Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM TEKONOLOGI FERMENTASI


ISOLASI ACETOBACTER XYLINUM PADA MEDIA CAIR FERMENTASI
NATA DE COCO

Oleh :
Devy Syahputri
05031381823071

TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PALEMBANG
2021

1
Universitas Sriwijaya
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mikroorganisme di udara merupakan unsur pencemaran yang sangat berarti
sebagai penyebab gejala berbagai penyakit antara lain iritasi mata, kulit, dan
saluran pernapasan (ISPA). Jumlah koloni mikroorganisme di udara tergantung
pada aktifitas dalam ruangan serta banyaknya debu dan kotoran lain. Ruangan
yang kotor akan berisi udara yang banyak mengandung mikroorganisme dari pada
ruangan yang bersih. Udara bersih merupakan hak dasar seluruh masyarakat yang
tidak hanya untuk pemenuhan kebutuhan vital untuk bernapas akan tetapi juga
udara yang memenuhi syarat kesehatan. Berpijak pada kebutuhan masyarakat
akan udara bersih sehat ini, program pengendalian pencemaran udara menjadi
salah satu dari sepuluh program unggulan dalam pembangunan kesehatan
Indonesia. Secara umum, manusia berinteraksi dengan lingkungan yang penuh
mikroorganisme, parasit, dan virus [ CITATION Put18 \l 1057 ].
Kualitas udara yang buruk akan mengakibatkan dampak negatif terhadap
kesehatan pekerja/karyawan berupa keluhan yang timbul pada berbagai organ
seperti mata, paru-paru, kulit, menyebabkan iritasi tenggorokan, gangguan
neurotoksik, gangguan saluran pencernaal dan lain sebagainya. Kualitas udara dari
segi bakteriologis merupakan hal yang penting yang harus diperhatikan guna
menjaga terjadinya penyebaran infeksi.. pencemar dalam ruang ada yang bisa
dikendalikan keberadaannya dan ada yang tidak bisa dikendalikan. Sumber
pencemar dibagi tiga kelompok yaitu pencemar berasal dari luar, berasal dari
dalam dan mikroorganisme yang berasal dari dalam dan luar ruangan. Sanitasi
memegang peranan penting dalam industri pangan karena merupakan usaha atau
tindakan yang diterapkan untuk mencegah terjadinya perpindahan penyakit pada
makanan [ CITATION SUK17 \l 1057 ].

1.2. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui mikroorganisme yang
tumbuh pada tiap ruang pengolahan yang berbeda-beda.

2
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kapang
Kapang merupakan jenis fungi multiseluler dan berfilamen atau mempunyai
miselium. Kapang mampu hidup pada suatu lingkungan dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhannya, yaitu jumlah nutrisi, kelembaban dibawah 90%,
suhu 20 – 300C, pH 2,0 – 8,5, dan adanya faktor penghambat. seperti guguran
daun, ranting dan cabang, bunga dan buah, kulit kayu serta bagian lainnya, yang
menyebar di permukaan tanah sebelum bahan tersebut mengalami dekomposisi.
Saprofit merupakan sifat kapang tanah yang mendapatkan nutrisi dari benda mati
atau sebagai pengurai bahan organik. Kapang kontaminan merupakan salah satu
kelompok mikroorganisme yang dapat menyebabkan penurunan mutu bahan
makanan dengan menyebabkan kerusakan/pembusukan. Kapang kontaminan
dapat tumbuh pada bahan makanan yang aktif air atau kadar air rendah. Pada
produk ikan pindang, ikan asin dan ikan asap paling sering ditumbuhi kapang
Aspergillus spp. dan Penicillium spp. Kapang kontaminan yang dominan adalah
A. flavus dan Polypaecilum sp [ CITATION Mir15 \l 1057 ].

2.2 Khamir
Khamir merupakan mikroorganisme dari golongan fungi yang termasuk
uniseluler, biasanya hidup sebagai saprofit maupun parasit. (Widiastutik, 2013).
Khamir banyak ditemukan di berbagai tempat terutama pada tumbuhan seperti
buah-buahan, biji-bijian dan makanan yang mengandung gula. Khamir juga
ditemukan di tanah, udara dan kulit binatang. (Mahreni, 2011). Khamir memiliki
berbagai peran penting dalam kehidupan. Beberapa khamir dapat dimanfaatkan
dalam berbagai bidang industri, terutama dalam bidang fermentasi makanan
maupun minuman. Beberapa produk yang dihasilkan sudah dikomersilkan dan
memiliki potensi untuk perkembangan bioteknologi. Khamir yang bersifat
fermentatif dapat melakukan fermentasi ethanol yaitu memecah gula menjadi
ethanol dan gas. Penggunaan khamir pada produk pangan telah banyak dilakukann
dan salah satu satunya adalah sebagai agen fermentasi [ CITATION Sur18 \l 1057 ].
2.3 PCA

3
Universitas Sriwijaya
Media Plate Count Agar (PCA) merupakan media padat, yaitu media yang
mengandung agar sehingga setelah dingin media tersebut akan menjadi padat.
Media PCA terdiri dari casein enzymic hydrolisate, yeast extract, dextrose, agar.
Media PCA dilarutkan dengan aqua destilata dengan membentuk suspensi 22,5
g/L kemudian disterilisasi pada autoklaf 15 menit pada suhu 121°C. Media PCA
biasanya dibuat dan disterilisasi dalam jumlah yang banyak sesuai dengan
kebutuhan sampai akhir penelitian. Sisa media yang belum dipakai disimpan di
lemari pendingin pada suhu 100C. Jika akan dipakai lagi media dipanaskan diatas
hot plate. Demikian seterusnya diulang berkali-kali. Media Plate Count Agar
(PCA) digunakan sebagai media tumbuh mikroba pada uji TPC (Total Plate
Count). Media ini mengandung agar sehingga setelah dingin media tersebut akan
menjadi padat. Untuk alasan kepraktisan, media untuk penyimpanan dibuat dalam
satu kali sterilisasi dan kemudian dipanaskan kembali ketika dibutuhkan.
Pemanasan berulang diduga akan menyebabkan kandungan nutrisi pada media
PCA akan menjadi rusak [ CITATION Wat18 \l 1057 ]

2.4 Metode Tuang


Metode Cawan Tuang (Pour Plate) merupakan teknik lain yang dapat
digunakan untuk mendapatkan koloni murni mikrooganisme. Kelemahan metode
ini adalah membutuhkan waktu dan bahan yang lama dan banyak, akan tetapi
tidak memerlukan keterampilan tinggi. Setelah diinkubasi akan terbentuk koloni
pada cawan tersebut dalam jumlah yang dapat dihitung. keunggulan metode tuang
adalah dapat digunakan untuk memperoleh biakan murni, sedangkan pada metode
cawan sebar dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah bakteri dalam satua
sel. Adapun kekurangan pada metode cawan tuang adalah hasil perhitungan tidak
menunjukkan jumlah sel mikroba yang sebenarnya, karena beberapa sel yang
berdekatan mungkin membentuk satu koloni, mikroba yang ditumbuhkan harus
dapat tumbuh pada medium padat dan membentuk koloni yang kompak dan jelas,
tidak menjalar, memerlukan persiapan dan waktu inkubasi sehingga pertumbuhan
koloni dapat dihitung [ CITATION Ang20 \l 1057 ].

BAB 3

4
Universitas Sriwijaya
METEDOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Higiene Sanitasi Dan Keamanan Industri ini dilaksanakan pada
hari selasa pada tanggal 9 Maret 2021, pukul 13.00 WIB, Via zoom meeting.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah: 1) Cawan Petri 2)
Incubator.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah: 1) Nutrient Agar (NA)
steril 2) Potato Dextrose Agar (PDA).

3.3 Cara Kerja


1. Setiap kelompok menyiapkan 2 cawan NA yang diberi tanda nama
ruangan dengan waktu kontak 10 menit dan 20 menit ; dan 2 cawan PDA
yang diberi tanda nama ruangan dengan waktu kontak 10 menit dan 20
menit.
2. Secara bersamaan bukalah tutup cawan-cawan tersebut didalam ruangan
yang telah ditetapkan, sehingga “agar” didalam cawan mengalami kontak
dengan udara didalam ruangan tersebut. Tutuplah cawan petri satu persatu
setelah 10 menit dan 20 menit.
3. Inkubasikan semua cawan pada suhu 30°C selama 2-3 hari.
4. Amati adanya pertumbuhan dan dihitung jumlah kolonin yang tumbuh.
Jika pertumbuhan koloni menyebar dan sulit untuk dihitung, nyatakan
secara relative dengan tanda – sampai +++++.
5. Sebutkan kelompok mikroba yang dominan tumbuh pada cawan NA
(bakteri) atau PDA (kapang dan khamir).
6. Laporkan hasil pengamatan dalam bentuk tabel sebagai berikut.

Ruangan Waktu Kontak Jumlah Keterangan


Mikroorganisme

7. Lakukan pembahasan dari hasil pengamatan diatas.


BAB 4

5
Universitas Sriwijaya
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil dari praktikum kali ini adalah :
Tabel 1. Hasil pengamatan
Media Perlakuan Ruangan Hasil Koloni
PCA 10 Lab. AHP 68
PCA 20 Lab. AHP 21
PDA 10 Lab. AHP 10
PDA 20 Lab. AHP 49
PCA 10 Lab. Sensoris 32
PCA 20 Lab. Sensoris 26
PDA 10 Lab. Sensoris 30
PDA 20 Lab. Sensoris 32
PCA 10 WC 47
PCA 20 WC 2
PDA 10 WC 29
PDA 10 WC 38

4.2 Pembahasan

6
Universitas Sriwijaya
Praktikum kali ini membahas mengenai uji kontaminasi udara ruang
pengolahan.Secara alami udara tidak mengandung mikroorganisme secara alami
,tetapi kontaminasi dari lingkungan sekitarnya mengakibatkan udara mengandung
berbagai mikroorganisme misalnya dari debu, air, proses aerasi, dari penderita
saluran infeksidan lain - lain. Mikroorganisme yang terdapat diudara biasanya
melekat pada bahan padat mikro misalnya debu atau terdapat didalam droplet /
tetesan air.Jika didalam suatu ruangan banyak terdapat debu dan cair, maka
mikroba yang ditemukan didalamnya juga bermacam - macam termasuk bakteri ,
kapang ataupun khamir. Jumlah kontaminan dalam ruang pengolahan dipengaruhi
oleh sanitasi ruangan.Jika ruang pengolahan tidak saniter maka kontaminan dalam
udara sangat banyak dan akan berpengaruh besar terhadap pengolahan pangan
terutama pengolahan secara fermentasi. Ruang pengolahan yang baik adalah yang
jumlah kontaminannya sedikit sehingga tidak mempengaruhi pada proses
pengolahan.

7
Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum ini yaitu :
1. Isolasi dilakukan didalam laminar flow agar menjaga kesterilan pengenceran
sampel.
2. Isolasi dilakukan dengan menggunakan dua mateode knvensional isolasi yaitu
metode cawan gores dan metode cawan tuang.
3. Keunggulan metode tuang adalah hasil kultur menunjukkan permukaan bakteri
lebih halus dan merata di seluruh permukaan media
4. Penggunaan media tuang lebih efektif untuk menumbuhkan mikroba jika
dibandingkan dengan metode gores.
5. Pengenceran 10-5 lebih banyak bakteri yang tumbuh dibandingkan dengan
pengenceran 10-6. Hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat pengencerannya,
maka semakin sedikit mikroorganisme yang tumbuh.

8
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Angelia, I. O. (2020). Penggunaan Metode Cawan Tuang Terhadap Uji Mikroba


Pada Tepung Kelapa. Journal Agritech of Science , 4 (1), 43-51.

Damayanti, N. W., Abadi, M. F., & Bintari, N. W. (2020). Perbedaan Jumlah


Bakteriuri Pada Wanita Lanjut Usia Berdasarkan Kultur Mikrobiologi
Menggunakan. Jurnal Meditory , 8 (1), 1-4.

Fitriasari, P. D., Amalia, N., & Farkhiyah, S. (2020). Isolasi dan uji kompatibilitas
bakteri hidrolitik dari tanah tempat pemrosesan akhir
talangagung,kabupaten malang. Jurnal Berita Biologi , 19 (1), 151-156.

Mayarni, & Yarza, H. N. (2018). Pendampingan Isolasi Bakteri Acetobakter


Xylinum Penghasil Nata De Coco Di Sma 113 Jakarta Timur. Jurnal
Prosiding Kolokium Doktor dan Seminar Hasil Penelitian Hibah , 1 (1),
186-192.

Sabbathini, G. C., Pujiyanto, S., Wijanarka, & Lisdiyanti, P. (2017). Isolasi Dan
Identifikasi Bakteri Genus Sphingomonas Dari Daun Padi (Oryza Sativa)
Di Area Persawahan Cibinong. Jurnal Biologi , 6 (1), 59-64.

Wahyuni, S., & Jumiati. (2019). Potensi Acetobacter Xylinum Dalam Pembuatan
Nata De Syzygium. Jurnal Pendidikan Biologi , 6 (2), 195-203.

9
Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN

10
Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai