Makalah - Ekonomi Kredensial Rs
Makalah - Ekonomi Kredensial Rs
MAKALAH
‘EKONOMI KREDENSIAL RUMAH SAKIT’
Dosen :
DISUSUN OLEH
1
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
karunianya sehingga makalah tentenag “Ekonomi Kredensial Rumah Sakit” dapat diselesaikan
tepat pada.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan
kita dan bisa digunakan sebagaimana mestinya.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
Penulis
i
Daftar Isi
Kata Pengantar ........................................................................................................................ i
Daftar Isi .................................................................................................................................. ii
Bab I Pendahuluan .................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Masalah ......................................................................................................... 1
Bab II Pembahasan ................................................................................................................. 2
2.1 Pengertian Kredensial ............................................................................................. 1
2.2 Pengertian Ekonomi Kredensial Rumah Sakit .......................................................... 4
2.3 Implikasi Target Model.............................................................................................. 5
Bab III Penutup ....................................................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 9
3.2 Saran ......................................................................................................................... 9
Daftar Pustaka ......................................................................................................................... 10
ii
Bab I
Pendahuluan
Pada dasarnya semua pelayanan kesehatan yang terjadi di sebuah rumah sakit dan
akibatnya menjadi tanggung jawab institusi rumah sakit itu sendiri, hal ini sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perumahsakitan. Oleh
karenanya rumah sakit harus mengatur seluruh pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan sedemikian rupa agar aman bagi pasien. Rumah sakit sebagai wadah bagi
tenaga kesehatan dalam menjalankan profesinya, terjadi perkembangan, mulai dari tempat
ibadah yang oleh Aesculapius di Epidaurus sampai abad 20 tidak menyimpang dari tujuan
awal yaitu memberikan perawatan, pelayanan, dan tempat bagi mereka yang sakit, adalah
merupakan bentuk partisipasi dalam masyarakat sebagai sistem sosial
1
Bab II
Pembahasan
Pemberian kewenangan klinis (clinical privilege) kepada seorang tenaga kesehatan dilakukan
dengan melakukan suatu proses yang disebut kredensial. Kredensial adalah proses evaluasi
Proses kredensial mencakup tahapan review, verifikasi dan evaluasi terhadap dokumen –
Sebagai contoh untuk tenaga perawat, proses kredensial dilakukan oleh sub komite
kredensial di komite keperawatan rumah sakit. Komite keperawatan adalah wadah non-
struktural rumah sakit yang mempunyai fungsi utama mempertahankan dan meningkatkan
dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi sehingga pelayanan asuhan keperawatan dan
asuhan kebidanan kepada pasien diberikan secara benar (ilmiah) sesuai standar yang baik
(etis) sesuai kode etik profesi serta hanya diberikan oleh tenaga keperawatan yang kompeten
Komite Keperawatan merupakan kelompok profesi tenaga keperawatan yang secara struktur
kepada kepala/direktur rumah sakit. Komite Keperawatan dibentuk melalui mekanisme yang
2011).
Kredensial secara umum merupakan istilah yang memayungi lisensi, sertifikasi, akreditasi
2
a. Sertifikasi
Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi seorang tenaga
Indonesia setelah lulus uji kompetensi (PMK 1796, pasal 1). Untuk memperoleh sertifikat
kompetensi, sebelumnya dilakukan uji kompetensi. Uji kompetensi adalah suatu proses
untuk mengukur pengetahuan, keterampilan dan sikap tenaga kesehatan sesuai dengan
standar profesi (PMK 1796, pasal 1). Pelaksanaa uji kompetensi dilaksanakan oleh
MTKP (Majelis Tenaga Kesehatan Propinsi). Setelah dinyatakan lulus, yang bersangkutan
b. Registrasi
Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kesehatan yang telah memiliki
sertifikat kompetensi dan telah memenuhi kualifikasi tertentu serta diakui secara hukum
untuk menjalankan praktik dan/atau pekerjaan profesinya (PMK 1796, pasal 1).
Surat Tanda Registrasi (STR) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah kepada
c. Akreditasi
Aspek kredensial yang terkait dengan akreditasi meliputi ijasah yang dikeluarkan oleh
institusi pendidikan. Hal ini berhubungan dengan persyaratan untuk memperoleh STR
dimana salah satu syaratnya memiliki ijasah. Ijasah tersebut akan diberikan atau
dikeluarkan oleh institusi pendidikan yang telah terakreditasi oleh Badan Akreditasi
3
2.2 Pengertian Ekonomi Kredensial Rumah Sakit
pertimbangan ekonomi demi kepentingan rumah sakit. Hal ini merupakan kewenangan pihak
administrator selaku pemegang kebijakan rumah sakit. Proses kredensial ini berlaku setelah
semua syarat terpenuhi, seorang dokter harus pula menyertakan dokumen yang menunjukkan
rekam jejak ekonomi yang sudah berhasil dicapai oleh dokter tersebut pada rumah sakit,
dimana dokter tersebut sebelumnya bekerja. Rekam jejak ini penting bagi pihak administrator
rumah sakit sebagai bahan pertimbangan, Prosedur ini disebut dengan credentialing on
persoalan anti-trust dan conspiracy. Terutama ketika proses kredensial itu telah melewati
batas etik dan moral pelayanan kesehatan, dimana faktor pertimbangan ekonomi menjadi
Di Indonesia dengan maraknya pertumbuhan rumah sakit sebagai industri jasa pelayanan
bertaraf internasional, sehingga kompetisi di antara rumah sakit semakin ketat. Apakah
model economic credentialing telah teradopsi penuh pada rumah sakit swasta di Indonesia?
Inti dari pertanyaan tadi adalah apakah pertimbangan ekonomi menjadi penilaian penting
dalam menentukan seorang dokter diterima dan bekerja sebagai anggota medical staff
privileges? Adakah model atau bentuk lain dari economic credentialing di Indonesia?
hasil penelitian yang dilakukan oleh Lumunon dkk 2020, mengenai wujud economic
credentialing dalam bentuk bagaimana, sejumlah kecil saja yang mengetahui bahwa dokter-
dokter spesialis tertentu, terutama bidang spesialisasi dengan tindakan kedokteran yang
4
menggunakan alat kesehatan berbasis teknologi canggih. Dokter spesialis tersebut diwajibkan
mencapai target finansial tertentu dalam kurun waktu tiga bulan. Ternyata ada rumah sakit
swasta Kota Manado dengan entitas hukum sebagai sebuah korporasi telah menerapkan
Faktor ekonomi dalam tatanan institusional bagaimanapun tidak bisa diabaikan. Rumah sakit
yang dibentuk berdasarkan badan usaha perseroan terbatas bertujuan mencari laba. Konteks
pelayanan kesehatan di beberapa rumah sakit swasta, berusaha mengesankan bersifat sosial,
yaitu menjaga keseimbangan pembiayaan dengan melakukan subsidi silang secara internal.
Hal ini tidak dapat dilakukan dalam jangka panjang. Pihak administrator rumah sakit yang
Kualitas rumah sakit bergantung pada staf medis terampil, sarana kesehatan yang memadai
dan teknologi medis canggih. Keadaan ini membutuhkan dana guna memenuhi biaya
operasional, membayar gaji dan jasa profesi dokter umum dan dokter spesialis serta
pembelian peralatan kesehatan. Telah menjadi kebiasaan belanja barang untuk kebutuhan
rumah sakit, dimana hampir semua peralatan kesehatan yang tersedia dalam posisi hutang
mempunyai kewajiban lebih besar yang dibebankan pada dokter-dokter spesialis di bidang
itu. “Target model” masih tergolong rasional, meskipun berhadapan dengan pertanyaan-
pertanyaan moral. Rumah sakit tertentu tidak menyatakan dengan jelas atau tersurat
mengenai target kebijakan, namun menjadi kebijakan “di belakang layar” dimana setiap
5
administrator rumah sakit maupun dokter spesialis menganggap sangat serius jika target tidak
dipenuhi.
Saat ini target model belum menunjukkan adanya degradasi terhadap etika dan moral
pelayanan kesehatan. Namun dalam beberapa kasus, sudah nyata berimplikasi terhadap
perujukan pasien dan keinginan untuk melakukan tindakan medis pada pasien-pasien dengan
Dewasa ini telah menjadi isu yang sangat sentral, tidak saja terkait pada target model tetapi
yang berhubungan dengan pasien-pasien BPJS yang dirujuk oleh fasilitas kesehatan C ke
fasilitas kesehatan B. Kehadiran program Asuransi Nasional maupun adanya private health
insurance corporate yang mengikat perjanjian pada rumah-rumah sakit kelas B dengan
fasilitas kedokteran Madya telah menyuburkan tindakan medis yang un-medically needed
coding adalah tindakan penyesuaian yang dilakukan operator di Rumah Sakit khusus yang
mengurus claim pembayaran BPJS terhadap rumah sakit atas dasar INA-CBGs, namun juga
membuat penyesuaian agar sesuai dengan standar pembayaran BPJS. Sebagai ilustrasi adalah
bila BPJS (INA-CBGs) hanya membayar Rp. 250.000 untuk 2 cm robekan di kulit dan
daging maka operator harus melakukan penyesuaian terhadap satu robekan yang hanya 1,5
cm menjadi 2 cm.
Jika tidak demikian maka tidak dibayarkan oleh BPJS. Peraturan yang telah dikeluarkan oleh
jajaran Kementerian Kesehatan untuk mencegah tindakan kedokteran yang tidak diperlukan
secara khusus yaitu adanya scheme Up-Coding. Semuanya tergantung pada situasi bahwa
seorang tenaga spesialis berhadapan dengan tantangan untuk menjaga medical staff privilege
yang dimilikinya di rumah sakit, dan tuntutan target yang harus dipenuhi, sebagai akibat dari
6
adanya teknologi kedokteran yang diperlukan di bidang spesialisasinya. Beberapa Rumah
Sakit Swasta dengan standar Madia (B) mengaitkan teknologi kedokteran yang digunakan
oleh rumah sakit, dihubungkan dengan bidang perawatan spesialis yang ditawarkan oleh
rumah sakit secara ekonomi membebani seorang dokter untuk mengejar target pemasukan
keuangan demi teknologi dan peralatan kedokteran yang digunakan. Sebagaimana hasil
wawancara peneliti pada seorang dokter spesialis yang nama pribadi maupun institusi rumah
Dalam implementasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah diatur pola pembayaran untuk
fasilitas kesehatan tingkat lanjutan adalah dengan INA-CBGs sesuai Peraturan Presiden
Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013. Untuk tarif yang berlaku pada 1 Januari 2014,
telah dilakukan penyesuaian dari tarif INA-CBG Jamkesmas dan telah ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Standar Tarif Pelayanan
Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas Kesehatan Tingkat
Semua tindakan staf medis yang melibatkan pertimbangan bukan medik untuk melakukan
target model. Semua itu berada di bawah radar utility review, apakah penggunaan tindakan
tertentu diperlukan. Tim kajian penggunaan teknologi kedokteran di rumah sakit berada di
misconduct selain berhadapan dengan ketentuan hukum, juga bertentangan dengan internal
protokol di lingkungan profesi medik maupun rumah sakit. Terdapat dua dokumen yang
7
mempunyai kekuatan hukum khusus, yaitu Hospital bylaws, hukum internal rumah sakit dan
medical bylaws, ketentuan yang mempunyai kekuatan mengikat bagi staf medis sebagai
8
Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Kredensial adalah proses evaluasi terhadap tenaga kesehatan untuk menentukan
kelayakan pemberian kewenangan klinis. Proses kredensial mencakup tahapan
review, verifikasi dan evaluasi terhadap dokumen – dokumen yang berhubungan
dengan kinerja tenaga kesehatan.
3.1.2 Ekonomi Kredensial adalah sebuah proses kredensialing disertakan pertimbangan-
pertimbangan ekonomi demi kepentingan rumah sakit. Hal ini merupakan
kewenangan pihak administrator selaku pemegang kebijakan rumah sakit.
3.2 Saran
Sebagai penyusun, kami merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan makalah ini.
Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran dari pembaca. Agar kami dapat memperbaiki
makalah yang selanjutnya. Terima kasih.
Daftar Pustaka
- Lumunon dkk 2020, Implementasi dari Corporate Negligence dan Relevansi Quasi
Economic Credentialing dalam Praktik di Rumah, Jurnal Magister Hukum Udayana
(Udayana Master Law Journal), Vol. 9 No. 1 Mei 2020, 182-194
- Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 755/Menkes/per/IV/2011 tentang
Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit.
- Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.
- Permenkes RI No. 1796 tahun 2011
9
- Sakit Swastahttps://text-id.123dok.com/document/ky686x7z0-pengertian-
kebijakan-kesehatan-kerangka-konsep-dalam-kebijakan-kesehatan.html. . diakses
(https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjxrrO21o
TvAhWzjuYKHZVYDS8QFjADegQIDxAD&url=http%3A%2F%2Fpadk.kemkes.go.id
%2Fuploads%2Fdownload
%2FMaking_Health_Policy_(Compile).pdf&usg=AOvVaw1G2_aqngcgE6mhHx710Gw
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia diakses pada tanggal 25 Februari 2021, jam
20:10.
10