MAKALAH
MATA KULIAH
PERAWATAN LUKA
Dosen Pengampu : Ns. APRIANA SUSMITA SARI, M.Kep
Disusun Oleh :
1. SITI KUDUSIAH
2. SITI MUNAWARAH
3. SAGITA REDIA LESTARI
4. WARDANI
5. YOLA SASMITA APRIANI
6. YULIAN RAHMAT ABINOWO
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, maka kami bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “Trend dan Issue Perawatan Luka” dan dengan
harapan semoga makalah ini bisa bermanfaat dan menjadikan referensi bagi kami
sehingga lebih mengenal tentang materi yang disampaikan.
Penyusun
DAFTAR ISI
Judul Halaman..................................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................1
C. Tujuan Penulisan..............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Gastritis..........................................................................2
B. Penyebab Gastritis............................................................................2
C. Tanda dan Gejala Gastritis...............................................................3
D. Cara Mengatasi Gastritis..................................................................4
E. Perawatan Gastritis...........................................................................6
F. Bahaya Jika Tidak Ditangani...........................................................8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................9
B. Saran.................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................10
Judul Halaman
Daftar Isi
Kata Pengantar
BAB 1 PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat karunia-Nya penulis
mampu menyelesaikan makalah dengan judul INTEGRITY AND WOUND
HEALING.
Melalui makalah yang berjudul INTEGRITY AND WOUND HEALING ini yang
diharapkan dapat menunjang nilai penulis di dalam mata kuliah Kebutuhan Dasar
Manusia 2. Selain itu, dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan informasi
yang dapat menjadi pengetahuan baru bagi pembacanya.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Heriawati,
selaku dosen pembimbing serta kepada seluruh pihak yang terlibat di dalam penulisan
makalah INTEGRITY AND WOUND HEALING ini.
Penulis
Kelompok 6
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka adalah rusak atau hilangnya jaringan tubuh yang terjadi karena
adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh. Faktor
tersebut seperti trauma, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik,
atau gigitan hewan. Bentuk dari luka berbeda tergantung penyebabnya, ada yang
terbuka dan tertutup. Salah satu contoh luka terbuka adalah insisi dimana
terdapat robekan linier pada kulit dan jaringan di bawahnya. Salah satu
contoh luka tertutup adalah hematoma dimana pembuluh darah yang pecah
menyebabkan berkumpulnya darah di bawah kulit.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
5. Mahasiswa Dapat Mengetahui Isu Dan Trend Perawatan Luka Saat Ini
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Fisiologi Kulit
B. Klasifikasi Luka
Luka dapat terjadi pada trauma, pembedahan, neuropatik, vaskuler, penekanan dan
keganasan
1. Luka akut
Jenis-jenis luka
a. Berdasarkan Kategori
1. Luka Accidental
Cedera yang tidak disengaja, seperti kena pisau, luka tembak, luka bakar;
tepi luka bergerigi; berdarah; tidak steril
2. Luka Bedah
Terapi yang direncanakan, seperti insisi bedah, needle introduction; tepi luka
bersih; perdarahan terkontrol; dikendalikan dengan asepsis bedah
1. Luka terbuka
2. Luka tertutup
c. Berdasarkan Descriptors
1. Aberasi
Trauma penetrasi yang terjadi secara disengaja atau tidak disengaja oleh
akibat alat-alat yang tajam yang menusuk kulit dan jaringan di bawah kulit
3. Laserasi
4. Kontusio
1. Luka bersih
2. Bersih terkontaminasi
3. Kontaminasi
Luka terbuka, luka traumatic, luka bedah dengan asepsis yang buruk; risiko
tinggi infeksi
4. Infeksi
e. Berdasarkan penyebab
1. Superficial
3. Full thickness
Lapisan yang paling dalam dari jaringan yang destruksi. Melibatkan jaringan
subkutan dan kadang-kadang meluas sampai ke fascia dan struktur yang
dibawahnya seperti otot, tendon atau tulang.
Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh
kembali pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon yang berurutan dimana
sel secara bersama-sama berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi secara
normal. Idealnya luka yang sembuh kembali normal secara struktur anatomi,
fungsi dan penampilan.
1. Fase inflamasi
Fase ini dimulai sejak terjadinya luka sampai hari kelima. Segera
setelah terjadinya luka, pembuluh darah yang putus mengalami konstriksi
dan retraksi disertai reaksi hemostasis karena agregasi trombosit yang
bersama jala fibrin membekukan darah. Komponen hemostasis ini akan
melepaskan dan mengaktifkan sitokin yang meliputi Epidermal Growth Factor
(EGF), Insulin-like Growth Factor (IGF), Plateled-derived Growth Factor
(PDGF) dan Transforming Growth Factor beta (TGF-β) yang berperan
untuk terjadinya kemotaksis netrofil, makrofag, mast sel, sel endotelial dan
fibroblas. Keadaan ini disebut fase inflamasi. Pada fase ini kemudian terjadi
vasodilatasi dan akumulasi lekosit Polymorphonuclear (PMN). Agregat
trombosit akan mengeluarkan mediator inflamasi Transforming Growth
Factor beta 1 (TGF 1) yang juga dikeluarkan oleh makrofag. Adanya TGF
1 akan mengaktivasi fibroblas untuk mensintesis kolagen.
Fase ini disebut fibroplasi karena pada masa ini fibroblas sangat
menonjol perannya. Fibroblas mengalami proliferasi dan mensintesis
kolagen. Serat kolagen yang terbentuk menyebabkan adanya kekuatan untuk
bertautnya tepi luka. Pada fase ini mulai terjadi granulasi, kontraksi luka dan
epitelialisasi
Fase ini merupakan fase yang terakhir dan terpanjang pada proses
penyembuhan luka. Terjadi proses yang dinamis berupa remodellingkolagen,
kontraksi luka dan pematangan parut. Aktivitas sintesis dan degradasi
kolagen berada dalam keseimbangan. Fase ini berlangsung mulai 3 minggu
sampai 2 tahun . Akhir dari penyembuhan ini didapatkan parut luka yang
matang yang mempunyai kekuatan 80% dari kulit normal
Tiga fase tersebut diatas berjalan normal selama tidak ada gangguan baik
faktor luar maupun dalam.
1. Faktor lokal
b. Anemia
c. Hematoma
d. Infeksi
e. Radiasi
f. Mechanical stress
g. Dressing material
h. Tehnik bedah
i. Irigasi
j. Elektrokoagulasi
k. Suture materials
l. Antibiotik
m. Tipe jaringan
n. Facilitious wounds
o. Vitamin C dan A
2. Faktor umum
a. Usia
b. Denervasi
e. Diabetes mellitus
f. Hormon
g. Infeksi sistemik
h. Jaundice
i. Penyakit menular
j. Malnutrisi
k. Obesitas
l. Temperatur
n. Uremia
o. Trace metals
Definisi
Moist Wound Healing adalah mempertahankan isolasi lingkungan luka yang tetap
lembab dengan menggunakan balutan penahan-kelembaban, oklusive dan semi
oklusive. Penanganan luka ini saat ini digemari terutama untuk luka kronik, seperti
”venous leg ulcers, pressure ulcers, dan diabetic foot ulcers”.
Substansi biokimia pada cairan luka kronik berbeda dengan luka akut. Produksi
cairan kopious pada luka kronik menekan penyembuhan luka dan dapat
menyebabkan maserasi pada pinggir luka. Cairan pada luka kronik ini juga
menghancurkan matrik protein ekstraselular dan faktor-faktor pertumbuhan,
menimbulkan inflamasi yang lama, menekan proliferasi sel, dan membunuh matrik
jaringan. Dengan demikian, untuk mengefektifkan perawatan pada dasar luka,
harus mengutamakan penanganan cairan yang keluar dari permukaan luka untuk
mencegah aktifitas dari biokimiawi yang bersifat negatif/merugikan.
Bertambahnya produksi eksudat adalah bagian dari fase inflamasi yang normal
pada proses penyembuhan luka. Peningkatan permeabilitas kapiler pembuluh
darah, menyebabkan cairan yang kaya akan protein masuk ke rongga interstitial.
Hal ini meningkatkan produksi dari cairan yang memfasilitasi pembersihan luka
dari permukaan luka dan mempertahankan kelembaban lingkungan lokal yang
maksimal untuk memaksimalkan penyembuhan. Keseimbangan kelembaban pada
permukaan balutan luka adalah faktor kunci dalam mengoptimalkan perbaikan
jaringan; mengeliminasi eksudat dari luka yang berlebihan pada luka kronik yang
merupakan bagian penting untuk permukaan luka.
Nyeri
Nyeri adalah komplikasi dari perawatan luka. Mengganti balutan yang kering pada
luka menyebabkan rasa nyeri yang lebih hebat/berat dari pada dengan balutan
yang lembab.
Hipergranulasi
Beberapa penelitian kini menemukan indikasi berkurangnya inflamasi dan jaringan
granulasi pada luka akut dengan menggunakan prinsip moist.
Teknik Mempertahankan Kelembaban Luka
Prinsip Dasar Perawatan Luka
Ada tiga prinsip dasar penyembuhan luka.
Walau bagaimanapun tidak ada suatu balutan yang dapat berfungsi magis ”one-
size-fits-all”. Sebagai praktisi klinis sangat penting untuk memahami karakteristik
dari perbedaan balutan dan penggunaannya sesuai dengan perkembangan fase
penyembuhan luka, karakteristik luka, dan faktor risiko dari pasien yang
mempengaruhi penyembuhan dan ketrampilan dari perawat itu sendiri.
Balutan Luka
Balutan luka yang moist seperti ”foam/busa, alginate, hydrocolloid, hydrogel, dan
film transparant.” hydrocolloid merupakan balutan yang tahan terhadap air yang
membantu pencegah kontaminasi bakteri. Hydroclloid menyerap eksudat dan
melindungi lingkungan dasar luka secara alami.
Hydrogel merupakan gel hydropilik yang meningkatkan kelembaban pada area
luka. Hydrogel rehidrasi dasar luka dan melunakkan jaringan nekrotik.
Film transparan merupakan balutan yang tahan terhadap air yang semi oklusive,
berarti air dan gas dapat melalui permukaan balutan film transparan ini dan
termasuk juga dapat mempertahankan lingkungan luka yang tetap lembab.
Pada luka tekan balutan luka sangat berperan penting dengan fungsi sebagai
berikut:
Balutan luka yang tersedia sangat bervariasi. Tidak seperti balutan atau pembalut
kasa yang biasa, balutan luka khusus karena mereka membantu menciptakan
tingkat kelembaban pada luka. Pada masa kini hasil-hasil dari penelitian
menyatakan bahwa tingkat kelembaban mendukung kesehatan kulit, kelembaban
memberi kesempatan yang lebih baik untuk proses penyembuhan. Konsep inilah
yang disebut dengan ”moist wound healing.”
Perlindungan untuk Luka
Meskipun kita berfikir sebaliknya, membiarkan balutan tidak dibuka/diganti dalam
beberapa hari sangat membantu dalam proses penyembuhan awal karena luka
tidak terganggu. Hal ini sangat penting karena situasi kelembaban lingkungan luka
dapat dipertahankan dengan baik sesuai dengan suhu tubuh, kondisi ini akan
mendukung penyembuhan luka. Untuk penjelasan lebih lanjut, penggantian
balutan yang lebih sering mengakibatkan suhu luka menurun/dingin akibat
terpapar dengan udara. Hal ini akan mengakibatkan perlambatan proses
penyembuhan hingga suhu luka menjadi hangat kembali. Jadi, penggantian balutan
duka yang tidak terlalu sering sudah sangat jelas dapat membantu proses
penyembuhan.
Sebagai ilustrasi untuk menunjukkan bagaimana kelembaban dapat
menyembuhkan lebih ceat adalah dengan melidungi/membalut luka akan tercipta
lingkungan yang lembab yang diikuti oleh pergerakan sel-sel epidermal dengan
mudah menyebrangi permukaan luka, untuk menyembuhkan luka. Pada
lingkungan luka yang kering, sel-sel epidermal harus menyusup melalui
terowongan yang lembab dan mensekresi enzym untuk kemudian mengangkat
keropeng dari permukaan luka sebelum sel-sel bermigrasi dan selanjutnya baru
memulai proses penyembuhan.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dari manfaat dan keuntungan metode Moist Wound Healing tersebut, dapat
dimanfaatkan sebagai suatu trend perawatan luka dengan prinsip luka cepat
sembuh, kualitas penyembuhan baik serta dapat mengurangi biaya perawatan luka,
dan ini sangat penting bagi perawat untuk dapat mengembangkan dan
mengaplikasikannya di lingkungan perawatan khususnya perawatan luka yang
jelas sangat memberikan kepuasan bagi kesembuhan luka pasien.
DAFTAR PUSTAKA
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31719/4/Chapter%20II.pdf
http://www.fk.unair.ac.id/attachments/1705_ANATOMI%20FISIOLOGI%20KULIT
%20DAN%20PENYEMBUHAN%20LUKA%20Agustus%202007.pdf
http://s1-keperawatan.umm.ac.id/files/file/konsep%20luka.pdf
http://eprints.undip.ac.id/29346/2/Bab_1.pdf