Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH INDONESIA SEBAGAI NEGARA HUKUM

(THE RECHTSTAAT)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Acara Peradilan HAM

Disusun oleh :
Irana Octa Alfiyana
NPM 15041015

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSTAS WIJAYA PUTRA
SURABAYA
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum
acara peradilan HAM pada fakultas Hukum Jurusan Ilmu Hukum.

Untuk menyelesaikan makalah ini penyusun berusaha sepenuhnya demi


tersusunnya makalah ini sebaik-baiknya. walaupun sebenarnya makalah ini masih
belum sempurna dan masih banyak kesalahan di sana sini. Oleh karena itu penyusun
berharap pembaca dapat memberi kritik dan saran yang membangun agar makalah ini
lebih baik lagi.

Akhir kata penyusun berharap agar makalah ini dapat berguna dan bermanfaat
sebagai sumber informasi seputar Pemberantasan Korupsi dan Pelanggaran HAM.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i


DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................4
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................5

BAB III PEMBAHASAN.........................................................................................6


A. Negara Hukum (The Rechtstaat).................................................................6
B. Unsur-unsur, Ciri-ciri, dan Tujuan Hukum...................................................11
C. Konsep Dasar Negara Hukum Indonesia....................................................13
D. Indonesia sebagai Negara Hukum .............................................................15

BAB III PENUTUP..................................................................................................20


Kesimpulan........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia telah memposisikan dirinya sebagai negara hukum (rechtsstaat)


bukan negara yang berdasarkan kekuasaan (machtsstaat). Prinsip ini telah berlangsung
sejak tahun 1945 di mana pertama kali UUD 1945 disusun dan diberlakukan. Makna
terdalam dari Negara berdasarkan atas hukum adalah: “kekuasaan tunduk pada hukum
dan semua orang sama di hadapan hukum”. Konsep negara hukum memadukan
paham kedaulatan rakyat dengan kedaulatan hukum sebagai satu kesatuan. Konsep
tentang negara hukum dapat dijelaskan melalui dua aliran pemikiran, yaitu konsep
rechtsstaat dan the rule of law. Konsep “rechtssaat” berasal dari Jerman dan konsep
“the rule of law” berasal dari Inggris. Istilah rechtsstaat mulai populer di Eropa sejak
abad XIX, meskipun pemikiran tentang itu sudah lama ada, sedangkan istilah “the rule
of law” mulai populer dengan terbitnya sebuah buku dari Albert Venn Dicey tahun 1855
dengan judul Introduction to the Studi of the Law of theConstitution.

Konsep rechtsstaat lahir dari suatu perjuangan menentang absolutisme, sehingga


sifatnya revolusioner. Sebaliknya, konsep the rule of law berkembang secara
evolusioner. Hal ini nampak dari isi atau kriteria rechtsstaat dan kriteria the rule of law.
Konsep rechtsstaat bertumpu pada sistem hukum kontinental yang disebut “civil law”
atau “modern Roman law”, sedangkan konsep the rule of law bertumpu pada sistem
hukum
yang disebut “common Law” atau “Anglo Saxon”.

Rechtsstaat dan the rule of law dengan tumpuannya masing-masing


mengutamakan segi yang berbeda. Konsep rechtsstaat mengutamakan prinsip
wetmatigheid yang kemudian menjadi rechtmatigheid, sedangkan the rule of law
mengutamakan equality before The law Akibat adanya perbedaan titik berat dalam
pengoperasian tersebut, muncullah unsur-unsur yang berbeda antara konsep
rechtsstaat dan konsep the rule of law. Adapun perbedaan tersebut adalah sebagai
berikut:
1

1. unsur-unsur rechtsstaat :

a. adanya perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia (HAM).


b. adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan negara untuk menjamin
perlindungan HAM,
c. pemerintahan berdasarkan peraturan,
d. adanya peradilan administrasi;

2. unsur-unsur the rule of law

a. adanya supremasi aturan hukum,


b. adanya kesamaan kedudukan di depan hukum, dan
c. adanya jaminan perlindungan HAM.

Dari uraian unsur-unsur rechtsstaat maupun the rule of law tersebut nampak
adanya persamaan dan perbedaan antara kedua konsep tersebut. Baik rechtsstaat
maupun the rule of law selalu dikaitkan dengan konsep perlindungan hukum, sebab
konsep-konsep tersebut tidak lepas dari gagasan untuk memberi pengakuan dan
perlindungan terhadap hak asasi manusia. Dengan demikian keduanya sama-sama
memiliki inti upaya memberikan perlindungan pada hak-hak kebebasan sipil dari warga
negara, berkenaan dengan perlindungan terhadap hak-hak dasar yang sekarang lebih
populer dengan HAM, yang konsekuensi logisnya harus diadakan pemisahan atau
pembagian kekuasaan di dalam negara. Sebab dengan pemisahan atau pembagian
kekuasaan di dalam negara, pelanggaran dapat dicegah atau paling tidak dapat
diminimalkan.

Di samping itu, perbedaan antara konsep rechtsstaat dan the rule of law nampak
pada pelembagaan dunia peradilannya, Rechtsstaat dan the rule of law menawarkan
lingkungan peradilan yang berbeda meskipun pada intinya kedua konsep tersebut
menginginkan adanya perlindungan bagi hak asasi manusia melalui pelembagaan
peradilan yang independen.
2

Pada konsep rechtsstaat terdapat lembaga peradilan administrasi yang


merupakan lingkungan peradilan yang berdiri sendiri, sedangkan pada konsep the rule
of law tidak terdapat peradilan administrasi sebagai lingkungan yang berdiri sendiri. Hal
ini disebabkan dalam konsep the rule of law semua orang dianggap sama
kedudukannya di depan hukum, sehingga bagi warga negara maupun pemerintah
harus
disediakan peradilan yang sama.

Selanjutnya Philipus M. Hadjon menjelaskan: “Konsep Rechtsstaat bertumpu


pada sistem hukum kontinental yang disebut “Civil Law” atau “Modern Roman Law”,
sedangkan konsep “The Rule of Law“ bertumpu pada sistem hukum yang disebut
“Common Law”. Karakteristik Civil Law adalah “administratif“, sedangkan karakteristik
Common Law adalah “judicial “. Pembentukan hukum Civil law dilakukan melalui
undang-undang dan kodifikasi sedangkan Common law melalui Preseden (Judge made
law).

Meskipun konsep Rechtsstaat dan Rule Of Law setelah Perang Dunia Kedua
juga sangat peduli terhadap kesejahteraan sosial, namun filosofi liberalistik individual
dan kapitalistiknya tetap menonjol, karena itu tidak disenangi oleh negara-negara yang
menganut paham sosialis-komunis. Negara-negara berpaham sosialis-komunis lalu
mengembangkan konsep Socialist Legality, ialah Negara Hukum berwawasan sosialis-
komunis untuk mewujudkan masyarakat sosialis tanpa kelas dan anti Hak Asasi
Manusia. Konsekuensinya tidak ada tempat istimewa bagi individu untuk memiliki Hak
Kekayaan Intelektual, semuanya harus diserahkan menjadi milik Negara.

Berkenaan dengan negara hukum ini, Daniel S. Lev berpendapat bahwa negara
hukum adalah suatu negara yang disandarkan pada pembagian kekuasaan yang
bertujuan untuk memperlemah elit-elit politik. Pembagian kekuasaan berdasarkan ide
negara hukum menjadi suatu hal yang sah (legitimate). Dalam konsep “Negara Hukum”,
eksistensi peraturan perundang-undangan merupakan salah satu unsur fundamental
bagi penyelenggaraan pemerintahan negara berdasarkan atas hukum. Hal itu tercermin
dari konsep Friedrich Julius Stahl dan Zippelius Menurut F.J. Stahl unsur-unsur utama
negara hukum adalah:

1. pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia;


2. pemisahan kekuasaan negara berdasarkan prinsip trias politika;
3. penyelenggaraan pemerintahan menurut undang-undang (wetmatigheid van bestuur)
4. peradilan administrasi negara.

Sementara itu, Menurut Zippelius unsur-unsur negara hukum terdiri atas:

1. pemerintahan menurut hukum (rechtsmatigheid van bestuur);


2. jaminan terhadap hak-hak asasi;
3. pembagian kekuasaan; dan
4. pengawasan justisial terhadap pemerintah.

Dari unsur-unsur tersebut di atas nampak adanya perbedaan, jika Stahl


menempatkan “penyelenggaraan pemerintahan menurut undang-undang (wetmatigheid
van bestuur)” pada elemen yang ketiga dari konsep negara hukum, sebaliknya
Zippelius menempatkannya pada unsur pertama dengan pengertian yang agak luas,
ialah “penyelenggaraan pemerintahan menurut hukum (rechtsmatigheid van bestuur)”.
Di sini nampak bahwa F.J. Stahl masih sangat kental terpengaruh konsepsi dari aliran
legisme, yang mana aliran tersebut menyatakan tidak ada hukum di luar undang-
undang. Oleh karena itu, salah satu unsur utama negara hukum menurut F.J. Stahl
adalah penyelenggaraan pemerintahan menurut undang-undang (wetmatigheid van
bestuur).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan pada latar belakang, rumusan
masalah dari makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud Negara Hukum (The Rechtstaat)?
2. Apa Unsur-unsur, Ciri-ciri, dan Tujuan Hukum?
3. Bagaimana Konsep Dasar Negara Hukum Indonesia?

4. Bagaimana Indonesia sebagai Negara Hukum?

4
C. Tujuan

Makalah ini bertujuan sebagai berikut :


1. Mengetahui Pengertian Negara Hukum (The Rechtstaat
2. Mengetahui Unsur, ciri-ciri dan tujuan hukum
3. Mengetahui Konsep dasar negara hukum Insonesia
4. Mengetahui Bagaimana Indonesia sebagai negara hukum
5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Negara Hukum (The Rechtstaat)

Pengertian Negara Hukum Melalui

a. Aristoteles 
Negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada warga
negaranya.

b. Hugo Krabbe 
Bahwa Negara seharusnya Negara Hukum (rechtsstaat) dan setiap tindakan
Negara harus didasarkan pada hukum atau harus dapat
dipertanggungjawabkan pada hukum.

c. F.R. Bothlingk 
De staat, waarin de wilsvrijheid van gezagsdragers is beperkt door grenzen van
recht” (negara, dimana kebebasan kehendak pemegang kekuasaan dibatasi
oleh ketentuan hukum). 

d. Wirjono Prodjodikoro
1. Semua alat-alat perlengkapan dari negara, khususnya alat-alat
perlengkapan dari pemerintah dalam tindakannya baik terhadap para warga
negara maupun dalam negara saling berhubungan masing-masing, tidak
boleh sewenang-wenang, melainkan harus memperhatikan peraturan-
peraturan hukum yang berlaku;
2. Semua orang (penduduk) dalam hubungan kemasyarakatan harus tunduk
pada peraturan-peraturan hukum yang berlaku. 

6
e. Prof. R. Djokosutomo, SH 
Negara Hukum menurut UUD 1945 adalah berdasarkan pada kedaulatan
hukum. Hukumlah yang berdaulat. Negara adalah merupakan subjek hukum,
dalam arti rechtstaat (badan hukum republik). Karena negara itu dipandang
sebagai subjek hukum, maka jika ia bersalah dapat dituntut didepan
pengadilan karena perbuatan melanggar hukum.

Prof. Dr. Ismail Suny, SH., M. CL dalam brosur beliau “Mekanisme Demokrasi
Pancasila” mengatakan, bahwa negara hukum Indonesia memuat unsur-unsur:
1. Menjunjung tinggi hukum
2. Adanya pembagian kekuasaan
3. Adanya perlinduungan terhadap hak-hak asasi manusia serta remedi-remedi
prosedural untuk mempertahankannya
4. Dimungkinkan adanya peradilan administrasi

Di Eropa dikenal dua tipe pokok Negara Hukum, yaitu:

1. Type Anglo Saxon (Inggris, Amerika), berintikan Rule of Law


2. Type Eropa Kontinental (Jerman, Belanda, Belgia, Skandinavia), yang
berdasarkan pada kedaulatan Hukum (Rechtsouvereiniteit); jadi berintikan
Rechstaat (Negara Hukum)

Negara Hukum Formal dan Materiil

Negara hukum dalam arti formal yaitu Negara yang melindungi seluruh warga dan
seluruh tumpah darah, juga dalam pengertian Negara hukum material yaitu Negara
harus bertanggung jawab terhadap kesejahteraan seluruh warganya. 
Dengan landasan dan semangat Negara hukum dalam arti material itu, setiap tindakan
Negara haruslah mempertimbangkan dua kepentingan atau landasan, ialah
kegunaannya (doelmatigheid) dan landasan hukumnya (rechmatighed).

7
Dalam segala hal harus senantiasa diusahakan agar setiap tindakan Negara
(pemerintah) itu selalu memenuhi dua kepentingan atau landasan tersebut. Adalah
suatu seni tersendiri untuk mengambil keputuasan yang tepat. 

Negara yang berlandaskan hukum adalah Negara yang tidak berdasarkan atas
kekuasaan belaka. Hal ini mengandung arti bahwa Negara termasuk di dalamnya
pemerintahan dan lembaga-lembaga Negara lainnya dalam melaksanakan tindakan-
tindakan apapun harus dilandasi oleh peraturan hukum atau harus dapat dipertanggung
jawabkan secara hukum.

Terminologi yang sering merangkai term negara dikenal dalam berbagi istilah


seperti; polis (tata kota),  politea,  nomoi(Plato). Thomas Aquinas merangkai
implementasi peran, fungsi dan tujuan sebuah Negara  tersegmentasi  dalam
konsep civitas dei (negara tuhan) dan civitas terrana (negara iblis) ataukah  negara
polisis yang dipengaruhi oleh tipe negara Merkantilisme.

Dalam peletakkan peran negara sebagai anak/ orang tua dari hukum. Pada
awalnya kelihatan dalam negara polisis ataupun negara gagasan Thomas Aquinas,
yang mengabsolutkan tindakan dan peran raja dalam suatu kekuasaan pemerintahan.
Setidaknya konsep negara tersebut telah menjadi peletak batu pertama dalam
mengilhami negara untuk dikendalikan oleh hukum (control by law).

Aristoteles menyebutnya, pencapaian keadilan dengan memakai instrument


hukum. Negara yang sedikit demi sedikit, mengurangi keabsolutan tindakan/
monopolinya dalam mengendalikan yang dikuasai dikenal sebagai negara jaga
malam (nachtwacker staat). Pada negara hukum liberal atau jaga malam ini yang
dicetuskan oleh Stahl  memiliki unsur-unsur diantaranya:

1. Perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia (protection to the human right).


2. Negara didasarkan pada pemisahan kekuasaan (trias politica).

8
3. Pemerintah diselenggarakan berdasarkan atas Undang-undang (wetmatig
bestuur).
4. Adanya peradilan administrasi yang bertugas menangani kasus perbuatan
melanggar hukum oleh pemerintah (onrechtmatige overheidsdaad).

Gagasan negara hukum yang berasal dari Stahl ini dinamakan negara hukum
formil, karena lebih menekankan pada suatu pemerintahan yang berdasarkan Undang-
undang (wetmatigheid). Dalam perkembangannya, pemerintahan yang berdasarkan
Undang-undang dianggap lamban. Oleh karena itu diganti dengan pemerintahan yang
berdasarkan atas hukum (rechtmatig bestuur), kemudian melahirkan konsep yang
merupakan varian dari rechstaat seperti welvaarstaat dan verzorgingstaat sebagai
negara kemakmuran.

Ciri dari pada negara hukum formil adalah didasarkan pada filsafat liberal yang
individualistik. Ini merupakan corak pemikiran yang dominan menonjol pada pemikiran
negara hukum konsep Eropa Kontinental.

Beda halnya, dengan negara Anglo-saxon seperti Inggris menyebut negara hukum


dalam terminologi rule of lawatau pemerintahan oleh hukum. Dicey mengutarakan tiga
unsur dari rule of law  yaitu:

1. Supremasi hukum (supremacy of the law).


2. Kedudukan yang sama di depan hukum (equal before the law).
3. Konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perseorangan (the constitution
based on individual right).
Menurut Kusnardi dan Saragih mengemukakan bahwa paham Dicey ini sebagai
kelanjutan dari ajaran Locke yang berpendapat bahwa manusia sejak dilahirkan
mempunyai hak asasi dan tidak seluruh hak-hak asasi diserahkan  kepada negara
dalam kontrak sosial. Bagaimana ia menyerahkan seluruh hak asasinya kepada negara
sedangkan ia masih hidup justru ia harus mempertahankan dan melindunginya ?

9
Perbedaan yang menonjol antara rechstaat dan rule of law ialah pada konsep
peradilan administrasi negara, merupakan suatu sarana yang penting dan sekaligus ciri
yang menonjol pada rechstaat itu sendiri.

Sedangkan pada rule of law, peradilan administrasi tidak diterapkan, karena


kepercayaan masyarakat yang sudah demikian besar kepada peradilan umum. Latar
belakang dari perbedaan tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Kusnardi dan
Saragih karena Inggris dikenal adanya rezim administrasi yang baik, merupakan
garansi bahwa penyelewengan bisa dicegah atau kalau ada sekecil mungkin. Jika
terdapat rezim administrsi yang baik, pelanggaran terhadap hak asasi berkurang dan
kalau ada perselisihan/ pelanggaran maka peradilan biasa akan mengadilnya.

Selanjutnya, sebagaimana dikemukakan oleh Miriam Budiardjo


dalam International Commission Of Jurist. suatu organisasi ahli hukum interasional
dalam konfrensinya di Bangkok Tahun 1965 lebih memperluas konsep rule of law dan
menekankan apa yang disebut The Dinamict Aspect Of The Rule Of Law In The
Modern Age. Dinyatakan bahwa syarat-syarat terselenggaranya pemerintahan yang
demokratis di bawah rule of law ialah:
1. Perlindungan konstitusional, dalam arti bahwa konstitusi selain dari menjamin
hak-hak individu, harus menentukan juga cara prosedural untuk memperoleh
perlindungan atas hak-hak yang dijamin.
2. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak (independent and impartial
tribunals).
3. Pemilihan umum yang bebas.
4. Kebebasan untuk menyatakan pendapat, berserikat/ berorganisasi.
5. Pendidikan kewarganegaraan.

Negara hukum adalah produk dari perjalanan sejarah yang panjang (historische


bepaal). Baik Aristoteles, Stahl, Dicey serta sarjana-sarjana lainnya, tidak mempunyai
pengertian yang sama. Masing-masing mengartikan sesuai dengan zamannya yang
berbeda, dan negara hukum adalah alat (tool) untuk mencapai tujuan negara.

10
Negara hukum adalah negara dimana tindakan pememerintah maupun rakyatnya
didasarkan atas hukum untuk mencegah adanya tindakan sewenang-wenang
(willekeur) dari pihak penguasa dan tindakan rakyat menurut kehendaknya sendiri.
Negara hukum pada masa yang lalu mengikat penguasa untuk tidak boleh bertindak
sebelum peraturan ada, secara tertulis. Sedangkan pada abad modern ini negara
hukum semakin memberikan keseimbangan antara pemerintah, dalam arti setiap
lembaga negara sebagai pelaksana Undang-undang berada dalam sarana dan muatan
kontrol (check and balance) untuk bertindak berdasarkan hukum. Lebih tepatnya adalah
semua tindakan pemerintah harus didasarkan atas undang-undang. Bahkan oleh
Budiono[1] mengemukakan Pada babak sejarah sekarang, sukar untuk membayangkan
negara tidak sebagai negara hukum. Setiap negara yang tidak mau dikucilkan dalam
pergaulan masyarakat internasional menjelang abad XXI paling sedikit secara formil
akan memaklumkan dirinya sebagai negara hukum.

Dalam negara hukum, hukum menjadi aturan permainan untuk mencapai cita-cita
bersama sebagai kesepakatan politik. Hukum juga menjadi aturan permainan untuk
menyelesaikan segala macam perselisihan, termasuk juga perselisihan politik dalam
rangka mencapai kesepakatan politik tadi. Dengan demikian, hukum tidak mengabdi
kepada kepentingan politik sektarian dan primordial, melainkan kepada cita-cita politik
dalam kerangka kenegaraan.

2. Unsur-unsur, Ciri-ciri, dan Tujuan Hukum

Unsur-unsur Negara Hukum antara lain :


1. Hak asasi manusia dihargai sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
manusia
2. Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu
3. Pemerintahan dijalankan berdasarkan peraturan perundang-undangan
4. Adanya peradilan administrasi dalam perselisihan antara rakyat dengan
pemerintahannya

11
Ciri-ciri Negara Hukum
1. Kekuasaan dijalankan sesuai dengan hukum positif yang berlaku
2. Kegiatan negara berada dibawah kontrol kekuasaan kehakiman yang efektif
3. Berdasarkan sebuah undang-undang yang menjamin HAM
4. Menuntut pembagian kekuasaan
5. Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia yang mengandung
persamaan dalam bidang politik, hukum, sosial, ekonomi, dan kebudayaan.
6. Peradilan yang bebas dan tidak memihak serta  tidak dipengaruhi oleh suatu
kekuasaan apapun juga.
7. Legalitas dalam arti segala bentuknya

Di dalam ilmu hukum disebutkan bahwa tujuan hukum adalah menciptakan


ketertiban dan keadilan. Dalam membahas masalah tujuan hukum, banyak pendapat
dikemukakan oleh para sarjana. Namun demikian secara umum dapat dikemukakan
bahwa tujuan hukum adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh hukum. Menurut L.J. Van
Apeldoorn, tujuan hukum adalah untuk memepertahankan ketertiban masyarakat.
Dalam mempertahankan ketertiban tersebut hukum harus secara seimbang melindungi
kepentingan-kepentingan yang ada dalam masyarakat. Mengenai kepentingan-
kepentingan yang ada dalam masyarakat ini, Roscoe Pond membedakan antara
kepentingan pribadi, kepentingan publik, dan kepentingan sosial. Apabila pandangan
Van Apeldoorn dikaitkan dengan pandangan Roscoe Pond tersebut, berarti dalam
mempertahankan ketertiban masyarakat, hukum harus mampu menyeimbangkan
kepentingan-kepentingan pribadi, publik, dan sosial. Pengaturan yang didalamnya
terdapat keseimbangan antara kepentingan-kepentingan tersebut oleh Van Apeldoorn
dikatakan sebagai pengaturan yang adil.

Keadilan menurut Ulpianus adalah Justitia est perpetua et constans voluntas jus


suum cuique tribuendi yang kalau diterjemahkan secara bebas keadilan adalah suatu
keinginan yang terus menerus dan tetap untuk memberikan kepada orang apa yang
menjadi haknya. Ini berarti keadilan bahwa keadilan harus senantiasa
mempertimbangkan kepentingan yang terlibat di dalamnya.

12

3. Konsep Dasar Negara Hukum Indonesia

Konsep negara hukum yang dibangun yang kemudian diberikan landasan


konstitusional oleh UUD 1945, pada dasarnya tidak bisa dilepaskan dari perjalanan
sejarah bangsa Indonesia, khususnya pada saat pra kemerdekaan “penjajahan” dan
masa kemerdekaan. Hal tersebut bisa dimengerti sebab, bangsa Indonesia di jajah oleh
Belanda. Dalam kaitannya dengan hukum, Belanda selaku negara penguasa tanah
jajahan bermaksud mentertibkan penduduk jajahan dan pengelolahan tanah dan hasil
tanah jajahan dengan memberlakukan hukum belanda melalui kebijakan konkordansi,
yakni memberlakukan hukum Belanda di negara koloni. Oleh karena itu, konsep negara
hukum yang kemudian diintridusir oleh UUD 1945, adalah negara hukum yang mirip
dengan negara hukum yang ada dalam negara-negara dengan yang menganut sistem
hukum eropa kontinental. Dalam sistem hukum eropa kontinental, bangunan negara
hukumnya disebut dengan bangunan rechtsstaat. Selain keluarga hukum eropa
kontinental dengan model negara hukum rechtsstaat, dibelahan dunia lainnya juga
dikenal konsep negara hukum the rule of law yang digali dari sistem negara anglo
saxon. Kedua model negara hukum tersebut, menurut  Suko Wiyono dengan
tumpuannya masing-masing mengutamakan segi yang berbeda.Konsep rechtsstaat
mengutamakan prinsip wetmatigheid yang kemudian menjadi rechtmatigheid.

1. unsur-unsur rechtsstaat :
2. Adanya perlindungan terhadap
hak-hak asasi manusia (HAM).
3. Adanya pemisahan dan
pembagian kekuasaan negara untuk menjamin
4. Perlindungan  HAM,
5. pemerintahan berdasarkan
peraturan,
6. adanya peradilan administrasi;
dan

Dari uraian unsur-unsur rechtsstaat maka dapat dikaitkan dengan konsep


perlindungan hukum, sebab konsep rechtsstaat tersebut tidak lepas dari gagasan untuk
memberi pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia.

13
Dengan demikian rechtsstaat memiliki inti upaya memberikan perlindungan pada
hak-hak kebebasan sipil dari warga negara, berkenaan dengan perlindungan terhadap
hak-hak dasar yang sekarang lebih populer dengan HAM, yang konsekuensi logisnya
harus diadakan pemisahan atau pembagian kekuasaan di dalam negara. Sebab
dengan pemisahan atau pembagian kekuasaan di dalam negara, pelanggaran dapat
dicegah atau paling tidak dapat diminimalkan. Di samping itu, konsep rechtsstaat
menginginkan adanya perlindungan bagi hak asasi manusia melalui pelembagaan
peradilan yang independen. Pada konsep rechtsstaat terdapat lembaga peradilan
administrasi yang merupakan lingkungan peradilan yang berdiri sendiri.

Negara Anglo Saxon tidak mengenal Negara hukum atau rechtstaat, tetapi
mengenal atau menganut “ The Rule Of The Law” atau pemerintahan oleh hukum atau
government of judiciary. Menurut A.V.Dicey, Negara hukum harus punya 3 unsur pokok:

1. Supremacy Of Law

Dalam suatu Negara hukum, maka kedudukan hukum merupakan posisi


tertinggi, kekuasaan harus tunduk pada hukum bukan sebaliknya hukum tunduk pada
kekuasaan, bila hukum tunduk pada kekuasaan, maka kekuasaan dapat membatalkan
hukum, dengan kata lain hukum dijadikan alat untuk membenarkan kekuasaan. Hukum
harus menjadi “tujuan” untuk melindungi kepentingan rakyat.

2. Equality Before The Law

Dalam Negara hukum kedudukan penguasa dengan rakyat dimata hukum


adalah sama (sederajat), yang membedakan hanyalah fungsinya, yakni pemerintah
berfungsi mengatur dan rakyat yang diatur. Baik yang mengatur maupun yang diatur
pedomannya satu, yaitu undang-undang. Bila tidak ada persamaan hukum, maka orang
yang mempunyai kekuasaan akan merasa kebal hukum. Pada prinsipnya Equality
Before The Law adalah tidak ada tempat bagi backing yang salah, melainkan undang-
undang merupakan backine terhadap yang benar.

14

3. Human Rights

Human rights, maliputi 3 hal pokok, yaitu :

1. The rights to personal freedom ( kemerdekaan pribadi), yaitu hak untuk


melakukan sesuatu yang dianggan baik badi dirinya, tanpa merugikan orang lain.
2. The rights to freedom of discussion ( kemerdekaan berdiskusi), yaitu hak untuk
mengemukakan pendapat dan mengkritik, dengan ketentuan yang bersangkutan juga
harus bersedia mendengarkan orang lain dan bersedia menerima kritikan orang lain.
3. The rights to public meeting ( kemerdekaan mengadakan rapat), kebebasan ini
harus dibatasi jangan sampai menimbulkan kekacauan atau memprovokasi.
4. Persamaan Negara hukum Eropa Kontinental dengan Negara hukum Anglo
saxon adalah keduanya mengakui adanya “Supremasi Hukum”. Perbedaannya adalah
pada Negara Anglo Saxon tidak terdapat peradilan administrasi yang berdiri sendiri
sehingga siapa saja yang melakukan pelanggaran akan diadili pada peradilan yang
sama. Sedangkan nagara hukum Eropa Kontinental terdapat peradilan administrasi
yang berdiri sendiri.
4. Indonesia sebagai Negara Hukum

Negara Hukum Indonesia  diilhami oleh ide dasar rechtsstaat dan rule of law.
Langkah ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa negara hukum Republik
Indonesia pada dasarnya adalah negara hukum, artinya bahwa dalam konsep negara
hukum Pancasila pada hakikatnya juga memiliki elemen yang terkandung dalam
konsep rechtsstaat maupun dalam konsep rule of law.
Yamin menjelaskan pengertian Negara hukum dalam penjelasan UUD 1945,
yaitu dalam Negara dan masyarakat Indonesia, yang berkuasa bukannya manusia lagi
seperti berlaku dalam Negara-negara Indonesia lama atau dalam Negara Asing yang
menjalankan kekuasaan penjajahan sebelum hari proklamasi, melainkan warga
Indonesia dalam suasana kemerdekaan yang dikuasai semata-mata oleh peraturan
Negara berupa peraturan perundang-undangan yang dibuatnya sendiri

15
Indonesia berdasarkan UUD 1945 berikut perubahan-perubahannya adalah
negara hukum artinya negara yang berdasarkan hukum dan bukan berdasarkan
kekuasaan belaka. Negara hukum didirikan berdasarkan ide kedaulatan hukum sebagai
kekuasaan tertinggi

Menurut Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH ada dua belas ciri penting dari negara
hukum diantaranya adalah :

1. Supremasi hukum
2. Persamaan dalam hukum
3. Asas legalitas
4. Pembatasan kekuasaan
5. Organ eksekutif yang independent
6. Peradilan bebas dan tidak memihak
7. Peradilan tata usaha negara
8. Peradilan tata negara
9. Perlindungan hak asasi manusia
10. Bersifat demokratis
11. Sarana untuk mewujudkan tujuan negara
12. Transparansi dan kontrol sosial.

  Sedangkan menurut Prof. DR. Sudargo Gautama, SH. mengemukakan 3 ciri-ciri


atau unsur-unsur dari negara hukum, yakni:

1. Terdapat pembatasan kekuasaan negara terhadap perorangan

Maksudnya negara tidak dapat bertindak sewenang-wenang. Tindakan negara


dibatasi oleh hukum, individual mempunyai hak terhadap negara atau rakyat
mempunyai hak terhadap penguasa.

16
2. Azas Legalitas
Setiap tindakan negara harus berdasarkan hukum yang telah diadakan terlebih
dahulu yang harus ditaati juga oleh pemerintah atau aparaturnya.
3. Pemisahan Kekuasaan
Agar hak-hak azasi itu betul-betul terlindung adalah dengan pemisahan
kekuasaan yaitu badan yang membuat peraturan perundang-undangan, melaksanakan
dan mengadili harus terpisah satu sama lain tidak berada dalam satu tangan.
Namun apabila dikaji secara mendalam bahwa pendapat yang menyatakan
orientasi konsepsi Negara Hukum Indonesia hanya pada tradisi hukum Eropa
Continental ternyata tidak sepenuhnya benar, sebab apabila disimak Pembukaan UUD
1945 alinea I (satu) yang menyatakan “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan ialah hak
segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan
karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan” menunjukkan
keteguhan dan kuatnya pendirian bangsa Indonesia menghadapi masalah
kemerdekaan melawan penjajahan. Dengan pernyataan itu bukan saja bangsa
Indonesia bertekad untuk merdeka, tetapi akan tetap berdiri di barisan yang paling
depan dalam menentang dan menghapuskan penjajahan di atas dunia.

Alinea ini mengungkapkan suatu dalil objektif, yaitu bahwa penjajahan tidak
sesuai  dengan perikemanusiaan dan perikeadilan dan oleh karenanya harus ditentang
dan dihapuskan agar semua bangsa di dunia ini dapat menjalankan hak atas
kemerdekaan sebagai hak asasinya. Di samping itu dalam Batang Tubuh UUD 1945
naskah asli, terdapat pasal-pasal yang memuat tentang hak asasi manusia antara lain:
Pasal 27, 28, 29, 30, dan 31. Begitu pula dalam UUD 1945 setelah perubahan pasal-
pasal yang memuat tentang hak asasi manusia di samping Pasal 27, 28, 29, 30 dan 31
juga dimuat secara khusus tentang hak asasi manusia dalam Bab XA tentang Hak
Asasi Manusia yang terdiri dari Pasal 28A, 28B, 28C, 28D, 28E, 28F, 28G, 28H, 28I dan
Pasal 28J. Hal ini menunjukkan bahwa dalam konsep negara hukum Indonesia juga
masuk di dalamnya konsepsi negara hukum Anglo Saxon yang terkenal dengan rule of
law.

17
Dari penjelasan dua konsep tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep negara
hukum Indonesia tidak dapat begitu saja dikatakan mengadopsi konsep rechtsstaat
maupun konsep the rule of law, karena latar belakang yang menopang kedua konsep
tersebut berbeda dengan latar belakang negara Republik Indonesia, walaupun kita
sadar bahwa kehadiran istilah negara hukum berkat pengaruh konsep rechtsstaat
maupun pengaruh konsep the rule of law. Selain istilah rechtstaat, sejak tahun 1966
dikenal pula istilah The rule of law yang diartikan sama dengan negara hukum.

Dari berbagai macam pendapat, nampak bahwa di Indonesia baik the rule of law 
maupun rechtsstaat diterjemahkan dengan negara hukum. Hal ini sebenarnya
merupakan sesuatu yang wajar, sebab sejak tahun 1945 The rule of law merupakan
suatu topik diskusi internasional, sejalan dengan gerakan perlindungan terhadap hak-
hak asasi manusia. Dengan demikian, sulitlah untuk saat ini, dalam perkembangan
konsep the rule of law dan dalam perkembangan konsep rechtsstaat untuk mencoba
menarik perbedaan yang hakiki antara kedua konsep tersebut, lebih-lebih lagi dengan
mengingat bahwa dalam rangka perlindungan terhadap hak-hak dasar yang selalu
dikaitkan dengan konsep the rule of law, Inggris bersama rekan-rekannya dari Eropa
daratan ikut bersama-sama menandatangani dan melaksanakan The European
Convention of Human Rights.

Dengan demikian, lebih tepat apabila dikatakan bahwa konsep negara hukum
Indonesia yang terdapat dalam UUD 1945 merupakan campuran antara konsep negara
hukum tradisi Eropa Continental yang terkenal dengan rechtsstaat dengan tradisi
hukum Anglo Saxon yang terkenal dengan the rule of law. Hal ini sesuai dengan fungsi
negara dalam menciptakan hukum yakni mentransformasikan nilai-nilai dan kesadaran
hukum yang hidup di tengah-tengah masyarakatnya. Mekanisme ini merupakan
penciptaan hukum yang demokratis dan tentu saja tidak mungkin bagi negara untuk
menciptakan hukum yang bertentangan dengan kesadaran hukum rakyatnya. Oleh
karena itu kesadaran hukum rakyat itulah yang diangkat, yang direfleksikan dan
ditransformasikan ke dalam bentuk kaidah-kaidah hukum nasional yang baru.

18
Apabila dalam Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945 naskah asli, tidak
secara eksplisit terdapat pernyataan bahwa Indonesia adalah negara hukum, lain
halnya dalam Konstitusi Republik Indonesia Serikat (KRIS). Dalam KRIS dinyatakan
secara tegas dalam kalimat terakhir dari bagian Mukadimah dan juga dalam Pasal 1
ayat (1) bahwa Indonesia adalah negara hukum.
19
BAB III
PENUTUP
 
1. KESIMPULAN

Negara Indonesia adalah Negara hukum, begitu yang dinyatakan dalam UUD
Negara Republik Indonesia 1945 pasal 1 ayat (3) yang dirumuskan dalam
amandemennya yang ketiga ,Agustus 2011 yang lalu. Sehingga seharusnya seluruh
sendi kehidupan dalam bermasyarakat dan bernegara harus berdasarkan pada norma-
norma hukum. Artinya hukum harus dijadikan panglima dalam penyelesaian masalah-
masalah yang berkenaan dengan individu ,masyarakat dan Negara.

Norma hukum bukanlah satu-satunya kaidah yang bersifat regulatif (mengatur)


terhadap manusia dalam hubungannya dengan sesama manusia. Disamping norma
hukum,ada norma sosial, kesusilaan dan agama .Ketiga norma (kaedah) terakhir
memiliki aturan sanksi yang lunak jika dibandingkan dengan aturan sanksi pada norma
hukum yang keras, sebab hukum memiliki alat perlengkapan yaitu Negara.

Hukum dipandang sebagai sesuatu yang luas,besar , dan agung. Hukum tidak
dibuat tetapi hidup,tumbuh, dan berkembang bersama masyarakat. Walaupun pada
kenyataannya hukum merupakan produk politik dimana hukum tergantung pada
konfigurasi politik yang sedang berlangsung seperti yang dikatakan oleh Mahfud MD,
namun seharusnya hukum harus tetap memuat nilai-nilai ideal yang harus dijunjung

tinggi dan ditegakkan oleh segenap elemen masyarakat .

20
Daftar Pustaka

http://hukum-on.blogspot.co.id/2013/02/Makalah-INDONESIA-SEBAGAI-NEGARA-
HUKUM-YANG-BERDASARKAN-PANCASILA.html

https://byantibyan.wordpress.com/2014/11/03/makalah-indonesia-sbg-negara-hukum/

http://www.negarahukum.com/hukum/rechstaat-negara-hukum.html

https://istilahhukum.wordpress.com/2012/07/25/negara-hukum-rechtstaat/

https://contohmakalahdocx.blogspot.com/2015/02/contoh-makalah-tentang-konsep-
indonesia-sebagai-negara-hukum-doc.html

https://feelinbali.blogspot.co.id/2013/04/negara-indonesia-sebagai-negara-hukum.html
21

Anda mungkin juga menyukai