Disusun Oleh:
Kelompok 13
Nama Anggota :
Hesty (204840111)
JURUSAN FARMASI
TAHUN 2020/2021
A.PENDAHULUAN
Farmakognosi berasal dari dua kata Yunani yaitu Pharmakon yang berarti
obat dan gnosis yang berarti ilmu atau pengetahuan. Farmakognosi berarti
pengetahuan tentang obat. Definisi yang mencakup seluruh ruang lingkup
farmakognosi diberikan oleh Fluckiger, yaitu pengetahuan secara serentak berbagai
macam cabang ilmu pengetahuan untuk memperoleh segala segi yang perlu
diketahui tentang obat (Widyastuti, 2004). Ruang lingkup Farmakognosi adalah
sebagai bagian biofarmasi, biokimia dan kimia sintesa, sehingga ruang lingkupnya
menjadi luas seperti yang diuraikan dalam definisi Fluckiger. Di Indonesia saat ini
untuk praktikum Farmakognosi meliputi segi uji makroskopis, mikroskopis
organoleptis dan fitokimia.
Uji secara makroskopik, yaitu dengan mengamati warna, bau dan bentuk
simplisia, uji secara mikroskopik yaitu amati warna serbuk dan kemudian serbuk
sampel diberi kloralhidrat yang kemudian diamati di bawah mikroskop untuk melihat
fragmen pengenalnya, uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui kebenaran
simplisia menggunakan panca indra dengan mendeskripsikan bentuk, warna, bau,
dan rasa, sedangkan pengujian fitokimia adalah pengujian untuk mengetahui secara
kualitatif kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam sampel.
Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat ini sudah lama dimiliki oleh
nenek moyang kita dan hingga saat ini telah banyak yang terbukti secara ilmiah dan
pemanfaatan tanaman obat Indonesia akan terus meningkat mengingat kuatnya
keterkaitan bangsa Indonesia terhadap tradisi kebudayaan memakai jamu. Bagian-
bagian tanaman yang di gunakan sebagai bahan obat yang disebut simplisia. Istilah
simplisia dipakai untuk menyebut bahan-bahan obat alam yang masih berada dalam
wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk (Gunawan, 2004). Pada
pembahasanan kali ini memuat penjelasan dari salah satu simplisia yaitu caulis
salvadora persica.
Kayu siwak adalah salah satu tanaman herbal yang digunakan sebagai
pembersih gigi. Kayu siwak (Salvadora persica) mengandung senyawa kimia yang
diduga berpotensi sebagai daya antibakteri (Dorout, dkk., (2000). Kandungan siwak
seperti: trimetilamin, alkaloid yang diduga sebagai salvadorin, klorida, fluorida dan
silika, sulfur, vitamin C, saponin, flavonoid dan sterol (ElMostehy; dkk., (1983). Efektif
untuk mengurangi plak pada gigi tanpa menyebabkan luka pada gigi (Zaenab, 2004;
Salehi, 2006).
1.2 Tujuan
B.ISI
A.Morofologi
Senyawa didalam kayu siwak yaitu terpenoid, Siwak memiliki kandungan berbagai
alkaloid, tanin dan flavonoid berfungsi sebagai zat aktif yang bermanfaat bagi gigi,
antibakteri pada penyakit periodontal karena infeksi antara lain fluoride, vitamin C,
bakteri misalnya oleh Staphylococcus aureus. antimikroba (benzyl isotiosianat), dan
sulfur yang berfungsi untuk
Selain itu senyawa metabolit sekunder yang membersihkan gigi secara mekanik
terkandung dalam kayu siwak fraksi eter yaitu dan mencegah radang gusi.
terpenoid, alkaloid dan tanin.
C.PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah diuraikan dalam paper ini, maka dapat
disimpulkan bahwa paper ini menjelaskan mengenai caulis salvadora persica, dan
membahas mengenai pengamatan makroskopis, mikroskopis, organoleptis, serta
mengidentifikasi kandungan fitokimia dan manfaat caulis salvadora persica secara
farmakologi.
D.DAFTAR PUSTAKA