Sumber:
https://acutecaretesting.org/en/articles/an-introduction-to-acidbase-
balance-in-healthand-disease
1. Dalam keadaan normal, rasio antara [HCO3-] dan [CO2] di CES adalah 20:1; yaitu
terdapat 20 kali lebih banyak HCO3- daripada CO2. Kita memasukkan rasio ini ke
dalam rumus kita:
Namun, jika asam karbonat dapat terus menerus dihilangkan dari sistem dan
bikarbonat terus menerus dibuat ulang, maka kapasitas penyangga dan oleh karena
itu pH dapat dipertahankan meskipun ion hidrogen terus ditambahkan.
Sumber :
https://acutecaretesting.org/en/articles/an-introduction-to-acidbase-
balance-in-healthand-disease
https://chem.libretexts.org/Ancillary_Materials/Reference/Organic_Ch
emistry_Glossary/Henderson-Hasselbach_Equation
Proses sekresi H+ dimulai di sel tubulus dengan CO2 dari beberapa sumber :
1. CO2 berdifusi ke dalam sel tubulus dari plasma atau cairan tubulus
2. atau CO2 di produksi secara metabolik di dalam sel tubulus.
1. Sel interkalasi tipe A merupakan sel penyekresi H+, pereabsorpsi HCO3-, dan
pereabsorpsi K+. Mereka menyekresi H+ secara aktif ke dalam lumen tubulus
melalui dua jenis mekanisme transpor aktif primer: Pompa H+ ATPase dan pompa
K+-H+ATPase. Pompa K+-H+ ATPase menyekresi H+ sebagai pertukaran terhadap
penyerapan K+. HCO3- dihasilkan dalam proses pembentukan H+ dari CO2
dibawah pengaruh karbonat anhidrase yang memasuki darah (direabsorpsi) sebagai
pertukaran terhadap Cl- pada membran basolateral melalui antiporter CI--HCO3-.
2. Sel interkalasi tipe B merupakan sel penyekresi K+, penyekresi HCO3-, dan
reabsorpsi H+, aksinya berlawanan dengan sel Tipe A. Berkebalikan dengan sel A,
pompa H+ ATPase dan pompa K+-H + ATPase aktif berlokasi di membran
basolateral dan antiporter CI--HCO3- terletak pada membran luminal. Dalam hal
ini, ketika H+ dan HCO3- dihasilkan dari hidrasi CO2 di bawah pengaruh karbonat
anhidrase, HCO3- bergerak ke dalam lumen tubulus (disekresi) sebagai pertukaran
terhadap Cl-, dan H+ direabsorpsi menuju plasma sebagai pertukaran terhadap
menembus membran basolateral. Sel interkalasi Tipe A lebih aktif dibandingkan sel
interkalasi Tipe B dalam situasi normal, dan aktivitasnya bahkan meningkat selama
asidosis. Sel interkalasi Tipe B menjadi lebih aktif selama alkalosis.
Jika terdapat asidosis, sel-sel tubulus menyekresi amonia (NH3) ke dalam cairan
tubulus segera setelah dapar fosfat urine normal tersaturasi. NH3 ini memungkinkan
ginjal terus mensekresi ion H+ tambahan karena NH3 berikatan dengan H+ bebas di
cairan tubulus untuk membentuk ion amonium (NH4+) sebagai berikut:
NH3 + H+ → NH4+
Membran tubulus tidak terlalu permeabel bagi NH4+ sehingga ion amonium tetap
berada di cairan tubulus dan keluar di urine, masing-masing membawa satu H+
bersamanya. Karena itu, NH3 yang disekresikan selama asidosis mendapat
kelebihan H+ di cairan tubulus sehingga dapat disekresikan H+ dalam jumlah besar
sebelum pH urine turun di bawah ambang pembatas 4,5. Jika tidak terdapat sekresi
NH3, tingkat sekresi H+ akan dibatasi oleh berapapun kapasitas dapar fosfat yang
kebetulan ada yang berasal dari kelebihan fosfat yang dikonsumsi daripada yang
dibutuhkan.
Sumber :
Sherwood, Lauralee. (2013). Human physiology : from cells to systems. Belmont, CA
:Brooks/Cole, Cengage Learning
2f. Interpret the result of blood gases. (Interpretasikan hasil gas
darah.)
Analisis gas darah adalah alat diagnostik yang umum digunakan untuk
mengevaluasi tekanan parsial gas dalam darah dan kandungan asam-basa.
Pemahaman dan penggunaan analisis gas darah memungkinkan penyedia
untuk menafsirkan gangguan pernapasan, peredaran darah, dan metabolisme.
Komponen ABG:
pH = mengukur keseimbangan asam-basa darah
PaO2 = mengukur tekanan parsial oksigen dalam darah arteri
PaCO2 = mengukur tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri
HCO3 = konsentrasi bikarbonat yang dihitung dalam darah arteri
Kelebihan / kekurangan basa = menghitung kelebihan atau kekurangan basa
relatif dalam darah arteri
SaO2 = saturasi oksigen arteri yang dihitung kecuali jika diperoleh ko-
oksimetri, dalam hal ini diukur
Normal ABG values
pH = 7.40 (7.35 - 7.45)
PaCO2 = 40 (35 - 45) mmHg
PaO2 = 80 - 100 mmHg
HCO3 = 22 - 26 m eq/L
O2 saturation = 95 - 100%
Base Excess = + or -2
Bila dibawah normal disebut acidosis, bila diatas normal disebut Alkolisis.
- CO2 yg meningkat akan menurunkan pH dan sebaliknya, CO2 yang rendah
akan menaikan PH
- HCO3 adalah komponen metabolik yang berhubungan dengan pH. Jika
HCO3 rendah maka akan menurunkan pH, HCO3 yang meningkat akan
menaikan pH. Jika CO2 yang menyebabkan acidosis ( penurunan pH) maka
ada penurunan sistem pernafasan, kemudian jika HCO3 yang menyebabkan
acidosis (penurunan pH) maka ada penurunan sistem metabolik. Begitupun
sebaliknya pada alkolisis
- Bila ada penurunan pO2 dan O2 maka akan terjadi hypoxemia
2g. Calculate the anion gap and describe its clinical utility. (Hitung
anion gap dan jelaskan kegunaan klinisnya.)
Konsentrasi anion dan kation dalam plasma harus sama besar untuk menjaga
kenetralan listrik. Oleh karena itu. tidak ada ''anion gap" yang sebenarnya dalam
plasma. Walaupun demikian, hanya kation dan anion tertentu yang diukur secara
rutin dalam laboratorium klinik. Kation yang normalnya diukur adalah Na+ . dan
anion biasanya CI- dan HCO3-. Anion gap" (yang hanyalah konsep diagnostik)
merupakan perbedaan antara anion yang tidak terukur dan kation yang tidak
terukur, dan diperkirakan sebagai:
Anion gap plasma = [Na+ ] - [HCO3 - ] - [Cl- ] = 144 - 24 - 108 = 12 mEq/L
Anion gap akan meningkat bila anion yang tidak terukur meningkat atau bila kation
yang tidak terukur menurun. Kation tidak terukur yang paling penting meliputi
kalsium. magnesium, dan kalium
sedangkan anion tidak terukur yang penting adalah albumin, fosfat, sulfat, dan
anion organik lainnya. Biasanya anion tidak terukur melebihi kation tidak terukur
dan anion gapnya berkisar antara 8 dan 16 mEq. Anion gap plasma digunakan
terutama dalam mendiagnosis berbagai penyebab asidosis metabolik. Pada asidosis
metabolik, HCO3 plasma menurun. Bila konsentrasi natrium plasma tidak berubah,
konsentrasi anion (baik CI- atau suatu anion tidak terukur) harus meningkat untuk
mempertahankan kenetralan listrik. Bila Cl- plasma meningkat sebanding dengan
penurunan HCO3 plasma, anion gap akan tetap normal. Keadaan ini sering disebut
sebagai asidosis metabolik hiperkloremik. Bila penurunan HCO3- plasma tidak
disertai dengan peningkatan Cl-, harus ada peningkatan kadar anion tidak terukur
dan juga peningkatan anion gap yang dihitung. Asidosis metabolik yang disebabkan
oleh kelebihan asam non-volatil (selain HCl), seperti asam laktat atau asam keton,
terkait dengan peningkatan anion gap plasma karena penurunan HCO3- tidak
disertai dengan peningkatan CI- yang sebanding. Beberapa contoh asidosis
metabolik yang terkait dengan anion gap yang normal atau meningkat ditunjukkan
dalam Tabel 30-4. Dengan menghitung anion gap, kita dapat mempersempit
beberapa penyebab asidosis metabolik.
Jessica Caroline Harli – 01071200178 : (3a-3d)