ESOTROPIA
Oleh:
Auxyline Pasila Galla
K1A1 13 103
Pembimbing
dr. Suryani Rustam, Sp.M
HALAMAN PENGESAHAN
Esotropia
Auxyline Pasila Galla, Suryani Rustam
A. PENDAHULUAN
Ablasio retina adalah suatu kelainan pada mata yang disebabkan oleh karena
terpisahnya lapisan neuroretina dari lapisan epitel pigmen retina akibat adanya
cairan di dalam rongga subretina atau akibat adanya suatu tarikan pada retina oleh
jaringan ikat atau membran vitreoretina. Terdapat tiga tipe utama ablasio retina,
yakni ablasio regmatogen, ablasio traksi, dan ablasio eksudatif. Jenis ablasio yang
paling sering terjadi dari ketiga tipe tersebut adalah ablasio regmatogen. Juga
merupakan salah satu kasus emergensi oftalmologi karena dapat menyebabkan
kebutaan jika tidak ditangani dengan segera1,2
Pada dasarnya ablasio retina adalah suatu kelainan mata bilateral, sehingga
harus diperiksa dan ditangani kedua mata. Biasanya ablasio retina ini adalah suatu
kelainan yang berhubungan dengan meningkatnya usia dan miopia tinggi, di mana
akan terjadi perubahan degeneratif pada retina dan vitreus. Diperkirakan prevalasi
retina adalah 1 kasus dalam 10.000 populasi. Prevalansi meningkat pada beberapa
keadaan seperti Miop tinggi, afakia/pseudofakia dan trauma. Pada penderita-
penderita ablasio retina ditemukan adanya miopia sebesar 55%, degenerasi Lattice
20-30%, trauma 10-20% dan afakia/pseudofakia 30-40%.2
Pada populasi negara barat seperti Eropa, Amerika Serikat, dan Australia
insiden ARR adalah 6,1 – 9,8 kasus per 100.000 orang selama tahun 1970an,
meningkat menjadi 11,8 – 17,9 kasus per 100.000 orang pada tahun 1990an.
Sebuah studi baru-baru ini melaporkan insiden 12,05 kasus per 100.000 orang di
awal abad ke-21 pada populasi yang relatif lebih muda, sedangkan penelitian lain
di Belanda melaporkan kejadian 17,42 kasus per 100.000 orang per tahun pada
populasi yang relatif lebih tua. Insidennya meningkat pada usia 60 – 69 tahun dan
secara signifikan lebih sering pada laki-laki dibandingkan perempuan.3
infeksi okular, degenerasi lattice, dan glaukoma. Pada janin 1 bulan akan
terbentuk optik vesikel secara bilateral, yang kemudian akan melipat ke dalam
membentuk optic cup, rongga vesikel ini berhubungan dengan ventrikel otak.
Optic cup ini akan mengalami invaginasi lebih lanjut dan meninggalkan rongga
potensial di antara lapisan neuroretina dan lapisan epitel pigmen retina yang
merupakan tempat terjadinya ablasio retina pada dewasa.2,3
a. Sklera
Sklera merupakan lapisan luar berwarna opak yang menutupi
lima perenam posterior bola mata. Sklera memiliki ketebalan 0,5 mm,
terdiri atas jaringan ikat padat, dan relatif avaskular. Di bagian posterior
sklera akan menebal dan bergabung dengan epineurium yang melapisi
nervus opticus.4
b. Kornea
Kornea adalah selaput bening yang menutupi seperenam
anterior bola mata. Kornea memiliki lima lapisan yaitu :
1) Epitel
Epitel pada kornea memiliki ketebalan 50 mm dan terdiri
atas lima lapis epitel tidak bertanduk; sel basal, sel poligonal, dan
sel gepeng.4
2) Membran Bowman
Membran bowman terletak di bawah membran basal epitel
kornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur.4
3) Stroma
Stroma menyusun sekitar 90% ketebalan kornea. Stroma
tersusun atas jalinan lamella serat serat kolagen yang memiliki
tinggi 1-2 µm dan lebar sekitar 10-250 µm.4
4) Membran Descement
Membran descement merupakan membran aselular yang
sangat elastis. Saat lahir tebalnya sekitar 3 µm dan terus menebal
hingga 10-12 µm.4
5) Endotel
Endotel berasal dari mesotelium, berbentuk heksagonal, dan
hanya memiliki satu lapis sel.4
c. Koroid
Koroid merupakan lapisan yang sangat vaskular pada dua
pertiga posterior mata yang tersusun atas jaringan ikat longgar
bervaskular yang banyak mengandung fibroblast, melanosit, serat
5
kolagen dan elastin, limfosit, makrofag, sel mast, dan sel plasma.
Koroid memiliki banyak pembuluh darah yang berfungsi untuk
memberi nutrisi pada retina bagian terluar yang terletak di bawahnya.4
d. Korpus Siliaris
Korpus siliaris membentang ke depan dari ujung anterior koroid
ke pangkal iris. Korpus siliaris terdiri atas pars plicata dan pars plana.
Processus siliaris berasal dari pars plicata yang merupakan pembentuk
aqueous humor.4
e. Iris
Iris merupakan perpanjangan korpus siliaris ke anterior. Di
dalam stroma iris terdapat sfingter dan otot otot dilator. Iris
mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata dengan
mengecilkan (miosis) atau melebarkan (midriasis) pupil.4
f. Retina
Retina merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang
menerima rangsangan cahaya dan terdiri atas sembilan lapisan, yaitu :
1) Membran Limitans Interna
Merupakan membran hialin antara retina dan corpus vitreum.4
2) Lapisan Serat Saraf
Mengandung akson-akson sel ganglion yang berjalan menuju nervus
opticus.4
3) Lapisan Sel Ganglion
4) Lapisan Pleksiform Dalam
Merupakan tempat sinaps sel ganglion dengan sel bipolar dan sel
amakrin.4
5) Lapisan Inti Dalam (Nukleus Dalam)
Merupakan tubuh sel muller, sel horizontal, dan sel bipolar.4
6) Lapisan Pleksiform Luar
Merupakan tempat sinaps sel fotoreseptor dengan sel horizontal dan
sel bipolar.4
7) Lapisan Inti Luar (Nukleus Luar)
6
mata, tetapi otot levator palpebral memiliki fungsi yang berbeda. Otot
ini berfungsi untuk elevasi palpebra superior.5
Otot ekstra okuler orbita terdiri dari:
1) Levator palpebrae superioris
Levator palpebrae superioris melebar menjadi bilaminar
aponeurosis. Bagian superfisial lamina melekat pada kulit palpebra
superior dan lamina profundus pada superior tarsus. Otot ini setiap
saat melawan gravitasi dan merupakan antagonis setengah bagian
superior musculus orbicularis oculi (sphincter palpebral
fissure).Lamina profundus bagian distal otot terdiri dari ototo polos,
yaitu superior tarsal muscle, yang menghasilkan pelebaran
tambahan fisura palpebralis, terutama selama respon simpatis,
misalnya saat ketakutan.Walaupun demikian, otot ini berfungsi
secara terus menerus walau tidak ada respon simpati.6
2) Empat recti (superior, inferior, medial, and lateral)6
3) Dua obliques (superior daninferior)5
Semua otot ini bergerak bersama untuk menggerakkan
palpebra superior dan bulbus okuli.6
Otot ekstraokular terdiri dari 6 otot utama yaitu rektus superior,
rektus medial, rektus inferior, rektus lateral dan 2 otot oblik yaitu oblik
superior dan oblik inferior. Otot-otot ini terletak di dalam rongga orbita
dan dikelilingi oleh lemak serta jaringan ikat fibroelastik.Otot
ekstraokular membentuk kerucut otot (musclecone) pada bagian
posterior dari garis ekuator bola mata. Jaringan lemak mengisi bagian
dalam kerucut tersebut.5
8
Ablasio retina yang diakibatkan oleh trauma lebih sering terjadi pada
orang yang lebih muda. Meskipun tidak ada penelitian telah memperkirakan
kejadian ablasio retina dalam olahraga, olahraga tertentu (misalnya, tinju dan
bungee jumping ) berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya ablasio
retina. Ada juga beberapa laporan bahwa Laser capsulotomy dikaitkan
dengan peningkatan resiko ablasio retina. Di Amerika Serikat, kelainan
struktural, operasi sebelumnya, trauma dan uveitis adalah faktor resiko utama
untuk ablasio retina. Miopia yang tinggi, trauma, kelainan struktural dan
operasi sebelumnya adalah faktor resiko utama di Asia.8
F. PATOGENESIS
Ruangan potensial antara neuroretina dan epitel pigmennya sesuai dengan
rongga vesikel optik embriogenik. Kedua jaringan ini melekat longgar, pada
mata yang matur dapat berpisah:11,12
1. Jika terjadi robekan pada retina, sehingga vitreus yang mengalami
likuifikasi dapat memasuki ruangan subretina dan menyebabkan ablasio
progresif (ablasio regmatogenosa).
pre-evaluasi untuk menilai derajat atau luas robekan yang terjadi pada
ablsio retina regmatogenosa (ARR) yaitu Lincoff Rules.11
Gambar 8. Derajat atau luas robekan yang terjadi pada ablsio retina
regmatogenosa (ARR)11
Rule 1- Temporal superior atau nasal. ARR: Sekitar 98% kasus robekan
primer seluas kurang dari sudut jam 1.30 dari bagian atas.
Rule 2- Seluruh atau bagian atas ARR melewati sudut jam 12 Meridian:
Sekitar 93% kasus robekan pada sudut jam 12 meridian.
Rule 3- ablasio bagian bawah: sekitar 95% kasus robekan pada bagian atas
ARR sebagai petanda diskus bagian atas terjadi robekan.
Rule 4- bullous bawah: Tipe ini merupakan lanjutan dari robekan bagian
atas
Pengobatan ditujukan untuk melekatkan kembali bagian retina
yang lepas dengan diatermi dan laser. Diatermi ini dapat berupa Diatermi
permukaan (surface diathermy) atau diatermi setengah tebal sklera (partial
penetrating diatermy) sesudah reseksi sklera. Hal ini dapat dilakukan
dengan atau tanpa mengeluarkan cairan subretina. Pengeluaran dilakukan
di luar daerah reseksi dan terutama di daerah di mana ablasi paling tinggi.
Implan diletakkan di dalam kantong sclera yang sudah direseksi yang akan
17
jaringan parut atau fibrosis di dalam badan kaca dengan tindakan yang
disebut sebagai vitrektomi.8
H. GAMBARAN KLINIS
Gejala Ablasio retina yang paling umum adalah hilangnya penglihatan
yang tiba-tiba dan tidak menyakitkan atau penglihatan kabur pada mata yang
terkena. Beberapa pasien dengan Ablasio retina hilangnya sebagian
pemberitahuan bidang, yaitu, kehilangan penglihatan hanya dalam satu
bagian bidang visual dan menggambarkan ini sebagai bayangan di satu
bidang penglihatan mereka. Kilatan dan floaters dapat terjadi pada mata yang
terkena beberapa hari atau minggu sebelum kehilangan penglihatan. Ini
disebabkan oleh degenerasi vitreous dan traksi pada retina. Detasemen retina
inferior sering diam dan progresif perlahan sehingga onset Ablasio retina
tidak diketahui sampai mencapai kutub posterior.
Pada anak-anak dan dewasa muda, Ablasio retina mungkin asimtomatik
pada awalnya dan didiagnosis hanya setelah mata yang terkena mengalami
juling, atau kemerahan, atau reflex pupil putih karena perkembangan katarak
yang cepat.
1. Flashes (photopsia)
Ketika ditanya, pasien biasanya menjawab gejala ini bisa terjadi
sepanjang waktu, tetapi paling jelas saat suasana gelap. Gejala ini
cenderung terjadi terutama sebelum tidur malam. Kilatan cahaya (flashes)
19
bagian bawah dan dapat membaik secara spontan dengan tirah baring,
terutama setelah tirah baring pagi hari. Kehilangan penglihatan sentral
atau pandangan kabur dapat muncul jika fovea ikut terlibat. terlibat.15
I. DIAGNOSIS
Ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Saat anamnesis, penting juga untuk menanyakan riwayat trauma, apakah
terjadi bebrapa bulan sebelum gejala muncul atau bertepatan dengan
timbulnya gejala. Perhatikan juga riwayat operasi, termasuk ekstraksi
katarak, pengangkatan benda asing intraokuler atau prosedur lain yang
melibatkan retina. Tanyakan juga mengenai kondisi pasien sebelumnya,
seperti pernah atau tidak menderita uveitis, perdarahan vitreus,
ambliopia, glaukoma, dan retinopati diabetik. Riwayat penyakit mata
dalam keluarga juga penting untuk diketahui.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan menyeluruh diindikasikan pada kedua mata. Pemeriksaan
pada mata yang tidak bergejala dapat memberikan petunjuk mengenai
penyebab dari ablasio retina pada mata yang lainnya.16
a. Lakukan pemeriksaan segmen luar untuk menilai tanda-tanda trauma
b. Periksa pupil dan tentukan ada atau tidaknya defek pupil aferen
c. Periksa ketajaman penglihatan
d. Periksa konfrontasi lapangan pandang
e. Periksa metamorfopsia dengan tes Amsler grid
f. Pemeriksaan slit lamp untuk melihat ada atau tidaknya pigmen pada
vitreus (Shafer’s sign)
g. Periksa tekanan bola mata
h. Lakukan pemeriksaan fundus dengan oftalmoskopi (pupil harus
dalam keadaan dilatasi)
21
J. DIAGNOSIS BANDING
1. Retinoskisis degenerative
Retinoskisis degeneratif adalah kelainan retina perifer didapat yang
sering ditemukan dan diyakini terbentuk dari gabungan degenerasi
kistoid perofer yang sudah ada. Elavasi kistik terebut paling sering
ditemukan di kuadran inferotemporal, diiukuti kuadran superotemporal.
Degenerasi kistoid berkembang menjadi salah satu dari dua bentuk
retinoskisis, tipikal atau reticular, walaupun secara klinis keduanya sulit
dibedakan.11
Retinoskisis menyebababkan suatu skotoma absolut dalam lapangan
pandang, sedangkan ablasio retina menimbulkan suatu skotoma relative.
Elevasi kistik pada retinoskisis biasanya halus tanpa disertai sel-sel
pigmen vitreus. Permukaan ablasio retina biasa berombak-ombak dengan
sel-sel pigmen di dalam vitreus.11
2. Korioretinopati Serosa Sentralis
Korioretinopati serosa sentralis (CSR) ditandai oleh pelepasan serosa
retina sensorik akibat adanya daerah-daerah dengan pembuluh-pembuluh
koroid yang hipermeabel dan gangguan fungsi pompa epitel pigmen
retina. Penyakit ini biasanya mengenai pria usia muda dan pertengahan
dan mungkin berkaitan dengan kepribadian tipe A, penggunaan steroid
kronik, mikropsia, metamorfopsia dan skotoma sentralis yang semuanya
timbul mendadak. Ketajaman penglihatan sering hanya berkurang secara
moderat dan dapat diperbaiki mendekati normal dengan koreksi
hiperopia kecil. Banyak pasien mengalami defek penglihatan ringan yang
menetap seperti penurunan sensitivitas warna, mikropsia atau skotoma
relatif.11
K. TATALAKSANA
Tujuan dari tatalaksana ablasio retina adalah mengembalikan kontak antara
neurosensorik retina yang terlepas dengan RPE dan eliminasi kekuatan traksi.
23
a. Scleral Buckling
Pembedahan Scleral buckling adalah metode pendekatan ekstraokuler
dengan membuat lekukan pada dinding mata untuk mengembalikan kontak
dengan retina yang terlepas. Sebuah silikon dengan konfigurasi yang
sesuai diposisikan dengan jahitan pada sklera bagian luar di atas lekukan
buckle dinding bola mata. Proses perlengketan kembali ini dapat diperkuat
oleh drainase cairan subretina, meskipun manuver ini tidak dibutuhkan
pada semua kasus. Robekan tunggal ditangani dengan cryotherapy atau
terapi laser untuk menjamin penutupan permanen. Angka keberhasilan
scleral buckling untuk melekatkan kembali retina dan memulihkan
penglihatan terbilang tinggi. Penelitian terbaru yang melibatkan 190 mata,
angka keberhasilan metode ini mencapai 89% untuk operasi tunggal.21
Komplikasi cryotherapy adalah vitreoretinopathy proliferative (PVR),
uveitis, cystoid edema makula, perdarahan intraokular, dan nekrosis
chorioretinal. Komplikasi operasi scleral buckling adalah iskemia (segmen
anterior dan posterior), infeksi, perforasi, strabismus, erosi atau ekstrusi
eksplan, mengerutnya makula, katarak, glaukoma, vitreoretinopathy
proliferative (4%), dan kegagalan (5-10%). Scleral buckling memiliki
tingkat keberhasilan yang cukup tinggi. Prognosis visual akhir tergantung
pada keterlibatan makula. Prognosis lebih buruk jika makula terlepas.22
24
Gambar 13: Tiga port Pars Plana Vitrektomi (PPV) a) Dua port
superiormembenarkan laluan untuk suction-cutter (vitrector), suatu
fiberoptic endoilluminator, dan instrumen lain dengan infusi cairan
secara melewati port yang ketiga. b) Vitrektomi yang mengeluarkan
traksi vitreus anterior pada horshoe tear. c) Pandangan panoramic
pada penanganan endolaser. d) intraokuler tamponade dilihat pada
daerah superior21
L. KOMPLIKASI
Jika pengobatan tertunda, perlepasan retina secara parsial dapat berlanjut
sampai seluruh retina terlepas. Ketika hal ini terjadi, penglihatan normal tidak
dapat dipulihkan, dan penurunan ketajaman visual atau kebutaan terjadi pada
mata yang terkena. Komplikasi lain dapat mencakup perdarahan ke dalam
mata (perdarahan vitreous), glaukoma (sudut tertutup), peradangan, infeksi,
dan jaringan parut akibat operasi. Kehilangan persepsi cahaya juga dapat
terjadi. Jika retina tidak berhasil dilekatkan kembali dan pembedahan
mengalami komplikasi, maka dapat timbul perubahan fibrotik pada vitreous
(vitreoretinopati proliferatif, PVR). PVR dapat menyebabkan traksi pada
retina dan ablasio retina lebih lanjut. 1,12
M. PROGNOSIS
Retina dapat berhasil direkatkan kembali dengan satu kali operasi pada
85% kasus. Salah satu kasus yang berhasil ditangani, dimana regio makula
ikut mengalami ablasio, tidak dapat sepenuhnya dikembalikan fungsi
penglihatan sentralnya, meskipun biasanya lapangan pandang perifer dapat
kembali normal. Derajat pemulihan penglihatan sentral sebagian besar
bergantung pada durasi terlepasnya makula sebelum operasi dilakukan.
Bahkan bila retina telah terlepas selama dua tahun, masih ada kemungkinan
untuk mengembalikan penglihatan navigasi yang berguna. Penyebab utama
kegagalan dari operasi perlekatan retina modern adalah vitreoretinopati
proliferatif, yang ditandai dengan terbentuknya skar yang berlebihan setelah
operasi perlekatan retina dilakukan, dengan adanya formasi membran traksi
fibrosa dalam mata yang menyebabkan ablasio retina.15
Saat ini, lebih dari 95% dari ablasio retina regmatogen dapat berhasil
diperbaiki, meskipun lebih dari satu prosedur mungkin diperlukan.
Pengobatan retinal breaks sebelum retinal detachment yang signifikan telah
terjadi biasanya mencegah perkembangan, tidak rumit dan
menghasilkanvisual yang sangat baik. Diagnosis awal dari ablasio retina juga
penting karena tingkat keberhasilan re-attachment lebih tinggi dan hasil visual
28