R eferat
ATRIAL FLUTTER
Oleh:
Lailan Savina
(1407101030026)
Dosen
dr. M. Ridwan, Pembimbing
Mapp. : (K) FIHA
Sc. Sp. JP
KATA PENGANTAR
Puji berserta syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
karunia- Nya
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “ Atrial
Flutter sebagai salah satu tugas dalam menyelesaikan pendidikan di bagian
”
Kardiologi dan Kedokteran Vaskular di BLUD RSUD dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh.
Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW
berserta para
par a sahabatnya,
s ahabatnya, berkat rahmat beliau penulis dapat menikmati indahnya
hidup di dalam zaman yang penuh pengetahuan ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. M. Ridwan, Mapp. Sc. Sp.
JP (K) FIHA yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada penulis
dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis menyadari referat ini jauh dari sempurna, baik dari segi isi maupun
penulisan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukan yang
membangun demi kesempurnaan laporan kasus ini.
Demikianlah hal-hal yang dapat penulis sampaikan sebagai pengantar,
semoga referat ini dapat bermanfaat
dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin.
‘Alamin.
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
Atrial flutter merupakan salah satu jenis aritmia yang paling sering terjadi
dan menduduki urutan kedua dibandingkan aritmia lainnya.
lai nnya. Keempat bilik jantung
seharusnya berdenyut secara teratur mengikuti suatu pola yang ritmik. Namun,
pada atrial flutter, atrium berdenyut terlalu cepat melebihi kecepatan denyut
ventrikel di bawahnya. Atrial flutter terjadi ketika arus listrik jantung tidak
melalui jalur yang seharusnya. Pada atrial flutter, arus listrik tersebut terus
menjalar secara melingkar di dalam atrium kanan dan tidak diteruskan menuju ke
nodus AV yang akhirnya menyebabkan atrium berdenyut lebih cepat dari
ventrikel. Hal dapat terjadi akibat perlukaan jantung yang biasanya disebabkan
oleh penyakit jantung atau operasi jantung dan dapat terjadi tanpa penyebab yang
jelas. Atrial flutter ditandai dengan denyut atrial rata-rata 250 hingga 350 kali per
menit2,3,5.
Insidensi atrial flutter mencapai 0.09%, dimana sebanyak 58% diantaranya
juga pernah memiliki riwayat atrial fibrilasi sebelumnya. Atrial flutter muncul
sebanyak 0.1% kasus di rumah sakit di Amerika Serikat dengan usia rata-rata 67
tahun dan laki-laki lebih sering mengalami kejadian ini dari pada wanita dengan
rasio 2:13. Sumber lainnya menyebutkan bahwa angka kejadian atrial flutter
sekitar 2-5 kali lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita dan meningkat secara
dramatis bila dikaitkan dengan usia. Angka kejadian atrial flutter pada mereka
yang berusia kurang dari 50 tahun adalah sekitar 5/100.000 dan mengalami
peningkatan yang signifikan hingga mencapai 587/100.000 pada mereka yang
berusia lebih dari 80 tahun. Disamping jenis kelamin dan usia, faktor risiko
lainnya yang mempengaruhi terjadinya atrial flutter adalah gagal jantung,
penyakit paru kronik, riwayat stroke, dan infark miokardium. Atrial flutter juga
dapat terjadi pada individu yang sama sekali tidak memiliki masalah jantung.
Sebagai tambahan, operasi atau tindakan invasif pada jantung merupakan
penyebab meningkatnya resiko kejadian atrial flutter karena perlukaan jantung
dapat menjadi efek dari tindakan invasif tersebut. Saat atrial flutter terjadi pada
individu yang sehat, keadaan ini disebut dengan lone atrial flutter 2,4.
Tanda dan simptom atrial fluter bisa berupa palpitasi, takikardi, nyeri dada,
susah bernapas, lemas dan hipotensi. Meskipun demikian, atrial fluter bisa hadir
tanpa gejala klinis (asimptomatis)3,6.
3
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Atrial flutter merupakan bentuk aritmia berupa denyut atrium yang terlalu
cepat akibat aktivitas listrik atrium yang berlebihan ditandai dengan denyut atrial
rata-rata 250 hingga 350 kali per menit5.
2. Insidensi
Insidensi atrial flutter mencapai 0.09%, dimana sebanyak 58% diantaranya
juga pernah memiliki riwayat atrial fibrilasi sebelumnya. Atrial flutter muncul
sebanyak 0.1% kasus di rumah sakit di Amerika Serikat dengan usia rata-rata 67
tahun dan laki-laki lebih sering mengalami kejadian ini dari pada wanita dengan
rasio 2:1. Sumber lainnya menyebutkan bahwa angka kejadian atrial flutter sekitar
2-5 kali lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita dan meningkat secara dramatis
bila dikaitkan dengan usia. Angka kejadian atrial flutter pada mereka yang berusia
kurang dari 50 tahun adalah sekitar 5/100.000 dan mengalami peningkatan yang
signifikan hingga mencapai 587/100.000 pada mereka yang berusia lebih dari 80
tahun4,6.
Atrial flutter lebih sering terjadi pada individu yang memiliki penyakit
jantung seperti gagal jantung kongestif, penyakit jantung rematik, gangguan
gan gguan katup
jantung dan penyakit jantung bawaan atau penyakit paru seperti emfisema atau
hipertensi. Atrial flutter juga dapat terjadi pada individu yang sama sekali tidak
memiliki masalah jantung. Sebagai tambahan, operasi atau tindakan invasif pada
jantung merupakan penyebab meningkatnya resiko kejadian atrial flutter karena
perlukaan jantung dapat menjadi efek dari tindakan invasif tersebut. Kejadian
atrial flutter juga meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan terjadi 2-5
lebih banyak pada pria dibandingkan pada wanita. Saat atrial flutter terjadi pada
individu yang sehat, keadaan ini disebut dengan lone atrial flutter 2.
3. Etiologi
Atrial flutter mengenai 88 dari 10.000 pasien baru setiap tahunnya,
menjadikannya aritmia kedua terbanyak setelah atrial fibrilasi. Atrial flutter
5
merupakan suatu bentuk aritmia supraventrikular yang dapat dicetuskan oleh satu
atau lebih faktor presipitasi seperti asupan kafein yang berlebihan, konsumsi
alkohol (konsumsi yang berlebihan atau konsumsi rutin), nikotin, obat-obatan,
hipertiroidisme, stress, menstruasi, gangguan elektrolit, hipovolemik, demam,
infeksi atau kurang tidur 3,6.
Umumnya, atrial fluter disebabkan oleh mekanisme reentri pada sebuah area
anatomi yang berada didekat annulus katup trikuspid, depolarisasi berulang akan
meningkatkan impuls di septum interatrial kemudian melewati atap dan dasar
dinding atrium kanan dan akhirnya melewati pintu atrium kanan diantara annulus
katup trikuspid dan vena kava inferior. Akibat terdapat sebuah area besar
mengalami depolarisasi diluar fisiologis, gelombang P akan tampak sebagai
sinusoid atau gambar gigi gergaji6.
Beberapa kondisi medis tertentu meningkatkan risiko terjadinya atrial
flutter, di antaranya3:
Gagal jantung kongestif
Penyakit jantung koroner
Penyakit jantung structural
Hipertensi
Tindakan invasif (operasi) pada jantung
Disfungsi tiroid
Penyakit paru kronik
Diabetes
alkoholisme
Penyakit akut serius lainnya
4. Patogenesis
Sistem elektrik jantung merupakan sumber utama untuk membuat jantung
berdenyut. Impuls listrik berjalan atau menjalar di jantung sesuai jalurnya
sehingga menciptakan denyutan yang beraturan pada atrium dan ventrikel
sehingga secara bersama-sama mampu memompa darah 6.
Denyut jantung normal berasal dari impuls elektrik tunggal yang dihasilkan
oleh SA node (sinoatrial node) yakni sebuah berkas jaringan berukuran kecil yang
6
5. Klasifikasi
Secara klinis, atrial flutter diklasifikasikan menjadi first diagnosed ,
dan permanen4.
paroksismal, persisten, long-standing persistent dan
Atrial fluter khasnya terjadi secara paroksismal, biasanya dapat bertahan
beberapa detik hingga hitungan jam, dan pada beberapa keadaan dapat bertahan
hingga lebih hitungan jam. Dalam keadaan lebih berat, atrial flutter dapat terjadi
persisten4:
1. Typical atrial flutter
Atrial flutter dengan denyut atrial berkisar antara 240 hingga 350 kali per
menit, dijumpai gelombang P negatif di lead II, III dan aVF.
2. Reverse typical atrial flutter
Denyut atrial 240 hingga 350 kali per menit serta dijumpai gelombang P
yang positif maupun negatif di lead II,
II, III dan aVF.
3. Incisional atrial re-entry
7
7. Diagnosis
8
8. Tatalaksana
Berdasarkan keadaan klinisnya, ada empat pilihan terapi yang dapat
dilakukan pada kasus atrial flutter, yaitu 1). Electrical cardioversion dengan
cardioversion dengan DC
shocks, 2). Chemical cardioversion
cardioversion dengan obat anti aritmia, 3). ) rapid atrial
pacing for overdrive termination,
termination, 4). Pemakaian obat yang bekerja memperlambat
conduksi nodus AV dan respon ventrikel4.
9
Gambar 4. Manajemen
Manajemen atrial flutter berdasarkan keadaan hemodinamik
Pada keadaan hemodinamik tidak stabil atau terdapat gejala yang signifikan
(misalnya nyeri dada, congestive heart failure),
failure), DC
DC cardioversion diindikasikan.
cardioversion diindikasikan.
Electrical cardioversion terbukti
cardioversion terbukti aman dan mempunyai tingkat keberhasilan lebih
dari 90%. Pengembalian irama jantung kembali menjadi sinus ritem dapat
dilakukan menggunakan DC shocks dengan level energi yang rendah, biasanya
kurang dari 50 Joules menggunakan monophasic shocks. Tindakan kardioversi
yang tidak berhasil biasanya berhubungan dengan takikardi yang telah
berlangsung dalam waktu lama (prolonged perod tachycardia) dan akibat
penggunaan energi yang terlalu tinggi, penurunan fungsi ventrikel kiri yang
signifikan ataupun karena peningkatan ukuran atrium kiri. Salah satu tindakan
yang dapat dilakukan apabila kardioversi pertama gagal adalah menurunkan
tingkat kebutuhan energi dengan cara pemakaian agen antiaritmia sebelum
tindakan kardioversi, dimana ibutilide adalah agen yang paling efektif. Tindakan
lain yang dapat dilakukan adalah menggunakan morfologi gelombang shock yang
berbeda. Beberapa penelitian membuktikan bahwa kardioversi dengan bifasik
shock mempunyai tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dibandingkan monofasik
10
Pada beberapa pasien dengan atrial flutter, terapi awal yang dapat
dilakukan mencakup penggunaan agen yang dapat menghambat nodus AV (AV
nodal blocking agents). Agen-agen tersebut mencakup beta blockers, calcium
channel blockers, digoksin dan amiodaron4.
11
9. Komplikasi
Atrial flutter pada dasarnya bukanlah keadaan yang mengancam nyawa
(not-life threatening ).
). Namun jika tidak ditangani, efek samping atrial flutter
dapat mengancam nyawa. Atrial flutter mengakibatkan ketidakfektifan jantung
memompa darah. Hal ini mengakibatkan darah dipompa secara lemah sehingga
mengalir lambat didalam pembuluh darah dan memicu terjadinya pembekuan.
Bekuan darah ini dapat berjalan di pembuluh darah di berbagai organ dan dapat
menyebabkan penyumbatan. Sumbatan pada pembuluh darah otak dapat
mengakibatkan terjadinya stroke dan sumbatan pada pembuluh darah koroner
dapat mengakibatkan serangan jantung6.
10. Prognosis
Atrial flutter yang tidak tertangani akan menyebabkan takikardi dalam
waktu lama. Hal ini dapat menyebabkan keadaan kardiomiopati yaitu kelemahan
pada otot jantung akibat ventrikel berdenyut terlalu cepat dalam jangka waktu
yang lama. Keadaan ini dapat memicu terjadinya gagal jantung 6.
Atrial flutter juga dapat menyebabkan aritmia jenis lainnya seperti atrial
fibrilasi jika tidak ditangani. Atrial fibrilasi juga merupakan salah satu bentuk
aritmia yang sering dijumpai6.
12
BAB III
KESIMPULAN
Atrial flutter merupakan salah satu jenis aritmia berupa denyut atrium yang
nyawa. Tetapi jika tidak ditangani, atrial flutter akan menyebabkan takikardi
dalam waktu lama. Hal ini dapat menyebabkan keadaan kardiomiopati.
13
Daftar Pustaka
1. Guyton A,C dan Hall E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 1.
Jakarta : EGC. p:107-302.
2. Boyer, Melissa and Bruce A. K. Atrial Flutter. Circulation. 2005, 112 (2)
: 334-336.
3. Yamin, M dan Harun S. 2010. Aritmia Ventrikel dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.
4. Lee K.W., Yang Y., dan Scheinman M.M. Atrial Flutter: A Review of Its
History, Mechanisms, Clinical
Clinical Features, and Current Therapy.
Therapy. Curr Probl
Cardiol. 2005, 30: 121 – 168.
168.
5. Lundvist, C. B. and Melvin M. S. Guidelines for the Management of
Patients with Supraventricular Arrythmias. ACC/AHA/ESC Practice
Guidelines. 2003: 33-40.
6. Siva, Anjana. And Noble Mark. 2005. Crash Course. Columbus: Elsevier
Mosby
7. Kabo, Peter. 2011. Bagaimana Menggunakan Obat-Obat Kardiovaskuler
Secara Rasional. Jakarta: FK UI.
14