Anda di halaman 1dari 39

PEDOMAN PELAYANAN INTENSIVE CARE UNIT (ICU)

RUMAH SAKIT UMUM SYIFA MEDIKA BANJARBARU

TAHUN 2019
A. LATAR BELAKANG

ICU ( INTENSIVE CARE UNIT ) merupakan suatu bagian dari Rumah


Sakit yang memiliki kekhususan tersendiri, dengan staf khusus dan
perlengkapan khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi-
terapi pasien yang menderita penyakit cedera / penyakit-penyakit yang
mengancam jiwa / potensial mengancam jiwa dengan prognosis dubia. ICU
menyediakan kemampuan dan sarana, prasarana serta peralatan khusus
untuk menunjang fungsi alat vital dengan menggunakan ketrampilan staf
medik, perawat dengan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan
keadaan-keadaan tersebut.
Evolusi ICU bermula dari timbulnya wabah poliomyelitis di scandinavia
pada sekitar awal tahun 1950, dijumpai banyak kematian yang disebabkan
oleh kelumpuhan otot-otot pernafasan, Dokter-dokter anesthesia pada waktu
itu melakukan intubasi dan memberika bantuan nafas secara manual mirip
yang dilakukan selama anestesi. Dengan bantuan para mahasiswa
kedokteran dan sekelompok sukarelawan mereka mempertahankan nyawa
pasien poliomyelitis bulbar bahkan menurunkan mortalitas sebanyak 40%
dibandingkan dengan cara sebelumnya yakni penggunaan iron lung yang
mortalitasnya sebanyak 90%. Pada tahun 1852 Engstrom membuat ventilator
bertekanan positif yang ternyata sangat efektif untuk pemberian nafas jangka
panjang, sejak saat itu ICU dengan perawatan pernafasan mulai terbentuk
dan tersebar luas.
Di Indonesia sejarah ICU dimulai pada tahun 1971 di beberapa kota
besar, yaitu RSCM Jakarta oleh Prof. Moch.Kelan dan Prof. Muhardi, Di Rs.
Dr. Soetomo Surabaya oleh Prof. Karijadi Wirjoatmodjo, Di RS. Dr. Kariyadi
Semarang oleh Prof. Haditopo, yang selanjutnya menyebar di banyak kota
dan umumnya di motori oleh para dokter anestesi.
Perawatan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini
sangat perlu untuk dikembangkan di Indonesia. Berbagai pemberian
pelayanan keperawatan intensif bertujuan untuk memberikan asuhan bagi
pasien dengan penyakit berat yang potensial reversible, memberikan asuhan
bagi pasien yang perlu observasi ketat dengan atau tanpa pengobatan yang
tidak dapat diberikan di ruang perawatan umum memberikan pelayanan
kesehatan bagi pasien dengan potensial atau adanya kerusakan organ
umumnya paru, mengurangi kesakitan dan kematian yang dapat dihindari
pada pasien-pasien dengan penyakit kritis ( Adam & Osbome,1997 )
Uraian diatas menunjukan bahwa pelayanan keperawatan intensif berbeda
dengan pelayanan keperawatan di ruang rawat biasa, karena tingkat
ketergantungan pasien terhadap perawat di ruang intensif sangat tinggi.
Untuk itu perawat intensif dituntut memiliki pengetahuan, ketrampilan, daya
analisa dan tanggung jawab yang tinggi, mampu bekerja mandiri, membuat
keputusan yang cepat dan tepat, serta berkolaborasi dengan tim kesehatan
lainnya.
Pada saat ini ICU modern tidak terbatas menangani pasien pasca
bedah, ventilasi mekanik saja, namun telah menjadi cabang ilmu sendiri yaitu
Intensive Care Medicine. Ruang lingkup pelayanannya meliputi pemberian
dukungan fungsi organ-organ vital seperti pernafasan, kardiosirkulasi,
susunan syaraf pusat, renal dan lain-lainnya baik pada pasien dewasa
ataupun pada pasien anak-anak. Mengingat diperlukannya tenaga-tenaga
khusus dan terbatasnya sarana serta mahalnya peralatan maka unit ICU
perlu dikonsentrasikan.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum.
Meningkatkan Pelayanan yang bermutu dengan mengutamakan
keselamatan pasien sesuai kemampuan RSU Syifa Medika

2. Tujuan Khusus.
a. Memberikan acuan pelaksanaan pelayanan ruang ICU di RSU
Syifa Medika Banjarbaru
b. Meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien ruang
ICU di RSU Syifa Medika Banjarbaru
c. Menjadi acuan pengembangan pelayanan Ruang ICU di RSU
Syifa Medika Banjarbaru
d. Memberikan kebutuhan sesuai kondisi pasien
C. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pelayanan perawatan intensif di Ruang Rawat Intensif


RSU Syifa Medika meliputi penanganan kasus – kasus yang sesuai dengan
indikasi pasien masuk ruang ICU dengan rekomendasi / persetujuan dari
Kepala ICU.

D. BATASAN OPERASIONAL
Pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan Rumah Sakit dan Standar Prosedur Operasional yang berlaku.
Pelayanan Ruang ICU meliputi dukungan fungsi organ – organ vital seperti
pernapasan, kardiosirkulasi, susunan saraf pusat, ginjal dan lain-lainya, baik
pada pasien dewasa.
Pelayanan Ruang ICU juga memberikan Pelayanan yang seharusnya
pasien tersebut masuk HCU tapi belum tersedianya unit tersebut di RSU Syifa
Medika. Pelayanan HCU diberikan kepada pasien dengan kondisi kritis dan
stabil yang membutuhkan pelayanan, pengobatan dan observasi secara ketat

E. LANDASAN HUKUM
Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan buku ini adalah sebagai
berikut :
1. Undang-Undang no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan ;
2. Undang-Undang no. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit ;
3. Kepmenkes RI No.1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit ;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 920/Menkes/Per/XII/1986
tentang Pelayanan Kesehatan Swasta di bidang Medik ;
5. Peraturan Menteri Kesehatan No. 269/Menkes/Per/III/2008 tentang
Intensive Care Unit ;
6. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1778/Menkes/SK/XII/2010 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Intensive Care Unit Rumah
Sakit ;
7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 340/Menkes/Per/III/2010 tentang
Klasifikasi Rumah Sakit ;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1087/
Menkes/SK/VIII/ 2010 tentang Standar Kesehatan Dan Keselamatan
kerja di Rumah Sakit
9. Keputusan Direktur Jendral Bina Upaya Kesehatan Nomor
:HK.02.04/I/1966/11 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan
Pelayanan Intensive Care Unit ( ICU ) di Rumah Sakit.
10. Surat Keputusan Direktur RSU Syifa Medika Banjarbaru
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

I. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Kualifikasi tenaga kesehatan yang bekerja di ICU harus mempunyai
pengetahuan yang memadai, mempunyai ketrampilan yang sesuai dan
mempunyai komitmen terhadap waktu.

A. TENAGA MEDIS
Seorang dokter intensivis adalah seorang dokter yang memenuhi
standar kompetensi berikut :
a. Terdidik dan bersertifikat sebagai seorang spesialis anastesiologi
melalui program pelatihan dan pendidikan yang diakui oleh
perhimpunan profesi yang terkait.
b. Menunjang kualitas pelayanan ICU dan menggunakan sumber daya
ICU secara efesien
c. Mengabdikan diri lebih dari 50% waktu profesinya dalam pelayanan
ICU
d. Bersedia berpartisipasi dalam suatu unit yang memberikan pelayanan
24jam/hari, 7 hari/minggu
e. Mampu melakukan prosedur critical care, antara lain :
1) Sampel darah arteri
2) Memasang dan mempertahankan jalan napas termasuk intubasi
trakeal, trakeostomi perkutan dan ventilasi mekanis
3) Mengambil kateter intravaskuler untuk monitoring invasive
maupun terapi invasif misalnya; peralatan monitoring, termasuk:
 Kateter vena central (CVP)
4) Resusitasi jantung paru
5) Pipa torakostomi
f. Melaksanakan dua peran utama :
A. Pengelolaan pasien
Mampu berperan sebagai pemimpin tim dalam memberikan
pelayanan di ICU, menggabungkan dan melakukan titrasi
pelayanan pada pasien penyakit kompleks atau cedera
termasuk gagal organ multi-sistem. Dalam mengelola pasien,
dokter intensivis dapat mengelola sendiri atau berkolaborasi
dengan dokter lain. Seorang dokter intensivis mampu mengelola
pasien sakit kritis dalam kondisi seperti :
 Hemodinamik tidak stabil
 Gangguan atau gagal napas, dengan atau tanpa
memerlukan tunjangan ventilasi mekanis
 Gangguan neurologis akut termasuk mengatasi
hipertensi intractranial
 Gangguan atau gagal ginjal akut
 Gangguan endokrin dan / atau metabolic akut yang
mengancam nyawa
 Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutrisi
B. Manajemen Unit.
Dokter intensivis berpartisipasi aktif dalam aktivitas-aktivitas
manajemen unit yang diperlukan untuk memberi pelayanan ICU
yang efisien, tepat waktu dan konsisten. Aktivitas-aktivitas
tersebut meliputi antara lain :
 Triage, alokasi tempat tidur dan rencana pengeluaran
pasien
 Supervisi terhadap pelaksanaan kebijakan-kebijakan unit
 Partisipasi pada kegiatan-kegiatan perbaikan kualitas
yang berkelanjutan termasuk supervisi koleksi data
 Berinteraksi seperlunya dengan bagian – bagian lain
untuk menjamin kelancaran pelayanan ICU
 Mempertahankan pendidikan berkelanjutan tentang
critical care medicine :
 Selalu mengikuti perkembangan mutakhir dengan
membaca literature kedokteran
 Berpartisipasi dalam program-program pendidikan dokter
berkelanjutan
 Menguasai standar-standar untuk unit critical care. Ada
dan bersedia untuk berpartisipasi pada perbaikan kualitas
interdisipliner.
B. TENAGA KEPERAWATAN
Adapun karakteristik perawat, penepatan jumlah dan kualifikasi tenaga
keperawatan serta kompetensi perawat ICU adalah sebagai berikut :
a. Karakteristik perawat ICU
Karakteristik perawat yang bekerja di lingkungan keperawatan intensif
meliputi :
1. Mengelola pasien mengacu pada standar keperawatan intensif
dengan konsisten
2. Menghormati sesama sejawat dan tim lainnya
3. Mengintegrasikan kemampuan ilmiah dan ketrampilan khusus serta
diikuti oleh nilai etik dan legal dalam memberikan asuhan
keperawatan
4. Berespon secara terus menerus dengan perubahan lingkungan
5. Menerapkan ketrampilan komunikasi secara efektif
6. Mendemontrasikan kemampuan ketrampilan klinis yang tinggi
7. Menginterpretasikan analisa situasi yang komplek
8. Mengembangkan pendidikan kesehatan untuk pasien dan keluarga
9. Berfikir kritis
10. Mampu menghadapi tantangan ( Challenging )
11. Mengembangkan pengetahuan dan penelitian
12. Berfikir ke depan ( Visionary )
13. Inovatif

b. Penetapan jumlah tenaga


ICU harus memiliki jumlah perawat yang cukup dan sebagaian
besar terlatih. Jumlah perawat di ICU ditentukan berdasarkan jumlah
tempat tidur dan ketersediaan ventilasi mekanik. Perbandingan perawat :
pasien 1:1, sedangkan perbandingan perawat : pasien yang tidak
menggunakan ventilasi mekanik adalah 1:2.
1) Penetapan jumlah tenaga dan kualifikasi tenaga keperawatan di unit
perawatan intensif direkomendasikan formulasi ketenagaan sebagai
berikut :
Rumus :
AxBxCxDxE
FxG

Keterangan :
A = Jumlah shif perhari
B = Jumlah tempat tidur di unit
C = Jumlah hari di unit yang dipakai dalam satu minggu
D = Jumlah pasien yang menginap
E = Tenaga tambahan untuk libur, sakit ( dalam % ) biasanya 20 – 25 %
F = Jumlah pasien yang dibantu oleh seorang perawat ( rasio pasien :
perawat )
G = Jumlah hari dari setiap perawat yang bekerja dalam satu minggu

Rasio perawat pasien tergantung kompleksitas kondisi pasien ( 1 : 1, 1 : 2,


1 : 3 atau 2 : 1 )
( sumber : Managemen of intensive care Guidelines for Better Use of
Resources , 2000 )

c. Kompetensi Perawat Intensif


Untuk dapat memberikan pelayanan sesuai dengan kompleksitas
pasien di ICU maka dibutuhkan perawat yang memiliki kompetensi klinis
ICU . Kompetensi minimal/dasar dan khusus/lanjut dapat dilihat dibawah
ini :

KOMPETENSI DASAR MINIMAL KOMPETENSI KHUSUS / LANJUT


1. Memahami konsep keperawatan 1. Seluruh kompetensi dasar no. 1 s/d 23
intensif 2. Mengelola pasien yang menggunakan
2. Memahami issue etik dan hukum pada ventilasi mekanik
perawatan intensif 3. Mempersiapkan pemasangan kateter
3. Mempergunakan ketrampilan arteri
komunikasi yang efektif untuk 4. Mempersiapkan pemasangan kateter
mencapai asuhan yang optimal vena sentral
4. Melakukan pengkajian dan 5. Mempersiapkan pemasangan kateter
menganalisa data yang didapat arteri pulmonal
khususnya mengenai : henti nafas dan 6. Melakukan pengukuran curah jantung
jantung, status pernafasan, gangguan 7. Melakukan pengukuran tekanan vena
irama jantung, status hemodinamik sentral
pasien dan status kesadaran pasien. 8. Melakukan persiapan pemasangan
5. Mempertahankan bersihan jalan nafas Intra Aortic baloon Pump ( IAPB )
pada pasien yang terpasang Endo 9. Melakukan pengelolaan asuhan
Tracheal Tube ( ETT ) keperawatan pasien yang terpasang
6. Mempertahankan potensi jalan nafas IABP
dengan menggunakan ETT 10. Melakukan persiapan pemasangan alat
7. Melakukan fisioterapi dada haemodialisis, hemotitrasi ( Continous
8. Memberikan terapi inhalasi Arterial Venous Hemofiltration “ CAVH
9. Mengukur saturasi oksigen dengan “, Continous Venous Venous
menggunakan pulse oximetri Hemofiltration “ CVVH “
10. Memberikan terapi oksigen dengan 11. Melakukan pengelolaan pengukuran
berbagai metode tekanan intra kranial
11. Melakukan monitoring hemodinamik 12. Melakukan pengelolaan pasien yang
non invasive terpasang kateter invasive ( Arteri Line,
12. Memberikan BLS ( basic life support ) Cup Line, Kateter Swan Ganz )
dan ALS ( advanced life support ) 13. Melakukan pengelolaan pasien yang
13. Melakukan perekaman menggunakan terapi trombolitik
elektrokardiogram ( EKG ) 14. Melakukan pengukuran PETCO2
14. Melakukan interpretasi hasil rekaman ( Konsentrasi CO2 pada akhir
EKG : ekspirasi )
a. Gangguan Sistem Konduksi
b. Gangguan Irama
c. Pasien dengan gangguan miocard
( iskemik, injury dan infark )
15. Melakukan pengambilan contoh darah
untuk pemeriksaan analisa gas darah (
AGD )
16. Melakukan interpretasi hasil
pemeriksaan AGD
17. Melakukan pengambilan terhadap
hasil analisa untuk pemeriksaan
elektrolit
18. Mengetahui koreksi terhadap hasil
analisa gas darah yang tidak normal
19. Melakukan interpretasi hasil foto
thorak
20. Melakukan persiapan pemasangan
Water Seal Drainage ( WSD )
21. Mempersiapkan pemberian terapi
melalui syringe pump dan infus pump
22. Melakukan pengelolaan pasien
dengan nutrisi parenteral
23. Melakukan pengelolaan pasien
dengan terapi cairan intra vena
24. Melakukan pengelolaan pasien
dengan sindrome koroner akut
25. Melakukan penanggulangan infeksi
nosokomial di ICU

Kompetensi tersebut diatas dapat diaplikasikan tergantung pada masalah


pasien yang dihadapi.

II. DISTRIBUSI KETENAGAAN


Dibawah ini pola ketenagaan dan kualifikasi personil ruang ICU RSU
Syifa Medika Banjarbaru :

Jumlah Yang Jumlah Yang


Nama Jabatan Pendidikan Sertifikasi
Ada dibutuhkan
Dokter Spesialis
Ka. ICU - 1 -
Anestesi
Ka. Ruang ICU DIII Keperawatan - 1 -
Penanggung S1 Keperawatan 1
Jawab Shief
Penanggung
D III Keperawatan - 2
Jawab Shief
Perawat
S1 Keperawatan - 1 -
pelaksana
Perawat
D III Keperawatan - 1 -
pelaksana

III. PENGATURAN JAGA


Demi kelancaran dalam menberikan pelayanan kesehatan di ICU
RSUD SURADADI khusus untuk petugas ICU dibagi dalam 3 ( tiga ) shif
yang terdiri dari :
1. Shif 1 ( Dinas Pagi ) : jam 08.00 – 14.00 WIB
Untuk dinas pagi ruang ICU yang bertugas sebanyak 2 orang perawat
dan 1 orang Kepala Ruang Icu
2. Shif 2 ( Dinas Sore ): jam 14.00 – 20.00 WIB
Untuk dinas sore ruang ICU yang bertugas sebanyak 2. orang, semua
bisa tenaga keperawatan ( perawat ) dan atau 2 orang perawat. untuk
kegiatan admisi dapat dilakukan oleh perawat.
3. Shif 3 ( Dinas Malam ): jam 20.00 – 08.00 WIB
Untuk dinas malam ruang ICU yang bertugas sebanyak 2 orang,
semua bisa tenaga keperawatan ( perawat ) dan atau 2 orang perawat.

1. Jadwal dinas Ruang ICU dibuat dan dipertanggungjawabkan oleh


kepala ruang
2. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu 1 bulan.
3. Untuk karyawan yang dinas dan memiliki kepentingan pada hari
tertentu maka dapat mengajukan permintaan tukar dinas kepada
kepala ruang .Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan
tenaga ada agar tidak mengganggu pelayanan.

BAB III

STANDAR FASILITAS

Kelengkapan fasilitas dan peralatan di unit perawatan intensif


merupakan faktor pendukung yang sangat penting karena memudahkan
untuk mengantisipasi keadaan yang mengancam kehidupan. Kebutuhan
fasilitas dan peralatan disesuaikan dengan klasifikasi pelayanan intensif yang
diberikan
A. Denah ruang
Dibawah ini denah ruang ICU RSU Syifa Medika Banjarbaru:

Standar fasilitas

Guna peningkatan pelayanan di Rumah Sakit khususnya di


ruang ICU secara optimal disamping dengan ketersediannya tenaga
kesehatan yang profesional, begitu juga dengan fasilitas dan sarana
yang memadai juga sangat berpengaruh dalam pencapaian pelayanan
yang optimal. Untuk itu diperlukannya standar fasilitas dan sarana yang
ada di ICU
Dibawah ini standar fasilitas dan sarana yang harus ada diruang
ICU menurut Standar Pelayanan Keperawatan di ICU Direktorat
Keperawatan dan Keteknisian Medik , Direktorat Jendral Pelayanan
Medik Departemen Kesehatan RI tahun 2006 :

KLASIFIKASI ICU
JENIS
PRIMER SEKUNDER TERSIER
Disain 1 tempat cuci 1 tempat cuci 1 tempat cuci
Area pasien : tangan setiap 2 tangan setiap 2 tangan setiap 2
Unit terbuka 12 – 16 m² tempat tidur tempat tidur tempat tidur
1 tempat cuci 1 tempat cuci 1 tempat cuci
Unit tertutup 16 – 20 m² tangan setiap 1 tangan setiap 1 tangan setiap 1
tempat tidur tempat tidur tempat tidur
1 per tempat tidur 1 per tempat 1 per tempat
Oulet oksigen - tidur tidur
Vakum 2 per tempat tidur - -
Stop kontak 2 per tempat 2 per tempat
tidur tidur
Area kerja :
 Lingkungan  Air conditioned  Air  Air
 Suhu  3 – 25 C conditioned conditioned
 Humiditas  5 – 7%  23 – 25 C  23 – 25 C
 Ruang  Ada  50 – 70%  50 – 70%
 Ruang penyimpanan  Terpusat  Ada  Ada
peralatan dan barang  Ada  Ada
bersih  Ada  Ada
 Ruang tempat buang  Ada  Ada
kotoran  Ada
 Ruang perawat
 Ruang staf dokter
 Ruang tunggu keluarga  24 jam  24 jam
pasien
 Laboratorium
Monitoring

+ + +
1) COC ( cardiac output
computer )
2) Analisa oksigen
3) Mesin EKG 12 lead
4) Mesin EEG / fungsi
cerebral
5) Analisa gula darah
6) Analisa gas darah
7) Analisa Na/K/Cl
( elektrolit )
8) Tempat tidur yang
mempunyai alat ukur
berat badan
9) Pengangkat ( alat untuk
memindahkan pasien )
10)Analisa CO2 Ekspirasi
11)Monitor EKG – 3 lead,
suhu, nadi, tekanan
darah
12)Mesin EKG record
Alat bantu pernafasan
 CPAP
 Alat bronkoskopi
fibreoptik
 Trakeostomi set
 Ventilator
 Intubasi set
 Resusitator manual
 Krikotirotomi set
 Humifier
 Oksigen set
 Masker oksigen
Peralatan Renal
1. Set continuous
arteriovenos
Haemofiltration
2. Mesin hemodialisa
3. Alat peritoneal dialisa
Cardiovaskuler
 Intra aortic baloon pump
 Infusion/syringe pump
 Alat pacu jantung
 CRV
 Defribrilator
 CVP set
 Vena secti set
Micelaneous
 Tempat tidur multi fungsi
 Autoclave
 Drip stands
 Trolley ganti balut
 Trolley emergency
 Matras
pemanas/pendingin
 Blood/fluid warning
devices, pressure bags
dan skala
 NGT pump
 Bedpans
 Blood fridge
 Alat anti dekubitus

Dibawah ini sarana dan prasarana yang ada di ICU rumah sakit santa maria
pemalang:

A. Alat Khusus

JUMLA
NO NAMA ALAT
H KETERANGAN
1.
SUCTION 1
2. O2 + HUMIDIFIER 4
3. INFUS PUMP 4
4. SYRING PUMP 4
5. VENTILATOR 1
6. NEBULISER 1
7. LAMPU TINDAKAN 1
8. MONITOR 4
9. ALAT STERIL UV LAMP 1

B. Alat – alat medis lain


JUMLA
NO NAMA ALAT
H KETERANGAN
1.
EXAMINATION LAMP 1
2.
PEN LIGHT 1
3.
TROLY EMERGENCY 1
4.
TROMOL KASSA 3
5. KORENTANG DAN
1
TEMPATNYA
6.
GUNTING VERBAN 1
7.
X-RAY VIEWER 1
8.
METLINE 1
9.
AMBU BAG DEWASA 1
10.
AMBU BAG ANAK 1
11. AMBU BAG BAYI 1
12. Animex 0
13. EASY MOVE 1
14. BENGKOK BESAR 0
15. BENGKOK SEDANG 1
16. STETOSKOP DEWASA 1
17. STETOSKOP
1
ANAK( LITMAN )
18. SET BALUT 2
19. TROLY TINDAKAN 3
20. BED PASIEN ( ATMI ) 6
21. DRAI LARINGOSKOP 1
22. PISPOT 5
23. PENGGERUS OBAT 1
24. ALAT EKG 1
25. TONG SPATEL 2
26. BAK INSTRUMEN SEDANG 2
27. BAK INSTRUMEN KECIL 0
28. TENSI AIR RAKSA (
2
JALAN )
29. GELAS UKUR ( dari plastik ) 0
30. PALU / HAMMER 1
31. TERMOMETER AIR RAKSA 1
32. TERMOMETER DIGITAL 1
C. Alat – alat administrasi

JUMLA
NO NAMA ALAT
H KETERANGAN
1.
MEJA ADMIN 1
2. KOMPUTER 1
3. PRINTER 1
4. ROL KABEL 1
5. CPU 1

D. Alat – alat rumah tangga

JUMLA
NO NAMA ALAT
H KETERANGAN
1. LEMARI PASIEN 4
MEJA/COUNTER
2. 1
PERAWAT
4. PAPAN TULIS KECIL 0

5. SENTER 2

6. RAK PENSIL sap 4 1

7. TEMPAT TISSUE 1

8. RAK BUKU 8

9. TEMPAT SOLATIP 1

10. PELUBANG KERTAS 1


11. KALKULATOR 1
12. KULKAS 1
16. KURSI STANDAR 4
22. JAM DINDING KECIL 2
23. LEMARI GANTUNG 0
24. HANGER 0
TEMPAT SAMPAH
25. 2
SEDANG
26. TEMPAT SAMPAH BESAR 2
27. TEMPAT SAMPAH 1
STAINLES
EMBER SEDANG
28. 8
BERTUTUP
30. EMBER HITAM BESAR 1
31. EMBER HITAM KECIL 1
32. GAYUNG 5
33. RAK SEPATU sap 3 3
34. RAK SEPATU sap 4 1
35. KESET KECIL 4
36. KIPAS ANGIN 2
37. TELEPON 1
38. RAK JEMURAN STAINLES 2
39. RAK BESAR 2
40. TROLI MAKAN 5
41. DORONGAN AIR PANAS 1
42. BANTAL KOTAK 4
43. BANTAL GULING 0
44. TEMPAT TIDUR DOKTER 1
45. BASKOM MANDI 2
46. BASKOM KOMPRES 2
47. SIKAT BAJU 1
48. SEPATU BOOT 0
49. SIKAT LANTAI 2
50. SIKAT WC 4
51. SEKROP 2
52. KAIN PEL 3
53. SAPU LANTAI 2
54. TOPLES BESAR 2
55. TOPLES SEDANG 5
56. TOPLES KECIL 2
57. KERANJANG BESAR 2
58. KERANJANG KECIL 1
59. NAMPAN BESAR 1
60.
NAMPAN KECIL 4
.
61. GUNTING KERTAS BESAR 1
62. GUNTING KERTAS KECIL 1
63. TEMPAT OBAT 7
64. MANGKUK OBAT 8
TOPLES TEMPAT OBAT
65. 4
SEDANG
TOPLES TEMPAT OBAT
66. 4
KECIL
67. AC 2
68. LEMARI LINEN 1
69. RAK PIRING PLASTIK 1
70. RAK PIRING BESI 1
71. KOMPOR LISTRIK 1
72. DRINK JAR 2
73. TEMPAT SABUN 1
74 PIRING 12
75. GELAS KEMBUNG 8
76. GELAS POLOS 5
77. SENDOK 11
78. TUTUP GELAS 14
79. SANDAL JEPIT 6
80. STREPLES 2
81. LEMARI GANTUNG 0
82. LEMARI RUANG BERDO'A 0
83. RAK ALAT MEDIS 2
84. PESAWAT TELEFON 1
85. KIPAS ANGIN 2

BAB IV

STANDAR TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Kriteria Masuk Dan Keluar Ruang ICU


Sebelum pasien masuk ke Ruang Intensif Care, pasien dan / atau
keluarganya harus mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai dasar
pertimbangan mengapa pasien harus mendapat perawatan di ICU, serta
tindakan kedokteran yang mungkin selama pasien dirawat di ICU.
Penjelasan tersebut diberikan oleh kepala ICU atau dokter yang bertugas.
Atas penjelasan tersebut pasien dan / atau keluarganya dapat menerima /
menyatakan persetujuan untuk dirawat di ICU. Persetujuan dinyatakan
dengan menandatangani formulir informed consent.
Pada keadaan sarana dan prasarana ICU yang terbatas pada suatu
Rumah Sakit, diperlukan mekanisme untuk membuat prioritas apabila
kebutuhan atau permintaan akan pelayanan ICU lebih tinggi dari
kemampuan pelayanan yang dapat diberikan. Kepala ICU bertanggung
jawab atas kesesuaian indikasi perawatan pasien di ICU. Bila kebutuhan
pasien masuk ICU melebihi tempat tidur yang tersedia, kepala ICU
menetukan kondisi berdasarkan prioritas kondisi medik, pasien mana yang
akan dirawat di ICU.
1. Kriteria pasien masuk ICU
Prioritas 1 :

Pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi


intensif dan tertitrasi, seperti : dukungan / bantuan
ventilasi, alat penunjang fungsi organ / sistem yang lain,
infus obat – obat vasoaktif / inotropik, obat anti aritmia,
serta pengobatan lain – lainnya secara kontinyu dan
tertitrasi. Terapi pada golongan pasien prioritas 1
umumnya tidak mempunyai batas.

Prioritas 2 :

Pasien yang memerlukan pelayanan pemantauan


canggih di ICU, sebab sangat beresiko apabila tidak
mendapatkan terapi intensif segera. Terapi pada
golongan pasien prioritas 2 tidak mempunyai batas,
karena kondisi mediknya senantiasa berubah.

Prioritas 3 :

Pasien sakit kritis, yang tidak stabil status kesehatan


sebelumnya, yang disebabkan oleh penyakit yang
mendasarinya, atau penyakit akutnya, secara sendirian
atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan atau manfaat
terapi di ICU pada golongan ini sangat kecil. Pengelolaan
pada pasien golongan ini hanya untuk mengatasi
kegawatan akutnya saja, dan usaha terapi mungkin tidak
sampai melakukan intubasi atau resusitasi jantung paru.

Gol. Pengecualian :

Pasien – pasien yang masuk ICU dengan pertimbangan


luar biasa, atas persetujuan Kepala ICU, dengan catatan
bahwa pasien – pasien golongan demikian sewaktu –
waktu harus bisa dikeluarkan dari ICU, agar fasilitas ICU
yang terbatas tersebut dapat digunakan untuk prioritas 1,
2, dan 3. Pasien yang tergolong demikian, antara lain :

a) Pasien yang memenuhi kriteria masuk, tetapi


menolak terapi tunjangan hidup yang agresif dan
hanya demi ‘ perawatan yang aman’ saja. Ini tidak
menyingkirkan pasien dengan perintah DNR ( Do
Not Resuscitate ). Sebenarnya pasien – pasien ini
mungkin akan mendapat manfaat dari tunjangan
canggih yang tersedia di ICU untuk meningkatkan
kemungkinan survivalnya.
b) Pasien dalam keadaan vegetative permanen.

2. Kriteria pasien keluar ICU


Prioritas 1 :

Jika kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak ada lagi,


atau bila terapi telah gagal dan prognosis jangka pendek
jelek dengan kemungkinan kesembuhan atau manfaat
terapi intensif kontinyu kecil.

Prioritas 2 :

Jika kemungkinan untuk mendadak memerlukan terapi


intensif telah berkurang.

Prioritas 3 :

Jika kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak ada lagi,


tetapi mungkin dapat dikeluarkan lebih dini jika
kemungkinan kesembuhannya atau manfaat dari terapi
intensif kontinyu kecil.

B. Persiapan Penerimaan Pasien.


a. Monitoring Pasien.
Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan guna
mewujudkan pelayanan ICU yang aman dan mengutamakan
keselamatan pasien.
b. Prosedur Medik (Terlampir Di SPO).
1) Pemasangan CVP
2) Intubasi dan perawatannya
3) Ekstubasi
4) Balance cairan
5) Penilaian kematian batang otak
6) Indikasi penggunaan dan penghentian ventilator mekanik
7) Penggunaan ventilator mekanik
c. Pengunaan Alat Medik (Terlampir Di SPO)
1) Syringe pump
2) Infusion pump
3) Suction
4) Defibrilator

d. Pencacatan Dan Pelaporan Kegiatan Pelayanan.


Catatan ICU diverifikasi dan ditandatangani oleh dokter
yang melakukan pelayanan di ICU dan bertanggung
jawab atas semua yang dicatat tersebut. Pencatatan
menggunakan status khusus ICU yang meliputi
pencatatan lengkap terhadap diagnosis yang
menyebabkan dirawat di ICU, data tanda vital,
pemantauan fungsi organ khusus (jantung, paru, ginjal
dan sebagainya) secara berkala, jenis dan jumlah asupan
nutrisi dan cairan, catatan pemberian obat serta jumlah
cairan tubuh yang keluar dari pasien.

Pelaporan pelayanan ICU terdiri dari jenis indikasi pasien masuk


serta jumlahnya, lama rawat dan keluaran (hidup atau meninggal) dari
ICU,Stok obat ICU per bulan, sensus harian, 10 besar diagnosa pasien
masuk ICU,kejadian KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) pada KKPRS
(Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit).
BAB V

LOGISTIK

I. PENGELOLAAN LOGISTIK

Pengelolaan perbekalan logistik di Instalasi Intensive Care RSU Syifa


Medika Banjarbaru. di kelola secara secara efektif dan efisien guna
menunjang mutu pelayanan. Perbekalan logistik ini berupa bahan habis pakai
berupa obat – obatan, alat – alat kesehatan maupun alat tulis kantor dan
rumah tangga. Kelengkapan fasilitas sangatlah penting guna menunjang
pelayanan yang optimal dan profesional. Dalam pengelolaannya, perbekalan
logistik ini didukung dengan beberapa alur yaitu :

A. Permintaan Barang ke Bagian Gudang Farmasi


Alur permintaan barang Instalasi Intensif Care ke bagian gudang
farmasi adalah sebagai berikut :
1. Petugas ICU mengisi formulir permintaan barang farmasi.
2. Petugas ICU menyerahkan formulir permintaan barang yang telah
disetujui ke petugas farmasi. Kemudian petugas farmasi memberi
nomor pada bon permintaan dan menyiapkan barang yang di minta.
3. Petugas ICU mengambil barang yang diminta, kemudian di input ke
komputer ruangan .
4. Barang yang diminta disimpan dalam lemari stok ICU dan
dikeluarkan sesuai kebutuhan (pengelompokan obat labeling kit
emergrncy tempat penyimpanan.)

B. Permintaan Barang ke Bagian Gudang Umum , IPSRS dan koperasi


Alur permintaan barang Instalasi Intensif Care ke bagian gudang
umum IPSRS dan koperasi adalah sebagai berikut :
1. Petugas ICU mengisi formulir permintaan ATK, ART atau Alkes.
2. Petugas ICU menyerahkan formulir kepada Instalasi atau bagian
yang dituju.
3. Petugas ICU mengambil barang yang diminta, kemudian dicatat
kedalam buku stok.

II. PEMELIHARAAN ALAT

Pemeliharaan fasilitas dan peralatan yang ada perlu dilakukan secara


berkala dan terus menerus, ini penting agar alat yang ada selalu siap bila
diperlukan dibawah ini beberapa hal yang perlu diperhatikan :
a. Gunakan fasilitas dan peralatan sesuai denga fungsinya
b. Lakukan kalibrasi untuk peralatan elektronik untuk menghindari kesalahan
dalam menginterpretasikan informasi yang didapat ( monitoring EKG,
Respirator, monitor pasien, syring pump, infus pump dll )
c. Buat inventarisasi fasilitas dan peralatan yang ada, sehingga dapat
diketahui apakah jumlah dan fungsinya masih dapat dipertahankan atau
perlu diajukan permintaan baru atau perbaikan alat yang ada
d. Menjaga kebersihan dan mengendalikan infeksi melalui sterilitas unit
perawatan intensif dan penyediaan tempat cuci tangan
e. Ikuti prosedur pemeliharaan alat kesehatan sesuai petunjuk operasional
f. Adanya protokol untuk membersihkan peralatan tempat tidur setelah
pasien pindah

BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

A. PENGERTIAN
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu system dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen
risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil.

Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden


adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat
dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian
Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera dan Kejadian Potensial Cedera.
a. Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD :
adalah insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien.
b. Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC :
adalah terjadinya insidenyang belum sampai terpapar ke pasien.
c. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC :
adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul
cedera.
d. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC :
adalah kondisi yangsangat berpotensi untuk menimbulkan cedera,
tetapi belum terjadi insiden.
e. Kejadian Sentinel, adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian
atau cedera yang serius.

Pelaporan insiden keselamatan pasien adalah suatu sistem untuk


mendokumentasikan laporan insiden keselamatan pasien, analisis dan
solusi untuk pembelajaran.

B. TUJUAN
Tujuan dari program keselamatan pasien adalah :

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit


2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak
terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.

C. IDENTIFIKASI KESELAMATAN PASIEN DI INSTALASI


INTENSIVE CARE

a) Standar keselamatan pasien (patient safety) untuk pelayanan ICU


adalah :
1. Ketepatan identitas.
 Target 100%. Terpasang gelang identitas pasien rawat
inap : pasien yang masuk ke rawat inap terpasang gelang
identitas pasien.
 Target 100%. Label identitas tidak tepat apabila : Tidak
terpasang, salah pasang, salah penulisan nama, salah
penulisan gelar (Tn/Ny/An), salah jenis kelamin, salah
alamat.
2. Komunikasi SBAR.
 Target 100%. Konsul ke dokter via telpon menggunakan
metode SBAR
3. Medikasi :
 Ketepatan pemberian obat.
Target 100%. Yang dimaksud tidak tepat apabila : salah
obat, salah dosis, salah jenis, salah rute pemberian, salah
identitas pada etiket, salah pasien.
 Ketepatan Transfusi.
Target 100%. Yang dimaksud tidak tepat apabila : salah
identitas pada permintaan, salah tulis jenis produk darah,
salah pasien
4. Pasien jatuh :
 Target 100%.Tidak ada kejadian pasien jatuh di ICU.

b) Insiden di Instalasi Intensive Care


Kejadian Tidak Diharapkan yang mungkin timbul pada proses
pelayanan ICU antara lain dapat disebabkan oleh :
 Kejadian dapat terjadi saat perpindahan dari brankard
ruangan ke tempat tidur pasien ruang ICU, bila tidak hati-
hati pasien bisa jatuh
 Dapat terjadi kesalahan dalam melakukan tranfusi darah
bila kurang teliti
 Dapat terjadi kesalahan dalam melakukan pemberian obat
karena kesamaan penyebutan nama obat , Rupa dan
Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-Alike Medication
Names)
 Dapat terjadi kesalahan dalam pemberian cairan
konsentrat
 Tekanan oksigen / tekanan udara yang kadang turun
sehingga dapat menganggu pemakaian ventilator karena
konsentrasi oksigen yang diberikan tidak dapat dikontrol
 Tindakan RJP karena indikator di monitor asistole karena
elektroda lepas

D. TATA LAKSANA KESELAMATAN PASIEN DI RUANG ICU

a. Berikut langkah – langkah penatalaksanaan keselamatan pasien


diruang ICU saat perpindahan pasien dari brankard ke tempat tidur
pasien ruang ICU ataupun sebaliknya :
1. Bersikap tenang, jangan tergesa – gesa
2. Kunci semua roda baik tempat tidur pasien ruang ICU ataupun
brankard ruangan
3. Pasang alat untuk memindahkan pasien dengan sempurna dan
dorong pasien dengan hati – hati
4. Pasang kedua pengaman di sebelah kanan dan kiri tempat tidur
ataupun sebelah kanan dan kiri berankard bila pasien sudah
pindah tempat
5. Apabila terjadi KTD dimana pasien terjatuh saat perpindahan
lakukan pertolongan segera, cek keadaan umum pasien
kemudian lapor dokter jaga untuk melakukan evaluasi dan
tindakan selanjutnya
6. Apabila terjadi KTD maka buat laporan mengenai kronologis
kejadian kepada Tim KKPRS
b. Berikut langkah – langkah penatalaksanaan keselamatan pasien
diruang ICU saat terjadi kesalahan dalam pemberian tranfusi darah :
1. Lakukan cek ulang identitas pasien yang mendapatkan tranfusi
atau cek identitas produk darah dan cek advis dokter
2. Segera hentikan tranfusi bila terjadi kesalahan
3. Lakukan evaluasi terhadap keadaan pasien dan lapor dokter jaga
untuk melakukan evaluasi dan tindakan selanjutnya
4. Apabila terjadi KTD buat laporan mengenai kronologis kejadian
kepada Tim KKPRS

c. Berikut langkah – langkah penatalaksanaan keselamatan pasien


diruang ICU saat terjadi kesalahan dalam pemberian obat baik yang
tergolong obat HIGH ALERT ( Cairan Konsentrat ), LASA / NORUM
dll :
1. Lakukan cek ulang advis dokter, identitas pasien, nama obat,
jenis obat, dosis obat, maupun cara pemberian obat.
2. Segera hentikan pemberian obat bila terjadi kesalahan
3. Lakukan evaluasi terhadap keadaan pasien dan lapor dokter jaga
untuk melakukan evaluasi dan tindakan selanjutnya
4. Apabila terjadi KTD buat laporan mengenai kronologis kejadian
kepada Tim KKPRS

d. Berikut langkah – langkah penatalaksanaan keselamatan pasien


diruang ICU saat terjadi tekanan oksigen dan tekanan udara sentral
habis atau turun untuk penggunaan ventilator :
1. Cek konsentrasi oksigen pada monitor ventilator sesuai atau
tidak
2. Cek tekanan udara dan tekanan oksigen sentral apakah turun
atau sesuai tekanannya apabila ventilator akan digunakan
3. Bila tekanan udara ataupun tekanan oksigen turun / tidak sesuai
maka indikator akan bunyi dan menyala maka lapor security atau
bagian instalasi umum untuk menaikkan tekanan sesuai dengan
indikator yang menyala / bunyi
4. Cek ulang indikator, bila sudah tidak menyala / bunyi maka
lakukan restart alat ventilator
5. Bila dimonitor ventilator konsentrasi oksigen sudah sesuai maka
atur pemberian sesuai dengan advis dokter penanggung jawab.
6. Apabila terjadi KTD buat laporan mengenai kronologis kejadian
kepada Tim KKPRS

e. Berikut langkah – langkah penatalaksanaan keselamatan pasien


diruang ICU saat terjadi kesalahan tindakan RJP karena indikator di
monitor asistole karena elektroda lepas :
1. Lakukan cek ulang apakah elektroda lepas atau tidak
2. Cek ulang kondisi pasien meliputi tingkat kesadaran,
pernafasan dan denyut nadi pasien.
3. Segera hentikan tindakan RJP bila terjadi kesalahan
4. Lakukan evaluasi terhadap keadaan umum pasien
5. Apabila terjadi KTD buat laporan mengenai kronologis kejadian
kepada Tim KKPRS

BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1087 / MENKES / SK /


VIII / 2010 tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di rumah sakit,maka
perlu dibuat suatu Tim K3RS di RSU Syifa Medika Banjarbaru. K3RS merupakan
salah satu upaya untuk peningkatan mutu pelayanan rumah sakit khususnya dalam
hal kesehatan dan keselamatan bagi SDM dirumah sakit, pasien, pengunjung /
pengantar pasien, masyarakat sekitar rumah sakit.

I. Pengertian.
Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat
kerja / aktifitas karyawan lebih aman. Sistem tersebut diharapkan dapat
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan pribadi
ataupun rumah sakit.

II. Tujuan.

1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di RSU Syifa Medika Banjarbaru


2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya.
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
beresiko menyebabkan kecelakaan dan dapat menjadi bertambah tinggi.

III. Tata Laksana Keselamatan Karyawan

A. Setiap petugas medis maupun non medis menjalankan prinsip


pencegahan infeksi, yaitu :
1. Menganggap bahwa pasien, keluarga / pengunjung pasien maupun
dirinya sendiri dapat menularkan infeksi
2. Menggunakan alat pelindung ( sarung tangan, kacamata, sepatu
boot/alas kaki tertutup, celemek, masker dll ) terutama bila terdapat
kontak dengan spesimen pasien yaitu: urin, darah, muntah, sekret,
dll.
3. Melakukan tindakan secara aman bagi petugas maupun pasien,
sesuai prosedur yang ada, mis: memasang kateter, menyuntik,
menjahit luka, memasang infus, dll .
4. Mencuci tangan dengan sabun antiseptik sesuai dengan 6 langkah
dan 5 moment cuci tangan yang berlaku.
5. Terdapat tempat sampah infeksius dan non infeksius.
6. Mengelola alat dengan mengindahkan prinsip sterilitas yaitu :
 Dekontaminasi dengan larutan klorin
 Pencucian dengan sabun
 Pengeringan
7. Menggunakan baju kerja yang bersih.
8. Melakukan upaya-upaya medis yang tepat dalam menangani kasus:
 HIV / AIDS (sesuai prinsip pencegahan infeksi).
 Flu burung
9. Kewaspadaan standar karyawan / petugas ICU dalam menghadapi
penderita dengan dugaan flu burung adalah :
 Cuci tangan
Cuci tangan dilakukan dibawah air yang mengalir dengan
menggunakan sikat selama ± 5 menit, yaitu dengan menyikat
seluruh telapak tangan maupun punggung tangan.
 Hal ini dilakukan sebelum dan sesudah atau kontak dengan
lingkungan pasien.
 Memakai masker N95 atau minimal masker badan
 Menggunakan pelindung wajah / kaca mata goggle (bila
diperlukan)
 Menggunakan apron / gaun pelindung
 Menggunakan sarung tangan
 Menggunakan pelindung kaki (sepatu boot)
 Hepatitis B / C (sesuai prinsip pencegahan infeksi)

B. Bentuk pelayanan kesehatan kerja yang perlu dilakukan di RSU Syifa


Medika Banjarbaru adalah Sebagai berikut :
1. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi SDM
Rumah Sakit :
 Pemeriksaan fisik lengkap
 Kesegaran jasmani
 Rontgen paru-paru ( bila mungkin )
 Laboratorium rutin
 Pemeriksaan lain dianggap perlu
 Pemeriksaan yang sesuai kebutuhan guna mencegah bahaya
yang diperkirakan timbul, khususnya untuk pekerja tertentu
 Jika 3 bulan sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan oleh
dokter ( pemeriksaan berkala ) tak ada keraguan maka tidak
perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja.
2. Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM rumah sakit :
 Pemeriksaan berkala meliputi pemeriksaan fisik lengkap,
kesegaran jasmani, rontgen paru-paru ( bilamana mungkin ) dan
laboratorium rutin serta pemeriksaan –pemeriksaan lain yang
dianggap perlu
 Pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM rumah sakit
sekurang-kurangnya 1 tahun( penyakit menular melalui cairan
tubuh dan nafas)
3. Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada :
 SDM rumah sakit yang telah mengalami kecelakaan / penyakit
yang memerlukan perawatan lebih dari 2 minggu
 SDM rumah sakit yang berusia diatas 40 tahun / SDM rumah
sakit yang wanita dan SDM rumah sakit yang cacat serta SDM
rumah sakit yang berusia muda yang mana melakukan pekerjaan
tertentu
 SDM rumah sakit yang terdapat dugaan-dugaan tertentu dengan
gangguan kesehatan perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai
dengan kebutuhan
 Pemeriksaan kesehatan khusus diadakan pula apabila terdapat
keluhan-keluhan diantara SDM rumah sakit atas pengamatan
organisasi pelaksana K3RS
4. Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan / pelatihan tentang
kesehatan kerja dengan membuka bantuan kepada SDM rumah sakit
dengan penyesuaian diri baik fisik maupun mental yang diperlukan
antara lain :
 Informasi umum rumah sakit dan fasilitas / sarana yang terkait
dengan K3
 Informasi tentang resiko dan bahaya khusus ditempat kerjanya
 SPO kerja, SPO peralatan, SPO penggunaan alat pelindung diri
dengan kewajibannya
 Orientasi K3 ditempat kerja
 Melaksanakan pendidikan, pelatihan / promosi / penyuluhan
kesehatan kerja secara berkala dan berkesinambungan sesuai
kebutuhan dalam rangka menciptakan budaya K3
5. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental ( rohani ) dan
kemampuan fisik SDM rumah sakit :
 Pemberian makanan tambahan dengan gizi yang mencukupi
untuk SDM rumah sakit yang dinas malam, petugas radiologi,
petugas laboratorium, petugas kesling dll.
 Pemberian imunisasi bagi SDM rumah sakit
 Olah raga, senam kesehatan dan rekreasi
 Pembinaan mental / rohani
6. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi SDM
rumah sakit yang menderita sakit
 Memberikan pengobatan dasar secara gratis kepada seluruh
SDM rumah sakit
 Memberikan pengobatan dan menaggung biaya pengobatan
untuk SDM rumah sakit yang terkena Penyakit Akibat Kerja
( PAK )
 Menindak lanjuti hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan
pemeriksaan kesehatan khusus
 Melakukan upaya rehabilitasi sesuai penyakit yang terkait
7. Melakukan koordinasi dengan Tim Panitia Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi mengenai penularan infeksi terhadap SDM
rumah sakit dan pasien :
 Pertemuan koordinasi
 Pembahasan kasus
 Penanggulangan kejadian infeksi nosokomial
8. Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja :
 Melakukan pemetaan ( mapping ) tempat kerja untuk
mengidentifikasi jenis bahaya dan besarnya resiko
 Melakukan identifikasi SDM rumah sakit berdasarkan jenis
pekerjanya, lama pajanan dan dosis pajanan
 Melakukan analisis hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan
khusus
 Melakukan tindak lanjut analisis , pemeriksaan kesehatan
berkala dan khusus ( dianjurkan ke spesialis terkait, rotasi kerja,
merekomendasikan pemberian istirahat kerja )
9. Melaksanakan pemantauan lingkungan kerja dan ergonomi yang
berkaitan dengan kesehatan kerja ( pemantauan / pengukuran
terhadap faktor fisik, kimia, biologi, psikososial dan ergonomi )
10. Membuat evaluasi , pencatatan dan pelaporan kegiatan K3RS yang
disampaikan kepada Direktur rumah sakit dan unit terkait di wilayah
kerja rumah sakit

Disamping hal – hal diatas Rumah Sakit juga perlu memperhatikan masalah
pengelolaan limbah medis Rumah Sakit.Limbah medis rumah sakit termasuk dalam
kategori limbah yang berbahaya dan beracun yang sangat penting untuk dikelola
dengan benar. Sebagian limbah medis termasuk ke dalam kategori limbah
berbahaya dan sebagian lagi termasuk kategori limbah infeksius. Limbah infeksius
biasanya berupa jaringan tubuh pasien, jarum suntik, darah, verban, biakan kultur,
bahan / perlengkapan yang bersentuhan dengan penyakit menular / media lainnya
yang diperkirakan tercemari oleh penyakit pasien. Pengelolaan lingkungan yang
tidak tepat akan beresiko terhadap penularan penyakit. Beberapa resiko kesehatan
yang mungkin ditimbulkan akibat keberadaan rumah sakit antara lain : penyakit
menular ( Hepatitis, diare, campak, AIDS, influensa ), bahaya radiasi ( kanker,
kelainan organik genetik ), dan resiko bahaya kimia.

K3RS merupakan salah satu upaya untuk peningkatan mutu pelayanan


rumah sakit khususnya dalam hal kesehatan dan keselamatan bagi SDM dirumah
sakit, pasien, pengunjung/ pengantar pasien, masyarakat sekitar rumah sakit. Maka
diharapkan petugas kesehatan / SDM rumah sakit khususnya petugas ICU agar
dalam melaksanakan pelayanannya dapat menggunakan APD ( alat pelindung diri ).
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Evaluasi dan pengendalian mutu suatu pelayanan sangat erat hubungannya


demi tercapainya suatu tingkat pelayanan yang tinggi dan optimal yang sangat
diharapkan oleh masyarakat sehingga dapat tercapai derajat kesehatan yang baik
dan tinggi. Intensive Care Unit sebagai salah satu unit pelayanan di Rumah Sakit
yang merupakan suatu sistem kerja, sehingga perlu adanya evaluasi dan
pengendalian mutu pelayanan yang mana perlu kriteria

Kriteria mutu dari aspek masukan :

a. Apakah Intensive Care Unit telah memiliki standar pelayanan dan prosedur
kerja sebagai acuan dalam melaksanakan tugas pokoknya
b. Apakah sumber daya manusianya telah mendukung untuk kelancaran
kegiatan di Intensive Care Unit tersebut
c. Apakah sarana dan prasarana telah menunjang untuk kegiatan di Intensive
Care Unit
d. Apakah tersedia dana operasional yang cukup untuk menunjang kegiatan
pelayanan di Intensive Care Unit
e. Apakah ada evaluasi hasil kerja

Kriteria mutu dari aspek proses :

Apakah kegiatan pelayanan dapat berjalan sesuai prosedur dengan berpedoman


pada standar pelayanan dan prosedur kerja yang diberlakukan di Intensive Care Unit

BAB IX
PENUTUP

Intensive Care Unit (ICU) adalah salah satu unit dalam satu rumah
sakit yang mandiri , dengan staf dan perlengkapan yang khusus yang
ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang
menderita penyakit, cedera, atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa
atau potensial mengancam nyawa. Oleh karena itu ruang rawat tersebut
harus dirancang khusus seperti letak bangunannya berada diantara rawat
darurat dan bedah sentral dan satu komplek dengan ruang laboratorium dan
radiologi. Setiap rumah sakit merancang rawat intensif atau yang sudah
populer dengan sebutan ICU sesuai dengan bentuk lahan yang tersedia, dan
kebutuhannya tergantung dari besar atau tipe rumah sakit tersebut. Makin
besar suatu rumah sakit tentunya membutuhkan jumlah dan kapasitas yang
lebih besar dari segi peralatan dan petugas.
ICU diklasifikasikan menjadi ICU primer, sekunder, dan ICU tersier, dan
klasifikasi tersebut tentunya terkait dengan keadaan dan kemampuan dari
masing-masing Rumah Sakit.
Dengan demikian, diperlukan tenaga perawat yang profesional dalam
pengelolaan dan perawatan Intensive, sehingga sangat perlu diadakan
pelatihan-pelatihan demi meningkatkan sumberdaya manusia di bidang
tersebut.
Buku standar pelayanan ruang intensif Care Unit ini diharapkan dapat
menjadi acuan bagi petugas medis maupun perawat di ruang ICU dalam
melaksanakan tugasnya secara profesional
Disadari buku standar ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
diharapkan kritik, sara-saran, masukan guna penyempurnaannya untuk revisi
selanjutnya.

Banjarbaru, 2020
Kepala Instalasi Intensive Care Unit
RSU SYIFA MEDIKA BANJARBARU

Anda mungkin juga menyukai