Anda di halaman 1dari 46

PENGARUH NON PERFORMING FINANCING, GOOD

CORPORATE GOVERNANCE, RASIO EFISIENSI


KEGIATAN OPERASIONAL, DAN CAPITAL
ADEQUACY RATIO TERHADAP FRAUD

(Studi Empiris pada Perbankan Syariah yang Terdaftar di


Bank Indonesia (BI) periode 2017- 2019)

PROPOSAL
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi nilai akhir
mata kuliah Metodologi Riset

Rizq Aly Afif

11810020

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS BAKRIE

JAKARTA

2020
Universitas Bakrie

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................6

1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................7

1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................7


1.4.1 Manfaat Teoritis..............................................................................7
1.4.2 Manfaat Praktis................................................................................7
BAB II.....................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS.........................................................8

2.1 Definisi Konsep dan Review Penelitian Sebelumnya..................................8


2.1.1 Agency Theory (Teori Keagenan).....................................................8
2.1.2 Fraud................................................................................................9
2.1.3 Tingkat Kesehatan Bank Syariah....................................................13
2.1.4 Review Penelitian Sebelumnya......................................................17

2.2 Hipotesisi...................................................................................................24
2.2.1 Pengaruh Non-Performing Financing terhadap Fraud...................24
2.2.2 Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Fraud...............25
2.2.3 Pengaruh Rasio Efesiensi Kegiatan Operasional terhadap Fraud...25
2.2.4 Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Fraud..............26
BAB III..................................................................................................................28
METODE PENELITIAN....................................................................................28

3.1 Populasi dan Sampling..............................................................................28

3.2 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data............................................28

3.3 Definisi Operasional Variabel...................................................................28


3.3.1 Fraud..............................................................................................29
3.3.2 Non-Performing Financing.............................................................29
3.3.3 Good Corporate Governance..........................................................29

ii
Universitas Bakrie

3.3.4 Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional..............................................32


3.3.5 Capital Adequacy Ratio..................................................................32

3.4 Metode Analisis Data................................................................................32


3.4.1 Uji Statistik Deskriptif.....................................................................33
3.4.2 Uji Asumsi Klasik............................................................................33
3.4.3 Uji Hipotesis...................................................................................35

3.5 Model Penelitian........................................................................................37


DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................39

iii
Universitas Bakrie

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak (UU No. 10 Tahun 1998). Indonesia sendiri memiliki dua jenis bank yaitu
bank yang melaksanakan kegiatan operasionalnya secara konvensional dan bank
yang menjalankan kegiatan operasionalnya berdasarkan prinsip syariah atau yang
sering disebut dengan bank syariah.

Saat ini perkembangan bank umum syariah dan bank umum yang
menyelenggarakan usaha syariah sangat pesat, hal ini didorong pada peningkatan
jumlah penduduk di Indonesia yang mayoritas beragama islam sehingga sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan bank syariah di Indonesia (Triwahyuningtyas
dan Ismail, 2015). Perkembangan perbankan syariah di Indonesia semakin pesat
setelah disahkannya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah (Falikhatun, 2012). Selama periode tahun 2009 sampai dengan tahun
2016 Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) terus mengalami perkembangan. Dengan
berkembangnya perbankan syariah maka semakin luas pula jumlah jaringan
kantor yang tersebar. Hal tersebut tentu akan meningkatkan pelayanan perbankan
syariah (Marheni, 2017).
Perkembangan perbankan Syariah di Indonesia semakin pesat paska
disahkannya UU nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan Syariah (Falikhatun,
2012). Perkembangan tersebut terlihat dari jumlah bank maupun jumlah kantor
kantor Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), maupun Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BRPS).

Tabel 1.1
Perkembangan Bank Syariah di Indonesia
Tahun 2013-2019

1
Universitas Bakrie

Tahun
Jenis Bank
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
BUS 11 12 12 13 13 14 14
Jumlah Kantor 1.998 2.163 1.990 1.869 1838 1869 1905
UUS 23 22 22 21 20 20 20
Jumlah Kantor 590 320 311 332 340 354 381
BRPS 163 163 163 166 167 167 164
Jumlah kantor 402 439 446 453 441 495 619
Sumber: Statistika perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan

Tabel diatas menunjukan perkembangan perbankan Syariah yang


mengalami perkembangan selama 7 tahun terakhir. BUS pada tahun 2013
berjumlah 11 yang lalu meningkat di tahun 2014 yang jumlahnya tetap sama di
tahun 2015 yaitu berjumlah 12 meningkat menjadi 14 pada tahun 2019.
Perkembangan ini diikuti pula dengan bertambahnya jumlah kantor BUS pada
tahun 2015 terdapat 1990 kantor BUS yang sempat menurun jumlah kantor BUS
di tahun 2016 hingga 2017, namun jumlah kantor bus kembali bertambah di 2019
menjadi sebanyak 1905. Hal serupa juga terjadi pada UUS dan BPRS yang terus
berkembang selama 5 tahun.

Bank Syariah dituntut untuk memiliki kinerja yang bagus agar dapat
bersaing dengan bank konvensional dalam memperebutkan pasar perbankan
nasional di Indonesua. Selain itu BI juga semakin memperketat dalam pengaturan
dan pengawasan perbankan nasional. Hal itu terjadi karena BI tidak ingin
mengulangi peristiwa di awal krisis ekonomi pada tahun 1997 dimana banyak
bank di likuidasi karena kinerjanya yang tidak sehat, yang pada akhirnya
merugikan masyarakat. Salah satu penilaian kinerja adalah dengan menilai kinerja
keuangan untuk mengetahui tingkat Kesehatan bank (Kusumo, 2008)

Setiap kegiatan perbankan selalu berhubungan dengan risiko usaha,


khususnya bank Syariah. Meskipun bank Syariah menjalankan tugas-tugasnya
berdasarkan prinsip-prinsip Syariah namun hal itu tidak menjamin bank Syariah
bebas dari tindakan kecurangan (fraud) (Rahmayani dan rahmawaty, 2017).
Menurut Koroy (2008) kecurangan dalam laporan keuangan menyebabkan
informasi yang ada pada laporan keuangan menjadi tidak valid dan tidak sesuai

2
Universitas Bakrie

dengan mekanisme laporan keuangan yang telah ditentukan, dimana seharusnya


audit dapat meyakinkan perusahaan bahwa laporan keuangan terbebas dari salah
saji (mistatement) yang material dan dapat memberikan keyakinan atas
akuntabilitas manajemen atas aktiva perusahaan.

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh ACFE Indonesia pada tahun
2019 terhadap 167 responden menunjukan bahwa fraud yang paling banyak
terjadi di Indonesia adalah korupsi dengan presentase 69,9% yang dinyatakan oleh
154 responden. Jenis fraud selanjutnya yaitu penyalahgunaan aset/kekayaan
negara dan perusahaan dengan presentasi 20,9% yang dinyatakan oleh 50
responden, sedangkan fraud laporan keuangan (Fraudulent statement) sebesar
9,2% yang dinyatakan oleh 22 responden. Penyalahgunaan aset perusahaan adalah
masalah sosial dan ekonomi. Hal ini akan mengakibatkan menurunnya reputasi
perusahaan di mata masyarakt dan investor. Yang bisa mengakibatkan turunnya
harga saham dan mengarahkan perusahaan kepada kebangkrutan.

Eksistensi dari fraud muncul saat (1) ada tuduhan, complain, ataupun rumor
tentang fraud dari orang-orang di lingkungan perusahaan; (2) Lembaga investigasi
menemukan dan mencurigai sesuatu yang salah; (3) adanya sebuah pengecualian
atau pewajaran dari pihak senior kepada tersangka seperti mewajarkan situasi
yang tidak wajar pada penjualan, laba, biaya, asset, atau hutang yang terlalu tinggi
atau terlalu rendah; (4) penemuan sesuatu yang hilang seperti kas, property,
laporan, file, dokumen, atau data; (5) hasil dari audit; (6) hasil dari internal
control terutama antifraud. Data statistik ACFE’s RTTNs menemukan sekitar 60
persen dari kasus fraud yang dilaporkan ditemukan karena ke tidak sengajaan,
yang mengindikasikan tindakan proaktif sangat membantu dalam mengetahui
fraud dari suatu perusahaan. Salah satu contoh tindakan proaktif adalah internal
control dan internal audit. control (Ommie w. singleton & Aaron J. singleton
2010).

Tidak ada jaminan Lembaga keuangan terbebas dari kemungkinan perilaku


fraud (Sula 2004). Nyatanya meskipun sebuah perbankan sudah berbasis Syariah
masih saja terjadi tindakan fraud pada bank Syariah. Beberapa kasus fraud yang
terjadi di lembaga Syariah. Seperti pada kasus dimana nasabah melaporkan bank

3
Universitas Bakrie

Syariah, seperti yang dialami oleh BRI Syariah dan Bank Mega Syariah,
keduanya terkena kasus terkaita gadai emas yang ada pada BRI Syariah dan Bank
Mega Syariah (marheni, 2017). Lalu ditahun selanjutnya terjadi fraud pada bank
BJB Syariah, berdasarkan laporan Good Corporate Governance (GCG) 2018
tercatat ada 4 kasus penyimpangan (internal fraud) yang mempengaruhi kegiatan
operasional bank dan kondisi keuangan secara signifikan pada tahun 2018 yang
mempengaruhi kondisi keuangan secara signifikan dengan dampak penyimpangan
atau kerugian lebih dari Rp 100 juta. Selain adanya internal fraud, pada tahun
2018 bank BJB Syariah juga mengalami kondisi palampauan batas maksimum
penyaluran dana (BMPD). Masih di tahun yang sama kasus fraud pada bank
Syariah juga pernah terjadi pada bank Syariah Mandiri dimana bank Syariah
mandiri di duga memberikan pembiayaan fiktif senilai Rp 1,1 T kepada anak
perusahannya. Maka akibatnya dari hasil pembiayaan fiktif ini berpotensi
menimbulkan kerugian negara sebesar Rp 1,1 triliun.

Tingkat kinerja keuangan suatu bank dapat mempengaruhi kepercayaan


masyarakat terhadap bank tersebut. Karena pada dasarnya penilaian masyarakat
dilihat dari ukuran tersirat seperti fasilitas, pelayanan dan tingkat keuntungan.
Sehingga sebagai lembaga yang dalam kegiatanya menggunakan dana dari
masyarakat bank dituntut untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya
(Astutik, 2015) Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga yang mengatur dan
mengawasi perbankan syariah di Indonesia menerbitkan peraturan mengenai tata
pelaksanaan tingkat kesehatan bank yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Bank wajib melakukan penilaian tingkat
kesehatan bank baik secara individual maupun secara konsolidasi dengan cakupan
penialaian terhadap faktor-faktor profil risiko (risk profile), good corporate
governance, rentabilitas (earnings), dan permodalan (capital). Dalam konsep
RBBR ini bank wajib memelihara dan meningkatkan tingkat kesehatan bank
dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko dalam
melaksanakan kegiatan usaha (Hardian, 2015).

Penelitian mengenai pengaruh tingkat kesehatan bank sudah pernah


dilakukan oleh Najib (2016) Penelitian tersebut menggunakan faktor shariah

4
Universitas Bakrie

compliance dengan proksi profit sharing ratio, Islamic income ratio, islamic
investment ratio, dan islamic corporate governance. Penelitian tersebut
menggunakan populasi bank umum syariah yang terdaftar di Bank Indonesia
periode 2010-2014. Hasil penelitian membuktikan bahwa variable profit sharing
ratio, Islamic income ratio, islamic investment ratio memiliki pengaruh negatif
terhadap fraud pada bank syariah. Sedangkan Islamic Income Ratio, Islamic
Investment Ratio, dan Islamic Corporate governance tidak memiliki pengaruh
terhadap fraud pada bank Syariah.

Lalu ditahun yang sama penelitian dilakukan oleh Nora (2016). Penelitian
tersebut menggunakan faktor rasio Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit
Ratio (LDR), rasio Returun On Assets (ROA) dan Rasio Net Interest Margin
(NIM). Penelitian tersebut menggunakan populasi perbankan syariah yang
terdaftar pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2012-2014. Hasil penelitian mebuktikan tingkat kesehatan
BUSN Devisa tahun 2012-2014 berdasarkan rasio NPL, LDR, ROA, NIM dan
CAR menunjukkan bahwa seluruh bank dapat dikategorikan sangat sehat
meskipun ada beberapa bank yang juga dapat dikategorikan sehat.

Di tahun selanjutnya penelitian mengenai pengaruh tingkat kesehatan bank


dilakukan oleh Rafny (2017). Penelitian tersebut menggunakan faktor Non-
performing financing, Islamic corporate governance, Rasio efisiensi kegiatan
opersional, capital adequancy ratio (CAR). Penelitian tersebut menggunakan
populasi perbankan syariah yang terdaftar pada Bank Indonesia tahun 2013
sampai dengan 2015. Hasil penelitian membuktikan Islamic corporate
goveranance berpengaruh terhadap fraud, sedangkan non performing financing,
rasio efisiensi kegiatan operasional, dan capital adequency tidak berpengaruh
terhadap fraud.

Pada tahun yang sama penelitian dilakukan oleh Amalia (2017). Penelitian
tersebut menggunakan faktor rasio NPL Non Performing Loan, LDR (Loan to
Deposit Ratio), Rasio Returun On Assets (ROA) dan Rasio Net Interest Margin
(NIM). Penilitian ini menggunakan populasi Bank Umum Swasta Devisa yang

5
Universitas Bakrie

terdaftar di BEI sebelum dan/atau tahun 2013. Hasil penelitian membuktikan


ROA adalah faktor yang paling dominan yang mempengaruhi nilai perusahaan.

Dua tahun kemudian, penelitian mengenai tingkat Kesehatan bank terhadap


fraud dilakukan oleh Retno (2019) penelitian tersebut menggunakan faktor Non
Performing financing (NPF), financing to debt ratio (FDR), good corporate
governance, return on Assets (ROA), biaya operasional terhadap pendapatan
operasional, dan capital adequancy ratio (CAR). Dengan populasi Bank Umum
Syariah di Indonesia periode 2012 sampai dengan 2016. Hasil penelitian
membuktikan financing to debt ratio (FDR), good corporate governance, dan
capital adequancy ratio (CAR) berpengatuh signifikan terhadap fraud pada bank
Syariah. Lalu Return on Assets (ROA), biaya operasional terhadap pendapatan
operasional tidak berpengaruh signifikan terhadap fraud pada bank Syariah.
Selanjutnya Non Performing financing (NPF) berpengaruh negatif signifikan
terhadap fraud pada bank syariah

Penelitian ini merupakan hasil replikasi dari penelitian Rafny (2016) yang
berjudul Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Fraud pada Bank Syariah
Indonesia. Perbedaan penelitain ini dengan penelitian sebelumnya adalah
perubahan variabel Islamic corporate governance menjadi variabel good
corporate governance (GCG). Perubahan variabel Islamic corporate governance,
menjadi good corporate governance dipilih karena berdasarkan laporan GCG bank
BJB Syariah mengungkapkan 4 kasus penyimpangan (internal fraud) sehingga
GCG bank merupakan unsur yang sangat penting dalam operasional perbankan
syariah itu sendiri. Oleh karena itu diduga good corporate governance
berpengaruh terhadap fraud. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis
bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Non-performing
financing, Good corporate governance, rasio efisiensi kegiatan operasional,
dan capital adequacy ratio terhadap fraud”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah yang dikemukakan oleh
peneliti adalah sebagai berikut:

6
Universitas Bakrie

1. Apakah Non performing financing (NPF) berpengaruh terhadap fraud?


2. Apakah Good corporate governance (GCG)berpengaruh terhadap fraud?
3. Apakah rasio efisiensi kegiatan operasional berpengaruh terhadap fraud?
4. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap fraud?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas maka tujuan dari
penulis adalah untuk menguji:
1. Pengaruh Non performing financing (NPF) terhadap fraud?
2. Pengaruh Good corporate governance (GCG) terhadap fraud?
3. Pengaruh Rasio efisiensi kegiatan operasional terhadap fraud?
4. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Fraud?

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan
memperkaya ilmu pengetahuan tentang kesehatan bank dalam menganalisis fraud
pada perbankan syariah. Selain itu, penelitian ini diharapkan menjadi tambahan
referensi atau rujukan mengenai faktor yang mempengaruhi terjadinya Fraud
dalam perbankan umum. Selanjutnya Sebagai sarana untuk menambah wawasan
di bidang audit, terutama mengenai tingkat kesehatan bank terhadap terjadinya
fraud pada bank umum sehingga diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis di
masa yang akan datang.

1.4.2 Manfaat Praktis


Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi
beberapa pihak di antaranya sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan
Bagi pemilik dan pegawai bank syariah, penelitian ini dapat memberikan
referensi sebagai upaya pencegahan terhadap terjadinya fraud dalam perbankan
umum.
2. Bagi Auditor
Bagi auditor, penelitian ini dapat memberikan wawasan dalam upaya untuk
memeriksa dan meneliti apakah terjadi dan terdapat unsur kecurangan dalam
bank umum.

7
Universitas Bakrie

3. Bagi Nasabah
Bagi nasabah, penelitian ini dapat memberikan penilaian kemungkinan terjadinya
kecurangan dalam suatu bank umum yang akan memberikan referensi bagi
nasabah dalam penggunaan produk perbankan umum.

8
Universitas Bakrie

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Definisi Konsep dan Review Penelitian Sebelumnya


2.1.1 Agency Theory (Teori Keagenan)
Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan teori agensi sebagai hal dasar
yang digunakan untuk memahami hubungan antara principle dan agent. Dalam hal
ini hubungan keagenan merupakan kontrak antara satu orang atau lebih yang
mempekerjakan orang lain untuk memberikan suatu jasa dan kemudian
mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut.

Teori ini merupakan bahwa terdapat pemisahan kepentingan antara pemilik


perusahaan yakni principal dengan pengelola perusahaan (agent). Adanya
pemisahan ini mengakibatkan munculnya asimetri informasi, dimana agent
memiliki akses atas informasi-informasi perusahaan yang tidak dimiliki oleh
principle. Menurut Anugerah (2014), asimetri informasi muncul Ketika agent
lebih banyak mengenal (mengetahui) informasi internal dan prospek masa yang
akan datang, dibandingkan pengetahuan tentang informasi yang di kenal/diketahui
oleh principal dan stakeholder lainnya.

Menurut Jensen dan Meckling (1976) berdasarkan asumsi sifat dasar


manusia, setiap manusia memiliki kecenderungan untuk bertindak dengan
mengutamakan kepentingan pribadinya. Perbedaan kepentingan menyebabkan
agen menyalahgunakan kewajibannya dalam penyampaian informasi kepada
prinsipal dengan cara memberikan atau menahan informasi yang diminta prinsipal
bila menguntungkan bagi agen (Jensen dan Meckling, 1976).

Teori Agensi dan fraud pada bank umum swasta nasional mmemiliki kaitan
dimana kecurangan yang terjadi pada entitas perbankan ini merupakan dampak
yang mungkin muncul akibat adanya agency problem, yakni asimetri informasi,
dimana informasi yang dimiliki oleh agen digunakan untuk mengambil
keuntungan bagi dirinya sendiri atau orang lain yang dapat mengakibatkan
kerugian bagi prinsipal maupun perusahaan.

9
Universitas Bakrie

Prinsip-prinsip yang diterapkan oleh perbankan tidak menjamin perbankan


terbebas dari adanya kecurangan dalam kegiatan operasionalnya. Fraud dapat saja
terjadi di lingkungan internal perbankan. Hal lain yang dapat muncul adalah
adanya conflict interest antara agent dan principal yang dapat menimbulkan
tekanan bagi perbankan itu sendiri. Untuk dapat meningkatkan kinerja
perusahaan sehingga memberikan citra yang baik bagi prinsipal dengan tujuan
untuk mendapatkan apresiasi atas kinerja yang dicapai.

2.1.2 Fraud
Fraud dapat diartikan sebagai suatu kecurangan. Menurut The Institute of
Internal Auditor (2013) fraud, yaitu:

“Any illegal act characterized by deceit, concealment, or violation of


trust. These acts are not dependent upon the threat of violence or physical force.
Frauds are perpetrated by parties and organizations to 12 obtain: money,
property, or services; to avoid payment or loss of services; or to secure personal
or business advantage.”

Yang dapat diartikan sebagai perbuatan yang dicirikan dengan


pengelabuan atau pelanggaran kepercayaan untuk mendaptkan uang, asset, jasa,
atau mencegah pembayaran atau kerugian atau untuk menjamin keuntungan /
manfaat pribadi dan bisnis. Perbuatan ini tidak tergantung pada ancaman
kekerasan oleh pelau terhadap orang lain (Priantara, 2013). Selain itu menurut
Black Law Dictionary (8th Ed), definisi fraud yaitu:

“The intentional use of deceit, a trick or some dishonest means to depritive


another of his money, property or legal right, either as a cause of action or as
fatal element in the action it self”

Definisi tersebut dapat diterjemahkan sebagai suatu perbuatan sengaja


untuk menipu membohongi, suatu tipu daya atau cara-cara yang tidak jujur untuk
mengambil atau menghilangkan uang, harta, hak yang sah milik orang lain baik
karena suatu tundakan atau dampak yang fatal dari tindakan itu sendiri (Priantara,
2013).

10
Universitas Bakrie

Selanjutnya, International Standarts on Auditing (ISA) seksi 240 yang


membahas tentang tanggung jawab auditor untuk mempertimbangkan fraud,
mendefiniskan fraud sebagai; “… tindakan yang disengaja oleh anggota
manajemen perusahaan, pihak yang berperan dalam governance, karyawan atau
pihak ketiga yang melakukan oembohongan atau penipuan untuk memperoleh
keuntungan yang tidak adil atau ilegal” (Anugerah, 2014)

Dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/28/ DPNP tentang penerapan
strategi anti fraud bagi bank umum dijelaskan bahwa fraud adalah tindakan
penyimpangan atau pembiaran yang disengaja dilakukan untuk mengelabui,
menipu, atau memanipulasi bank, nasabah, atau pihak lain, yang terjadi di
lingkungan dan/atau menggunakan sarana bank sehingga mengakibatkan bank,
nasabah, atau pihak lain menderita kerugian dan/atau pelaku fraud memperoleh
keuntungan keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan
definisi di atas, pengertian fraud adalah stindakan illegal dalam bentuk
kecurangan atau penipuan secara sengaja, yang dilakukan dengan mengelabui,
menipu, dan/atau memanipulasi unutk memperoleh keuntungan pribadi atau
kelompok yang berdampak pada kerugian orang lain.

Organisasi internasional yang merupakan asosiasi akuntan forensil di


Amerika Serikat (Association of Certified Fraud Examiner, disingkat ACFE)
menggambarkan fraud dalam sebuah bentuk fraud tree atau pohon kecurangan
dan pohon ini menggambarkan cabang-cabang dari fraud dalam hubungan kerja,
beserta ranting dan anak rantingnya (Tuanakotta, 2014). Berikut ini merupakan
gambar fraud tree:

11
Universitas Bakrie

Gambar 2.2

Fraud Tree

Sumber: Association of Certified Fraud Examiners

12
Universitas Bakrie

Fraud tree terdiri dari tiga cabang utama, yaitu corruption, asset
misappropriation, dan fraudulent statement.

1. Corruption
Berdasarkan fraud tree, korupsi terdiri dari empat komponen yakni, conflict
of interest atau benturan kepentingan, yang sering dijumpai dalam berbagai
bentuk diantaranya bisnis plat merah atau bisnis pejabat (penguasa) dan keluarga
serta kroni mereka yang menjadi pemasok atau rekanan Lembaga-lembaga
pemerintah dan didunia bisnis sekalipun (Tuanakotta, 2014: 196). Bribery atau
penyuapan merupaka hal yang paling sering dijumpai dalam kehiduapn bisnis
dan politik di Indonesia untuk memuluskan rencana para pemegang kepentingan
tersebut. Iillega; gratuities adalah pemberian hadiah yang merupakan bentuk
terselubung dari penyuapan kepada pihak yang berkaitan dalam suatu bisnis dan
kegiatan politik di Indonesia. Dan yang selanjutnya adalah, economic extortion
yang merupakan bentuk ancaman terhadap rekanan dengan secara terselubung
atau terbuka.
2. Asset Misappropriation
Asset misappropriation secara sederhana diartikan sebagai bentuk
penyalahgunaan/pencurian asset perusahaan atau pihak lain, namun dalam istilah
hukum diartikan, mengambil asset secara illegal (tidak sah atau melawan hukum)
yang dilakukan oleh seseorang yang diberi wewenang untuk mengelola atau
mengawasi asset tersebut, disebut menggelapkan (Tuanakotta 2014:199).
Terdapat dua bentuk fraud dalam cabang asset misappropriation, yaitu cash
dan non-cash (ACFE 2014). Asset misappropriation dalam bentuk penjarahan
cash atau cash misappropriation dilakukan dalam tiga bentuk yaitu skimming,
larceny, dan fraudulent disbursement, sedangkan dalam bentuk non-cash
dilakukan dalam bentuk misuse dan larceny (Tuanakotta 2014). Pada cash
misappropriation tindakan fraud bisa dilakukan saat uang tersebut belum masuk
ke perusahaan (skimming). Selain itu, jika uang tersebut sudah masuk, fraud yang
bisa dilakukan ialah dengan mencuri atau pencurian (larceny). Arus uang yang
masuk sudah terekam oleh sistem akuntansi perusahaan, maka penjarahan uang
melalui pengeluaran yang tidak sah disebut (fraudulent disbursement)
(Tuanakotta, 2014).

13
Universitas Bakrie

3. Fraudulent statement
Fraud ini berupa salah saji (misstatement baik overstatement maupun
understatement) yang terdiri dari dua ranting cabang yaitu financial dan non-
financial. Pada financial fraud tindakan yang terjadi dapat berupa penyajian asset
atau pendapatan yang lebih tinggi dari sebenarnya (Asset/revenue overstatement)
atau penyajian yang lebih rendah dari yang sebenarnya (Asset/revenue
understatement). Sedangkan untuk non financia fraudl tindakan yang terjadi dapat
nerupa penyampaian laporan non-keuangan yang menyesatkan, laporan yang lebih
bagus dari yang sebenarnya atau pemalsuan atau pemutarbalikan keadaan yang
biasanta laporan tersebut digunakan untuk keperluan intern maupun ekstern
perusahaan (Tuanakotta, 2014). Hal ini merupakan suatu tindakan yang dilakukan
oleh petinggi suatu entitas untuk menutupi kondisi finansial yang sebenarnya
dengan melakukan manipulasi dalam penyajian laporan keuangannya untuk
mendapatkan keuntungan.

2.1.3 Tingkat Kesehatan Bank Syariah


Kesehatan keuangan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank
untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal seperti
kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan dari
modal sendiri, kemampuan mengelola dana, kemampuan untuk menyalurkan dana
ke masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan pihak lain, pemenuhan peraturan
perbankan yang berlaku dan mampu memenuhi semua kewajiban dengan baik
dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku
(Triandaru, 2006). Penilaian tingkat kesehatan bank juga dapat diartikan sebagai
hasil penilaian kuantitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi
bank tersebut (Ade, 2004). Bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya
dengan baik, yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat
menjalankan fungsi intermediasi pemerintah dalam melaksankan berbagai
kebijakan, terutama kebijakan moneter merupakan tingakat kesehatan bank
(Veithzal, 2007).
Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 8/POJK.03/2014
tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah, tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kondisi bank yang

14
Universitas Bakrie

dilakukan berdasarkan risiko termasuk risiko terkait penerapan prinsip syariah dan
kinerja bank atau disebut dengan Risk-based Bank Rating. Tingkat kesehatan bank
di Indonesia yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
8/POJK.03/2014 mewajibkan bank umum syariah melakukan penilaian tingkat
kesehatan bank baik secara individual maupun secara konsolidasi dengan cakupan
penialaian terhadap faktor-faktor profil risiko (risk profile), good corporate
governance, rentabilitas (earnings), dan permodalan (capital).
1. Penilaian terhadap faktor profil risiko merupakan penilaian
terhadap Risiko inheren dan kualitas penerapan Manajemen Risiko
dalam aktivitas operasional Bank yang dilakukan terhadap sepuluh
risiko, yaitu Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, Risiko
Operasional, Risiko Hukum, Risiko Stratejik, Risiko Kepatuhan,
Risiko Reputasi, Risiko Imbal Hasil, dan Risiko Investasi.

2. Penilaian faktor Good Corporate Governance bagi Bank Umum


Syariah merupakan penilaian terhadap kualitas manajemen bank
atas pelaksanaan lima prinsip Good Corporate Governance yaitu
transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, profesional, dan
kewajaran.
3. Penilaian terhadap faktor rentabilitas meliputi penilaian terhadap
kinerja rentabilitas, sumber-sumber rentabilitas, dan stabilitas
rentabilitas (sustainability earnings) Bank Umum Syariah.
4. Penilaian terhadap faktor permodalan meliputi penilaian terhadap
tingkat kecukupan permodalan dan pengelolaan permodalan Bank
Umum Syariah.
Penelitian ini menggunakan empat aspek penilaian kesehatan bank umum
syariah, yakni profil risiko yang dihitung menggunakan rasio NPF
(Triwahyuningtyas, 2014) (Astutik, 2015) (Kumalasari, 2016), Islamic corporate
governance yang diukur menggunakan nilai komposit (Laela, 2012) (Asrori,
2014) (Najib, 2016), earning yang diukur menggunakan rasio efisiensi kegiatan
operasional (Falikhatun, 2012) (Astutik, 2015) (Hasanah, 2015), serta capital
yang diukur menggunakan rasio CAR (Widyaningrum, 2014) (Tutsaadiyah, 2015)
(Yacheva, 2016)

15
Universitas Bakrie

a. Non-Performing Financing (NPF)


Non-Performing Financing (NPF) adalah pembiayaanpembiayaan yang
kategori kolektabilitasnya masuk dalam kriteria 26 pembiayaan kurang lancar,
pembiayaan diragukan, dan pembiayaan macet (Dendawijaya, 2005). Cakupan
komponen dan kolektibilitas pembiayaan berpedoman pada ketentuan Bank
Indonesia tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Yang Melaksanakan
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah yang berlaku. Dimana yang dihitung
disini mencakup kolektibilitas kurang lancar, diragukan dan macet (Setiawan,
2009).
Pembiayaan non performing merupakan kredit yang telah disalurkan namun
kurang lancar, diragukan dan macet atau kemampuan manajemen bank dalam
mengelola kredit bermasalah dapat ditunjukkan oleh rasio NPF, dimana semakin
tinggi NPF akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah
kredit bermasalah semakin besar sehingga dapat mengakibatkan kebangkrutan.
Bank Indonesia telah menetapkan ketentuan NPF sebesar 5% apabila bank
mampu menekan rasio NPF dibawah 5% maka potensi keuntungan yang akan
diperoleh akan semakin besar (Adityantoro, 2013). NPF dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Total pembiayaan Bermasalah
NPF=
Total Pembiayaan
b. Good Corporate Governance
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), Good
Governance adalah seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara
pemegang saham, pengurus, kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang
kepentingan interen dan eksteren lainnya sehubungan dengan hak-hak dan
kewajiban mereka, atau dapat dikatakan sebagai suatu sistem yang mengarahkan
dan mengendalikan perusahaan (Sari dkk, 2015).
Menurut Tangkilisan (2003) good corporate governance (GCG) adalah
sebuah sistem dan struktur untuk mengelola perusahaan dengan tujuan
meningkatkan nilai perusahaan serta mengalokasikannya ke berbagai pihak. yang
berkepentingan seperti kreditor, supplier, asosiasi usaha, konsumen, pekerja,
pemerintah dan masyarakat luas.

16
Universitas Bakrie

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) (2012) mengungkapkan 5


prinsip dalam pelaksanaan good corporate governance, yaitu:
1. Transparansi (transparency), yaitu keterbukaan dalam mengemukakan
informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam
melaksanakan proses pengambilan keputusan.
2. Akuntabilitas (accountability) yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan
pertanggungjawaban organ bank sehingga pengelolaannya berjalan secara
efektif.
3. Pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian pengelolaan bank
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip
pengelolaan bank yang sehat.
4. Independensi (independency) yaitu pengelolaan bank secara profesional
tanpa pengaruh/tekanan dari pihak manapun.
5. Kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-
hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan
perundangundangan yang berlaku.

Berdasarkan POJK Nomor 4/POJK.03/2015 yang mulai berlaku sejak 31


Maret 2015, BPR wajib melaksanakan good corporate governance dalam setiap
kegiatan usahanya pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. Penerapan
prinsip-prinsip good corporate governance diwujudkan dalam:

1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris;


2. Kelengkapan dan pelaksanaan fungsi komite;
3. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direksi;
4. Penanganan benturan kepentingan;
5. Penerapan fungsi kepatuhan, audit intern dan audit ekstern;
6. Penerapan manajemen risiko, termasuk sistem pengendalian intern;
7. Batas maksimum pemberian kredit;
8. Rencana strategis BPR; dan
9. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan.
c. Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional (REO)

17
Universitas Bakrie

Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional digunakan untuk mengukur efisiensi


kegiatan operasional bank syariah. REO didapatkan dengan membagi biaya
operasional dengan pendapatan operasional. Data biaya operasional yang
digunakan adalah beban operasional termasuk kekurangan PPAP. Sedangkan data
pendapatan operasional yang digunakan adalah data pendapatan operasional
setelah distribusi bagi hasil (Setiawan, 2009). Rasio ini digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak
sebagai perantara, yaitu penghimpun dan menyalurkan dana (misalnya dana
masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya
bunga dan hasil bunga) (Dendawijaya, 2008).
Rasio efisiensi kegiatan operasional dapat dirumuskan sebagai berikut:
Berban operasional
REO=
Pendapatan operasional
d. Capital Adquancy Ratio (CAR)
Menurut Dendawijaya (2005) CAR merupakan indikator terhadap
kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari
kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang beresiko. Faktor
permodalan (Capital) dapat dinilai dengan menggunakan rasio keuangan yakni
Capital Adequecy Ratio (CAR). Penilaian terhadap faktor permodalan meliputi
kecukupan modal dan pengelolaan modal tersebut dibandingkan dengan jumlah
aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Berdasarkan SE BI No. 26/2/BPPP
mengatur bahwa rasio kecukupan modal minimum atau CAR dari persentase
tertentu terhadap ATMR adalah sebesar 8% (Widyaningrum, 2014).
CAR dapat dirumuskan sebagai berikut:
Modal Bank
CAR=
Total Aset Tertimbang Menurut Resiko

2.1.4 Review Penelitian Sebelumnya


Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu Puji Astutik
(2015). Dengan judul penelitian Pengaruh tingkat kesehatan bank menurut Risk Based
Bank Rating terhadap kinerja keuangan (Studi pada Bank Umum Syariah di Indonesia).
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan menganalisis pengaruh tingkat
kesehatan bank berdasarkan metode Risk Based Bank Rating terhadap kinerja
keuangan bank umum syariah di Indonesia yang diproksi dengan Return on

18
Universitas Bakrie

Asset (ROA). Sedangkan rasio yang digunakan dalam pengukuran Risk Based


Bank Rating mencangkup risiko kedit (Non Performing Financing/NPF), risiko
likuiditas (Financing to Deposit Ratio/FDR), nilai komposit Good Corporate
Governance, Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Net
Operating Margin (NOM), dan Capital Adequacy Ratio (CAR). Penelitian ini
merupakan penelitian kausalitas dengan data sekunder yang berasal dari laporan
keuangan tahunan bank syariah di Indonesia periode 2010-2013 dengan sampel
sebanyak 8 bank. Hasilnya menunjukkan bahwa melalui uji F NPF, FDR, GCG,
BOPO, NOM dan CAR berpengaruh terhadap kinerja keuangan (ROA) sebesar
60,8%. Sedangkan melalui uji t hanya variabel FDR dan NOM yang berpengaruh
positif signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA). Dari kedua variabel tersebut
FDR adalah variabel yang paling dominan mempengaruhi ROA.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Yuda (2015) dengan judul penelitian
Analisis Penghitungan ROE, ROA, dan EVA terhadao Kinerja Keuangan Pada
CV. Harmoni Mitra Sejahtera. Penelitian ini dilakukan di CV Harmoni Mitra
Sejahtera, sebuah perusahaaan yang bergerak di bidang kesehatan yang menjual
alat-alat laboratorium dan alat-alat medis di Semarang. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan selama 2011-2013. Dalam
melakukan penelitian peneliti mengumpulkan data melalui observasi,wawancara,
dan studi pustaka, dan data yang di dapat peneliti tersebut dianalisis dengan
menggunakan metode deskriptif kuantitatif, sedangkan metode penghitungan yang
digunakan untuk menilai kinerja keuangan adalah metode Return On Equity,
Return On Asset dan Economic Value Added. Berdasarkan hasil penelitian,
terdapat penurunan nilai ROE, ROA dan EVA pada tahun 2012-2013 karena
penjulan yang tidak maksimal dan laba yang tidak maksimal sehingga membuat
kinerja keuangan perusahaan kurang baik, dan terjadi konflik antara principal
dengan manajemen dimana manajer ingin laporan keuangan terlihat baik dan
principal ingin mengetahui perkembangan atas modal yang diberikan dalam
perusahaan, namun pada perusahaan ini terdapat kecurangan yang dilakukan
manajemen dimana laporan keuangan terlihat baik dan kinerja keuangan pun
terlihat baik.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Umiyati dan Queenindya (2015)
dengan judul penelitian Pengukuran Kinerja Bank Syariah dengan Metode RGEC.
Penelitian ini dilakukan untuk menemukan perbedaan signifikan pada Panin
Syariah Kinerja kerja bank sebelum dan sesudah go public menggunakan Metode
RGEC, dan juga untuk mengetahui seberapa besar kinerja perbedaannya. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari
laporan keuangan triwulanan era 2013-2014 yang telah telah dipublikasikan.
Sementara itu, metode yang digunakan adalah metode perbandingan
menggunakan statistik non peralatan uji parametrik dua sampel terkait (uji
wilcoxon). Hasilnya dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel rasio
kecukupan modal (CAR) memiliki karena memiliki nilai sig. < 0,05. Sementara
variabel lain (yaitu Non.e. Non. Performing Financing (NPF), Financing to
Deposit Ratio (FDR), Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Net

19
Universitas Bakrie

Interest Margin (NIM) atau Net Operating Margin (NOM), dan Tata Kelola
Perusahaan yang Baik.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Dini (2015). Dengan judul Analisis
Tingkat Kesehatan Bank Syariah di Indonesia pada saat krisis keuangan global
dan setelah krisis keuangan global (2008- 2013). Penelitian Ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat kesehatan bank syariah yang di ada di indoensia ketia krisis
keuangan global dan setelah krisis keuangan global. Dalam penelitian ini metode
penilaian tingkat kesehatan bank yang digunakan yaitu Metode CAMELS.
Metode CAMELS yaitu menilai kesehatan bank dari faktor Permodalan (Capital),
Aset (Asset), Manajemen (Managaent), Rentabilitas (Earning), Likuiditas
(liquidity), dan risiko terhadap Pasar (Market to Risk). Dalam Penelitian ini faktor
CAMELS yang digunakan hanya dilihat dari faktor Keuangan/financial nya saja.
Sedangkan untuk faktor Manajemen dan market to risk tidak di gunakan karena
kedua faktor tersebut termasuk dalam kualitatif yaitu penilaian uraian. Populasi
penelitian ini yaitu Bank Umum Syariah yang terdaftar di Bank Indonesoa periode
tahun 2008-2013. Penarikan sampel dengan purposive sapling yaitu 4 bank umum
syariah yang masing-masing diteliti selama 6 tahun. Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analisis deskriptif. Dan sumber
data yang digunakan yaitu data sekunder dari laporan keuangan publikasi bank
umum syariah kepada Bank Indonesia yang sudah diaudit. Hasil penelitian yang
di lakukan peneliti menunjukan bahwa tingkat kesehatan bank syariah aitu Bank
Syariah Mandiri (BSM), Bank Muammalat Indonesia (BMI), Bank Mega Syariah
(BMS) dan Bank Bukopin Syariah (BSM) menunjukan tidak ada perbedaan
tingkat kesehatan bank-bank tersebut ketika krisis keuangan global dan setelah
krisis keuangan global. Hal ini dilihat dari hasil penilaian tingkat kesehatan yang
di miliki asing-asing bank selama 6 tahun perhitungan menunjukan kondisi yang
sehat dan sangat sehat disetiap tahunnya. Dan masing-asing faktor penilaian
berada pada peringkat 1 dan 3.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Mohammad In’airat (2015) dengan
judul penelitian The Role of Corporate Governance in Fraud Reduction - A
Preception in the Saudi Arabia Business Environment. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menyelidiki peran tata kelola perusahaan yang dirasakan dalam
mengurangi tingkat fraud. dengan memeriksa tiga komponen utama tata kelola
perusahaan (audit internal, internal kontrol, dan audit eksternal). Survei terhadap
160 eksekutif yang menghasilkan tingkat respons 43,8% digunakan. Temuan
utama analisis regresi menunjukkan bahwa di antara tiga komponen tata kelola
perusahaan, audit internal dianggap sebagai yang paling signifikan dalam
mengurangi tingkat penipuan. Penyelidikan mendalam tentang dimensi komponen
(keberadaan, implementasi, dan efektivitas) menunjukkan bahwa efektivitas
dimensi adalah yang paling signifikan dalam mengurangi tingkat penipuan.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Nora Yacheva, Muhammad Saifi,
dan Zahroh Z.A (2016) Analisis tingkat kesehatan bank dengan metode RBBR
(risk-based bank rating) (Studi pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang

20
Universitas Bakrie

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014). Penelitian ini bertujuan


untuk mengetahui perkembangan risk profile earning, capital dan tingkat
kesehatan Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa yang terdaftar di bursa
efek Indonesia periode 2012-2014 dengan menggunakan metode RBBR (Risk-
Based Bank Rating). Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan tiga faktor dari keempat faktor
penilaian yaitu profil risiko menggunakan dua risiko yaitu risiko kredit dengan
rasio NPL dan risiko likuiditas dengan rasio LDR, rentabilitas menggunakan dua
rasio yaitu rasio ROA dan rasio NIM, dan permodalan menggunakan rasio CAR,
tetapi faktor GCG tidak digunakan. Hasil penelitian menunjukkan BUSN Devisa
tahun 2012-2014 memiliki perkembangan yang kurang baik dari sisi kredit
bermasalah, dana yang disalurkan kepada pihak ketiga, laba yang dihasilkan,
pendapatan bunga dan modal. Tingkat kesehatan BUSN Devisa tahun 2012-2014
berdasarkan rasio NPL, LDR, ROA, NIM dan CAR menunjukkan bahwa seluruh
bank dapat dikategorikan sangat sehat meskipun ada beberapa bank yang juga
dapat dikategorikan sehat.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Haifa Najib dan Rini (2016).
Dengan judul penelitian Analisis Faktor yang mempengaruhi Fraud di Bank
Syariah. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh kepatuhan syariah dan
tata kelola terhadap penipuan di bank syariah. Variabel independen yang
digunakan adalah kepatuhan Syariah dengan Rasio Pendapatan Syariah, Rasio
Bagi Hasil dan Rasio Investasi Syariah sebagai proxy dan Tata Kelola Perusahaan
Islam. Variabel dependen yang digunakan adalah penipuan di bank syariah.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Syariah (BUS) yang terdaftar
di Bank Indonesia pada periode 2010 hingga 2014. Sampel dipilih menggunakan
metode purposive sampling. Total sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 8 Bank Syariah dengan masa studi 5 tahun. metode analitis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kepatuhan syariah terhadap Bagi Hasil Rasio sebagai proxy,
berpengaruh negatif yang signifikan terhadap fraud di bank syariah sementara
Rasio Pendapatan Syariah, Rasio Investasi Syariah dan Tata Kelola Perusahaan
Syariah tidak berpengaruh terhadap fraud Bank syariah.

Di tahun selanjutnya penelitian mengenai pengaruh tingkat kesehatan bank


dilakukan oleh Rafny (2017). Penelitian tersebut menggunakan faktor Non-
performing financing, Islamic corporate governance, Rasio efisiensi kegiatan
opersional, capital adequancy ratio (CAR). Penelitian tersebut menggunakan

21
Universitas Bakrie

populasi perbankan syariah yang terdaftar pada Bank Indonesia tahun 2013
sampai dengan 2015. Hasil penelitian membuktikan Islamic corporate
goveranance berpengaruh terhadap fraud, sedangkan non performing financing,
rasio efisiensi kegiatan operasional, dan capital adequency tidak berpengaruh
terhadap fraud.

Pada tahun yang sama penelitian dilakukan oleh Amalia (2017). Penelitian
tersebut menggunakan faktor rasio NPL Non Performing Loan, LDR (Loan to
Deposit Ratio), Rasio Returun On Assets (ROA) dan Rasio Net Interest Margin
(NIM). Penilitian ini menggunakan populasi Bank Umum Swasta Devisa yang
terdaftar di BEI sebelum dan/atau tahun 2013. Hasil penelitian membuktikan
ROA adalah faktor yang paling dominan yang mempengaruhi nilai perusahaan.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Siti (2018) dengan judul penelitian


Deteksi Financial Statement fraud dengan Analisis Fraud Triangle. Penelitian ini
bertujuan mengetahui pengaruh fraud triangle dalam mendeteksi financial
statement fraud. Penelitian ini menggunakan data sekunder. Sampel penelitian
adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode
2011 sampai 2015. Jumlah sampel adalah 30 perusahaan, sehingga total sampel
selama penelitian adalah 150. Sampel diperoleh dengan metode purposive
sampling. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi dengan alat
bantu aplikasi SPSS untuk pengolahan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa;
(1) variabel tekanan eksternal yang ditunjukkan oleh rasio utang memiliki
pengaruh positif terhadap deteksi kecurangan laporan keuangan; (2) variabel
stabilitas keuangan yang diproksikan oleh Capital Adequacy Ratio, variabel
monitoring tidak efektif yang diproksikan oleh proporsi dewan komite audit
independen memiliki pengaruh negatif pada mendeteksi kecurangan laporan
keuangan; (3) variabel kebutuhan keuangan personal yang diproksikan dengan
kepemilikan saham orang dalam, variabel target keuangan yang diproksikan
dengan Return On Asset, variabel sifat industri yang diproksikan dengan loan to
deposit ratio, dan variabel rasionalisasi yang diproksikan dengan perubahan
auditor tidak memiliki pengaruh pada mendeteksi kecurangan laporan keuangan.

22
Universitas Bakrie

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Rima (2018) dengan judul penelitian


Analisis Pengaruh FDR, BOPO, CAR, NPF, DAN GCG Terhadap Kinerja
Keuangan Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2013-2017. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh FDR, BOPO, CAR, NPF, dan GCG
terhadap Kinerja Keuangan pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2013-
2017. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan populasi
seluruh bank umum syariah di Indonesia periode 2013-2017. Total sampel
sebanyak 8 bank umum syariah, berdasarkan metode purposive sampling.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara metode kepustakaan dari jurnal, artikel
ataupun literatul yang berkaitan dengan data yang dibutuhkan, dan metode
dokumentasi dari annual report dan laporan pelaksanaan GCG bank umum syariah
yang bersangkutan serta data dari website OJK. Metode penelitian yang
digunakan adalah uji deskriptif statistik, uji deskriptif dengan menganalisis GCG
melalui laporan pelaksanaan GCG menggunakan metode content analysis, uji
asumsi klasik, uji regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
parsial variabel FDR berpengaruh positif tidak signifikan terhadap ROA, variabel
BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA, variabel CAR berpengaruh
positif tidak signifikan, variabel NPF berpengaruh positif tidak signifikan
terhadap ROA, dan variabel GCG berpengaruh positif tidak signifikan terhadap
ROA Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2013-2017.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Cecilia (2019) dengan judul penelitian


Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Pencegahan Fraud Pada Bank
Perkreditan Rakyat di Kota Kupang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik terhadap
pencegahan kecurangan di BPR di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Penelitian ini dilakukan pada lima Bank Perkreditan Rakyat dari total tujuh Bank
Perkreditan Rakyat di Kota Kupang. Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Nusa
Tenggara Timur mengalami pertumbuhan bisnis dengan kinerja keuangan yang
relatif stabil. Metode pengujian yang digunakan adalah statistik deskriptif,
statistik inferensial yang terdiri dari penilaian model pengukuran / model luar dan
penilaian model struktural / model dalam dan pengujian hipotesis. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa prinsipprinsip tata kelola perusahaan yang baik

23
Universitas Bakrie

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pencegahan kecurangan pada BPR di


Kota Kupang.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Khayatun, Fani, dan Awaludin (2019)


dengan judul penelitian Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode RGEC
(Studi Kasus PT. Bank BNI (Persero) TBK). Penelitian ini diukur menggunakan
pendekatan RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, Capital)
pada tahun 2013-2017. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif pada Laporan Keuangan BNI . Variabel
dan pengukuran pada penelitian ini terdiri dari faktor Risk Profile, faktor Good
Corporate Governance, faktor Earnings, faktor Capital. Hasil analisis
menunjukkan bahwa tingkat kesehatan BNI pada tahun 2013 sampai dengan 2017
yang diukur menggunakan pendekatan RGEC dapat dikatakan bank yang sehat.
Faktor Risk Profile yang dinilai melalui NPL, LDR, Cash Ratio menggambarkan
pengelolaan risiko yang telah dilaksanakan dengan baik. Faktor Good Corporate
Governance BNI sudah memiliki dan menerapkan tata kelola perusahaan dengan
sangat baik. Faktor Earnings atau Rentabilitas yang penilaiannya terdiri dari ROA
mengalami kenaikan dan hal ini menandakan bertambahnya jumlah aset yang
dimiliki BNI diikuti dengan bertambahnya keuntungan yang didapat oleh BNI.
Dengan menggunakan indikator CAR, peneliti membuktikan bahwa BNI
memiliki faktor Capital yang baik, yaitu diatas ketentuan Bank Indonesia sebesar
8%.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Sarah (2019) dengan judul Pengaruh


Corporate Governance dan Kualitas Audit Terhadap Pencegahan Kecurangan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh good corporate
governance dan kualitas audit terhadap pencegahan penipuan. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode kuantitatif dan analisis menggunakan statistik.
Populasi yang digunakan adalah semua karyawan di CV. Agung Mas Motor, Kota
Sukabumi, berjumlah 35 orang. Sampel ditentukan oleh nonprobability sampling
dengan teknik sampling jenuh. Sumber data yang digunakan dalam bentuk
pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner yang telah diuji
validitas dan reliabilitasnya. Teknik analisis data untuk pengujian hipotesis
menggunakan SPSS 24. Hasil penelitian dan pengolahan data menunjukkan

24
Universitas Bakrie

bahwa Tata Kelola Perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap


Pencegahan Penipuan sementara Kualitas Audit tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap Pencegahan Penipuan. Hasil uji simultan antara Tata Kelola
Perusahaan dan Audit Kualitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pencegahan kecurangan.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Sasmita, Hamirul, dan Ariyanto


(2019) dengan judul penelitian Non Performing Loan dan Return on Asset di
koperasi Nusantara Muara Bungo. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui
Pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap Return On Asset di koperasi
Nusantara Muara Bungo, dengan menggunakan Metode deskriptif dengan
pendekatan Kuantitatif. Hasil penelitian Dari hasil penelitian menunjukkan
variabel NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Artinya, setiap
perubahan yang terjadi pada variabel independen yaitu NPL akan berpengaruh
pada ROA di Koperasi Nusantara KCP Muara Bungo. Secara parsial variabel
NPL berpengaruh negatif terhadap ROA pada Koperasi Nusantara. Tanda negatif
menunjukkan perubahan yang berlawanan atau berbanding terbalik, yaitu jika
variabel (X) NPL meningkat maka variabel (Y) ROA akan menurun. Sebaliknya
apabila variabel (X) NPL menurun maka variabel (Y) ROA akan meningkat .

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh oleh Retno (2019) dengan judul


Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Fraud pada Perbankan Syariah.
penelitian mengenai tingkat Kesehatan bank terhadap fraud dilakukan oleh Retno
(2019) penelitian tersebut menggunakan faktor Non Performing financing (NPF),
financing to debt ratio (FDR), good corporate governance, return on Assets
(ROA), biaya operasional terhadap pendapatan operasional, dan capital adequancy
ratio (CAR). Dengan populasi Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2012
sampai dengan 2016. Hasil penelitian membuktikan financing to debt ratio
(FDR), good corporate governance, dan capital adequancy ratio (CAR)
berpengatuh signifikan terhadap fraud pada bank Syariah. Lalu Return on Assets
(ROA), biaya operasional terhadap pendapatan operasional tidak berpengaruh
signifikan terhadap fraud pada bank Syariah. Selanjutnya Non Performing
financing (NPF) berpengaruh negatif signifikan terhadap fraud pada bank
Syariah.

25
Universitas Bakrie

2.2 Hipotesisi
2.2.1 Pengaruh Non-Performing Financing terhadap Fraud
Penelitian sebelumnya meneliti mengenai pengaruh NonPerforming
Financing terhadap kinerja bank syariah, seperti 41 yang dilakukan oleh Astutik
(2015) yang menyatakan bahwa bank syariah masih dapat beroperasi dengan baik
melaui ratarata NPF yang berada di bawah batas maksimum ketentuan Bank
Indonesia tanpa mengganggu tingkat return yang diterima. Triwahyuningtyas
(2014) melakukan penelitian mengenai analisis kinerja keuangan bank umum
syariah dan factor-faktor yang mempengaruhinya memiliki hasil bahwa bank
syariah di Indonesia menunjukkan kondisi yang sehat dengan NPF dibawah 6%.
Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat dikatakan bahwa semakin rendah NPF
bank syariah menunjukkan kinerja keuangan yang baik dari bank tersebut, kinerja
keuangan yang baik diharapkan tidak terdapat fraud didalamnya. Sehingga
hipotesis disusun sebagai berikut:

HA1 = Non-Performing Financing berpengaruh positif terhadap fraud

2.2.2 Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Fraud


Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti mengenai tata kelola
perusahaan pada bank syariah, seperti yang dilakukan oleh Anugerah (2014)
mengenai peranan GCG dalam pencegahan fraud, menunjukkan hasil bahwa
pengimplementasian mekanisme internal dan eksternal Corporate Governance
dengan memperhatikan dan menjalankan semua prinsip dan fungsi dapat
mengurangi terjadinya fraud. Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya
mengenai tata kelola perusahaan dan pengaruhnya terhadap fraud dapat dikatakan
bahwa semakin baik penerapan tata kelola perusahaan maka diharapkan jumlah
fraud yang terjadi pada bank syariah semakin sedikit. Penerapan tata kelola
perusahaan yang baik pada bank syariah dapat dilihat dari hasil self assessment
yang dilakukan bank syariah sesuai dengan tata cara yang dijelaskan dalam Surat
Edaran BI No. 12/13/DPbS tentang pelaksanaan 44 tata kelola perusahaan bagi
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Surat Edaran BI tersebut
menjelaskan penilaian atas penerapan tata kelola perusahaan di lihat dari nilai
komposit hasil self assessment, yang mana semakin kecil nilai komposit yang
dihasilkan maka semakin baik penerapan tata kelola pada bank syariah tersebut.

26
Universitas Bakrie

Maka dapat disimpulkan bahwa semakin kecil nilai komposit hasil self assessment
tersebut diharapkan fraud yang terjadi semakin rendah. Sehingga hipotesis
penelitian yang disusun adalah sebagai berikut:

HA 2 = Good Corporate Governance berpengaruh positif terhadap fraud

2.2.3 Pengaruh Rasio Efesiensi Kegiatan Operasional terhadap Fraud


Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional yang diukur dengan BOPO (Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional) merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan
kegiatan operasinya (Dendawijaya, 2003). BOPO yang kecil menunjukkan bahwa
biaya operasional bank lebih kecil dari pendapatan operasionalnya sehingga hal
tersebut menunjukkan bahwa manajemen bank sangat efisien dalam menjalankan
aktivitas operasionalnya (Habbe, 2012). Tujuan didirikannya perusahaan adalah
untuk memperoleh laba dan menciptakan nilai yang berkelanjutan kepada
pemegang saham. Untuk itu manajemen perusahaan akan berusaha dengan sekuat
tenaga memaksimumkan pendapatan, atau meminimumkan biaya agar dapat
memberikan dan melaporkan kinerja yang baik kepada pemegangan saham
(Anugerah, 2014). Manajemen cenderung melakukan fraud dengan tujuan
meningkatkan outlook perusahaan yang baik akibat adanya tuntutan dan
kestabilan keuangan perusahaan (Junita, 2016). Pelaksanaan fungsi pengawasan
dan pemantauan yang efektif oleh komite audit, akan membantu
perusahaan/organisasi dalam mencegah fraud kalau komite audit dapat
menjalankan tanggung jawabnya dengan baik (Anugerah, 2014). Berdasarkan
pemaparan teori dan penelitian sebelumnya, dapat dikatakan bahwa semakin
rendah Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional bank syariah menunjukkan kinerja
keuangan yang baik dari bank syariah tersebut, kinerja keuangan yang baik dari
46 suatu bank diharapkan tidak terdapat fraud didalamnya. Sehingga hipotesis
disusun sebagai berikut:

HA 3 = Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional berpengaruh terhadap fraud

2.2.4 Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Fraud


Penelitian yang dilakuakan oleh Tutsaadiyah (2015) yang menguji tingkat
kesehatan BUS pada saat krisis keuangan global dan setelah krisis menunjukkan

27
Universitas Bakrie

hasil bahwa nilai CAR dari bank syariah sehat dalam hal permodalan saat krisis
dan setelah krisis keuangan global, hal ini berarti bank tersebut mampu 47
menyerap kerugian dan mengelola kecukupan modal dengan baik. Berbeda
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Habbe (2012) dan Astutik (2015)
yang memiliki hasil bahwa CAR tidak berpengaruh terhadap kinerja pada bank
syariah. Tidak berpengaruhnya CAR terhadap ROA disebabkan karena bank
syariah belum optimal dalam menyalurkan pembiayaan kepada debitur. Tingkat
rata-rata CAR yang mencapai 21,89% menunjukkan bahwa bank syariah selalu
menjaga tingkat CAR minimal 8% sesuai ketentuan Bank Indonesia serta
senantiasa melakukan pengendalian risiko sehingga dalam kegiatan
operasionalnya bank cenderung tidak mengoptimalkan modal yang ada. Sehingga
tinggi rendahnya tingkat CAR pada bank 48 syariah tidak mempengaruhi
return/pendapatan yang diterimanya (Astutik, 2015). Berdasarkan pemaparan teori
dan penelitian sebelumnya, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi Capital
Adequacy Ratio bank syariah menunjukkan kinerja keuangan yang baik dari bank
syariah tersebut, kinerja keuangan yang baik dari suatu bank diharapkan tidak
terdapat fraud didalamnya. Sehingga hipotesis disusun sebagai berikut:

HA 4 = Capital Adequacy Ratio berpengaruh terhadap fraud

28
Universitas Bakrie

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampling


Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh Bank Umum Syariah (BUS)
yang terdaftar di Bank Indonesia pada tahun 2017 sampai dengan 2019. Metode
pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pemilihan
sampel bertujuan (purposive sampling), yaitu pengambilan sampel berdasarkan
keperluan penelitian dengan sengaja berdasarkan pertimbangan/kriteria tertentu
(Purwanto, 2017). Adapun kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bank Umum Syariah yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan


dalam website BUS atau website resmi lainnya periode tahun 2017, 2018, dan
2019.
2. Bank Umum Syariah yang mempublikasikan laporan pelaksanaan Good
Corporate Governance dalam website BUS atau website resmi lainnya
periode tahun 2017, 2018, dan 2019.

3.2 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan data sekunder. yaitu data laporan keuangan dan
laporan pelaksanaan GCG tahunan periode 2017 sampai dengan 2019. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan
terhadap buku, literatur, catatan, dan laporan yang ada hubungannya dengan
masalah yang dipecahkan (Nazir, 2003). Literatur yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan jurnal- jurnal penelitian, makalah penelitian terdahulu,
buku, dan internet research yang berhubungan dengan tema penelitian.

3.3 Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional variabel dimakudkan untuk menghindari kesalah
pemaham dan perbedaan penafsiran yang berkaitan dalam judul proposal.
Variabel dependen pada penelitian ini adalah fraud. Kemudian variabel
independent pada penelitian ini merupakan non-performing financing, good

29
Universitas Bakrie

corporate governance, rasio efesiensi kegiatan operasional, dan capital adequacy


ratio.

3.3.1 Fraud
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah fraud atau kecurangan.
Fraud dapat diartikan sebagai suatu perbuatan sengaja untuk menipu atau
membohongi, suatu tipu daya atau cara-cara yang tidak jujur untuk mengambil
atau menghilangkan uang, harta, hak yang sah milik orang lain baik karena
suatu tindakan atau dampak yang fatal dari tindakan itu sendiri (Priantara, 2013).
Variabel fraud dalam penelitian ini diukur dengan melihat jumlah internal fraud
yang terjadi di bank umum syariah yang diungkapkan dalam laporan tahunan
pelaksanaan GCG masing-masing bank umum syariah.

3.3.2 Non-Performing Financing


Non Performing Financing (NPF) atau pembiayaan bermasalah merupakan
salah satu indikator kunci untuk menilai kinerja bank. Pembiayaan bermasalah
adalah kredit yang pembayaran angsuran pokok dan/atau bunganya lewat 90 hari
setelah jatuh tempo, atau pembiayaan yang pembayarannya secara tepat waktu
sangat diragukan. NPF secara luas didefinisikan sebagai suatu pembiayaan
dimana pembayaran yang dilakukan tersendat - sendat dan tidak mencukupi
kewajiban minimal yang ditetapkan sampai dengan kredit yang sulit untuk
dilunasi atau bahkan tidak dapat ditagih, Hadiyati (2013)
Pembiayaan bermasalah
NPF=
Total pembiayaan

3.3.3 Good Corporate Governance


Good corporate governance (GCG) menurut Komite Nasional Kebijakan
Governance (KNKG) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. Corporate
governance berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang
melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu negara. Penerapan GCG
20 mendorong terciptanya persaingan yang sehat dan iklim usaha yang kondusif.
Oleh karena itu diterapkannya GCG oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia
sangat penting untuk menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang

30
Universitas Bakrie

berkesinambungan (Wefa, 2017). Bank Umum Syariah diwajibkan secara berkala


melakukan penilaian sendiri (self assessment) secara koprehensif terhadap
pelaksanaan tata Kelola perusahaan.

Tata cara pengisian Kertas Kerja Self Assessment dilakukan dengan


tahapan sebagai berikut:
1) Menyusun analisis self assessment, dengan cara membandingkan pemenuhan
setiap Kriteria/ Indikator dengan kondisi Bank berdasarkan data dan informasi
yang relevan. Berdasarkan hasil analisis tersebut ditetapkan peringkat masing-
masing Kriteria/ Indikator. Adapun kriteria peringkat adalah sebagai berikut:
(a) Peringkat 1: hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa
pelaksanaan GCG bank sangat sesuai dengan kriteria/indikator.
(b) Peringkat 2: hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa
pelaksanaan GCG bank sesuai dengan kriteria/indikator.

(c) Peringkat 3: hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa


pelaksanaan GCG bank cukup sesuai dengan kriteria/indikator.
(d) Peringkat 4: hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa
pelaksanaan GCG bank kurang sesuai dengan kriteria/indikator.
(e) Peringkat 5: hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa
pelaksanaan GCG bank tidak sesuai dengan kriteria/indikator.
2) Menetapkan peringkat sub faktor, berdasarkan hasil analisis self assessment,
dengan mengacu pada kriteria peringkat sebagaimana dimaksud pada nomor 1.
3) Menetapkan peringkat faktor, berdasarkan peringkat sub faktor. Dalam hal
tidak terdapat sub faktor, maka peringkat faktor dimaksud ditetapkan
berdasarkan hasil analisis self assessment, dengan mengacu pada kriteria
peringkat sebagaimana dimaksud pada nomor 1; dan
4) Menyusun kesimpulan untuk masing-masing faktor yang juga memuat
permasalahan dan langkah perbaikan secara komprehensif dan sistematis
beserta target waktu pelaksanaannya.
Untuk mendapatkan nilai dari masing-masing faktor, bank mengalihkan
peringkat dari masing-masing faktor dengan bobot tertentu. Bobot masing-
masing faktor ditetapkan sebagaimana disajikan pada tabel 3.1.

31
Universitas Bakrie

Tabel 3.1
Bobot atas Tiap Faktor Penilaian GCG

Pada Bank Umum Syariah

Bobot
NO Faktor
(%)
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan
1 12.50
Komisaris
2 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi 17.50
3 Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite 10.00
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan
4 10.00
Pengawas Syariah
Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam kegiatan
5 penghimpunan dana dan penyaluran dana serta 5.00
pelayanan jasa
6 Penanganan benturan kepentingan 10.00
7 Penerapan fungsi kepatuhan Bank 5.00
8 Penerapan fungsi audit intern 5.00
9 Penerapan fungsi audit ekstern 5.00
10 Batas Maksimum Penyaluran Dana 5.00
Transparansi kondisi keuangan dan non
11 keuangan, laporan pelaksanaan GCG dan 15.00
pelaporan internal
TOTAL 100.00
Sumber: Surat Edaran BI No. 12/13/DPbS

Untuk dapat mengetahui tigkat kondisi dari GCG pada bank Syariah,
bank dapat megetahuinya dari nilai komposit. Nilai komposit didapat dari
penjumlahan nilai dari seluruh faktor setelah dikalikan dengan bobotnya. Bank
menetapkan nilai komposit berdasarkan tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2

32
Universitas Bakrie

Predikat Komposit
Nilai Komposit Predikat Komposit

Nilai komposit < 1.5 Sangat Baik

1.5 ≤ Nilai komposit < 2.5 Baik

2.5 ≤ Nilai komposit < 3.5 Cukup Baik

3.5 ≤ Nilai komposit < 4.5 Kurang Baik

4.5 ≤ Nilai komposit ≤ 5 Tidak Baik

Sumber: Surat Edaran BI No. 12/13/DPbS


Nilai komposit diatas untuk menilai level dari kondisi penerapan tata
Kelola perusahaan bank Syariah. Pada penelitian ini nilai komposit self
assessment GCG bank Syariah digunakan untuk mengukur variabel Good
Corporate Governance, yang dapat dilihat dari laporan penerapan GCG yang
dipublikasi oleh masing-masing bank syariah.

3.3.4 Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional


REO digunakan untuk mengukur efisiensi kegiatan operasional bank
Syariah yang didapatkan dengan membagi biaya operasional dengan pendapatan
operasional. REO dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Beban Operasional
REO=
Pendapatan Operasional

3.3.5 Capital Adequacy Ratio


CAR merupakan indicator terhadap kemampuan bank untuk menutupi
penurunan asetnya sebagi akibat dari kerugian bank yang disebabkan oleh asset
yang beresiko. Berdasarkan ketentuan yang dibuat Bank Indonesia dalam rangka
tata cara penilaian tingkat Kesehatan bank, terdapat ketentuan bahwa modal
bank terdiri atas modal inti dan modal pelengkap. CAR dapat dihitung
menggunakna rumus yaitu:
Modal Bank
CAR=
Total Aset tertimbang Menurut Resiko

33
Universitas Bakrie

3.4 Metode Analisis Data


Metode Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif merupakan sebuah penelitian
yang menekankan fenomena-fenomena objektif yang dikaji secara kuantitatif.
Maksimalisasi desain yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, stuktur dan percobaan
terkontrol (Hamdi & Bahrudin, 2012, p.4). Pengujian dalam penelitian ini
dilakukan secara multivariate dengan menggunakan metode analisis regresi
logistik. Teknik analisis regresi logistik tidak memerlukan uji normalitas dan
uji asumsi klasik data karena variabel bebasnya merupakan campuran antara
variabel metrik dan non metrik (Ghozali, 2016, p.333).
3.4.1 Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi umum dari
variabel penelitian, yaitu gambaran suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata
(mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtoris dan
skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2015).
3.4.2 Uji Asumsi Klasik
Uji regresi linier berganda dapat dilakukan setelah model penelitian telah
memenuhi syarat, yakni lolos dari uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik
diperlukan untuk mendeteksi ada/tidaknya penyimpangan asumsi klasik atas
persamaan regresi berganda yang digunakan. Pengujian ini terdiri dari uji
normalitas, multikolonieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas.
A. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali,
2015). Dasar pengambilan keputusan untuk uji normalitas data adalah
sebagai berikut:
1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal,
dan pada tabel Kolmogorov-smirnov 53 signifikansinya lebih dari 5%
(>0,05) maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi

34
Universitas Bakrie

normal, dan pada tabel Kolmogorov-smirnov signifikansinya kurang dari


5% (< 0,05) maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas
(Ghozali, 2015).
B. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independen (Ghozali, 2015). Untuk mengetahui ada/tidaknya
multikolonieritas adalah dengan menggunakan Variance Inflation Factor
(VIF) dan Tolerance. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel
independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang
tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance
yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF =1/Tolerance).
Kriteria pengambilan keputusan dengan nilai tolerance dan VIF adalah
sebagai berikut:
1) Jika nilai tolerance ≥ 0,10 atau nilai VIF ≤ 10, maka berarti tidak terjadi
multikolonieritas.
2) Jika nilai tolerance ≤ 0,10 atau nilai VIF ≥ 10, maka berarti terjadi
multikolonieritas.
C. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear
terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2015). Apabila terjadi
korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul
dikarenakan observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama
lainnya. Masalah tersebut timbul karena residual (kesalahan pengganggu)
tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Penelitian ini mendeteksi
autokorelasi dengan Uji Durbin Watson. Hipotesis yang akan diuji adalah:
H0: Tidak ada autokerelasi
Ha: Ada autokorelasi
Dasar pengambilan keputusan uji autokerelasi dengan uji Durbin Watson

35
Universitas Bakrie

:
1) Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du),
maka koefisien autokorelasi = 0, sehingga tidak ada autokorelasi, positif
atau negatif.
2) Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah atau lower bound (dl),
maka koefisien autokorelasi > 0, sehingga ada autokorelasi positif.
3) Bila nilai DW lebih besar dari pada (4-dl), maka koefisien autokorelasi <
0, sehingga ada autokorelasi negative
4) Bila nilai DW terletak di antara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau
DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat
disimpulkan
D. Uji Heteroskedastitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
tetap, maka di sebut homoskedastisitas dan jika berbeda di sebut
heteroskedastisitas (Ghozali, 2015). Model regresi yang baik adalah model
regresi yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas
dapat dilakukan dengan melihat grafik plot dan uji statistik glejser..
Grafik Plot merupakan cara untuk mendeteksi ada tidaknya
heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi
variabel dependen ZPRED dengan residualnya SRESID. Dasar analisisnya
adalah: Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
teratur, maka telah 56 teridentifikasi terjadi heterokedastisitas. Jika tidak ada
pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada
sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. Kriteria pengambilan
keputusan dengan uji statistik glejser adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai signifikansi > 0,05, maka tidak adanya heteroskedastisitas
2) Jika nilai signifikansi < 0,05, maka terdapat heteroskedastisitas

3.4.3 Uji Hipotesis


Penelitian ini akan menggunakan Software SPSS untuk memprediksi

36
Universitas Bakrie

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.


A. Pengujian dengan Analisis Regresi Berganda
Penelitian ini akan menggunakan alat analisis regresi berganda untuk
menguji pengaruh antara variabel dependen dengan ke enam variabel
independen. Tujuan analisis regresi berganda ialah menggunakan nilai-nilai
variabel independen yang diketahui, untuk meramalkan nilai variabel
dependen. Persamaan regresi berganda dirumuskan sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Dimana:
Y= Fraud
a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
X1= Non-Performing Financing
X2= Islamic Corporate Governance
X3= Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional
X4= Capital Adequacy Ratio
e = error
B. Uji Koefiseien Determinasi (Uji R2 )
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar
variabel independen dapat menjelaskan variabel dependennya. Nilai koefisien
determinasi terletak antara 0 dan 1 ( 0 < R2 < 1), dimana semakin besar nilai
R2 suatu regresi atau nilainya mendekati 1, maka hasil regresi tersebut
semakin baik. Hal ini berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir seluruh informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi.
C. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji Statistik F digunakan untuk melakukan pengujian terhadap pengaruh
variabel independen bersama-sama secara simultan terhadap variabel
dependen. Hipotesis alternatif yang akan diiuji adalah sebagai berikut:
Ha : Non-Performing Financing, Good Corporate Governance, Rasio
Efisiensi Kegiatan Operasional, Capital Adequacy Ratio berpengaruh secara
simultan terhadap fraud pada bank syariah.
Kriteria pengujian atau dasar pengambilan keputusan dalam penelitian ini

37
Universitas Bakrie

menggunakan taraf signifikansi 5% adalah sebagai berikut (Ghozali, 2015):


1) Apabila nilai signifikansi < 0.05, maka H0 akan ditolak atau Ha diterima,
artinya semua variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap
variabel dependen.
2) Apabila nilai signifikansi > 0.05, maka H0 akan diterima atau Ha ditolak,
artinya semua variabel independen secara simultan tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
D. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui pengaruh masingmasing
variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Dengan
tingkat signifikansi sebesar 5%, maka criteria pengujian atau dasar
pengambilan keputusan adalah sebagai berikut (Ghozali, 2015):
1) Apabila nilai signifikansi t < 0.05, berarti variabel independen secara
parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.
2) pabila nilai signifikansi t > 0.05, berarti variabel independen secara
parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

3.5 Model Penelitian


Gambar di bawah ini merupakan model penelitian yang berjudul
“Pengaruh Non-performing financing, Good corporate governance, rasio
efisiensi kegiatan operasional, dan capital adequacy ratio terhadap fraud”.
Berdasarkan uraian dan penjelasan yang telah dipaparkan pada bagan sebelumnya
maka model penelitian ini dapat dilihat dalam Gambar 3.1

38
Universitas Bakrie

Non-Performing Financing (X1)

+
Good Corporate Governance (X2) +

Fraud

Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional (X3)

Capital Adequacy Ratio (X4) +

39
Universitas Bakrie

DAFTAR PUSTAKA

Albrecht, W. Steve, Chad O. Albrecht, Conan C. Albecht, Mark F. Zimbelman.


“Fraud Examination fourth edition”, USA: South-Western Cengage
Learning, 2012. Diakses tanggal 15 Januari 2017. https://mnasran.files.
wordpress.com/2015/05/fraud-examination-4th-edition.pdf.

Almilia, Luciana Spica dan Winny Herdiningtyas. “Analisis Rasio CAMEL terhadap
Prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan periode 2000-
2002”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan STIE Perbanas, Volume 7 Nomor 2,
2005.
Adityantoro, Kurnia dan Rahardjo. “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
Profitabilitas Perbankan di Indonesia”. Diponegoro Journal of Accounting
Tahun 2013, Halaman 1, ISSN (Online): 2337-3806. 2013

Antonio, Karnaen Perwataatmadja dan M. Syafi’i. 1992. “Apa dan Bagaimana


Bank Islam”. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf.

Anugerah, Rita. “Peranan Good Corporate Governance dalam Pencegahan


Fraud”, Jurnal Akuntansi Universitas Riau, Volume 3 Nomor 1,
Oktober,2014.

Archer,Simon dan Rifaat Ahmed A.K. “Profit-Sharing Investment Accounts in


Islamic Bank: Regulatory Problem and Possible Solutions”, Journal of
Banking Regulation,Vol.10,4,hal 300-306. 2009.

Arthesa, Ade. “Bank dan Lembaga Keuangan bukan Bank”. Jakarta: Indeks. 2004

Asrori. “Implementasi Islamic Corporate Governance dan Implikasinya Terhadap


Kinerja Bank Syariah”, Jurnal Dinamika Akuntansi, Volume 6 Nomor 1,
Maret, 2014.

Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), Report to the Nation on


Occupational Fraud and Abuse, 2012.

Association of Certified Fraud Examiners (ACFE). Diakses tanggal 10 Desember


2020. http://www.acfe.com/fraud-tree.aspx.

40
Universitas Bakrie

Astutik¸ Puji. “Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Menurut Risk Based Bank
Rating terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Syariah di
Indonesia)”. Skripsi Program S1. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas
Brawijaya. Malang. 2015
Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia No 11/33/PBI/2009 tentang
Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan
Unit Usaha Syariah. Lembar Negara RI Tahun 2009, No. 175 Dpbs Menteri
Hukum dan Ham. Jakarta. 2009.
Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia No 13/2/PBI/2011 tentang
Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank Umum. Lembar Negara RI Tahun
2011, No. 6 DPNP. Menteri Hukum dan HAM. Jakarta. 2011.

Bank Indonesia. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/13/DPbS Tahun 2010
Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah. Jakarta. 2010.

Bank Indonesia. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/28/DPNP Tahun 2011
Tentang Penerapan Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum. Jakarta. 2011.

Bhatti, Maria dan M. Ishaq Bhatti. “Toward Understanding Islamic Corporate


Governance Issues in Islamic Finance.” Asian Politics and Policy, Volume 2,
Nomor 2, 2010.

Committee of Sponsoring Organization of the Treadway Commission (COSO,


Fraudulent Financial Reporting, 2010.

Dendawijaya, Lukman. “Manajemen Perbankan”. Bogor: Ghalia Indonesia. 2005.

El Junusi, Rahman. “Implementasi Shariah Governance serta Implikasinya


terhadap Reputasi dan Kepercayaan Syariah di Bank Syariah”. Al- Tahrir,
Volume 12 Nomor 1, Mei, 2012.

Falikhatun dan Yasmin Umar Assegaf. “Bank Syariah di Indonesia: Ketaatan Pada
Prinsip-Prinsip Syariah dan Kesehatan Finansial”, CBAM-FE UNISSULA,
Volume 2 Nomor 1, Desember, 2012.

41
Universitas Bakrie

Faozan, Akhmad. “Implementasi Good Corporate Governance dan Peran Dewan


Pengawas Syariah di Bank Syariah”, Jurnal La Riba, Volume VII Nomor 1,
Juli, 2013.

Faradila, Astri. “Analisis Manajemen Laba pada Perbankan Syariah”, JRAK,


Volume 4 Nomor 1, Februari, 2013.

Ghozali, Imam.”Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS”,


Semarang: Badan Penerbitan Universitas Diponegoro, 2015.

Habbe, Abd. Hamid, Muhammad Ali, dan Muhammad Sabir. “Pengaruh Rasio
Kesehatan Bank terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Dan Bank
Konvensional di Indonesia”, Jurnal Analisis, Volume 1 Nomor 1, Juni, 2012.

Hardian, Guruh Panji. “Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank terhadap Kinerja Bank
Umum Syariah tahun 2011-2013 (Dengan Pendekatan Metode Risk Based
Bank Rating)”. Skripsi Program S1. Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta. 2015.

Hasanah, Uswatun. “Kepatuhan prinsip-prinsip syariah dan Islamic corporate


overnance terhadap kesehatan finansial pada Bank Umum Syariah”. Skripsi
Program S1. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
2015.

In’airat, Mohammad. “The Role of Corporate Governance in Fraud Reduction – A


Preception in the Saudi Arabia Business Environment”, Journal of
Accounting and Finance, Vol 15(2). 2015.

Jensen, M. C., and W. Meckling. “Theory of the Firm: Managerial Behavior,


Agency Costs, and Ownership Structure”, Journal of Financial Economic 3,
305-360, 1976.

Junita, Nuur. Deteksi Kecurangan Laporan Keuangan Perbankan Syariah dalam


Perspektif Fraud Triangle Theory (Studi Empiris pada Bank Umum Syariah
Tahun 2010-2014). Skripsi Program S1. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta. 2016

42
Universitas Bakrie

43

Anda mungkin juga menyukai