Anda di halaman 1dari 2

Kasus

Pasien laki-laki, 38 tahun, datang ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Abdul Moeloek (IGD RSAM)
dengan keluhan sesak nafas sejak 1 minggu SMRS dan memberat sejak 1 hari sebelum masuk RSAM.
Sesak nafas dirasakan terus menerus dan semakin memberat. Pada pemeriksaan fisik pasien
didapatkan kesadaran komposmentis,keadaan umum tampak sakit sedang, tekanan darah 90/60
mmHg, nadi 98 x/menit,irregular, tampak sesak dengan pernapasan sebanyak 28 x/menit, dan suhu
badan 37,8 oC. Berat badan 55 kg dan tinggi badan 160 cm. Tidak tampak sianosis ataupun edema
umum. Pada leher tampak JVP meningkat 5+2 cm H20. Pada toraks didapatkan adanya ronki pada
medial dan kedua basal paru. Pada pemeriksaan jantung iktus kordis terlihat dan teraba di ICS V dua
jari dari linea midklavikula sinistra, di auskultasi irama ireguler, BJ I-II normal, bising sistolik (+) grade
3/6 di apeks jantung, suara gallop (-). Hasil EKG didapatkan Sinus aritmia dengan ekstrasistol atrial,
HR: 90-105 x/menit, ireguler, Normal Axis, S V1 + R V5/V6 >35 mm, R/S di V1 <1. Hasil foto thoraks
terdapat kardiomegali, pneumonia, dan pleura reaction dextra. Serta dilakukan uji BTA yang (-).

Pencegahan primer

Pencegahan primer yang dapat dilakukan sebagai upaya mencegah gangguan yaitu dengan
melakukan higiene tidur yang baik. Stanley & Beare (2008) menyatakan bahwa higiene tidur yang
baik mencakup sebelas peraturan, yaitu:

a) Tidur seperlunya, tetapi tidak berlebihan. Pembatasan waktu tidur dapat memperkuat tidur,
berlebihnya waktu yang dihabiskan di tempat tidur akanberkaitan dengan kualitas tidur yang buruk

b) Waktu bangun yang teratur di pagi hari. Hal ini akan memperkuat siklus sirkadian dan
menyebabkan awitan tidur yang teratur

c) Jumlah latihan yang stabil setiap harinya akan dapat memperdalam tidur

d) Bunyi bising yang bersifat sementara (misal. bunyi pesawat terbang yangmelintas) dapat
mengganggutidur. Kamar tidur kedap suara dapat membantubagi orang-orang yang harus tidur di
dekat kebisingan

e) Ruangan yang terlalu hangat dapat mengganggu tidur. Ruangan yang terlaludingin juga dapat
mengganggu tidur

f) Rasa lapar dapat mengganggu tidur

g) Ketergantungan penggunaan obat tidur

h) Penggunaan kafein di malam hari dapat mengganggu tidur

i) Alkohol dapat memudahkan orang untuk tidur, namun hal ini akan menyebabkan tidur menjadi
terputus-putus

Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder adalah deteksi dini dan pengobatan terhadap kondisi kesehatan yang
merugikan. Komponen penting dalam pencegahan sekunder adalah skrining atau pemeriksaan
(Anderson & McFarlane, 2006). Pengkaji gangguan tidur meliputi seberapa baik tidur dirumah,
berapa kali terbangun di malam hari, kegiatan-Kegiatan yang dilakukan sebelum tidur, posisitidur
yang Paling disukai, lingkungan dan suhu kamar yang disukai, Dan penggunaan obat tidur atau obat
lainnya sebelum waktu Tidur. Validasi dapat dilakukan pada anggota keluarga Untuk memastikan
keakuratan data pengkajian (Stanley & Beare, 2006)
Pencegahan tersier

Pencegahan tersier dilakukan jika kondisi tertentu Telah menyebabkan kerusakan pada individu.
Tujuan Pencegahan tersier adalah membatasi kecacatandan Merehabilitasi atau meningkatkan
kemampuan individu (Anderson &McFarlane, 2006). Pada kasus gangguan tidur Seperti apnea tidur
yang mengancam kehidupan, pasien Memerlukan rehabilitasi melalui tindakan-tindakanseperti
Pengangkatan jaringan yang menyumbat dan Mempengaruhi jalan napas.Tujuan rehabilitasi yang
Dilakukan untuk menikmati tidur yang berkualitas baik Sampai akhir hayatnya (Stanley & Beare,
2006).

Anda mungkin juga menyukai