Anda di halaman 1dari 24

TUGAS KELOMPOK

MAKALAH

“TREND DAN ISU PERAWATAN LUKA“

MATA KULIAH
PERAWATAN LUKA
Dosen Pengampu : Ns. APRIANA SUSMITA SARI, M.Kep

Disusun Oleh :
1. SITI KUDUSIAH
2. SITI MUNAWARAH
3. SAGITA REDIA LESTARI
4. WARDANI
5. YOLA SASMITA APRIANI
6. YULIAN RAHMAT ABINOWO

PROGRAM STUDIS1 KEPERAWATAN ALIH JENJANG


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAMZAR
LOMBOK TIMUR
Tahun 2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, maka kami bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “Trend dan Issue Perawatan Luka” dan dengan
harapan semoga makalah ini bisa bermanfaat dan menjadikan referensi bagi kami
sehingga lebih mengenal tentang materi yang disampaikan.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih jauh dari


kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan
dimasa mendatang. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
umumnya dan penulis khususnya, serta bagi perkembangan ilmu pengetahuan di
bidang keperawatan.

Aikmel, 02 Maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Judul Halaman..................................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................1
C. Tujuan Penulisan..............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Gastritis..........................................................................2
B. Penyebab Gastritis............................................................................2
C. Tanda dan Gejala Gastritis...............................................................3
D. Cara Mengatasi Gastritis..................................................................4
E. Perawatan Gastritis...........................................................................6
F. Bahaya Jika Tidak Ditangani...........................................................8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................9
B. Saran.................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................10

Judul Halaman

Daftar Isi

Kata Pengantar

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Fisiologi Kulit

2.2 Klasifiksi Luka

2.3 Definisi Penyembuhan Luka

2.4 Trend Dan Isu Perawatan Luka

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat karunia-Nya penulis
mampu menyelesaikan makalah dengan judul INTEGRITY AND WOUND
HEALING.

Makalah INTEGRITY AND WOUND HEALING merupakan tugas mata kuliah


Kebutuhan Dasar Manusia 2.

Melalui makalah yang berjudul INTEGRITY AND WOUND HEALING ini yang
diharapkan dapat menunjang nilai penulis di dalam mata kuliah Kebutuhan Dasar
Manusia 2. Selain itu, dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan informasi
yang dapat menjadi pengetahuan baru bagi pembacanya.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Heriawati,
selaku dosen pembimbing serta kepada seluruh pihak yang terlibat di dalam penulisan
makalah INTEGRITY AND WOUND HEALING ini.

Penulis menyadari bahwa, masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalam


penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif untuk kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat. Terima Kasih

Penulis

Kelompok 6
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Luka adalah rusak atau hilangnya jaringan tubuh yang terjadi karena
adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh. Faktor
tersebut seperti trauma, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik,
atau gigitan hewan. Bentuk dari luka berbeda tergantung penyebabnya, ada yang
terbuka dan tertutup. Salah satu contoh luka terbuka adalah insisi dimana
terdapat robekan linier pada kulit dan jaringan di bawahnya. Salah satu
contoh luka tertutup adalah hematoma dimana pembuluh darah yang pecah
menyebabkan berkumpulnya darah di bawah kulit.

Tubuh memiliki respon fisiologis terhadap luka yakni proses penyembuhan


luka. Proses penyembuhan luka terdiri dari berbagai proses yang kompleks
untuk mengembalikan integritas jaringan. Selama proses ini terjadi pembekuan
darah, respon inflamasi akut dan kronis, neovaskularisasi, proliferasi sel hingga
apoptosis. Proses ini dimediasi oleh berbagai sel, sitokin, matriks, dan growth
factor. Disregulasi dari proses tersebut bisa menyebabkan komplikasi atau
abnormalitas luka yaitu luka hipertrofik dan keloid. Penyembuhan luka kulit tanpa
pertolongan dari luar berjalan secara alami namun terkadang diperlukan
penanganan khusus pada luka untuk membantu proses tersebut. Oleh karena
itu penting untuk dipahami mengenai proses penyembuhan luka. Luka
memberikan angka morbiditas yang cukup besar di seluruh dunia terutama luka
kronis karena mengganggu fungsional jaringan dan dilihat dari nilai
estetikanya.Luka akut yang mengalami penyulit dalam proses penyembuhannya
dapat berprogresi menjadi luka kronis. Contoh dari luka kronis yang sering dan
menyebabkan komplikasi adalah ulkus diabetikus. Melihat permasalahan
tersebut, luka perlu mendapat penanganan yang baik untuk mengurangi angka
morbiditasnya.

Metode perawatan luka berkembang cepat dalam 20 tahun terakhir, jika


tenaga kesehatan dan pasiennya memanfaatkan terapi canggih yang sesuai dengan
perkembangan, akan memberikan dasar pemahaman yang lebih besar terhadap
pentingnya perawatan luka. Semua tujuan manajemen luka adalah untuk membuat
luka stabil dengan perkembangan granulasi jaringan yang baik dan suplai darah
yang adekuat., hanya cara tersebut yang membuat penyembuhan luka bisa
sempurna.

Untuk memulai perawatan luka, pengkajian awal yang harus dijawab


adalah, apakah luka tersebut bersih, atau ada jaringan nekrotik yang harus dibuang,
apakah ada tanda klinik yang memperlihatkan masalah infeksi, apakah kondisi
luka kelihatan kering dan terdapat resiko kekeringan pada sel, apakah absorpsi
atau drainage objektif terhadap obat topical dan lain-lain. Terjadinya peradangan
pada luka adalah hal alami yang sering kali memproduksi eksudat; mengatasi
eksudat adalah bagian penting dari penanganan luka. Selanjutnya, mengontrol
eksudat juga sangat penting untuk menangani kondisi dasar luka, yang mana
selama ini masih kurang diperhatikan dan kurang diannggap sebagai suatu hal
yang penting bagi perawat, akibatnya bila produksi eksudat tidak dikontrol dapat
meningkatkan jumlah bakteri pada luka, kerusakan kulit, bau pada luka dan pasti
akan meningkatkan biaya perawatan setiap kali mengganti balutan.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah Definisi Fisiologi Kulit?

2. Apa Sajakah Klasifikasi Luka?

3. Bagaimana Definisi Penyembuhan Luka?

4. Apa Saja Fakto-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka?

5. Bagaimana Isu Dan Trend Perawatan Luka Saat Ini?

C. Tujuan

1. Mahasiswa Dapat Mengetahui Definisi Fisiologi Kulit

2. Mahasiswa Dapat Mengetahui Klasifikasi Luka

3. Mahasiswa Dapat Mengetahui Definisi Penyembuhan Luka

4. Mahasiswa Dapat Mengetahui Fakto-Faktor Yang Mempengaruhi


Penyembuhan Luka?

5. Mahasiswa Dapat Mengetahui Isu Dan Trend Perawatan Luka Saat Ini
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Fisiologi Kulit

Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh


diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi
lingkungan, sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi),
sensasi, eskresi dan metabolisme. Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari
kehilangan cairan dari elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai
barier dari invasi mikroorganisme patogen. Sensasi telah diketahui merupakan
salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang raba karena banyaknya
akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit berperan
pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi dikontrol
oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan
melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal.
Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah
kulit. Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian
tubuh akan mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan
cara mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit.
Pada temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang
kemudian akan mempertahankan panas.

B. Klasifikasi Luka

Luka dapat terjadi pada trauma, pembedahan, neuropatik, vaskuler, penekanan dan
keganasan

Luka diklasifikasikan dalam 2 bagian :

1. Luka akut

luka trauma yang biasanya segera mendapat penanganan dan


biasanya dapat sembuh dengan baik bila tidak terjadi komplikasi. Kriteria
luka akut adalah luka baru, mendadak dan penyembuhannya sesuai
dengan waktu yang diperkirakan. Contoh : Luka sayat, luka bakar, luka
tusuk, crush injury. Luka operasi dapat dianggap sebagai luka akut yang
dibuat oleh ahli bedah. Contoh : luka jahit, skin grafting.
2. Luka kronik

luka yang berlangsung lama atau sering timbul kembali (rekuren)


dimana terjadi gangguan pada proses penyembuhan yang biasanya
disebabkan oleh masalah multifaktor dari penderita. Pada luka kronik luka
gagal sembuh pada waktu yang diperkirakan, tidak berespon baik
terhadap terapi dan punya tendensi untuk timbul kembali. Contoh : Ulkus
dekubitus,ulkus diabetik, ulkus venous, luka bakar dll.

Jenis-jenis luka

a. Berdasarkan Kategori

1. Luka Accidental

Cedera yang tidak disengaja, seperti kena pisau, luka tembak, luka bakar;
tepi luka bergerigi; berdarah; tidak steril

2. Luka Bedah

Terapi yang direncanakan, seperti insisi bedah, needle introduction; tepi luka
bersih; perdarahan terkontrol; dikendalikan dengan asepsis bedah

b. Berdasarkan Integritas Kulit

1. Luka terbuka

Kerusakan melibatkan kulit atau membran mukosa; kemungkinan


perdarahan disertai kerusakan jaringan; risiko infeksi

2. Luka tertutup

Tidak terjadi kerusakan pada integritas kulit, tetapi terdapat kerusakan


jaringan lunak; mungkin cedera internal dan perdarahan

c. Berdasarkan Descriptors

1. Aberasi

Luka akibat gesekan kulit; superficial; terjadi akibat prosedur dermatologik


untuk pengangkatan jaringan skar
2. Puncture

Trauma penetrasi yang terjadi secara disengaja atau tidak disengaja oleh
akibat alat-alat yang tajam yang menusuk kulit dan jaringan di bawah kulit

3. Laserasi

Tepi luka kasar disertai sobekan jaringan, objek mungkin terkontaminasi;


risiko infeksi

4. Kontusio

Luka tertutup; perdarahan di bawah jaringan akibat pukulan tumpul; memar

d. Klasifikasi Luka Bedah

1. Luka bersih

Luka bedah tertutup yang tidak mengenai system gastrointestinal, ,


pernafasan atau system genitourinary, risiko infeksi rendah

2. Bersih terkontaminasi

Luka melibatkan system gastrointestinal, pernafasan atau system


genitourinary, risiko infeksi

3. Kontaminasi

Luka terbuka, luka traumatic, luka bedah dengan asepsis yang buruk; risiko
tinggi infeksi

4. Infeksi

Area luka terdapat patogen; disertai tanda-tanda infeksi

e. Berdasarkan penyebab

1. Luka pembedahan atau bukan pembedahan

2. Akut atau kronik

f. Kedalaman jaringan yang terlibat

1. Superficial

Hanya jaringan epidermis


2. Partial thickness

Luka yang meluas sampai ke dalam dermis

3. Full thickness

Lapisan yang paling dalam dari jaringan yang destruksi. Melibatkan jaringan
subkutan dan kadang-kadang meluas sampai ke fascia dan struktur yang
dibawahnya seperti otot, tendon atau tulang.

C. Definisi Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka adalah respon tubuh terhadap berbagai cedera dengan


proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan
anatomi dan fungsi secara terus menerus (Joyce M. Black, 2001).

Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh
kembali pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon yang berurutan dimana
sel secara bersama-sama berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi secara
normal. Idealnya luka yang sembuh kembali normal secara struktur anatomi,
fungsi dan penampilan.

Penyembuhan luka adalah proses yang komplek dan dinamis dengan


perubahan lingkungan luka dan status kesehatan individu. Fisiologi dari
penyembuhan luka yang normal adalah melalui fase hemostasis, inflamasi,
granulasi dan maturasi yang merupakan suatu kerangka untuk memahami prinsip
dasar perawatan luka. Melalui pemahaman ini profesional keperawatan dapat
mengembangkan ketrampilan yang dibutuhkan untuk merawat luka dan dapat
membantu perbaikan jaringan. Luka kronik mendorong para profesional
keperawatan untuk mencari cara mengatasi masalah ini. Penyembuhan luka kronik
membutuhkan perawatan yang berpusat pada pasien ”patient centered”, holistik,
interdisiplin, cost efektif dan eviden based yang kuat.

Penyembuhan luka adalah suatu bentuk proses usaha untuk


memperbaiki kerusakan yang terjadi. Komponen utama dalam proses
penyembuhan luka adalah kolagen disamping sel epitel. Fibroblas adalah sel
yang bertanggung jawab untuk sintesis kolagen. Fisiologi penyembuhan luka
secara alami akan mengalami fase-fase seperti dibawah ini :

1. Fase inflamasi
Fase ini dimulai sejak terjadinya luka sampai hari kelima. Segera
setelah terjadinya luka, pembuluh darah yang putus mengalami konstriksi
dan retraksi disertai reaksi hemostasis karena agregasi trombosit yang
bersama jala fibrin membekukan darah. Komponen hemostasis ini akan
melepaskan dan mengaktifkan sitokin yang meliputi Epidermal Growth Factor
(EGF), Insulin-like Growth Factor (IGF), Plateled-derived Growth Factor
(PDGF) dan Transforming Growth Factor beta (TGF-β) yang berperan
untuk terjadinya kemotaksis netrofil, makrofag, mast sel, sel endotelial dan
fibroblas. Keadaan ini disebut fase inflamasi. Pada fase ini kemudian terjadi
vasodilatasi dan akumulasi lekosit Polymorphonuclear (PMN). Agregat
trombosit akan mengeluarkan mediator inflamasi Transforming Growth
Factor beta 1 (TGF 1) yang juga dikeluarkan oleh makrofag. Adanya TGF
1 akan mengaktivasi fibroblas untuk mensintesis kolagen.

2. Fase proliferasi atau fibroplasi

Fase ini disebut fibroplasi karena pada masa ini fibroblas sangat
menonjol perannya. Fibroblas mengalami proliferasi dan mensintesis
kolagen. Serat kolagen yang terbentuk menyebabkan adanya kekuatan untuk
bertautnya tepi luka. Pada fase ini mulai terjadi granulasi, kontraksi luka dan
epitelialisasi

3. Fase remodeling atau maturasi

Fase ini merupakan fase yang terakhir dan terpanjang pada proses
penyembuhan luka. Terjadi proses yang dinamis berupa remodellingkolagen,
kontraksi luka dan pematangan parut. Aktivitas sintesis dan degradasi
kolagen berada dalam keseimbangan. Fase ini berlangsung mulai 3 minggu
sampai 2 tahun . Akhir dari penyembuhan ini didapatkan parut luka yang
matang yang mempunyai kekuatan 80% dari kulit normal

Tiga fase tersebut diatas berjalan normal selama tidak ada gangguan baik
faktor luar maupun dalam.

D. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka :

1. Faktor lokal

a. Suplai pembuluh darah yang kurang

b. Anemia

c. Hematoma
d. Infeksi

e. Radiasi

f. Mechanical stress

g. Dressing material

h. Tehnik bedah

i. Irigasi

j. Elektrokoagulasi

k. Suture materials

l. Antibiotik

m. Tipe jaringan

n. Facilitious wounds

o. Vitamin C dan A

2. Faktor umum

a. Usia

b. Denervasi

c. Anti inflammatory drugs

d. Cytotoxic and metabolic drugs

e. Diabetes mellitus

f. Hormon

g. Infeksi sistemik

h. Jaundice

i. Penyakit menular

j. Malnutrisi

k. Obesitas
l. Temperatur

m. Trauma, hipovolemia, dan hipoksia

n. Uremia

o. Trace metals

E. Trend Dan Isu Perawatan Luka

Kecenderungan Perawatan Luka Saat ini

Pada tatanan pelayanan keperawatan, khususnya dalam perawatan luka,


banyak diteliti metode – metode penyembuhan luka, baik penyembuhan secara
medis, maupun secara komplementer dengan menggunakan media yang ada di
alam untuk mempercepat penyembuhan luka. Semua hasil penelitian memiliki
evidence based yang cukup kuat dan bisa dibuktikan. Namun pada prinsipnya,
secara keilmuan seorang perawat professional harus mengetahui bagaimana proses
penyembuhan luka secara alami, kenapa terjadi luka, proses apa yang terjadi pada
luka, berapa lama luka akan sembuh dan kenapa luka tersebut bisa sembuh dengan
meninggalkan jaringan parut atau bahkan sembuh tanpa meninggalkan jaringan
parut. Hal ini akan mempengaruhi persepsi dan kemampuan perawat dalam
melaksanakan perawatan luka, semakin mengerti proses yang terjadi pada luka,
kualitas seorang perawat akan semakin baik dalam melakukan perawatan luka dan
outcomenya juga akan baik, kepuasan pasien meningkat.

Perawatan luka dewasa ini, cenderung menggunakan metode balutan kasa


”wet-to-dry”, digunakan khusus untuk debridemen pada dasar luka, normal salin
digunakan untuk melembabkan kasa, kemudian dibalut dengan kasa kering. Ketika
kasa lembab menjadi kering, akan menekan permukaan jaringan, yang berarti
segera harus diganti dengan balutan kering berikutnya. Hal ini mengakibatkan
tidak hanya pertumbuhan jaringan sehat yang terganggu, tetapi juga menimbulkan
rasa nyeri yang berlebihan, metode wet to dry dianggap sebagai metode
debridemen mekanik dan diindikasikan bila ada sejumlah jaringan nekrotik pada
luka.

Dari metode perawatan luka saat ini, banyak prinsip-prinsip yang


terlupakan atau tidak menjadi pertimbangan bagi perawat dalam merawat luka,
seperti proses fisiologis pertumbuhan jaringan luka, bagaimana mengoptimalkan
perbaikan jaringan, meningkatkan aliran darah ke permukaan luka, bagaimana cara
balutan ideal, jenis balutan yang dipakai tanpa merusak jaringan yang sehat, tidak
menimbulkan nyeri/trauma baru serta bagaimana agar dapat mempercepat proses
penyembuhan luka hingga dapat menekan biaya perawatan. Karena itulah perlu
dilakukan metode perawatan luka yang telah mempertimbangkan berbagai aspek
tersebut demi mencapai perawatan luka yang efektif, proses penyembuhan yang
cepat, outcome yang berkualitas dan biaya yang lebih murah.

“Moist Wound Healing”

Definisi

Moist Wound Healing adalah mempertahankan isolasi lingkungan luka yang tetap
lembab dengan menggunakan balutan penahan-kelembaban, oklusive dan semi
oklusive. Penanganan luka ini saat ini digemari terutama untuk luka kronik, seperti
”venous leg ulcers, pressure ulcers, dan diabetic foot ulcers”.

Dan metode moist wound healing adalah metode untuk mempertahankan


kelembaban luka dengan menggunakan balutan penahan kelembaban, sehingga
penyembuhan luka dan pertumbuhan jaringan dapat terjadi secara alami.

Substansi biokimia pada cairan luka kronik berbeda dengan luka akut. Produksi
cairan kopious pada luka kronik menekan penyembuhan luka dan dapat
menyebabkan maserasi pada pinggir luka. Cairan pada luka kronik ini juga
menghancurkan matrik protein ekstraselular dan faktor-faktor pertumbuhan,
menimbulkan inflamasi yang lama, menekan proliferasi sel, dan membunuh matrik
jaringan. Dengan demikian, untuk mengefektifkan perawatan pada dasar luka,
harus mengutamakan penanganan cairan yang keluar dari permukaan luka untuk
mencegah aktifitas dari biokimiawi yang bersifat negatif/merugikan.

Tujuan Moist Wound Healing

Sesuai dengan pengertiannya, Moist Wound Healing bertujuan untuk


mempertahankan isolasi lingkungan luka yang tetap lembab dengan menggunakan
balutan penahan-kelembaban, oklusive dan semi oklusive, dengan
mempertahankan luka tetap lembab dan dilindungi selama proses penyembuhan
dapat mempercepat penyembuhan 45 % dan mengurangi komplikasi infeksi dan
pertumbuhan jaringan parut residual.

Mempertahankan kelembaban luka dan balutan yang baik

Bertambahnya produksi eksudat adalah bagian dari fase inflamasi yang normal
pada proses penyembuhan luka. Peningkatan permeabilitas kapiler pembuluh
darah, menyebabkan cairan yang kaya akan protein masuk ke rongga interstitial.
Hal ini meningkatkan produksi dari cairan yang memfasilitasi pembersihan luka
dari permukaan luka dan mempertahankan kelembaban lingkungan lokal yang
maksimal untuk memaksimalkan penyembuhan. Keseimbangan kelembaban pada
permukaan balutan luka adalah faktor kunci dalam mengoptimalkan perbaikan
jaringan; mengeliminasi eksudat dari luka yang berlebihan pada luka kronik yang
merupakan bagian penting untuk permukaan luka.

Keuntungan dari permukaan luka yang lembab

1. Mengurangi pembentukan jaringan parut


2. Meningkatkan produksi faktor pertumbuhan
3. Mengaktivasi protease permukaan luka untuk mengangkat jaringan
devitalisasi/yang mati
4. Menambah pertahanan immun permukaan luka
5. Meningkatkan kecepatan angiogenesis dan proliferasi fibroblast
6. Meningkatkan proliferasi dan migrasi dari sel-sel epitel disekitar lapisan air
yang tipis
7. Mengurangi biaya. Biaya pembelian balutan oklusif lebih mahal dari balutan
kasa konvensional, tetapi dengan mengurangi frekuensi penggantian balutan
dan meningkatkan kecepatan penyembuhan dapat menghemat biaya yang
dibutuhkan.

Perbandingan permukaan luka yang lembab dengan luka yang terbuka

1. Kelembaban meningkatkan epitelisasi 30-50%


2. Kelembaban meningkatkan sintesa kolagen sebanyak 50 %
3. Rata-rata re-epitelisasi dengan kelembaban 2-5 kali lebih cepat
4. Mengurangi kehilangan cairan dari atas permukaan luka

Karakteristik penyembuhan luka dengan prinsip moist:

1. Memfasilitasi pertumbuhan sel-sel epitel pada permukaan luka


2.  Mengurangi pada inflamasi permukaan luka

Tanpa lapisan yang lembab/kering:


1. Pergerakan pertumbuhan epitelial sebagai debridement enzym membentuk
eskar/parut
2.   Menambah inflamasi pada luka (eksudat)

Nyeri
Nyeri adalah komplikasi dari perawatan luka. Mengganti balutan yang kering pada
luka menyebabkan rasa nyeri yang lebih hebat/berat dari pada dengan balutan
yang lembab.
Hipergranulasi
Beberapa penelitian kini menemukan indikasi berkurangnya inflamasi dan jaringan
granulasi pada luka akut dengan menggunakan prinsip moist.
Teknik Mempertahankan Kelembaban Luka
Prinsip Dasar Perawatan Luka
Ada tiga prinsip dasar penyembuhan luka.

1. Identifikasi dan kontrol penyebab sebaik mungkin


2. Konsen dengan dukungan ”patient centered”
3. Optimalisasi perawatan pada luka

Optimalisasi perawatan pada luka


Mengurangi dehidrasi dan kematian sel. Seperti telah dijelaskan pada fase
penyembuhan luka bahwa sel-sel seperti neutropil dan magrofag membentuk
fibroblast dan perisit. Dan sel-sel ini tidak dapat berfungsi pada lingkungan yang
kering.

Meningkatkan angiogenesis. Tidak hanya sel-sel yang dibutuhkan untuk


angiogenesis juga dibutuhkan lingkungan yang lembab tetapi juga angiogenesis
terjadi pada tekanan oksigen rendah, balutan ”occlusive” dapat merangsang proses
angiogenesis ini.
Meningkatkan debridement autolisis. Dengan mempertahankan lingkungan
lembab sel neutropil dapat hidup dan enzim proteolitik dibawa ke dasar luka yang
memungkinkan mengurangi/menghilangkan rasa nyeri saat debridemen. Proses ini
dilanjutkan dengan degradasi fibrin yang memproduksi faktor yang merangsang
makrofag untuk mengeluarkan faktor pertumbuhan ke dasar luka.
Meningkatkan re-epitelisasi. Pada luka yang lebih besar, lebih dalam sel
epidermal harus menyebar diatas permukaan luka dari pinggir luka serta harus
mendapatkan suplai darah dan nutrisi. Krusta yang kering pada luka
menekan/menghalangi suplai tersebut dan memberikan barier untuk migrasi
dengan epitelisasi yang lambat.
Barier bakteri dan mengurangi kejadian infeksi. Balutan oklusif membalut
dengan baik dapat memberikan barier terhadap migrasi mikroorganisme ke dalam
luka. Bakteri dapat menembus kasa setebal 64 lapisan pada penggunaan kasa
lembab. Luka yang dibalut dengan pembalut oklusif menunjukkan kejadian infeksi
lebih jarang daripada kasa pembalut konvensional tersebut.
Mengurangi nyeri. Diyakini luka yang lembab melindungi ujung saraf sehingga
mengurangi nyeri.
Memilih Balutan yang ideal
Pada tahun 1979 Tumer menggambarkan balutan yang ideal dengan karakteristik
sebagai berikut:

1. Dapat mengangkat eksudat yang berlebihan dan toksin


2. Kelembaban tinggi pada permukaan luka
3. Memungkinkan pertukaran gas
4. Memberikan insulasi termal
5. Melindungi terhadap infeksi sekunder
6. Bebas dari partikel-partikel dan komponen toksik
7. Tidak menimbulkan trauma saat mengangkat/mengganti balutan

Walau bagaimanapun tidak ada suatu balutan yang dapat berfungsi magis ”one-
size-fits-all”. Sebagai praktisi klinis sangat penting untuk memahami karakteristik
dari perbedaan balutan dan penggunaannya sesuai dengan perkembangan fase
penyembuhan luka, karakteristik luka, dan faktor risiko dari pasien yang
mempengaruhi penyembuhan dan ketrampilan dari perawat itu sendiri.
Balutan Luka
Balutan luka yang moist seperti ”foam/busa, alginate, hydrocolloid, hydrogel, dan
film transparant.” hydrocolloid merupakan balutan yang tahan terhadap air yang
membantu pencegah kontaminasi bakteri. Hydroclloid menyerap eksudat dan
melindungi lingkungan dasar luka secara alami.
Hydrogel merupakan gel hydropilik yang meningkatkan kelembaban pada area
luka. Hydrogel rehidrasi dasar luka dan melunakkan jaringan nekrotik.
Film transparan merupakan balutan yang tahan terhadap air yang semi oklusive,
berarti air dan gas dapat melalui permukaan balutan film transparan ini dan
termasuk juga dapat mempertahankan lingkungan luka yang tetap lembab.
Pada luka tekan balutan luka sangat berperan penting dengan fungsi sebagai
berikut:

1. Membantu melindungi luka dari injuri yang berulang


2. Membantu melindungi luka dari kuman penyakit dan mencegah luka
terinfeksi
3. Membantu menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung penyembuhan
luka
4. Menambal bagian luka terutama bagian yang mati

Balutan luka yang tersedia sangat bervariasi. Tidak seperti balutan atau pembalut
kasa yang biasa, balutan luka khusus karena mereka membantu menciptakan
tingkat kelembaban pada luka. Pada masa kini hasil-hasil dari penelitian
menyatakan bahwa tingkat kelembaban mendukung kesehatan kulit, kelembaban
memberi kesempatan yang lebih baik untuk proses penyembuhan. Konsep inilah
yang disebut dengan ”moist wound healing.”
Perlindungan untuk Luka
Meskipun kita berfikir sebaliknya, membiarkan balutan tidak dibuka/diganti dalam
beberapa hari sangat membantu dalam proses penyembuhan awal karena luka
tidak terganggu. Hal ini sangat penting karena situasi kelembaban lingkungan luka
dapat dipertahankan dengan baik sesuai dengan suhu tubuh, kondisi ini akan
mendukung penyembuhan luka. Untuk penjelasan lebih lanjut, penggantian
balutan yang lebih sering mengakibatkan suhu luka menurun/dingin akibat
terpapar dengan udara. Hal ini akan mengakibatkan perlambatan proses
penyembuhan hingga suhu luka menjadi hangat kembali. Jadi, penggantian balutan
duka yang tidak terlalu sering sudah sangat jelas dapat membantu proses
penyembuhan.
Sebagai ilustrasi untuk menunjukkan bagaimana kelembaban dapat
menyembuhkan lebih ceat adalah dengan melidungi/membalut luka akan tercipta
lingkungan yang lembab yang diikuti oleh pergerakan sel-sel epidermal dengan
mudah menyebrangi permukaan luka, untuk menyembuhkan luka. Pada
lingkungan luka yang kering, sel-sel epidermal harus menyusup melalui
terowongan yang lembab dan mensekresi enzym untuk kemudian mengangkat
keropeng dari permukaan luka sebelum sel-sel bermigrasi dan selanjutnya baru
memulai proses penyembuhan.

Berbagai tipe ”moist wound dressing” (balutan luka yang mampu


mempertahankan kelembaban)
Ada beberapa tipe balutan luka dan lebih dari satu dapat direkomendasikan untuk
dipakai merawat luka hingga sembuh. Untuk hal ini, kita perlu memahami tentang
tipe balutan luka yang dapat kita pilih dan gunakan, yang akan dijelaskan berikut
ini.
Foam/Busa
Balutan foam/busa dapat menyerap banyak cairan, sehingga digunakan pada tahap
awal masa pertumbuhan luka, bila luka tersebut banyak mengeluarkan drainase.
Balutan busa nyaman dan lembut bagi kulit dan dapat digunakan untuk pemakaian
beberapa hari. Bentuk, ukuran, dan ketebalan dari busa tersebut sangat bervariassi,
dengan atau tanpa perekat pada permukaannya.
Foam silikon lunak/balutan yang menyerap
Balutan jenis ini menggunakan bahan silikon yang direkatkan, pada permukaan
yang kontak dengan luka. Silikon membantu mencegah balutan foam melekap
pada permukaan luka atau sekitar kulit pada pinggir luka. Hasilnya menghindarkan
luka dari trauma akibat balutan saat mengganti balutan, dan membantu proses
penyembuhan. Balutan luka silikon lunak ini dirancang untuk luka dengan
drainase dan luas.
Balutan wafer berperekat/ balutan hydrocolloid
Balutan hidrokoloid ”water-loving” dirancanga elastis, merekat, dan dari agen-
agen gell (seperti pectin atau gelatin) dan bahan-bahan absorben/penyerap lainnya.
Bila dikenakan pada luka, drainase dari luka berinteraksi dengan komponen-
komponen dari balutan untuk membentuk seperti gel yang menciptakan
lingkungan yang lembab untuk penyembuhan luka. Balutan hidrokoloid ada dalam
bermacam bentuk, ukuran, dan ketebalan, dan digunakan pada luka dengan jumlah
drainase sedikit atau sedang. Balutan jenis ini biasanya diganti satu kali selama 5-7
hari, tergantung pada metode aplikasinya, lokasi luka, derajad paparan kerutan-
kerutan dan potongan-potongan, dan inkontinensia. Balutan hidrokoloid tidak
biasa digunakan pada luka yang terinfeksi.
Hydrogels
Hidrogel tersedia dalam bentuk lembaran, seperti serat kasa, atau gel. Gel akan
memberi rasa sejuk dan dingin pada luka, yang akan meningkatkan rasa nyaman
pasien. Gel sangat baik menciptakan dan mempertahankan lingkungan
penyembuhan luka yang moist/lembab dan digunakan pada jenis luka dengan
drainase yang sedikit. Gel diletakkan langsung diatas permukaan luka, dan
biasanya dibalut dengan balutan sekunder (foam atau kasa) untuk
mempertahankan kelembaban sesuai level yang dibutuhkan untuk mendukung
penyembuhan luka.
Hydrofibers
Hidrofiber merupakan balutan yang sangat lunak dan bukan tenunan atau balutan
pita yang terbuat dari serat sodium carboxymethylcellusole, beberapa bahan
penyerap sama dengan yang digunakan pada balutan hidrokoloid. Komponen-
komponen balutan akan berinteraksi dengan drainase dari luka untuk membentuk
gel yang lunak yang sangat mudah dieliminir dari permukaan luka. Hidrofiber
digunakan pada luka dengan drainase yang sedang atau banyak, dan luka yang
dalam dan membutuhkan balutan sekunder. Hidrofiber dapat juga digunakan pada
luka yang kering sepanjang kelembaban balutan tetap dipertahankan (dengan
menambahkan larutan normal salin). Balutan hidrofiber dapat dipakai selama 7
hari, tergantung pada jumlah drainase pada luka.
Alginates
Alginat lunak dan bukan tenunan yang dibentuk dari bahan dasar ganggang laut.
Alginate tersedai dalam bentuk ”pad” atau sumbu. Alginate dan hidrofiber
merupakan tipe produk yang sama. Paa kasus ini, alginate akan menjadi lunak,
tidak lengket dengan luka. Alginate juga digunakan pada luka dengan drainase
sedang hingga berat dan tidak dapat digunakan pada luka yang kering. Balutan
dapat dipotong sesuai kebutuhan, bentuk luka yang akan dibalut, atau dapat
dilapisi untuk menambah penyerapan.
Gauze
Balutan kasa terbuat dari tenunan dan serat non tenunan, rayon, poliester, atau
kombinasi dari serat lainnya. Berbagai produk tenunan ada yang kasar dan
berlubang, tergantung pada benangnya. Kasa berlubang yang baik sering
digunakan untuk membungkus, seperti balutan basah lembab normal saline. Kasa
katun kasar, seperti balutan basah lembab normal saline, digunakan untuk
debridement non selektif (mengangkat debris dan atau jaringan yang mati).
Banyak kasa yang bukan tenunan dibuat dari poliester, rayon, atau campuran
bermacam serat yang ditenun seperti kasa katun tetapi lebih kuat, besar, lunak, dan
lebih menyerap. Beberapa balutan, seperti kasa saline hipertonik kering digunakan
untuk debridemen, berisi bahan-bahan yang mendukung penyembuhan. Produk
lainnya berisi petrolatum atau elemen penyembuh luka lainnya dengan indikasi
yang sesuai dengan tipe lukanya.
Dengan memahami hal tersebut diatas maka perawat dapat memilih balutan yang
tepat untuk digunakan saat merawat luka.
Pembersih Luka
Membersihkan permukaan luka dengan mengangkat bakteri dan drainase. Produk
yang digunakan dapat mengandung deterjen. Dapat juga digunakan normal saline
untuk membersihkan luka tanpa membahayakan jaringan yang baru tumbuh.
Penyembuhan luka membutuhkan pendekatan :

1. Patient centered: ingat selalu bahwa apa yang menyebabkan sesorang


menderita luka dan atau luka kronik. Kita dapat mengembangkan rencana
penanganan yang baik tetapi bila pasien tidak melibatkan pasien akan
berhasil.
2. Holistic: praktek yang baik membutuhkan pengkajian pasien ”whole”/secara
menyeluruh, bukan ”lubang pada pasien”/”hole in the patient”. Semua
kemungkinan faktor-faktor yang berkontribusi harus dieksplorasi.
3. Interdisciplinary: perawatan luka adalah bisnis yang komplek membutuhkan
ketrampilan dari berbagai disiplin, ketrampilan perawatan, fisioterapis, terapi
okupasi, dietisian, dan dokter umum dan spesialis (dermatologis, bedah
plastik, dan bedah vaskular sesuai dengan yang dibutuhkan). Kadang-kadang
memerlukan/melibatkan pekerja sosial.
4. Evidence based: pada saat ini lingkungan penanganan harus berdasarkan pada
kebaikan dan ”cost efekctive”

BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Moist Wound Healing adalah mempertahankan isolasi lingkungan luka


yang tetap lembab dengan menggunakan balutan penahan-kelembaban, oklusive
dan semi oklusive. Penanganan luka ini saat ini digemari terutama untuk luka
kronik, seperti ”venous leg ulcers, pressure ulcers, dan diabetic foot ulcers”.

Keseimbangan kelembaban pada permukaan balutan luka adalah faktor


kunci dalam mengoptimalkan perbaikan jaringan, mengeliminasi eksudat dari luka
yang berlebihan pada luka kronik yang merupakan bagian penting untuk
permukaan luka. Dan metode moist wound healing adalah metode untuk
mempertahankan kelembaban luka dengan menggunakan balutan penahan
kelembaban, metode ini memiliki prinsip penyembuhan luka secara alami, karena
dengan mempertahankan kelembaban dapat menyembuhkan lebih cepat dengan
melidungi/membalut luka akan tercipta lingkungan yang lembab yang diikuti oleh
pergerakan sel-sel epidermal dengan mudah menyeberangi permukaan luka, untuk
menyembuhkan luka. Keuntungan dengan mempertahankan luka tetap lembab dan
dilindungi selama proses penyembuhan dapat mempercepat penyembuhan 45 %
dan mengurangi komplikasi infeksi dan pertumbuhan jaringan parut residual.

B. Saran
Dari manfaat dan keuntungan metode Moist Wound Healing tersebut, dapat
dimanfaatkan sebagai suatu trend perawatan luka dengan prinsip luka cepat
sembuh, kualitas penyembuhan baik serta dapat mengurangi biaya perawatan luka,
dan ini sangat penting bagi perawat untuk dapat mengembangkan dan
mengaplikasikannya di lingkungan perawatan khususnya perawatan luka yang
jelas sangat memberikan kepuasan bagi kesembuhan luka pasien.

DAFTAR PUSTAKA

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31719/4/Chapter%20II.pdf

http://www.fk.unair.ac.id/attachments/1705_ANATOMI%20FISIOLOGI%20KULIT
%20DAN%20PENYEMBUHAN%20LUKA%20Agustus%202007.pdf

http://s1-keperawatan.umm.ac.id/files/file/konsep%20luka.pdf

http://eprints.undip.ac.id/29346/2/Bab_1.pdf

Indonesia Enterostomal Therapy Nurse Association (InETNA) & Tim Perawatan


Luka dan Stoma Rumah Sakit Dharmais. 2004,Perawatan Luka, Makalah Mandiri,
JakartaMansjoer.Arif, dkk. Eds.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta :
Media Aesculapius
FKUI.http://www.google.com

Walton,Robert L. 1990. Perawatan Luka dan Penderita Perlukaan Ganda, Alih


bahasa. Sonny Samsudin, Cetakan I. Jakarta : EGC.http://www.google.com

Anda mungkin juga menyukai