,5
13. Menyaring produk yang mengendap pada densitas 1,5 dan memindahkannya ke
densitas 1,6.

Gambar 3.15 Menyaring produk mengendap pada


densitas 1,5

14. Menyaring produk yang mengapung dan mengendap pada larutan dengan
densitas 1,6. dan menempatkannya di atas lembaran tissue secara terpisah.

Gambar 3.16 Menyaring produk pada densitas 16

15. Menimbang masing-masing produk dengan menggunakan timbangan digital.

17
Gambar 3.17 Menimbang produk

3.3.2 Analisa Kadar Abu


Prosedur Analisa kadar abu pada batubara adalah sebagai berikut:
1. Menimbang produk seberat ±3 gr untuk dilakukan proses pengurangan kadar
air.

Gambar 3.18 Menimbang Produk sebesar 3 gr

2. Masukkan produk ke dalam furnace untuk mengurangi kadar air selama 1 jam.

Gambar 3.19 Memasukkan Produk ke Furnace.

3. Menggerus masing-masing produk sesuai fraksi densitas menggunakan mortar


untuk analisa kadar abu.

18
Gambar 3.20 Menggerus produk.

4. Masing-masing produk yang telah di deashing selanjutnya ditimbang seberat 1


gr untuk dilakukan analisa kadar abu.

Gambar 3.21 Menimbang untuk Analisa Kadar Abu.

5. Masukkan produk yang telah ditimbang ke dalam furnace untuk analisa kadar
abu yang dilakukan selama 1 jam pada suhu 0-500° dan 1,5 jam pada suhu
500-815°.

Gambar 3.22 Memasukkan Produk ke Furnace.

19
6. Menimbang kembali masing-masing produk untuk mengetahui kadar abunya.

Gambar 3.23 Menimbang Kadar Abu Produk

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1 Tabel Hasil Pencucian Batubara


Hasil percobaan praktikum Pengolahan Bahan Galian Acara VI Dense Medium
Sepatation adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Produk Hasil Pencucian Batubara

Fraksi Densitas Berat Hasil Pencucian (gr)


Float 1.4 78.7522
Float 1.5 9.3805
Float 1.6 2.6756
Sink 1.6 11.4687
Total 98.52

20
Grafik Hasil Pencucian Batubara
90
80
70
60
Berat 9(gr)

50
40
30
20
10
0
Float 1.4 Float 1.5 Float 1.6 Sink 1.6
Fraksi Densitas (gr/cm3)

Gambar 4.1 Grafik Berat Pencucian Batubara

4.1.2 Hasil Kadar Abu Batubara


Hasil percobaan praktikum Pengolahan Bahan Galian Acara VI Dense Medium
Sepatation adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Hasil Percobaan Uji Kandungan Abu


Fraksi Berat Cawan Kosong Berat Cawan + Berat setelah
Densitas (W1) Sampel (W2) Pemanasan (W3)
Feed 11.1997 gr 12.1999 gr 11.5145 gr
Float 1.4 11.0171 gr 12.0191 gr 11.2637 gr
Float 1.5 11.1499 gr 12.1511 gr 11.5313 gr
Float 1.6 10.8653 gr 11.8693 gr 11.5872 gr
Sink 1.6 10.9750 gr 11.9758 gr 11.9154 gr

4.2 Pengolahan Data

4.2.1. Analisa Kadar Abu


Data yang diperoleh dari proses pemisahan dengan menggunakan metode
Dense Medium Separation kemudian dilakukan uji kadar abu sehingga diperoleh hasil.
Berikut adalah pengolahan data dari hasil percobaan proses uji kadar abu pada
batubara:
W 3−W 1
Kadar abu= ×100 %
W 2−W 1
11.5145 gr−11.1997 gr
Kadar abu Feed= ×100 %
12.1999 gr −11.1997 gr

21
0.3148 gr
Kadar abu Feed= ×100 %
1.0002 gr
Kadar abu Feed=31,47 %
11.2637 gr−11.0171 gr
Kadar abu float 1.4= ×100 %
12.0191 gr−11.0171 gr
0.2466 gr
Kadar abu Konsentr = ×100 %
1.0002 gr
Kadar abu Konsentr =24.61 %
11.5313 gr−11.1499 gr
Kadar abu float 1.5= × 100 %
12.1511 gr−11.1499 gr
0.3814 gr
Kadar abutailing= ×100 %
1.0012 gr
Kadar abutailing=38.09 %
11.5872 gr−10.8653 gr
Kadar abu float 1.6= ×100 %
11.8693 gr−10.8653 gr
0.7219 gr
Kadar abutailing= × 100 %
1.0004 gr
Kadar abutailing=72,16 %
11.9154 gr−10.9750 gr
Kadar abu sink 1.6= ×100 %
11.9758 gr−10.9750 gr
0.9404
Kadar abutailing= ×100 %
1.0008 gr
Kadar abutailing=93.96 %

Chart Title
70 67

60 56

50
Axis Title

40

3028

20 17

10

0
1.4 1.5 1.6 Sink 1.6
Axis Title

Gambar 4.2 Grafik Persentase Kadar Abu

4.2.2. Reduksi Kadar Abu

22
Berikut adalah distribusi data untuk mengetahui perubahan kadar abu pada
batubara:

Tabel 4.3 Distribusi perubahan kadar abu


Fraksi
Kadar Abu Awal Kadar Abu Akhir Reduksi Kadar Abu
Densitas
Float 1.4 31.47 % 24,61 % -27.87%
Float 1.5 31.47 % 38.09% 17.37%
Float 1.6 31.47 % 72.16 % 56.38%
Sink 1.6 31.47 % 93.96% 66.50%

kadar akhir−kadar abu awal


Float 1,4 = x 100 %
kadar abu Feed
24.61−31.47
= × 100
24.61
= -27.87 %

kadar akhir−kadar abu awal


Float 1,5 = x 100 %
kadar abu Feed
38.09−31.47
= × 100
38.09
= 17.37 %

kadar akhir−kadar abu awal


Float 1,6 = x 100 %
kadar abu Feed
72.16−31.47
= × 100
72.16
= 56,38%

kadar akhir−kadar abu awal


Sink 1,6 = x 100 %
kadar abu Feed
93.96−31.47
= × 100
93.96
= 66.50%

4.3 Pembahasan

Sampel yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sampel batubara.
Sampel batubara tersebut akan diuji untuk mengetahui kualitasnya, dengan metode
pencucian DMS (Dense Medium Separation). Prinsip kerja pencucian dengan ini adalah

23
reaksi dari batubara apakah mengendap atau tidak pada larutan dengan densitas
tertentu sehingga nantinya konsentrat dan tailing pada batubara dapat dipisahkan.
Larutan yang digunakan pada praktikum ini adalah campuran dari larutan PCE dan
larutan wash bensin. Pada praktikum ini diperoleh dua produk yang dihasilkan adalah
batubara yang mengapung dan Batubara yang mengendap ( sink dan float). Batubara
yang mengapung merupakan Batubara dengan kualitas yang baik sedangkan Batubara
yang mengendap merupakan pengotor.
Proses pencucian Batubara diawali dengan menghitung komposisi campuran
densitas larutan yang akan digunakan. Perhitungan densitas campuran menggunakan
persamaan yang telah diberikan. terdapat 3 campuran densitas yang digunakan pada
pencucian Batubara kali ini, yaitu densitas 1,4, densitas 1,5, dan densitas 1,6. Batubara
dimasukkan ke dalam sampel dengan densitas 1,4. Setelah itu dapat dilihat pemisahan
Batubara yang mengapung (float) merupakan Batubara yang memiliki kualitas yang
tinggi dan Batubara yang tenggelam ( sink) merupakan Batubara dengan kualitas yang
rendah. Sehingga diperoleh data berat Batubara yang mengapung pada densitas 1,4
yaitu sebesar 78,7522 gr. Pada densitas 1,5 sebesar 9,3805 gr, Pada densitas 1,6
sebesar 2,6758 gr dan pengotornya sebesar 11,4687 gr.
Kemudian dilakukan analisa kadar abu, masing-masing dari fraksi densitas
terlebih dahulu dimasukkan ke dalam furnace dengan suhu 100°C untuk dilakukan
proses deashing yang bertujuan untuk menurunkan kadar air dalam sampel. Setelah
itu sampel masing-masing digerus dan ditimbang seberat 1 gr untuk keperluan analisa
kadar abu. Analisa kadar abu dilakukan dua tahap yaitu tahap pertama sampel
dimasukkan ke dalam furnace kemudian dipanaskan dari suhu 0-500° C selama 1 jam,
dan tahap kedua dari suhu 500-815° C selama 1,5 jam. Setelah itu sampel kemudian
didinginkan dan selanjutnya ditimbang.
Persentase kadar abu yang didapat yakni pada densitas 1,4 sebesar -27.87%
pada densitas 1,5 sebesar 17.37% pada densitas 1,6 sebesar 56.38% dan persen
pengotornya sebesar 66.50% Dari data persen abu dari batubara tersebut dibuatkan
grafik, sehingga dari grafik dapat dilihat bahwa berat Batubara yang mengapung lebih
rendah dari yang tenggelam serta pada presentasi kadar abu yaitu batubara dengan
pengotor atau Sink 1,6 lebih berat atau mengalami peningkatan kadar abu.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil data yang diperoleh selama
percobaan. Faktor-faktor tersebut menyebabkan tidak akuratnya data yang
didapatkan. Jumlah feed yang digunakan yaitu sebanyak 100 gr namun nyatanya hasil

24
akhir setelah pemisahan kurang dari 100 gr. Hal ini disebabkan karena umpan yang
diproses menempel pada dinding alat yang digunakan sebagai wadah.

25
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan mengenai Dense Medium


Separation dapat disimpulkan bahwa:
1. Dense Medium Separation (DMS) merupakan metode pemisah mineral dan
batubara berdasarkan perbedaan specific gravity. Specific gravity media yang
digunakan untuk pemisahan DMS merupakan specific gravity medium yaitu
terletak diantara specific gravity mineral tenggelam dan terapung. Proses ini
menghasilkan dua hasil pemisahan yaitu sink yang merupakan batubara berat,
sedangkan float merupakan batubara ringan atau yang diinginkan.
2. Untuk memperoleh densitas larutan PCE dan wash bensin yang diperlukan

diperoleh menggunakan rumus CV 1 × ρ1+ ( 1−CV 1 ) × ρ2=ρ12


3. Percobaan dengan densitas larutan 1.4 menghasilkan conto batubara yang
terapung seberat 78,7522 gr. Percobaan dengan densitas larutan 1.5
menghasilkan conto batubara yang terapung seberat 9,3805 gr. Percobaan
dengan densitas larutan 1.6 menghasilkan conto batubara yang terapung
seberat 2,6758 gr dan yang tenggelam seberat 11,4687 gr.
4. Persentase kadar abu yang didapat yakni pada densitas 1,4 sebesar -27.87%
pada densitas 1,5 sebesar 17.37% pada densitas 1,6 sebesar 56.38% dan
persen pengotornya sebesar 66.50%.

5.2 Saran

1. Saran untuk asisten


Adapun saran untuk asisten adalah agar selalu perhatikan praktikan dan
bimbing praktikan dengan baik.
2. Saran untuk Praktikum
Semoga kedepannya sarana dan prasarana dalam kegiatan praktikum lebih
banyak dan lebih baik lagi agar lebih meningkatkan kemampuan dari para
praktikan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Anggayana. K., 2002. Diktat Kuliah Genesa Batubara. Departemen Teknik


Pertambangan, Fakultas Ilmu Kebumian dan teknologi Mineral, Institut
Teknologi Bandung. Bandung. Indonesia.
Diessel, C.,F.,K. 1992. Coal – Bearing Depositional Systems. Berlin: Springer-Verlag.
Esterle. J. 2004. Introduction to Coal and Coal-bearing Systems . The University Of
Queensland. Australia.
Falcon, R.,M.,S. and Snyman, C.,P. 1986. An Introduction to Coal Petrography .
Geological Society of South Africa.
Finkelam, R.,B. 1993. Trace and Minor Elements in Coal. Texas Tech University. Dallas.
Ranton, J.,J. 1982. Mineral matter in coal In Meyer R.A., Coal structure , Academic
press, London, p. 283-324
Rumidi, Sukandar. 1995. Batubara dan Gambut . Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Stanton, R. 1990. Sampling of Coal Beds for Analysis . U.S.Geological Survey Bulletin
1823.
Sudarsono, A.,S. 2000. Pengantar Preparasi dan Pencucian Batubara. Bandung
Susilawati. 1992. Proses Pembentukan Batubara. Analisa Penelitian dan
Pengembangan Geologi, ITB, Bandung.
Ward, C.,R. 1986. Coal geology and coal technology. Blackwell Scientific Publications.
Wills, B.,A. 2016. Wills’ Mineral Processing Technology. Elsevier Ltd. UK.

27

Anda mungkin juga menyukai