Anda di halaman 1dari 6

KEPATUHAN PEMAKAIAN MASKER DAN SOCIAL DISTANCING

PASIEN KLINIK X SELAMA PANDEMI COVID-19


Nuris Shobah Abrori.1; Septian Dimas Bramantyo.1; Eka Sari Caesar Gina Putri.1; Rozakky,
R.Y.1; Sarwiyata, T.2; Indria, D.M.2
1
Mahasiswa Profesi Dokter FK Universitas Islam Malang,
2
Dosen Pengajar FK Universitas Islam Malang
Alamat Korepondensi : Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang
Malang, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Latar Belakang : Pandemi virus corona yang terjadi di dunia terus berlangsung. Total kasus yang
terjadi di Indonesia sekitar 39.294. Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat
menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Gejala yang paling umum adalah demam, batuk
kering, dan rasa lelah. Banyak antivirus diberikan kepada pasien, akan tetapi tidak ada bukti kuat
yang secara definitif menyembuhan pasien yang terjangkit. Menindaklanjuti hal itu, Pemerintah
mengupayakan tindakan preventif dengan mewajibkan seluruh masyarakat yang berada di luar
rumah untuk memakai masker dan sosial distancing (menjaga jarak). fungsi FKTP seperti
puskemas dan klinik penting untuk melakukan skrining kepada masyarakat untuk mengevaluasi
upaya preventif memakai masker dan sosial distancing tersebut. Tujuan : mengetahui kepatuhan
pemakaian masker dan social distancing pasien klinik x selama pandemi COVID-19. Metode :
Jenis penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan observasional deskriptif. Sampel
penelitian ini yaitu pasien yang berobat ke klinik tersebut dari tanggal 23 hingga 25 juni 2020 dan
bersedia menjadi bagian dari penelitian ini. Hasil penelitian uji statistik bivariate menunjukkan
terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu mengenai COVID-19 terhadap
kepatuhan imunisasi dasar. Hasil : hasil yang didapatkan yaitu 75,97% patuh memakai masker dan
66.57% yang termasuk dalam kategori patuh sosial distancing.

Kata Kunci : COVID-19, kepatuhan, masker, sosial distancing

ABSTRACT
Background: Pandemic viruses that occur in the world is continueing. Total cases that occurred in
Indonesia around 39,294. Coronavirus is a group of viruses that can cause disease in animals or
humans. The most common are fever, dry cough, and feeling tired. Many antivirals are given to
patients, but there is no definitive strong evidence to cure infected patients. Following up on that,
the Government sought preventive action by interviewing all the people needed outside the home
to wear masks and maintain social distance. FKTP functions such as public health centers and
clinics are important for screening the community to support preventive efforts to wear masks and
social distancing them. Method: This type of research was conducted using descriptive
observational. The sample of this study were patients who went to the clinic from 23 to 25 June
2020 and were accepted to be part of this study. The results of the bivariate statistical test showed
a significant relationship between the level of maternal knowledge about COVID-19 to the
obedience of basic immunizations. Results: the results obtained were 75.97% obedient wearing
masks and 66.57% included in the category of social distance obedience.

Keywords: COVID-19, obedience, masks, social distance


PENDAHULUAN
Pandemi virus corona yang terjadi di dunia terus berlangsung. Dimana pada pertengahan
juni 2020, pasien yang positif terjangkit sekitar 7.690.708 dan yang meninggal diantaranya sekitar
427.630 atau sekitar 5,6%. Total kasus yang terjadi di Indonesia sekitar 39.294 pasien positif virus
corona dimana diantaranya yang meninggal sekitar 2.198 pasien. Kasus yang sering ditemukan
biasanya terjadi di kota besar seperti jakarta, surabaya, malang dsb. Kabupaten/Kota terdampak di
jawa timur termasuk kasus terbanyak dan merata dimana semua daerahnya termasuk zona merah,
malang salah satunya. Daerah ini salah satu daerah yang tinggi kasus positifnya sampai dilakukan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).1
Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan
atau manusia. Beberapa jenis coronavirus diketahui menyebabkan infeksi saluran nafas pada
manusia mulai dari batuk pilek hingga yang lebih serius seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).2
Coronavirus jenis baru yang ditemukan menyebabkan penyakit COVID-19. Gejala-gejala
COVID-19 yang paling umum adalah demam, batuk kering, dan rasa lelah. Gejala lainnya yang
lebih jarang dan mungkin dialami beberapa pasien meliputi rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat,
sakit kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, kehilangan indera rasa atau penciuman, ruam
pada kulit, atau perubahan warna jari tangan atau kaki.
Beberapa orang menjadi terinfeksi tetapi hanya memiliki gejala ringan. COVID-19 dapat
menyebar terutama dari orang ke orang melalui percikan-percikan dari hidung atau mulut yang
keluar saat orang yang terinfeksi COVID-19 batuk, bersin atau berbicara. Percikan-percikan ini
relatif berat, perjalanannya tidak jauh dan jatuh ke tanah dengan cepat.
Orang dapat terinfeksi COVID-19 jika menghirup percikan orang yang terinfeksi virus
ini. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga jarak minimal 1 meter dari orang lain.
Percikan-percikan ini dapat menempel di benda dan permukaan lainnya di sekitar orang seperti
meja, gagang pintu, dan pegangan tangan. Orang dapat terinfeksi dengan menyentuh benda atau
permukaan tersebut, kemudian menyentuh mata, hidung, atau mulut mereka.2
Penatalaksanaan covid-19 secara holistik masih terus dilakukan. Banyak antivirus
diberikan kepada pasien, akan tetapi tidak ada bukti kuat yang secara definitif menyembuhan
pasien yang terjangkit. Untuk vaksinpun masih terus dikembangkan. Terapi paling memungkinkan
yaitu terapi preventif seperti menjaga jarak dan memakai masker. 2
Menindaklanjuti virus covid-19 yang terus menyebar, Pemerintah mengupayakan tidakan
preventif dengan mewajibkan seluruh masyarakat yang berada di luar rumah untuk memakai
masker.3 Hal ini sesuai dengan rekomendasi World Health Organization (WHO) yang menyatakan
penggunaan masker tidak hanya untuk orang sakit, tetapi juga untuk mereka yang sehat.2 
Peran serta FKTP seperti puskemas dan klinik penting untuk melakukan skrining kepada
masyarakat untuk mengevaluasi upaya preventif memakai masker dan menjaga jarak tersebut.
Untuk itulah kami ingin mengangkat judul Kepatuhan pemakaian masker dan social distancing
pasien klinik x selama pandemi covid 19.
METODE
Jenis penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan observasional deskriptif.
Lokasi penelitian adalah Klinik Jaya Kusuma Husada, Ketapang, Sukoharjo, Kepanjen, Malang.
Sampel penelitian ini memakai kriteria inklusi yaitu pasien yang berobat ke klinik tersebut dari
tanggal 23 hingga 25 juni 2020 dan bersedia menjadi bagian dari penelitian ini dengan jumlah total
100 orang.

Data diperoleh dari sampel melalui pengisian kuesioner model likert yang terdiri dari dua
tema pertanyaan. Tema pertama mengenai kepatuhan memakai masker dan yang kedua tentang
kepatuhan social distancing dengan masing-masing tema terdiri dari 15 pertanyaan tertutup
dengan pilihan jawaban sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Hasil
yang didapat dijabarkan secara deskriptif berdasarkan rerata nilai, jumlah nilai, dan skor Likert
dengan rumus total skor dibagi skor maksimal dikali 100.

HASIL DAN ANALISA DATA


Jawaban Kuesioner Kepatuhan Memakai Masker

Didapatkan rata-rata jawaban tiap pertanyaan kuesioner kepatuhan memakai masker adalah netral
hingga setuju. Dua pertanyaan (*) merupakan pertanyaan bernilai negatif dengan rata-rata jawaban
tidak setuju. Berdasarkan skor Likert, didapatkan nilai 75,97% yang termasuk dalam kategori
patuh.

Tabel 1. Jumlah, Rerata, dan Nilai skor Likert Kuesioner Kepatuhan Memakai Masker

Jumlah Rerata
Rincian analisis kuesioner Kepatuhan Pemakaian Masker Nilai nilai
(n=100) jawaban
(n=100)
Saya selalu memakai masker saat keluar rumah 394 3.94
Saya memahami anjuran memakai masker saat keluar rumah 408 4.08
Saya sudah biasa memakai masker sebelum pandemi covid-19 369 3.69
Saya memahami manfaat memakai masker untuk kesehatan tubuh saya 415 4.15
Menutup hidung dan mulut dengan masker baik untuk mencegah 412 4.12
penyebaran Covid-19
Saya tidak menyentuh bagian dalam masker bersih yang akan saya 436 4.36
pakai
Saya memahami perbedaan masker berdasarkan bahannya 366 3.66
Saya menggunakan masker yang dapat dipakai berulang kali 350 3.5
Saya tidak pernah kekurangan stok masker bersih dirumah 370 3.7
Saya menganjurkan orang lain untuk memakai masker 378 3.78
Saya tidak pernah memakai masker ketika berbicara dengan orang lain 297 2.03
*
Saya melepas masker hanya di dalam rumah 387 3.87
Setelah sampai rumah, saya selalu mencuci masker kain saya 386 3.86
Saya berbagi masker yang telah terpakai dengan orang lain* 311 1.89
Saya yakin pemakaian masker dapat menurunkan resiko penularan 419 4.19
Covid-19
Total 5698
Skor Likert 75.97%

Jawaban Kuesioner Kepatuhan Social Distancing


Didapatkan rata-rata jawaban tiap pertanyaan kuesioner kepatuhan memakai masker adalah netral
hingga setuju. Lima pertanyaan (*) merupakan pertanyaan bernilai negatif dengan rata-rata
jawaban tidak setuju. Berdasarkan skor Likert, didapatkan nilai 66.57% yang termasuk dalam
kategori patuh.

Tabel 1. Jumlah, Rerata, dan Nilai skor Likert Kuesioner Kepatuhan Social Distancing

Jumlah Rerata
Rincian analisis kuesioner Kepatuhan Social Distancing Nilai nilai
(n=100) jawaban
(n=100)
Saya setiap hari beraktivitas di luar rumah* 272 2.28
Saya setiap hari beraktivitas di tempat yang ramai* 280 2.2
Saya tidak setuju dengan anjuran work from home* 260 2.4
Saya tidak berusaha menghindari komunikasi langsung dengan orang 287 2.13
lain*
Saya selalu makan di luar rumah* 315 1.85
Saya memahami manfaat menjaga jarak untuk kesehatan tubuh saya 381 3.81
saat pandemi Covid-19
Saya menghindari kontak langsung dengan orang lain (bersalaman, 384 3.84
bergandengan, berpelukan memegang pundak, dsb.)
Saya menjaga jarak minimal satu meter dengan orang lain di tempat 378 3.78
ibadah
Saya menjaga jarak satu meter di tempat perbelanjaan 372 3.72
Setiap hari saya memakai alat transportasi umum* 302 1.98
Saya menjaga jarak satu meter bila saya menggunaan alat transportasi 328 3.28
umum
Saya mengganti pertemuan secara langsung dengan metode daring 353 3.53
(online)
Keluarga saya mengingatkan saya untuk menjaga jarak satu meter 347 3.47
dengan orang lain
Saya menganjurkan orang lain untuk selalu berusaha menjaga jarak 348 3.48
selama pandemi Covid-19
Saya menjauhi orang lain minimal satu meter bila saya batuk atau 386 3.86
bersin
Total 4993
Skor Likert 66.57%

Untuk mendapatkan jumlah nilai keseluruhan, nilai jawaban pertanyaan negatif dikonversikan
terlebih dahulu menjadi positif.

Kriteria interpretasi skor Likert


0% – 19,99% = Sangat Tidak Patuh
20% – 39,99% = Tidak Patuh
40% – 59,99% = Cukup
60% – 79,99% = Patuh
80% – 100% = Sangat Patuh
PEMBAHASAN
Kepatuhan memakai masker
WHO baru-baru ini merangkum laporan-laporan transmisi virus COVID-19 dan
memberikan gambaran singkat bukti-bukti yang ada tentang penularan dari orang-orang bergejala
(simtomatik), yang belum menunjukkan gejala (prasimtomatik), dan tidak bergejala (asimtomatik)
yang terinfeksi COVID-19.3 Rata-rata masa inkubasi COVID-19, yaitu jangka waktu mulai
terpapar virus sampai dengan munculnya (onset) gejala, adalah 5-6 hari, tetapi masa inkubasi ini
bisa mencapai 14 hari. Jangka waktu ini juga disebut sebagai masa prasimtomatik, dan beberapa
orang yang terinfeksi dalam masa prasimtomatik ini dapat menjadi sumber penularan dan
mentransmisikannya ke orang lain.4,5
Dari hasil observasi yang dilakukan pada pasien klinik X , sebanyak 75,9% pasien yang
berkunjung, patuh dalam memakai masker selama pandemi covid-19 ini. Dari data tersebut,
kepatuhan dalam pemakaian masker disebabkan oleh karena kesadaran masyarakat akan resiko
penularan COVID-19 yang banyak dijelaskan di berbagai media social. Sehingga, sebagai
antisipasi, sebagian besar masyarakat memakai masker. Menurut WHO tujuan utama pemakaian
masker dipakai sebagai pengendalian sumber infeksi (dipakai oleh orang yang terinfeksi COVID-
19) dan sebagai pencegahan infeksi (dipakai oleh orang sehat) . Selain itu, paparan resiko
berdasarkan konteks setempat berupa populasi dan individu. Populasi merujuk pada adanya kluster
yang ada pada masyarakat dapat menyebabkan kemungkinan adanya sirkulasi penularan covid.
Sedangkan individu berhubungan dengan personal yang mempunyai kontak dengan masyarakat
seperti kasir, admin rumah sakit, perawat dan sebagainya. Hal ini juga menjadi alasan pasien yang
berkunjung ke klinik memakai masker. Kerentanan orang/populasi untuk terkena penyakit atau
berisiko lebih tinggi meninggal, misal, orang-orang dengan penyakit lainnya (komorbid), seperti
penyakit jantung (kardiovaskular) atau diabetes mellitus, dan kelompok lanjut usia.6

Kepatuhan social distancing


Social Distancing atau menjaga jarak antar individu menjadi sangat penting untuk
memperlambat penyebaran virus corona. Pemerintah menginstruksikan masyarakat untuk menjaga
jarak sosial, tinggal di rumah, menghindari keramaian, dan menahan diri untuk menghindari
kontak dengan individu lain. Sosial distancing adalah salah satu perilaku yang dapat dilakuakn
pada suatu komunitas untuk mencegah penularan penyakit dengan mengurangi kontak antara satu
sama lain yang dapat menyebarkan virus. 7 Social distancing merupakan salah satu sikap yang
direkomendasikan oleh WHO untuk komunitas dunia selama pandemi SARS-CoV-2 .8
Dari hasil observasi yang dilakukan pada pasien klinik X , sebanyak 66,57% pasien
yang berkunjung menerapkan social distancing. Kepatuhan masyarakat untuk menjaga jarak sosial
ini didasari oleh anjuran pemerintah yang sebelumnya menerapkan pembatasan sosial berskala
besar pada beberapa daerah. Kebijakan Pemerintah Indonesia terkait dengan jarak sosial, seperti
mengeluarkan perintah untuk belajar dan bekerja dari rumah, tinggal di rumah, menghindari
kontak, melarang kegiatan di tengah orang banyak, dan membatasi jam operasi di tempat-tempat
umum. Kebijakan ini diharapkan dapat mengurangi dan mengendalikan penyebaran virus korona
selama periode pandemi ini.9 Kebijakan ini merujuk pada Jarak sosial yang dapat mengurangi
mortalitas dan morbiditas penyakit, tetapi manfaat jarak sosial sangat tergantung pada pemahaman
individu di masyarakat .10 Menjaga jarak sosial adalah bagian penting saat keadaan pandemi
melalui pendekatan individu dalam mengurangi kemungkinan penyebaran virus. sikap seperti ini
pernah diterapkan pada pandemi influenza pada tahun 2009. Sebuah studi simulasi tentang
influenza berbasis agen menunjukkan bahwa perubahan kecil dalam perilaku dapat memiliki efek
yang signifikan pada pola penularan selama epidemi.11 Penelitian lebih lanjut tentang model
berbasis agen berpendapat bahwa jarak sosial dapat mengendalikan epidemi, jika dimulai dengan
cepat dan berlangsung dalam waktu waktu yang lama.12

KESIMPULAN
penelitian ini menyimpulkan bahwa pasien yang berkunjung ke klinik X patuh dalam memakai
masker dan social distancing selama oandemi covid-19.
SARAN
Melakukan penelitian lanjutan terhadap kemungkinan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
kepatuhan memakai masker dan social distancing selama masa pandemik COVID-19.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih disampaikan kepada dosen pembimbing, Klinik Jaya Kusuma Husada dan
pihak-pihak yang terlibat dan telah membantu dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa-for-public
2. http://kpud-malangkab.go.id/berita/pemerintah-wajibkan-penggunaan-masker-saat-keluar-
rumah/181/
3. Coronavirus disease 2019 (COVID-19) Situation Report – 73
.https://www.who.int/docs/defaultsource/coronaviruse/situation-reports/20200402-sitrep-73
covid-19.pdf?sfvrsn=5ae25bc7_6
4. Yu P, Zhu J, Zhang Z, Han Y. A familial cluster of infection associated with the 2019 novel coronavirus
indicating possible person-to-person transmission during the incubation period. J Infect 2020
doi:10.1093/jiaa077
5. Kimball A, Hatfield KM, Arons M, James A, et al. Asymptomatic and Presymptomatic SARS-CoV-2
Infections in Residents of a Long-Term Care Skilled Nursing Facility — King County, Washington,
Maret 2020. MMWR, 3 April 2020, 69(13);377–381
6. WHO. Anjuran mengenai penggunaan masker dalam konteks COVID-19, panduan sementara , 6 April
2020.
7. Maharaj, S. and Kleczkowski, A. (2012) ‘Controlling epidemic spread by social distancing: do it well or
not at all.’, BMC public health, 12(679), pp. 1–16. doi: 10.1186/1471-2458-12-679.
8. Guo, Y. R. et al. (2020) ‘The origin, transmission and clinical therapies on coronavirus disease 2019
(COVID-19) outbreak - an update on the status’, Military Medical Research. Military Medical Research,
7(11), pp. 1–10. doi: 10.1186/s40779-020-00240-0.
9. Saifulloh, M. (2020) Nafsu Mudik Dini ditengah Pandemic Corona. Available at:
https://www.okezone.com/tren/read/2020/03/27/620/2190127/nafsu-mudik-dini-di-tengah-pandemi-virus-
corona (Accessed: 26 Juni 2020).
10. Reluga, T. C. (2010) ‘Game theory of social distancing in response to an epidemic’, PLoS Computational
Biology, 6(5), pp. 1–9. doi: 10.1371/journal.pcbi.1000793.
11. Pawelek, K. A., Salmeron, C. and Valle, S. Del (2015) ‘Connecting within and between-hosts dynamics in
the influenza infection-staged epidemiological models with behavior change’, Journal of Coupled
Systems and Multiscale Dynamics, 3(3), pp. 233–243. doi: 10.1166/jcsmd.2015.1082.
12. Kelso, J. K., Milne, G. J. and Kelly, H. (2009) ‘Simulation suggests that rapid activation of social
distancing can arrest epidemic development due to a novel strain of influenza’, BMC Public Health,
9(117), pp. 1–10. doi: 10.1186/1471-2458-9-117.

Anda mungkin juga menyukai