Anda di halaman 1dari 22

TUGAS

FISIOLOGI TUMBUHAN

OLEH

ESRA THEGAR LANUS

2004060093

JURUSAN ARGOTEKNOLOGI

UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG

2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sel terdiri oleh banyak makromolekul yang mempunyai struktur dan fungsi
yang berbeda-beda. Makromolekul besar dalam sel dibentuk sebagai susunan
berulang dari satuan-satuan struktutr dasar yang dinamakan monomer, antara
monomer satu dengan yang lainnya dihubungkan oleh ikatan kovalen. Monomer
tersebut dihubungkan dengan suatu reaksi kimia dimana dua molekul saling berikatan
secara kovalen antara satu molekul dengan molekul yang lain dengan melepas satu
molekul air (merupakan reaksi kondensasi atau karena molekul yang hilang adalah air,
maka reaksi tersebut bisa disebut reaksi dehidrasi). Monomer dirangkai bersama
untuk kemudian membentuk suatu polimer melalui proses yang dikenal sebagai
sintesis kondensasi. Sedangkan makromolekul yang dibentuk disebut dengan polimer.

Sel merupakan inti struktural dan fungsional pada makhluk hidup. Bentuk sel
ada yang pipih, memanjang, sangat panjang, dan bikonkaf. Sedang ukuran dari sel
pada umumnya mikroskopis. Sel pertama kali dikenalkan oleh Robert Hooke pada
tahun 1665 yang mengamati jaringan gabus pada tumbuhan yang merupakan kesatuan
fungsional makhluk hidup. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam
sel. Karena itulah sel dapat berfungsi secara autimon asalkan seluruh kebutuhan
hidupnya terpenuhi.

Tumbuhan termasuk organisme multiseluler yang terdiri dari berbagai jenis sel
terspesialisasi yang bekerja sama melakukan fungsinya. Sel tumbuhan meliputi
berbagai organel dan penyusun-penyusun. Masing-masing organel memiliki struktur
dan fungsi yang berbeda. Fotosintesis, metabolisme, pertumbuhan serta
perkembangan tumbuhan merupakan aktivitas sel-sel tumbuhan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Jelaskan Sel pada Tumbuhan?
2. Jelaskan Makromolekul ?
3. Jelaskan Jenis - Jenis Makromolekul ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sel Pada Tumbuhan


2.1.1. Sel Tumbuhan
Sel tumbuhan adalah kelompok sel eukariotik, sel eukariotik yaitu kelompok sel yang
mempunyai materi genetik (DNA) yang dibaluti atau dibungkus oleh membran. Sel
tumbuhan mempunyai struktur yang khas dibandingkan dengan sel eukariotik lain.
Perbedaan yang paling mendasar yaitu bentuk sel tumbuhan yang kaku. Bentuk ini
didapatkan dari dinding sel yang berada paling luar di sel tumbuhan. Dinding sel
tersusun atas senyawa selulosa, pektin, hemiselulosa, dan lignin yang akan menguatkan
struktur tumbuhan.
Meskipun hewan dan tumbuhan sama-sama memiliki eukariota, mereka berbeda
dalam fitur karakteristik tertentu. Misalnya, sel tumbuhan mempunyai dinding sel yang
berkembang dengan baik dan vakuola besar, sedangkan sel hewan tidak mempunyai
struktur tersebut. Selain perbedaan dalam bentuk struktur, di dalam sel hewan terdapat
sentriol dan filamen tengah dimana ini tidak ditemui di sel tumbuhan. Ciri khas sel
tumbuhan yaitu terdiri dari organel dan sitoplasma, dimana semua organel (kecuali inti
sel atau neukleus) dan struktur subselular yang ada di dalam sitoplasma akan tertutup
oleh membran sel atau dinding sel sebagai lapisan pelindung.

2.1.2. Komponem – Komponem Sel Penyusun Tumbuhan


Tumbuhan tingkat tinggi tubuhnya tersusun oleh sejumlah sel, baik sel hidup
maupun sel-sel mati. Sel-sel hidup memiliki persamaan dan perbedaan dalam
struktur maupun fungsinya. Persamaannya adalah sel itu mempunyai dinding sel,
terisi plasma yang terbungkus oleh membran plasma. Sedangkan perbedaannya
terutama diakibatkan oleh lingkungan dan faktor genetik, yaitu akibat proses
diferensiasi yang mengikuti proses pembelahan sel.
A. Dinding Sel
Dinding sel merupakan salah satu ciri sel tumbuhan yang
membedakannya dari sel hewan. Dinding ini melindungi sel tumbuhan,
mempertahankan bentuknya, dan mencegah penghisapan air secara berlebihan.
Pada tingkat keseluruhan tumbuhan, dinding yang kuat yang terbuat dari sel
khusus mempertahankan tumbuhan agar tegak melawan gaya gravitasi.
Sel tumbuhan muda pertama-tama mensekresi dinding yang relatif tipis
dan lentur yang disebut dinding sel primer. Di antara dinding-dinding primer
sel-sel yang berdekatan terdapat lamela tengah, lapisan tipis yang banyak
mengandung polisakarida lengket yang disebut pektin. Apabila selnya telah
dewasa dan berhenti tumbuh, sel ini memperkuat dindingnya. Sebagian sel
tumbuhan melakukan hal ini hanya dengan mensekresi substansi pengeras ke
dalam dinding primernya. Sel lain menambahkan dinding sel sekunder di antara
membran plasma dan dinding primer. Dinding sekunder ini, seringkali
menumpuk menjadi beberapa lapisan berlamina, memiliki matriks kuat dan
tahan lama yang sanggup memberi perlindungan dan dukungan. (Campbell,
2002).

Gambar 1 : Dinding Sel

Dinding sel terdiri dari: lamela tengah, dinding primer dan dinding
sekunder. Antara sel-sel yang berdekatan ada lamela tengah yang merekatkan
antara dua dinding sei menjadi satu. Lamela tengah terutama terdiri dari Ca-
pektat berupa gel. Dinding primer adalah lapisan yang terbentuk selama
pembentangan, terdiri dari hemiselulosa, selulosa, pektin, lemak, dan protein.
Dinding sekunder biasanya lebih tebal dari dinding primer terutama terdiri dari
selulosa dan kadang-kadang lignin, merupakan lapisan yang ditambahkan
setelah proses pembentangan dinding sel selesai.

Tidak semua bagian dinding sel mengalami penebalan dan terisi plas
ma (plasmodesmata). Dinding primer memilki sejumlah daerah penipisan yang
disebut noktah. Daerah ini memiliki plasmodesmata dengan kerapatan tinggi.
Plasmodesmata adalah jalinan benang sitoplasma tipis yang menembus
dinding-dinding sel yang bersebelahan, menghubungkan protoplas sel
yang berdampingan. Dengan demikian dinding sel menjadi berlubang-
lubang yang memungkinkan senyawa kimia melewatinya.

Dinding sel yang berbatasan langsung dengan udara luar sering dilapisi kutin
dan suberin (kutikula). Lapisan ini tidak seluruhnya tertutup rapat sehingga
masih memungkinkan senyawa kimia melewatinya. Dinding sel berfungsi untuk
memberi kekuatan mekanik sehingga sel mempunyai bentuk tetap serta
memberi perlindungan terhadap isi sel, dan karena sifat hidrofilnya dapat
mengadakan imbibisi air serta meneruskan air dan senyawa yang larut di
dalamnya ke protoplas (Hasnunidah, 2007).

B. Protoplas

Protoplas merupakan bagian yang hidup dari sel tumbuhan, meskipun


di dalamnya juga terdapat berbagai senyawa anorganik. Protoplas terdiri dari
empat bagian utama, yaitu: sitoplasma, nukleus, vakuola dan bahan ergastik.

Gambar 2 : Protoplas
1. Sitoplasma
Sitoplasma merupakan bagian sel yang kompleks, suatu bahan cair yang
mengandung banyak molekul, diantaranya berbentuk suspensi koloid dan
organel-organel yang bermembran. Sitoplasma dan nukleus secara bersama-sama
disebut protoplasma. Beberapa sel tumbuhan juga memiliki juga zat-zat murni
yang tidak hidup disebut bahan ergastik, seperti: kalsium oksalat, benda-benda
protein, gum, minyak, resin.
Sistem endomembran dalam Sitoplasma meliputi retikulum endoplasma,
badan Golgi, selimut inti, dan organel sel serta membran lain (badan mikro,
sferosom dan membran vakuola) yang berasal dari retikulum endoplasma atau
badan Golgi. Sedangkan membran plasma dianggap satuan yang terpisah,
meskipun tumbuh melalui penambahan sejumlah kantung yang berasal dari badan
Golgi.
Mitokondria dan plastida yang diselimuti oleh selapis membran yang halus
dan membran dalam yang melekuk-lekuk juga tidak berhubungan dengan sistem
membran. Demikian pula ribosom, mikrotubul dan mikrofilamen bukan bagian
dari sistem endomembran (Hasnunidah, 2007).

Membran Plasma atau Plasmalemma

Membran plasma berfungsi mengatur aliran zat -zat terlarut masuk dan keluar
sel, dan mengatur aliran air melalui osmosis. Membran plasma bersifat
diferensial permeabel, artinya dapat melalukan senyawa kimia tertentu dan
tidak melalukan senyawa lainnya.
Membran plasma merupakan lapisan rangkap lipid dengan bagian: hidrofilik
(suka air) molekul lipidnya berada di permukaan. Bagian lipofilik (suka
lemak), molekul tersebut menghadap ke dalam lapisan rangkap sehingga
menyebabkan adanya ruang yang terang. Molekul protein yang mencakup 50%
bahan membran tenggelam di lapisan rangkap itu, dengan satu atau kedua ujung
menonjol ke salah satu atau kedua permukaan membran. Kedua permukaan
membran berbeda secara khas (Hasnunidah, 2007).
Gambar 3. Plasma membran

Retikulum Endoplasma (ER = Endoplasmic Retikulum)

Pada banyak sel, ER menyerupai kantung kempis yang berlipat-lipat


(disebut sisternae). ER membentuk sistem angkutan untuk berbagai macam
molekul di dalam sel dan bahkan antar sel meialui plasmodesmata. Sejumlah
ribosom sering berasosiasi dengan ER dalam hal sintesis protein. ER yang
ditempeli ribosom disebut ER kasar. ER halus tak ber-ribosom dan senng
berbentuk pipa (Hasnunidah, 2007).

Badan Golgi

Dengan mikroskop elektron, badan golgi (diktiosom) terlihat sebagai


tumpukan piring pipih yang berongga di dalamnya (sisternae) dengan tepian
yang menggelembung dan dikelilingi oleh benda bulat-bulat (vesikel). Badan
Golgi berperan dalam pembentukan membran plasma dan mengangkut enzim
yang harus dibuat dalam sel, yang akan menentukan reaksi kimia yang terjadi
dan menentukan struktur dan fungsi sel (Hasnunidah, 2007)

Selimut Inti

Inti (nukleus) dikelilingi oleh dua membran unit yang sejajar yang
disebut selimut inti. Ketebalan membran luar sedikit lebih tebal dibanding
membran dalam. Keduanya dipisahkan oleh ruang perinukleus. Selimut inti
mempunyai banyak pori. Membran dalam dan luar menyatu membentuk
pinggiran pori, yang dipertahankan bentuknya oleh suatu bahan sehingga
terjadi struktur yang disebut anulus. ER berhubungan dengan selimut inti,
sedang ruang perinukleus bersambungan dengan ruang di antara membran
sejajar ER (Hasnunidah, 2007).

Membran Vakuola atau Tonoplas

Membran vakuola menyerupai plasmalemma, namun berbeda


fungsinya dan sering agak lebih tipis. Tonoplas mengangkut zat terlarut
keluar-masuk vakuola, sehingga mengendalikan potensial air (Hasnunidah,
2007).

Badan Mikro

Badan mikro adalah organel bulat yang terbungkus oleh selapis


membran, berbutir-butir di sebelah dalamnya, dan kadang disertai kristal
protein. Dua jenis badan mikro yang penting adalah peroksisom dan
glioksisom yang masing-masing berperan khusus dalam aktivitas kimia sel
tumbuhan. Perpksisom menguraikan asam glikolat yang dihasilkan dari
fostosintesis, mendaur ulang molekul lain kembali ke kloroplas. Glioksisom
menguraikan lemak menjadi karbohidrat selama dan sesudah perkecambahan
biji. Hidrogen peroksida hasil reaksi ini juga diuraikan di dalam
glioksisom (Hasnunidah, 2007).

Sferosom

Sferosom berbentuk bulat dan diselimuti oleh membran unit yang


berasal dari ER, berisi bahan berlemak, dan menjadi pusat sintesis dan
penyimpanan lemak (Hasnunidah, 2007).

Rangka Sel

Berkat perkembangan mikroskop elektron, diketahui bahwa


mikrotubul dan mikrofilamen berprotein terdapat di hampir semua sel
tumbuhan eukariotik. Bersama-sama dengan benang-benang penghubung
membentuk tiga sistem rangka sel yang berlainan tapi terintegrasi dengan baik.
Mikrotubul adalah silinder panjang yang berongga terdiri dari molekul protein
bundar yang disebut tubulin. Fungsi mikrotubul diduga berkenaan dengan
gerak yang mengarah , khususnya di kromosom saat sel membelah atau di
organel sel. Gerak itu meliputi pengendalian arah mikrofibril selulosa pada
dinding sel atau gerak sel itu sendiri.
Mikrofilamen merupakan stuktur padat yang lebih kecil, yang
bertindak sendiri atau bersama-sama dengan mikrotubul untuk menggerakkan
sel. Mikrofilamen terdiri dari protein aktin yang juga menjadi kandungan
utama jaringan otot hewan. Fungsi lain mikrofilamen adalah mengatur arah
aliran sitoplasma, kalau arah mikrofilamen berubah maka berubah juga arah
aliran sitoplasma (Hasnunidah, 2007).

Ribosom

Sintesis protein merupakan fungsi sel yang vital yang berlangsung di


ribuan ribosom. Ribosom tersebar di sitoplasma atau bergabung dengan ER
kasar di dalam sel, dan selalu di membran rangkap ER di sisi sitosol. Ribosom
juga menempel di membran luar selimut inti di sisi sitosol. Ribosom nampak
sebagai bintik hitam pada mikrograf elektron. Sering juga membentuk rantai
seperti untaian, khususnya dalam pola spiral (terpilin). Struktur ini dinamakan
poliribosom atau polisom. Dalam ribosom, informasi genetik dari mRNA
diterjemahkan menjadi protein (Hasnunidah, 2007).

Gambar Ribosom

Ribosom merupakan tempat sel membuat protein. Sel yang memiliki


laju sintesis protein yang tinggi secara khusus memiliki jumlah ribosom yang
sangat banyak. Ribosom bebas tersuspensi dalam sitosol, sementara ribosom
terikat dilekatkan pada bagian luar jalinan membran yang disebut retikulum
endoplasmik. Sebagian besar protein yang dibuat oleh ribosom bebas akan
berfungsi di dalam sitosol; contohnya ialah enzim-enzim yang mengkatalisis
proses metabolisme yang bertempat di dalam sitosol (Campbell, 2002).

Mitokondria

Pada mikroskop cahaya, mitokondria terlihat seperti bulatan, batang


atau kawat kecil yang beragam bentuk dan ukurannya. Terbungkus membran
rangkap, permukaan luarnya berlubang-lubang sedang permukaan dalamnya
membentuk tonjolan-tonjolan (kristae) yang masuk ke dalam
stroma. Membran dalam membungkus matriks, dan banyak enzim yang
mengendalikan berbagai tahap dalam respirasi sel khususnya dan metabolisme
umumnya ditemukan di sana atau di dalam matriks. Mitokondria memiliki
DNA dan ribosom kecil di dalam matriksnya, sehingga mampu mensintesis
porteinnya sendiri (Hasnunidah, 2007).

Gambar Mitokondria.

Plastida

Plastida merupakan organel berbentuk lensa yang terdapat pada semua


sel tumbuhan, diselimuti oleh sistem membran rangkap. Plastida mengandung
DNA dan ribosom yang terbenam dalam matriks cair yang disebut stroma.
Plastida terbentuk dari hasil pembelahan plastida terdahulu atau sebagai hasil
diferensiasi proplastida. Plastida tak berwarna disebut leukoplas, contohnya:
amiloplas yang mengandung butir-butir padi atau proteinoplas yang
mengandung protein cadangan. Ada dua macam plastida berwarna, yaitu
kloroplas yang mengandung klorofil dan berbagai pigmen yang menyertainya,
dan kromoplas yang mengandung pigmen lain (karotenoid). Plastida terpenting
adalah kloroplas, karena menjadi tempat berlangsungnya fotosintesis.

Kloroplas mengandung suatu sistem mebran yang bernama tilakoid,


yang sering sambung-menyambung membentuk tumpukan membran yang
disebut grana. Grana terbenam dalam stroma. Enzim yang mengendalikan
fotosintesis terdapat di membran tilakoid dan di stroma (Hasnunidah, 2007).

2. Nukleus
Nukleus merupakan pusat kendali pada sel tumbuhan eukariotik.
Nukleus mengendalikan seluruh fungsi sel dengan menentukan berbagai reaksi
kimia dan juga struktur dan fungsi sel. Nukleus merupakan organel berbentuk
bulat atau memanjang yang terbungkus selimut inti. Plasma nukleus
(nukleoplasma) berbutir-butir merupakan sistem koloid, mengandung kromatin
yang pada pembelahan sel berubah menjadi kromosom. Fungsi kromosom
adalah membentuk m-RNA yang mengatur sintesis protein. Di dalam plasma
nukleus juga terdapat nukleolus yang jumlahnya tiap sel khas untuk tiap
jenis. Nukleolus itu padat, bentuknya tak beraturan, merupakan massa serat dan
butiran, dan berwarna gelap. Fungsi nukleolus adalah untuk sintesis r-RNA dan
ribosom (Hasnunidah, 2007).

Nukleus mengandung sebagian besar gen yang mengontrol sel


eukariotik (sebagian gen terletak di dalam mitokondria dan kloroplas). Nukleus
ini umumnya merupakan organel yang paling mencolok dalam sel eukariotik,
rata-rata berdiameter 5 µm. Di dalam nukleus, DNA diorganisasikan bersama
dengan protein menjadi materi yang disebut kromatin. Kromatin yang diberi
warna tampak melalui mikroskop cahaya maupun mikros-kop elektron sebagai
massa kabur. Sewaktu sel bersiap untuk membelah (bereproduksi), kromatin
kusut yang berbentuk benang akan menggulung (memadat), menjadi cukup
tebal untuk bisa dibedakan sebagai struktur terpisah yang disebut kromosom.
Nukleus ini mengontrol sintesis protein dalam sitoplasma dengan cara mengirim
mesenjer molekuler yang berbentuk RNA. (Campbell, 2002).

3. Vakuola
Badan khas di sel tumbuhan selain dinding sel dan plastida adalah
vakuola. Vakuola mengerjakan beberapa fungsi. Bentuk dan ketegangan
jaringan yang hanya memiliki dinding primer adalah akibat adanya air dan
bahan terlarut yang menekan dari dalam vakuola. Tekanan tersebut timbul
karena osmosis. Konsentrasi bahan terlarut di dalam vakuola cukup tinggi,
termasuk garam-garam, molekul-molekul organik kecil, beberapa protein
(enzim) dan molekul-molekul lainnya. Beberapa vakuola mengandung pigmen
yang menimbulkan warna pada banyak bunga atau dauh. Pada beberapa bagian
tumbuhan, vakuola dapat mengandung bahan-bahan yang mungkin berbahaya
bagi sitoplasma.

Sel muda yang aktif membelah di titik tumbuh batang dan akar
mempunyai vakuola sangat kecil. Sebagian besar terbentuk dari ER, lalu
tumbuh bersama sel, mengambil air secara osmosis dan bergabung satu sama
lain. Sel dewasa sering memiliki vakuola yang mengisi 80-90% atau lebih
volume sel, dan protoplasmanya tersisiih hingga hanya berupa lapisan tipis di
antara tonoplas dan plasmalemma. Beberapa sel yang aktif membelah juga
dapat bervakuola besar

2.2. Makromolekul
Makromolekul adalah molekul yang sangat besar. Polimer baik itu alami maupun
sintetik merupakan makromolekul, misalnya hemoglobin. Beberapa senyawa non-
polimer juga ada yang termasuk ke dalam makromolekul, misalnya lipid. Bagaimanapun
juga, sistem jaringan atom besar lainnya seperti ikatan kovalen logam tidak dapat
dikatakan sebagai makromolekul. Istilah makromolekul ini pertama kali diperkenalkan
oleh pemenang hadiah nobel Hermann Staudinger sekitar tahun 1920an. Makromolekul
terdiri dari Hidrogen, karbon, nitrogen, oksigen, belerang, dan fosfor.

2.2.1. Jenis – Jenis Makromolekul


A. Karbonhidrat
Karbohidrat merupakan salah satu senyawa yang terdiri atas karbon,
hidrogen, dan oksigen. Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi pada
hewan dan tumbuhan. Pada kebanyakan tumbuhan, karbohidrat juga sebagai
penyusun penting dinding sel yang berperan sebagai elemen penyokong.
Jaringan hewan memiliki karbohidrat yang lebih sedikit. Karbohidrat yang
penting diantaranya adalah glukosa, galaktosa, glikogen, gula amino dan
polimernya.
Karbohidrat terbagi atas beberapa golongan diantaranya :

1. Monosakarida.
Ini merupakan gula paling sederhana dengan formula empirik
Cn(H2O)n. Klasifikasi monosakarida berdasarkan jumlah atom karbon
misalnya triose, heksose. Pentose, ribose, dan deoksiribose ditemukan
dalam molekul asam nukleat. Pentose dan ribulose sangat penting dalam
fotosintesis. Sedang glikose dan heksose adalah sumber utama energi pada
sel. Heksose yang penting lainnya adalah galaktose, terdapat pada laktose
disakarida, dan fruktose (levulose) pembentuk bagian dari sukrose.

2. Disakarida.
Disakarida merupakan gula yang dibentuk oleh kondensasi dua
monomer monosakarida yang kehilangan satu molekul air. Formula
empiriknya C12H22O11. Golongan ini yang paling penting adalah sukrose
dan maltose pada tumbuhan dan laktose pada hewan.

3. Polisakarida.
Polisakarida merupakan hasil kondensasi antara banyak molekul
monosakarida dengan kehilangan molekul air. Formula empiriknya
(C6H10O5)n. Bila dihidrolisis menghasilkan molekul gula sederhana.
polisakarida yang paling penting pada organisme hidup adalah amilum dan
glikogen, subtansi cadangan makanan dalam sel tumbuhan dan hewan serta
selulosa yang merupakan elemen struktural penting pada sel tumbuhan.
Amilum merupakan kombinasi dua molekul monosakarida yang panjang
dimana tersusun atas amilosa yang tak bercabang dan amilopektin yang
memiliki cabang. Sedangkan glikogen tersusun atas banyak molekul
glukosa. Ini terdapat pada banyak jaringan dan organ, yang terbesar
terdapat di sel hati dan serabut otot.

4. Polisakarida kompleks dan glikoprotein.


Disamping polisakarida yang tersusun oleh monomer heksosa, juga
terdapat molekul yang lebih panjang dan kompleks yang mengandung
nitrogen amino yang dapat mengalami asetilasi atau subtitusi dengan asam
sulfat atau asam fosfat. Semua polimer ini sangat penting dalam organisme
molekuler terutama sebagai subtansi interseluler. Polisakarida ini bersifat
bebas atau terikat dengan protein sebagai contoh :
a. Polisakarida netral.
Hanya mengandung asetilglikosamin contohnya khitin yakni subtansi
penyokong pada insekta dan crustaceae.

b. Mukopolisakarida asidik.
Mengandung asam sulfat atau lainnya dalam molekul itu.
Molkekul ini sangat bersifat basofilik. Yang termasuk adalam golongan
ini yaitu heparin, kondriotin sulfat, umbilical cord, asam hialuronat.

c. Glikoprotein.
Suatu komplek yang tersusun dari protein dan gugus prostetik
karbohidrat. Beberapa monosakarida seperti galaktosa, manosa, juga
N-asetil-D-glukosamin dan asam sialat dapat ditemukan dalam molekul
ini. Glikoprotein dapat dibedakan menjadi dua macam yakni
glikoprotein intraseluler dan glikoprotein sekretorik.

Karbohidrat pada membran plasma terikat pada protein atau lipida dalam
bentuk glikolipida dan glikoprotein. Glikolipida merupakan kumpulan
berbagai jenis unit-unit monosakarida yang berbeda seperti gula-gula
sederhana D-glukosa, D-galaktosa, D-manosa, L-fruktosa, L-arabinosa, D-
xylosa, dan sebagainya. Karbohidrat ini memegang peranan penting dalam
berbagai aktivitas sel, antara lain dalam sistim kekebalan. Karbohidrat pada
membran plasma merupakan hasil sekresi sel dan tetap berasosiasi dengan
membran membentuk glikokaliks. Biasanya para dokter dapat mengetahui
setiap sel normal atau abnormal melalui glikolipid dan glikoproteinnya
Molekul glikoforin membran
Untuk membran plasma pada eukariot memiliki karbohidrat yang terikat
secara kovalen dengan protein dan lemak. Komponen karbohidrat dari
memran plasma berjumlah sekitar 2 – 10% dari total berat membran plasma,
bergantung kepada spesies dan tipe sel. Sebagai contoh membran plasma sel
darah merah memiliki 52% protein, 40% lemak dan 8 % karbohidrat. Dari 8%
tersebut, 7 % berikatan dengan lemak membentuk glikolipid dan 93%
berikatan dengan protein membentuk glikoprotein.

Komponen penyusun membran sel


Selaput plasma merupakan selaput yang asimetris, molekul-molekul
lipida pada bagian luar selaput berbeda dengan lipida pada selaput bagian
dalam. Demikian pula polipeptida yang tersebut pada kedua lembaran lipid
bilayer juga berbeda. Penyabaran karbohidrat juga asimetris. Rantai-rantai
molekul dari sebagian besar glikolipid, glikoprotein dan dan proteo glikan
pada selaput plasma tidak pernah berada pada permukaan sitosolik.

B. Protein
Protein merupakan merupakan susunan 20 macam asam amino yang
dihubungkan dengan ikatan peptide. Berdasarkan susunan molekulnya, protein
dikelompokkan menjadi:
1. Protein Struktural berperan sebagai penyokong dan penunjang
a. Struktural intrasel berada di dalam sel berperan dalam pembentukan
sitoskelet
Contoh: tubulin, aktin dan myosin.
b. Struktural ekstrasel terdapat pada organisme multisel
Contoh: kolagen dan keratin

2. Protein Dinamis yaitu protein yang terlibat langsung dalam metabolisme


sel, mudah terurai dan terakit kembali.
Contoh: enzim, hormone dan pigmen.
Protein adalah komponen protoplasma yang sangat penting disamping air.
Peran protein dalam sel antara lain:
1. Sebagai katalisator berbagai reaksi kimia yang terdapat pada sel, yaitu
sebagai bagian penyusun enzim.
2. Memberi kekuatan structural sel, yaitu tubulin, aktin dan myosin yang
berperan dalam pembentukan sitoskelet.
3. Memantau permeabilitas selaput, yaitu protein yang menyusun membrane
sel
4. Menyebabkan gerakan yang terjadi dalam sel
5. Memantau kegiatan sel
6. Mengatur kadar metabolit yang diperlukan

Protein yang terdapat dalam membran dan sitoplasma (organel) sel:


1. Membran plasma
Protein yang terdapat pada selaput plasma sebesar 60 % dari seluruh
berat selaput plasma. Protein yang terdapat dalam membrane terutama
berbentuk stromatin, yaitu jenis protein yang tidak larut dalam air. Karena
membran sel bersifat semipermable maka membutuhkan cara untuk
berkomunikasi dengan sel lain dan pertukaran nutrisi dengan ruang
ekstraselular. Peran-peran ini terutama diisi oleh protein. Protein adalah
molekul kelas terpisah yang tidak terkait dengan lipid dan terdiri dari
asam amino. Protein adalah jauh lebih besar daripada lipid dan bergerak
lebih lambat, tetapi ada beberapa yang bergerak dalam kelihatannya
terarah sementara yang lain melayang. Jumlah dan tipe protein yang ada
pada membran sangat bervariasi pada setiap membran dari sel tergantung
pada fungsi spesifik yang diembannya. Secara umum protein membran
digolongkan menjadi dua, yaitu protein integral dan protein perifer.
a. Protein Integral
Protein membran terpadu (integral membrane proteins) adalah
protein yang menembus membran pada kedua permukaannya atau
membentang diantara kedua permukaan membran. Protein integral
transmembran protein, dengan daerah hidrofobik yang sepenuhnya
span interior yang hidrofobik membran. Bagian protein terkena
interior dan eksterior dari sel hydrophillic. Protein Integral dapat
berfungsi sebagai pori-pori yang memungkinkan ion selektif atau
nutrisi ke dalam sel. Mereka juga mengirimkan sinyal ke dalam dan
keluar dari sel. Protein ini meliputi beberapa jenis, yaitu :
1) Protein Transmembran
Merupakan protein yang menembus membran pada kedua sisi,
baik yang satu kali menembus membran (singlepass protein)
ataupun yang beberapa kali menembus membran (multipass
protein). Setiap tembusan membran merupakan struktur α-heliks
dengan bagian yang tertanam dalam lipid bilayer, sehingga masuk
akal bila bagian struktur primer protein yang menembus membran
tersusun oleh jenis asam amino yang hidrofobik. Bagian
hidrofobik dari protein tersebut berinteraksi dengan bagian ekor
dari fosfolipid, sementara bagian hidrofiliknya muncul pada kedua
permukaan membran (sisi luar dan sisi dalam sitoplasmik).
Bagian protein yang menyembul pada kedua sisi permukaan
tentulah bersifat hidrofilik, sehingga mampu berinteraksi dengan
lingkungan air.

2) Protein Integral yang Bagian Utamanya Terletak di Permukaan


Membran Sisi Interior Sel
Protein ini berasosiasi dengan membran bilayer melalui
perantaraan ikatan kovalen dengan rantai asam lemak atau rantai
lipid khusus seperti gugus prenyl. Protein ini disintesis sebagai
protein terlarut pada sitosol dan mengalami modifikasi berikatan
dengan gugus lipid secara kovalen pasca translasi, yaitu di dalam
retikulum endoplasma dan badan golgi.

3) Protein Integral yang Bagian Utamanya Terletak di Permukaan


Membran Sisi Luar Sel
Protein ini berikatan dengan fosfatidil kolin inositol dengan
perantaraan oligosakarida yang berikatan secara kovalen.
b. Protein Perifer
Protein ini merupakan protein yang terletak di daerah perifer
dari kedua sisi membran (sisi sitoplasmik dan sisi luar) dan
berinteraksi dengan protein membran lain secara non kovalen, tidak
berinteraksi dengan fosfolipid lapis ganda. Tidak seperti protein yang
intergral span membran, protein perifer berada pada satu sisi
membran dan sering melekat pada protein perifer proteins. Protein
integral berfungsi sebagai titik anchor untuk Sitoskeleton atau
ekstraselular serat.

Fungsi dari protein integral dan perifer dalam membran plasma sangat
bervariasi, diantaranya :

a) Sebagai enzim yang melekat membran


Contoh enzim beta glukosidase untuk membebaskan auksin pada sel-
sel saat perkecambahan dan protein integral pada membran mitokondria
atau kloroplas yang berfungsi untuk enzim-enzim transpor elektron
(peristiwa oksidasi dan reduksi molekul pembawa protin dan elektron
sambil membentuk ATP secara bersamaan).
b) Sebagai mediator transpor aktif
Contoh pada sel dinding usus halus pada saat menyerap sari makanan ke
dalam pembuluh darah.
c) Sebagai elemen struktural membran plasma
d) Sebagai pompa proton pada membran dalam mitokondria
e) Sebagai reseptor (penerima) hormon dan faktor pertumbuhan sel
Contoh hormon estrogen menempel ke reseptor estrogen dan memberi
pesan perintah sel tersebut untuk melaksanakan sintesis protein sesuai yang
dikehendaki (misal sel penanda pertumbuhan sekunder hewan) untuk
kedewasaan seksual.
f) Sebagai identitas sel
Identitas ini biasa dikenali karena protein yang menghadap keluar sel
mengandung oligosakarida. Protein tersebut dinamakan glikoprotein.
g) Sebagai cara membedakan antara sel diri (self) dan sel asing (non self)
Contoh pada reaksi pencangkokan sel asing, sel diri mengenali sel
asing karena adanya perbedaan glikoprotein.

Sitoplasma
2.
Sitosol merupakan bagian dari sitoplasma yang berupa cairan di sela-
sela organel berselap

Pada inti sel, protein terdapat pada DNA yang merupakan senyawa
utama yang membentuk protein. Protein yang disintesis pada ribosom
melalui proses replikasi dan translasi. Ribosom yang terdapat pada RE
mempunyai susunan 50 % protein. Pada kompleks golgi berlangsung
proses pembentukan glikoprotein yang merupakan gabungan glukosa dan
protein. Protein yang terbentuk dari asam-asam amino dalam ribosom
dibawa ke RE, kemudian diteruskan ke dalam kompleks golgi yang
merupakan tempat terbentuknya glikoprotein.

C. Lipid
Lipid adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak
larut di dalam air, yang dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut non-
polar, seperti kloroform atau ester. Lipida polar adalah komponen utama
membran sel, yaitu “tempat” terjadinya reaksi-reaksi metabolik. Banyak dari
sifat membran sel yang merupakan pencerminan kandungan lipida polarnya.
Membran sel berfungsi untuk melindungi sel dari lingkungan dan juga
memungkinkan adanya kompartment- kompartment di dalam sel untuk
aktivitas metabolik, serta terdapat sisi pengenalan atau reseptor yang berbeda-
beda yang dapat mengenali sel lain, mengikat hormon tetentu, dan merasakan
berbagai isyarat lain dari lingkungan luar. (Lehninger, 1982)
Lipida membran yang paling banyak yaitu fosfolipida. Fosfolipida
berfungsi terutama sebagai unsur struktural membran dan tidak pernah
disimpan dalam jumlah banyak. Lipida ini mengandung fosfor dalam bentuk
gugus asam fosfat. Fosfolipida utama yang ditemukan pada membran adalah
fosfogliserida, yang mengandung 2 molekul asam lemak yang berikatan ester
dengan gugus hidroksil pertama dan kedua pada gliserol.

Spingolipid juga merupakan komponen membran yang mempunyai


kepala bersifat polar dan 2 ekor non polar, tetapi senyawa ini tidak
mengandung gliserol. Spingolipid tersusun atas satu molekul alkohol amino
berantai panjang spingosin, atau satu di antara senyawa turunannya, dan satu
alkohol polar pada bagian kepala. Ada 3 subkelas spingolipid :

1. Spingomielin
Senyawa ini mengandung fosfokolin atau fosfoetanolamin sebagai
golongan polar pada bagian kepalanya. Spingolipid terdapat di hampir
semua membran sel-sel hewan, selubung myelin yang mengelilingi sel-sel
syaraf tertentu.
2. Serebrosida
Serebrosida tidak mengandung fosfat dan tidak memiliki muatan listrik
karena gugus polar kepalanya bersifat netral. Serebrosida seringkali
disebut glikospingolipid karena gugus pada bagian kepala molekul ini
secara khas terdiri dari satu atau lebih unit gula. Golongan ini adalah
glikolipida, suatu nama umum bagi lipida yang mempunyai gugus gula.
Beberapa nama spesifiknya yaitu galaktoserebrosida yang secara khas
ditemukan pada membran sel otak dan glukoserebrosida yang
mengandung D-glukosa terdapat di dalam membran sel jaringan bukan
syaraf.

D. Asam Nukleat
Asam Nukleat berfungsi sebagai tempat penyimpanan sifat individu
yang diwariskan, penyimpanan energi, dan koenzim. Asam nukleat
merupakan polinukleotida, yaitu suatu polimer yang satuan penyusunnya
adalah nukleotida. Nukleotida terdiri atas 3 komponen, yaitu basa
nitrogen, pentosa (gula berkarbon lima), dan gugus fosfat. Ada dua
golongan basa nitrogen, yaitu pirimidin dan purin. Basa nitrogen pirimidin
terdiri atas timin (T), sitosin (S), dan urasil (U) sedangkan purin terdiri
atas Adenin (A) dan guanin (G).

Berdasarkan jenis nukleotidanya, maka nukleat dibedakan menjadi dua


macam, yaitu asam ribonukleat (RNA) dan asam deoksiribonukelat
(DNA). Molekul DNA dan RNA memiliki beberapa perbedaan pokok.
DNA hanya memilik satu macam jenis, sedangkan RNA memiliki tiga
macam jenis, yaitu m-RNA (mesengger RNA sebagai pembawa pesan), r-
RNA ( ribosomal RNA yang terdalapat dalam ribosom), dan t-RNA
(transfer RNA untuk membawa asam amino).
Nukleotida tidak hanya terdapat dalam molekul DNA dan RNA, tetapi
juga terdapat dalam molekul lainnya sebagai penyimpanan energi dan
koenzim. Molekul nukleotida penyimpinan energi, misalnya adenosin
monofosfat (AMP), adenosin difosfat (ADP), adenosin trifosfat (ATP),
guanosin monofosfat (GMP), guanosin trifosfat (GTP), sitidin trisfosfat
(STP), dan uridin monofosfat (UMP). Molekul nukleotida yang digunakan
koenzim, contohnya adalah nikotinamida adenin dinukleotida (NAD+),
flavin adenin dinukletoida (FAD, dan flavin mononukelotida (FMN).
KESIMPULAN

Semua organisme hidup terdiri atas sel, dapat berupa organisme tunggal (uniseluler)
atau bersel banyak (multiseluler). Setiap sel merupakan unit fungsional dan struktural dari
bentuk hidup. Sel tumbuhan mempunyai bentuk, ukuran dan struktur yang bervariasi.

Perbedaan pokok sel tumbuhan dan sel hewan adalah bahwa sel tumbuhan
mempunyai dinding sel, adanya plastid dan vakuola yang membesar. Sel tumbuhan berbentuk
seperti peluru, kubus, poliedrik, prisma dan memanjang. Bagian yang ada di sebelah dalam
dinding sel disusun oleh bahan yang disebut protoplasma yang berarti bahan hidup. Bagian
yang disusun oleh protoplasma disebut protoplas.

Bagian-bagian sel yang bersifat hidup (protoplasmik) merupakan sebagian dari


protoplas, terdiri atas sitoplasma beserta sistim membrane, inti sel, plastida dan mitokondria.
Di dalam sel juga terdapat bagian-bagian yang tidak hidup (non-protoplasmik), yang berada
di dalam plasma dan plastid terdiri atas bagianbagian yang bersifat cair dan padat. Dinding
sel merupakan bagian yang sel yang tidak hidup terletak di luar plasma

Anda mungkin juga menyukai