Anda di halaman 1dari 13

MATA KULIAH

ETIKA DAN PERUNDANG UNDANGAN KESEHATAN

MAKALAH
‘EKONOMI KREDENSIAL RUMAH SAKIT’

Dosen :

Dr. Theodorus H.W. Lumunon, SH, M.Hum

DISUSUN OLEH

Irmawaty Buleno NIM : 20202111037


Veronica Christy E. Laoh NIM : 20202111047
Mira Kumayas NIM : 20202111052

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2021

1
Kata Pengantar

            Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
karunianya sehingga makalah tentenag “Ekonomi Kredensial Rumah Sakit” dapat diselesaikan
tepat pada.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan
kita dan bisa digunakan sebagaimana mestinya.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Manado, 10 Maret 2021

Penulis

i
Daftar Isi
Kata Pengantar ........................................................................................................................ i
Daftar Isi .................................................................................................................................. ii
Bab I Pendahuluan .................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Masalah ......................................................................................................... 1
Bab II Pembahasan ................................................................................................................. 2
2.1 Pengertian Kredensial ............................................................................................. 1
2.2 Pengertian Ekonomi Kredensial Rumah Sakit .......................................................... 4
2.3 Implikasi Target Model.............................................................................................. 5
Bab III Penutup ....................................................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 9
3.2 Saran ......................................................................................................................... 9
Daftar Pustaka ......................................................................................................................... 10

ii
Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya semua pelayanan kesehatan yang terjadi di sebuah rumah sakit dan
akibatnya menjadi tanggung jawab institusi rumah sakit itu sendiri, hal ini sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perumahsakitan. Oleh
karenanya rumah sakit harus mengatur seluruh pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan sedemikian rupa agar aman bagi pasien. Rumah sakit sebagai wadah bagi
tenaga kesehatan dalam menjalankan profesinya, terjadi perkembangan, mulai dari tempat
ibadah yang oleh Aesculapius di Epidaurus sampai abad 20 tidak menyimpang dari tujuan
awal yaitu memberikan perawatan, pelayanan, dan tempat bagi mereka yang sakit, adalah
merupakan bentuk partisipasi dalam masyarakat sebagai sistem sosial

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan kredensial ?


1.2.2 apa pengertian ekonomi kredensial Rumah Sakit ?

1.3 Tujuan Masalah

1.3.1 Mengetahui pengertian tentang kredensial

1.3.2 Mengetahui pengertian ekonomi kredensial Rumah Sakit

1
Bab II

Pembahasan

2.1 Pengertian Kredensial

Pemberian kewenangan klinis (clinical privilege) kepada seorang tenaga kesehatan dilakukan

dengan melakukan suatu proses yang disebut kredensial. Kredensial adalah proses evaluasi

terhadap tenaga kesehatan untuk menentukan kelayakan pemberian kewenangan klinis.

Proses kredensial mencakup tahapan review, verifikasi dan evaluasi terhadap dokumen –

dokumen yang berhubungan dengan kinerja tenaga kesehatan.

Sebagai contoh untuk tenaga perawat, proses kredensial dilakukan oleh sub komite

kredensial di komite keperawatan rumah sakit. Komite keperawatan adalah wadah non-

struktural rumah sakit yang mempunyai fungsi utama mempertahankan dan meningkatkan

profesionalisme tenaga keperawatan melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi

dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi sehingga pelayanan asuhan keperawatan dan

asuhan kebidanan kepada pasien diberikan secara benar (ilmiah) sesuai standar yang baik

(etis) sesuai kode etik profesi serta hanya diberikan oleh tenaga keperawatan yang kompeten

dengan kewenangan yang jelas (Permenkes, 2011).

Komite Keperawatan merupakan kelompok profesi tenaga keperawatan yang secara struktur

fungsional berada di bawah kepala/direktur rumah sakit dan bertanggungjawab langsung

kepada kepala/direktur rumah sakit. Komite Keperawatan dibentuk melalui mekanisme yang

disepakati dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Permenkes,

2011).

Kredensial secara umum merupakan istilah yang memayungi lisensi, sertifikasi, akreditasi

dan pendaftaran/registrasi yaitu :

2
a. Sertifikasi

Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi seorang tenaga

kesehatan untuk dapat menjalankan praktik dan/atau pekerjaan profesinya di seluruh

Indonesia setelah lulus uji kompetensi (PMK 1796, pasal 1). Untuk memperoleh sertifikat

kompetensi, sebelumnya dilakukan uji kompetensi. Uji kompetensi adalah suatu proses

untuk mengukur pengetahuan, keterampilan dan sikap tenaga kesehatan sesuai dengan

standar profesi (PMK 1796, pasal 1). Pelaksanaa uji kompetensi dilaksanakan oleh

MTKP (Majelis Tenaga Kesehatan Propinsi). Setelah dinyatakan lulus, yang bersangkutan

akan memperoleh Sertifikat Kompetensi yang ditetapkan oleh ketua MTKP.

b. Registrasi

Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kesehatan yang telah memiliki

sertifikat kompetensi dan telah memenuhi kualifikasi tertentu serta diakui secara hukum

untuk menjalankan praktik dan/atau pekerjaan profesinya (PMK 1796, pasal 1).

Surat Tanda Registrasi (STR) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah kepada

tenaga kesehatan yang diregistrasi setelah memiliki sertifikat kompetensi. Penjelasan

tersebut tertuang dalam Permenkes RI No. 1796 tahun 2011, pasal 9.

c. Akreditasi

Aspek kredensial yang terkait dengan akreditasi meliputi ijasah yang dikeluarkan oleh

institusi pendidikan. Hal ini berhubungan dengan persyaratan untuk memperoleh STR

dimana salah satu syaratnya memiliki ijasah. Ijasah tersebut akan diberikan atau

dikeluarkan oleh institusi pendidikan yang telah terakreditasi oleh Badan Akreditasi

Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT).

3
2.2 Pengertian Ekonomi Kredensial Rumah Sakit

Ekonomi Kredensial adalah sebuah proses kredensialing disertakan pertimbangan-

pertimbangan ekonomi demi kepentingan rumah sakit. Hal ini merupakan kewenangan pihak

administrator selaku pemegang kebijakan rumah sakit. Proses kredensial ini berlaku setelah

semua syarat terpenuhi, seorang dokter harus pula menyertakan dokumen yang menunjukkan

rekam jejak ekonomi yang sudah berhasil dicapai oleh dokter tersebut pada rumah sakit,

dimana dokter tersebut sebelumnya bekerja. Rekam jejak ini penting bagi pihak administrator

rumah sakit sebagai bahan pertimbangan, Prosedur ini disebut dengan credentialing on

medical staff privileges.

Dalam perkembangan proses kredensial dengan pertimbangan ekonomi ini menyentuh

persoalan anti-trust dan conspiracy. Terutama ketika proses kredensial itu telah melewati

batas etik dan moral pelayanan kesehatan, dimana faktor pertimbangan ekonomi menjadi

lebih utama dari pada aspek profesionalisme.

Di Indonesia dengan maraknya pertumbuhan rumah sakit sebagai industri jasa pelayanan

kesehatan, di tingkat nasional maupun daerah, mulai berekspansi mengembangkan citra

bertaraf internasional, sehingga kompetisi di antara rumah sakit semakin ketat. Apakah

model economic credentialing telah teradopsi penuh pada rumah sakit swasta di Indonesia?

Inti dari pertanyaan tadi adalah apakah pertimbangan ekonomi menjadi penilaian penting

dalam menentukan seorang dokter diterima dan bekerja sebagai anggota medical staff

privileges? Adakah model atau bentuk lain dari economic credentialing di Indonesia?

hasil penelitian yang dilakukan oleh Lumunon dkk 2020, mengenai wujud economic

credentialing dalam bentuk bagaimana, sejumlah kecil saja yang mengetahui bahwa dokter-

dokter spesialis tertentu, terutama bidang spesialisasi dengan tindakan kedokteran yang

4
menggunakan alat kesehatan berbasis teknologi canggih. Dokter spesialis tersebut diwajibkan

mencapai target finansial tertentu dalam kurun waktu tiga bulan. Ternyata ada rumah sakit

swasta Kota Manado dengan entitas hukum sebagai sebuah korporasi telah menerapkan

model target demikian pada dokter spesialis.

Implikasi Target Model

Faktor ekonomi dalam tatanan institusional bagaimanapun tidak bisa diabaikan. Rumah sakit

yang dibentuk berdasarkan badan usaha perseroan terbatas bertujuan mencari laba. Konteks

pelayanan kesehatan di beberapa rumah sakit swasta, berusaha mengesankan bersifat sosial,

yaitu menjaga keseimbangan pembiayaan dengan melakukan subsidi silang secara internal.

Hal ini tidak dapat dilakukan dalam jangka panjang. Pihak administrator rumah sakit yang

dianggap bertanggung jawab selalu mempunyai kepentingan demi sebuah keuntungan.

Kualitas rumah sakit bergantung pada staf medis terampil, sarana kesehatan yang memadai

dan teknologi medis canggih. Keadaan ini membutuhkan dana guna memenuhi biaya

operasional, membayar gaji dan jasa profesi dokter umum dan dokter spesialis serta

pembelian peralatan kesehatan. Telah menjadi kebiasaan belanja barang untuk kebutuhan

rumah sakit, dimana hampir semua peralatan kesehatan yang tersedia dalam posisi hutang

dengan kewajiban pembayaran per bulan atau pertiga bulanan.

Bidang-bidang spesialisasi yang sarat dengan teknologi kedokteran, pada umumnya

mempunyai kewajiban lebih besar yang dibebankan pada dokter-dokter spesialis di bidang

itu. “Target model” masih tergolong rasional, meskipun berhadapan dengan pertanyaan-

pertanyaan moral. Rumah sakit tertentu tidak menyatakan dengan jelas atau tersurat

mengenai target kebijakan, namun menjadi kebijakan “di belakang layar” dimana setiap

5
administrator rumah sakit maupun dokter spesialis menganggap sangat serius jika target tidak

dipenuhi.

Saat ini target model belum menunjukkan adanya degradasi terhadap etika dan moral

pelayanan kesehatan. Namun dalam beberapa kasus, sudah nyata berimplikasi terhadap

perujukan pasien dan keinginan untuk melakukan tindakan medis pada pasien-pasien dengan

gejala jantung, leukemia ataupun untuk tindakan pembedahan.

Dewasa ini telah menjadi isu yang sangat sentral, tidak saja terkait pada target model tetapi

yang berhubungan dengan pasien-pasien BPJS yang dirujuk oleh fasilitas kesehatan C ke

fasilitas kesehatan B. Kehadiran program Asuransi Nasional maupun adanya private health

insurance corporate yang mengikat perjanjian pada rumah-rumah sakit kelas B dengan

fasilitas kedokteran Madya telah menyuburkan tindakan medis yang un-medically needed

(tindakan kedokteran yang tidak diperlukan). Merupakan kebalikan dari Up Coding; Up

coding adalah tindakan penyesuaian yang dilakukan operator di Rumah Sakit khusus yang

mengurus claim pembayaran BPJS terhadap rumah sakit atas dasar INA-CBGs, namun juga

membuat penyesuaian agar sesuai dengan standar pembayaran BPJS. Sebagai ilustrasi adalah

bila BPJS (INA-CBGs) hanya membayar Rp. 250.000 untuk 2 cm robekan di kulit dan

daging maka operator harus melakukan penyesuaian terhadap satu robekan yang hanya 1,5

cm menjadi 2 cm.

Jika tidak demikian maka tidak dibayarkan oleh BPJS. Peraturan yang telah dikeluarkan oleh

jajaran Kementerian Kesehatan untuk mencegah tindakan kedokteran yang tidak diperlukan

secara khusus yaitu adanya scheme Up-Coding. Semuanya tergantung pada situasi bahwa

seorang tenaga spesialis berhadapan dengan tantangan untuk menjaga medical staff privilege

yang dimilikinya di rumah sakit, dan tuntutan target yang harus dipenuhi, sebagai akibat dari

6
adanya teknologi kedokteran yang diperlukan di bidang spesialisasinya. Beberapa Rumah

Sakit Swasta dengan standar Madia (B) mengaitkan teknologi kedokteran yang digunakan

oleh rumah sakit, dihubungkan dengan bidang perawatan spesialis yang ditawarkan oleh

rumah sakit secara ekonomi membebani seorang dokter untuk mengejar target pemasukan

keuangan demi teknologi dan peralatan kedokteran yang digunakan. Sebagaimana hasil

wawancara peneliti pada seorang dokter spesialis yang nama pribadi maupun institusi rumah

sakit tempatnya bekerja, tidak ingin dicantumkan.

Dalam implementasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah diatur pola pembayaran untuk

fasilitas kesehatan tingkat lanjutan adalah dengan INA-CBGs sesuai Peraturan Presiden

Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013. Untuk tarif yang berlaku pada 1 Januari 2014,

telah dilakukan penyesuaian dari tarif INA-CBG Jamkesmas dan telah ditetapkan dalam

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Standar Tarif Pelayanan

Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas Kesehatan Tingkat

Lanjutan Dalam Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan.

Semua tindakan staf medis yang melibatkan pertimbangan bukan medik untuk melakukan

rujukan pasien (medically unnecessary), ataupun melakukan scheme up-coding ataupun

target model. Semua itu berada di bawah radar utility review, apakah penggunaan tindakan

tertentu diperlukan. Tim kajian penggunaan teknologi kedokteran di rumah sakit berada di

bawah tanggung-jawab komite medik maupun direktur medik. Pelanggaran-pelanggaran

terhadap protokol medis; seperti standar perawatan, standar pelayanan, professional

misconduct selain berhadapan dengan ketentuan hukum, juga bertentangan dengan internal

protokol di lingkungan profesi medik maupun rumah sakit. Terdapat dua dokumen yang

7
mempunyai kekuatan hukum khusus, yaitu Hospital bylaws, hukum internal rumah sakit dan

medical bylaws, ketentuan yang mempunyai kekuatan mengikat bagi staf medis sebagai

medical staf previleges.

8
Bab III

Penutup

3.1 Kesimpulan

3.1.1 Kredensial adalah proses evaluasi terhadap tenaga kesehatan untuk menentukan
kelayakan pemberian kewenangan klinis. Proses kredensial mencakup tahapan
review, verifikasi dan evaluasi terhadap dokumen – dokumen yang berhubungan
dengan kinerja tenaga kesehatan.
3.1.2 Ekonomi Kredensial adalah sebuah proses kredensialing disertakan pertimbangan-
pertimbangan ekonomi demi kepentingan rumah sakit. Hal ini merupakan
kewenangan pihak administrator selaku pemegang kebijakan rumah sakit.

3.2 Saran

Sebagai penyusun, kami merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan makalah ini.
Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran dari pembaca. Agar kami dapat memperbaiki
makalah yang selanjutnya. Terima kasih.

Daftar Pustaka

- Lumunon dkk 2020, Implementasi dari Corporate Negligence dan Relevansi Quasi
Economic Credentialing dalam Praktik di Rumah, Jurnal Magister Hukum Udayana
(Udayana Master Law Journal), Vol. 9 No. 1 Mei 2020, 182-194
- Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 755/Menkes/per/IV/2011 tentang
Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit.
- Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.
- Permenkes RI No. 1796 tahun 2011

9
- Sakit Swastahttps://text-id.123dok.com/document/ky686x7z0-pengertian-
kebijakan-kesehatan-kerangka-konsep-dalam-kebijakan-kesehatan.html. . diakses

pada tanggal 25 Februari 2021, jam 16:19.

- Kent,dkk. Making Health Policy UNDERSTANDING PUBLIC HEALTH

(https://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjxrrO21o

TvAhWzjuYKHZVYDS8QFjADegQIDxAD&url=http%3A%2F%2Fpadk.kemkes.go.id

%2Fuploads%2Fdownload

%2FMaking_Health_Policy_(Compile).pdf&usg=AOvVaw1G2_aqngcgE6mhHx710Gw

O ) diakses pada tanggal 25 Februari 2021, jam 13:31

- Latifa 2010. APLIKASI MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM

PERILAKU FERTILITAS. Jurnal Kependudukan Indonesia, Vol. V, No. 1, 2010.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia diakses pada tanggal 25 Februari 2021, jam

20:10.

10

Anda mungkin juga menyukai