Antimikroba Dan Mekanismenya
Antimikroba Dan Mekanismenya
PENDAHULUAN
I.3 TUJUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
a. Antibiotik
Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu
mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat mikroba
jenis lain. Antibiotik adalah segolongan senyawa yang punya efek
membunuh mikroorganisme di dalam tubuh, misalnya ketika terjadi
infeksi bakteri. Kata antibiotik diberikan pada produk
metabolik yang dihasilkan suatu organisme tertentu, yang
dalam jumlah amat kecil bersifat merusak atau menghambat
mikroorganisme lain. Dengan kata lain, antibiotik merupakan
zat kimia yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang
menghambat mikroorganisme. (Pelczar, 2008).
Kegiatan antibiotis untuk pertama kalinya ditemukan
secara kebetulan oleh dr. Alexander Fleming, tetapi penemuan
ini baru dikembangkan dan digunakan pada permulaan Perang
Dunia II, ketika obat-obat antibakteri sangat diperlukan untuk
2
menanggulangi infeksi dari luka-luka akibat pertempuran. (Tjay,
dkk, 2010).
Para peneliti di seluruh dunia menghasilkan banyak
zat lain dengan khasiat antibiotis, namun berhubung dengan
sifat toksisnya bagi manusia, hanya sebagian kecil saja yang
dapat digunakan sebagai obat. Beberapa diantaranya :
1. Aminoglikosida (Cth : Kantrex dan Mycrifradin), untuk
mengobati diare dan kondisi lain yang khas.
2. Sefalosporin (Cth : Sefadrin dan Sefadroksil), untuk
infeksi saluran pencernaan atas seperti sakit tenggorokan,
pneumonia, infeksi telinga, dan lain-lain.
3. Kloramfenikol (Cth : Chloromycetin dan Mychel), untuk
infeksi berbahaya.
4. Eritromisin (Cth : Pedamycin dan Robimycin), untuk
infeksi saluran bagian atas, infeksi telinga, dan sifilis.
5. Penisilin (Cth : Ampisilin dan Amoxsan), untuk infeksi
saluran napas atas, bronkhitis, saluran kemih, dan lain-
lain.
6. Tetrasiklin (Cth ; Terramycin dan Tetrasiklin), untuk
kolera dan beberapa jenis jerawat.
b. Desinfektan
Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk
mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik
seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau
menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit
lainnya. Desinfektan digunakan untuk membunh
mikroorganisme pada benda mati. (Anonim, 2014).
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme
penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal
ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalan
membunuh mikroorganisme patogen. Desinfeksi dilakukan
apabila sterilisasi sudah tidak mungkin dikerjakan, meliputi :
3
penghancuran dan pemusnahan mikroorganisme patogen yang
ada tanpa tindakan khusus untuk mencegah kembalinya
mikroorganisme tersebut.
Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai
desinfektan, tetapi umumnya dikelompokkan ke dalam beberapa
kelmpok :
1. Golongan Aldehid (Cth : Formaldehid dan
Glutaraldehid), untuk membunuh mikroorganisme dalam
ruangan, peralatan dan lantai (formaldehid), serta untuk
membunuh virus (glutaraldehid).
2. Golongan Alkohol (Cth : etanol, propanol, dan
isopropanol), untuk proses desinfeksi pada permukaan
yang kecil, tangan, dan kulit.
3. Golongan Pengoksidasi (Cth : peroksida dan peroksigen),
untuk proses desinfeksi permukaan dan sebagai sediaan
cair.
4. Golongan Halogen (Cth : iodium dan klor), untuk
mereduksi virus, tetapi tidak efektif untuk membunuh
beberapa jenis bakteri gram positif dan ragi. Umum
digunakan sebagai desinfektan pada pakaian, kolam
renang, dan lumpur air selokan.
5. Golongan Fenol (Cth : fenol dan para kloro xylenol),
untuk proses desinfeksi virus, spora tetapi tidak baik
digunakan untuk membunuh beberapa jenis bakteri gram
positif dan ragi. Umum digunakan dalam proses
desinfeksi di bak mandi, permukaan dan lantai, serta
dinding atau peralatan yang terbuat dari papan/kayu.
6. Golongan Garam Amonium Kuarterner (Cth :
benzalkonium klorida dan bensatonium klorida), untuk
proses desinfeksi hanya untuk bakteri vegetatif dan
lipovirus, terutama untuk desinfeksi peralatannya.
7. Golongan Biguanida (Cth : klorheksidin), ampuh sebagai
antimikroba terutama jenis bakteri gram positif dan
beberapa jenis bakteri gram negatif (S. Aureus, E. Coli,
dan P. Aeruginosa), tetapi kurang baik untuk membunuh
beberapa organisme gram negatif, spora, jamur, terlebih
virus serta sama sekali tidak bisa membunuh M.
Pulmonis.
4
c. Antiseptik
Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau
menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang
desinfeksi digunakan pada benda mati. Antiseptik adalah zat
antimikroba yang diberikan pada jaringan hidup/kulit untuk
mengurangi kemungkinan infeksi, sepsis (peradangan seluruh
tubuh yang berpotensi fatal) yang disebabkan oleh infeksi
berat, dan pembusukan. Beberapa antiseptik yang umum
dipakai :
1. Alkohol, digunakan untuk mensterilkan kulit sebelum
suntikan diberikan.
2. Senyawa Surfaktan, digunakan dalam beberapa
desinfektan kulit pra-operasi dan handuk/tissue antiseptik.
3. Asam Borat, digunakan dalam pengobatan infeksi ragi
vagina, pada rambut/bulu mata, dan sebagai antivirus
untuk mempersingkat durasi serangan sakit dingin.
Digunakan ke dalam krim untuk luka bakar.
4. Brilliant Hijau, digunakan untuk pengobatan luka kecil
dan abses yang efisien terhadap bakteri gram positif.
5. Chlorhexidine Gluconate, digunakan sebagai antiseptik
kulit dan untuk mengobati radang gusi.
6. Hidrogen Peroksida, digunakan untuk membersihkan dan
menghilangkan bau luka dan bisul.
7. Yodium, digunakan sebagai antiseptik pra dan pasca
operasi dan tidak lagi direkomendasikan untuk
mendesinfeksi luka ringan karena mendorong
pembentukan jaringan perut dan meningkatkan waktu
penyembuhan.
8. Octenidine dihydrochloride, digunakan sebagai QAC dan
klorheksidin.
9. Senyawa Fenol (Asam Karbol), digunakan untuk
membersihkan tangan pada pra operasi, bedak bayi
antiseptik, obat kumur dan tenggorokan.
10. Polyhexanide (polyhexamethylene biguanide), senyawa
antimikroba yang cocok dalam penggunaan klinis disaat
kritis atau infeksi luka yang akut dan kronis.
11. Sodium Klorida, digunakan sebagai pembersih umum
dan obat kumur antiseptik.
5
II.2. PENGGOLONGAN ANTIMIKROBA
1. Berdasarkan Spektrumnya
a. Antibiotik dengan spektrum sempit, efektif terhadap satu
jenis mikroba.
b. Antibiotik dengan spektrum luas, efektif baik terhadap
gram positif maupun gram negatif.
Contoh : tetrasiklin, amnifenikol, aminoglikosida,
makrolida, turunan penisilin.
c. Antibiotik yang aktivitasnya lebih dominan terhadap
gram positif.
Contoh : eritromisin, sebagian besar turunan penisilin, dan
beberapa turunan sefalosporin.
d. Antibiotik yang aktivitasnya lebih dominan terhadap
bakteri gram negatif.
Contoh : kolkistin, polimiksin B sulfat, dan sulfomisin.
e. Antibiotik yang aktivitasnya lebih dominan terhadap
Mycobacteriae (antituberkulosis).
Contoh : streptomisin, kanamisin, rifampisin.
f. Antibiotik yang aktif trhadap jaumr (antijamur).
Contoh : griseofulvin, amfoterisin B, dan kandisidin.
g. Antibiotik yang aktif terhadap neoplasma (antikanker)
Contoh : aktinomisin, bleomisin, dan mitramisin.
6
3. Berdasarkan Aksi Utamanya
a. Bakteriostatik, menghambat pertumbuhan mikroba.
Contoh : Penisilin, Aminoglikosida, Sefalosporin,
Kotrimoksasol, Isoniasida, Eritromisin (kadar tinggi),
Vankomisin.
b. Bakterisida, membunuh/memusnahkan mikroba.
Contoh : Tetrasiklin, Asam fusidat, Kloramfenikol, PAS,
Linkomisin, Eritromisin (kadar rendah), klindamisin.
7
folat tidak ada, maka sel-sel tidak dapat tumbuh dan
membelah. Melalui mekanisme kerja ini diperoleh efek
bakteriostatik. Antimikroba seperti sulfonamide secara
struktur mirip dengan PABA, asam folat, dan akan
berkompetisi dengan PABA untuk membentuk asam
folat, jika senyawa antimikroba yang menang bersaing
dengan PABA, maka akan terbentuk asam folat non
fungsional yang akan mengganggu kehidupan
mikroorganisme. Contoh : Sulfonamid, trimetoprim, asam
p-aminosalisilat.
8
Contoh obat yang termasuk dalam kelompok ini
yaitu rifampisin dan golongan kuinolon. Salah satu
derivat rifampisin yaitu rifampisin berikatan dengan
enzim polimerase-RNA (pada subunit) sehingga
menghambat sintesis RNA dan DNA oleh enzim
tersebut. Pada golongan kuinolon dapat menghambat
enzim DNA girase pada mikroba yang berfungsi menata
kromosom yang sangat panjang menjadi bentuk spiral
hingga bisa muat dalam sel mikroba yang kecil.
9
Efek samping penggunaan antimikroba dapat dikelompokkan
menurut reaksi alergi, reaksi idiosikrasi, reaksi toksik, serta
perubahan biologi dan metabolik pada hospes.
1. Reaksi Alergi
Reaksi alergi dapat ditimbulkan oleh semua antibiotik dengan
melibatkan sistem imun tubuh hospes.terjadinya tidak
bergantung pada besarnya dosis obat . Manifestasi gejala dan
derajat beratnya reaksi dapat bervariasi.
2. Reaksi Idiosinkrasi
Gejala ini merupakan reaksi abnormal yang diturunkan secara
genetik terhadap pemberian antimikroba tertentu. Sebagai
contoh 10% pria berkulit hitam akan mengalami anemia
hemolitik berat bila mendapat primakulin. Ini disebabkan
mereka kekurangan enzim G6PD.
3. Reaksi Toksik
AM pada umumnya bersifat toksik-selektif , tetapi sifat ini
relatif. Efek toksik pada hospes ditimbulkan oleh semua jenis
antimikroba.
BAB III
10
PENUTUP
III.1. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
11
Anonim.“Antimikroba”.https://www.scribd.com/doc/5290110/Antimi
kroba/. 5 Oktober 2014.
Badan POM RI. 2013. ISO Indonesia Volume 48. Jakarta : PT.
ISFI Penerbitan Jakarta.
Tjay, Tan, dkk. 2010. Obat-Obat Penting. Jakarta : PT. Elex Media
Komputindo.
12