OLEH
KELOMPOK 7 REGULER A
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah
memberikan kesempatan pada kelompok kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas
rahmat dan hidayah-Nya kelompok dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
Konsep dan Teknik Pencegahan Infeksi Nosokomial Keselamatan Pasien “ dengan
tepat waktu.
Kami kelompok menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah
ini.
Tim Penulis
II
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Pasien rawat inap di bangsal dermatologi rentan terhadap infeksi nosokomial pada
beberapa dermatosis karena terjadi pengelupasan luas kulit yang merupakan sawar
protektif. Selain itu, penggunaan kortikosteroid dan obat imunosupresif lainnya dalam
jangka panjang pada beberapa penyakit kulit merupakan faktor risiko terjadinya
infeksi nosokomial.
BAB II
PEMBAHASAN
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat selama masa perawatan atau
pemeriksaan di rumah sakit tanpa adanya tanda tanda infeksi sebelumnya dan
minimal terjadi 48 jam sesudah masuknya kuman (Depkes, 2003).
Penularan dapat terjadi melalui cara silang ( cross infection ) dari satu pasien ke
pasien yang lainnya atau infeksi diri sendiri dimana kuman sudah ada pada pasien
kemudian melalui suatu migrasi ( gesekan ) pindah tempat dan ditempat baru
menyebabkan infeksi. Tidak hanya pasien rawat yang dapat tertular tetapi seluruh
personil rumah sakit yang berhubungan dengan pasien ( ilmu penyakit dalam, edisi
ketiga ). Penyebaran penyakit di rumah sakit pada dasarnya ada 3 unsur pokok yakni :
2.1.1 Sumber infeksi Penyakit menular yang berasal dari pasien, pengunjung atau
petugas dan termasuk orang yang menderita penyakit yang aktif yaitu masa inkubasi
atau carrier panyakit.
2.1.2 Cara transmisi dari kuman ( Depkes RI, 2007 ) Cara penularan dapat melalui :
1) Melalui Kontak
1) Transmisi kontak langsung dapat terjadi pada kontak kulit dengan kulit dan
berpindahnya organisme selama kegiatan perawatan pasien. Transmisi kontak
langsung juga bisa terjadi antar dua pasien.
2) Transmisi kontak tidak langsung dapat terjadi bila ada kontak seseorang
yang rentan dengan obyek tercemar yang berada di lingkungan pasien.
2). Melalui Percikan ( droplet ) . Transmisi droplet terjadi melalui kontak dengan
konjungtiva, membran mukosa hidunng atau mulut individu yang rentan oleh
percikan partikel besar yang mengandung mikroorganisme. berbicara, batuk bersin
dan tindakan sperti penghisapan lendir dan broknkoskopi dapat menyebarkan
organisme.
3). Melalui Udara ( airborne ). Transmisi airborne terjadi melalui penyebaran partikel
partikel kecil ke udara, baik secara langsung atau melalui partikel debu yang
mengandung mikroorganisme infeksius. Partikel infeksius dapat menetap di udara
2
selama beberapa jam dan dapat disebarkan secara luas dalam suatu ruangan atau
dalam jarak yang lebih jauh.
4). Melalui perantara Organisme yang ditularkan oleh benda benda terkontaminasi
seperti makanan, air dan peralatan.
5). Melalui vektor Terjadi ketika vektor seperti nyamuk, lalat, tikus dan binatang
pengerat lain menularkan mikroorganisme.
2.1.3 Host atau manusia yang rentan adalah orang yang terkena sasaran penyakit
menular, kondisi host dipengaruhi oleh daya tahan tubuh terhadap penyakit, keadan
gizi, pola hidup . Semakin rentan seseorang maka semakin mudah dia terkena
penyakit, demikian pula sebaliknya semakin kuat daya tahan tubuh seseorang maka
semakin sulit terkena penyakit menular
Infeksi nosokomial paling sering disebabkan oleh bakteri. Infeksi bakteri ini lebih
berbahaya karena umumnya disebabkan oleh bakteri yang sudah kebal (resisten)
terhadap antibiotik. Infeksi nosokomial akibat bakteri ini bisa terjadi pada pasien yang
sedang mendapatkan perawatan di rumah sakit atau pasien dengan sistem imun atau
daya tahan tubuh yang lemah.
Selain bakteri, infeksi nosokomial juga dapat disebabkan oleh virus, jamur, dan
parasit. Penularan infeksi nosokomial dapat terjadi lewat udara, air, atau kontak
langsung dengan pasien yang ada di rumah sakit.
Ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang yang berada di
lingkungan rumah sakit untuk terkena infeksi nosokomial, antara lain:
1) Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya akibat HIV/AIDS atau
menggunakan obat imunosupresan
2) Menderita koma, cedera berat, luka bakar, atau syok
3) Memiliki akses atau sering kontak dengan pasien yang sedang menderita penyakit
menular, tanpa menggunakan alat pelindung diri yang sesuai standar operasional
(SOP)
3
4) Mendapatkan perawatan lebih dari 3 hari atau dalam jangka panjang di ICU
5) Berusia di atas 70 tahun atau masih bayi
6) Memiliki riwayat mengonsumsi antibiotik dalam jangka panjang
7) Menggunakan alat bantu pernapasan, seperti ventilator
8) Menggunakan infus, kateter urine, dan tabung endotrakeal (ETT)
9) Menjalani operasi, seperti operasi jantung, operasi tulang, operasi penanaman
peralatan medis (misalnya alat pacu jantung atau implan), atau operasi transplantasi
organ
Gejala yang diderita oleh penderita infeksi nosokomial dapat bervariasi, tergantung
penyakit infeksi yang terjadi. Gejala yang dapat muncul antara lain:
1. Demam
2. Ruam di kulit
3. Sesak napas
4. Denyut nadi yang cepat
5. Tubuh terasa lemas
6. Sakit kepala
Selain gejala umum yang disebutkan di atas, gejala juga bisa timbul sesuai jenis
infeksi nasokomial yang terjadi, seperti:
1. Infeksi aliran darah, dengan gejala berupa demam, menggigil, tekanan darah
menurun, atau kemerahan dan nyeri pada tempat pemasangan infus bila infeksi terjadi
melalui pemasangan infus
2. Pneumonia, dengan gejala berupa demam, sesak napas, dan batuk berdahak
4
3. Infeksi luka operasi, dengan gejala berupa demam, kemerahan, nyeri, dan
keluarnya nanah pada luka
4. Infeksi saluran kemih, dengan gejala berupa demam, sakit saat buang air kecil, sulit
buang air kecil, sakit perut bagian bawah atau punggung, dan terdapat darah pada
urine
Penting bagi semua orang yang berada di rumah sakit untuk mencuci tangan dengan
cara yang benar sesuai rekomendasi WHO. Ada 5 waktu wajib untuk cuci tangan saat
berada di rumah sakit, yaitu:
2.5.2 Alat.
Alat yang digunakan harus bersih dan kering , alat yang terkontaminasi segera
dibersihkan dengan desinfektan ,dan kemudian disterilkan . Hindari memasang
kembali penutup jarum bekas, hindari membengkokkan , mematahkan, atau
memanipulasi jarum bekas dengan tangan, gunakan sarung tangan pada saat
melakukan tindakan atau pemeriksaan pada pasien dengan penyakit-penyakit infeksi ,
mengambil dan menyentuh darah, cairan tubuh, atau keringat,tinja,urin, membran
mukosa dan bahan yang kita anggap telah terkontaminasi , sarung tangan harus
diganti ketika melakukan tindakan ke pasien yang lain.
5
2.5.3 Pasien
2.5.4 Lingkungan
2.5.5 Air
Kualitas air yang tersedia memenuhi syarat kesehatan yaitu bebas kuman, tidak
berbau, tidak berwarna, jernih dan bersih, jumlah air yang tersedia harus memenuhi
kebutuhan pasien. Air minum harus dimasak sampai mendidih, bak tempat
penampungan air dibersihkan secara rutin minimal 2 minggu sekali, cegah adanya
genangan air
2.5.6 Pengunjung
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat selama masa perawatan atau
pemeriksaan di rumah sakit tanpa adanya tanda tanda infeksi sebelumnya dan
minimal terjadi 48 jam sesudah masuknya kuman (Depkes, 2003). Penularan dapat
terjadi melalui cara silang ( cross infection ) dari satu pasien ke pasien yang lainnya
atau infeksi diri sendiri dimana kuman sudah ada pada pasien kemudian melalui suatu
migrasi ( gesekan ) pindah tempat dan ditempat baru menyebabkan infeksi. Tidak
hanya pasien rawat yang dapat tertular tetapi seluruh personil rumah sakit yang
berhubungan dengan pasien ( ilmu penyakit dalam, edisi ketiga ).
Cara tranmisi atau penularan infeksi dengan cara melalui kontak langsung dan tidak
langsung, percikan ( droplet ), melaui udara, Melalui perantara Organisme yang
ditularkan oleh benda benda terkontaminasi seperti makanan, air dan peralatan.
Melalui vektor Terjadi ketika vektor seperti nyamuk, lalat, tikus dan binatang
pengerat lain menularkan mikroorganisme.
3.2 SARAN
3.2.1 Diharapkan kepada penentu kebijakan dalam hal ini adalah rumah sakit agar
memfasilitasi alat yang dibutuhkan dalam mencegah infeksi nosokomial di rumah
sakit dan mengurangi beban kerja perawat agar dapat melakukan upaya pencegahan
infeksi dengan baik.
3.2.2 Diharapkan kepada perawat pelaksana agar berupaya agar berupaya dengan baik
dalam mencegah infeksi nosokomial si rumah sakit.
7
DAFTAR PUSTAKA