Anda di halaman 1dari 35

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Asuhan Keperawatan pasien Hipertensi

2.1.1.1 Pengkajian

Pegkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang

bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat

mengientifikasi, mengenai masalah-masalah kebutuhan kesehatan

keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan

(Dermawan,2012). Pengkajian hipertensi menurut Wijaya dan Putri, 2013:

a. Data Biografi : Nama, alamat, umur, tanggal MRS, diagnose

medis, penanggungjawab, catatan kedatangan

b. Riwayat kesehataan

(1) Keluhan utama : Biasanya pasien datang ke RS dengan

keluhan kepala terasa pusing dan bagian kuduk terasa

berat, tidak bisa tidur.

(2) Riwayat Kesehatan Sekarang : Biasanya pada saat

dilakukan pengkajian pasien masih mengeluh kepala

terasa sakit dan berat, penglihatan berkunang-kunang,

tidak bisa tidur.

(3) Riwayat kesehatan dahulu : Biasanya penyakit hipertensi

ini adalah penyakit yang menahun yang sudah lama


dialami oleh pasien dan biasanya pasien mengkonsumsi

obat rutin seperti Captopril.

(4) Riwayat kesehatan keluarga : Biasanya penyakit

hipertensi ini adalah penyakit keturunan.

c. Data dasar pengkajian

1. Aktifitas/ istirahat

Gejala : kelemahan, letih,nafas pendek, gaya hidup monoton

Tanda : Frekwensi jantung meningkat,perubahan irama jantung

2. Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner.

Tanda : krnaikan tekanan darah, tachycardi, disatrythmia.

3. Intergritas ego

Gejala : ancietas,depresi, marah kronik, faktor-faktor stress.

Tanda : letupan suasana hati, gelisah, otot mulai tegang.

4. eliminasi

Riwayat penyakit ginjal, obstruksi.

5. Makanan/cairan
Gejala : makanan yang disukai ( tinggi garam, tinggi lemak, tinggi

kolesterol), mual, muntah, perubahan berat badan (naik/turun),

riwayat penggunaan diuretik.

Tanda : Berat badan normal atau obesitas, adanya oedem.

6. Neurosensori

Gejala : keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital,

gangguan penglihatan

Tanda : status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir, memori,

perubahan retina optik

Resppon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan.

7. Nyeri/ ketidaknyamanan

Gejala : angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri

abdomen/massa.

8. pernafasan

Gejala : dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tachypnea,

batuk dengan/ tanpa sputum, riwayat merokok

Tanda : Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/

penggunaan alat bantu pernafasan.

9. keamanan
Gejala : gangguan koordinasi, cara berjalan.

2.1.1.2 Diagnosa

1. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan

dengan penurunan curah jantung

2. pola nafas inefektif berhubungan dengan dyspnea

3. gangguan nyaman nyeri berhubungan dengan

hipoksia jaringan otak

4. gangguan istirahat tidur berhubungan dengan

sakit kepala.

5. intoleransi aktifitas berhubungan dengan

kelemahan fisik.

6. kurang pengetahuan berhubunngan denga

kurang terpapar sumber informasi

2.1.1.3 Perencanaan

1. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan

penurunan curah jantung

Tujuan : berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan

darah / beban kerja jantung

Kriteria hasil :

a. Mempertahankan tekanan darah dalam rentang yang dapat diterima


b. Memperlihatkan irama dan frekuensijantung stabil dalam rentang

normal pasien.

Intervensi Rasional
1. Pantau tekanan darah, 1. Perbandingan dari tekanan

ukur pada kedua tangan/ memberikan gambaran yang

pada paha untuk evaluasi lebih lengkap tentang

awal. keterlibatan/bidang masalah

2. Catata keberadaan, vaskular.

kualitas denyutan sentrak 2. Denyutan karotis, jugularis,

dan perifer. radialis, dan femoralis mingkin

3. Amati warna kulit, teramati/terpalpasi.

kelembaban, suhu, dan 3. Adanya pucat, dingin, kulit

masa pengisian kapiler. lembab, dan masa pengisian

kapiler lambat mungkin

berkaitan dengan

vasokonstriksi/mencerminkan

4. Pertahankan pembatasan penurunan curah jantung.

aktivitas seperti istirahat 4. Menurunkan stress dan

ditempat tidur atau kursi. ketegangan yang

mempengaruhi TD dan

perjalanan penyakit hipertensi.

5. Kolaborasi pemberian 5. Tiazid mungkin digunakan

terapi sesuai indikasi, sendiri atau dicampur dengan


misalnya diuretik Tiazid. obat lain untuk menurunkan

TD pada pasien dengan fungsi

ginjal yang relatif normal

2. Pola nafas inefektif berhubungan dengan dispnea.

Tujuan : mempertahankan pola nafas yang efektif, dengan

kriteria hasil, frekuensi dan irama pernafasan dalam rentang

normal.

Intervensi Rasional
1. Evaluasi frekuensi 1. Pengenalan diri dan

pernafasan dan pengobatan ventilasi

kedalaman. abnormal dapat mencegah

2. Auskultasi bunyi komplikasi.

nafas, catat area yang 2. Bunyi nafas sering

menurun/tak ada bunyi menurun pada dasar paru

nafas dan adanya sehubungan dengan

bunyi tambahan. terjadinya atelektasis.

3. Tinggikan kepala 3. Merangsang fungsi

tempat tidur letakkan pernapasan/ekspansi paru.

pada posisi semi 4. Menunjukan kondisi

fowler. hipoksia sehubungan

4. Lihat membran dengan komplikasi paru.

mukosa, kulit untuk 5. Meningkatkan pengiriman


adanya cianosis. O2 ke paru untuk

5. Kolaborasi pemberian kebbutuhan sirkulasi

O2 sesuai indikasi. khususnya pada adanya

penurunan/gangguan

ventilasi

3. Gangguan nyaman nyeri berhungan dengan hipoxia

jaringan otak.

Tujuan: Melaporkan nyeri /ketidaknyamanan hilang kontrol.

Kriteria hasil: mengungkapkan metode yang memberikan

pengurangan.Mengurangi regimen farmakologi yang

diresepkan

Intervensi Rasional
1. Mempertahankan tirah 1. Meminimalkan

baring selama fase akut. stimulasi/meningkatkan

relaksasi

2. Berikan tindakan non 2. Tindakan yang menurunkan

farmakologi untuk tekanan vascular serebral dan

mehilangkan sakit yang memperlambat respon

kepala,misalnya kompres simpatis efektip dalam

dingin pada dahi, pijat menghilangkan sakit kepala dan

punggung dan leher. komplikasi.

3. Aktivitas yang meingkatkan


3. Hilangkan/minimalkan vasokonstriksi menyebabkan

aktivitas vasokonstriksi sakit kepala pada adanya

yang dapat meningkatkan peningkatan tekanan vaskuler

sakit kepala, misalnya serebral.

mengejan saat BAB. 4. Pusing dan penglihatan kabur

sering berhubungan dengan

4. Bantuan pasien dalam sakit kepala.

ambulasi sesuai kebutuhan. 5. Menurunkan atau mengontrol

nyeri dan menurunkan

5. Kolaborasi pemberian rangsangan sistem syaraf

analgetik sesuai indikasi. simpatis.

4. Gangguan istirahat tidur b/d sakit kepala.

Tujuan: Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat dengan penurunan

nyeri.

Kriteria hasil: Tampak/melaporkan dapat beristirahat yang cukup.

Intervensi Rasional
1. Berikan kesempatan untuk 1. Karena aktivitas fisik dan

beristirahat/tidur sejenak, mental yang lama

turunkan aktivitas mental/fisik mengakibatkan kelelahan

pada sore hari. sehingga mengurangi waktu

tidur.
2. Lengkapi jadwal tidur dan ritual 2. Penguatan bahwa saatnya tidur

secara teratur. dan mempertahankan kestabilan

lingkungan

3. Berikan makanan kecil pada sore 3. Meningkatkan relaksasi dengan

hari, susu hangat dan massase perasaan mengantuk.

punggung.

4. Putarkan musik yang lembut atau 4. Menurunkan stimulasi sensori

suara yang jernih. dengan menghambat suata-

suara lain dari lingkungan

sekitar yang akan menghambat

tidur nyenyak.

5. Ciptakan lingkungan yang tenang. 5. Meningkatkan istirahat

sehingga rasa nyeri dapat

terkontrol.

5.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

Tujuan : berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan.

Kriteria hasil : peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat di ukur.

Penurunan dalam tanda-tanda intpleransi fisiologi.


Intervensi Rasional
1. Kaji respon pasien terhadap 1. Membantu dalam mengkaji

aktivitas. respon fisiologi terhadap

stress aktivitas dan merupakan

indikator dari kelebihan kerja

yang berkaitan dengan tingkat

aktivitas.

2. Instruksikan klien tentang 2. Mengurangi penggunaan

teknik penghemat energi. energi juga membantu

keseimbangan antara suplai

3. Berikan dorongan untuk O2.

melakukan aktivitas/perawatan 3. Kemajuan aktivitas bertahap

diri bertahap jika dapat di mencegah peningkatan kerja

toleransi. jantung tiba-tiba.

4. Berikan bantuan sesuai

kebutuhan. 4. Memberikan bantuan hanya

sebatas kebutuhan akan

mendorong kemandirian

dalam melakukan aktivitas.

5. Awasi tekanan darah, nadi dan 5. Manifestasi kardio pulmonal

pernapasan selama dan sesudah dari upaya jantung dalam paru

aktivitas. untuk membawa jumlah O2

adekuat ke jaringan.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar sumber informasi.

Tujuan : menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen

pengobatan.

Kriteria hasil :

a. Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang

perlu diperhatikan.

b. Mempertahankan tekanan darah dalam parameter normal.

Intervensi Rasional
1. Kaji kesiapan dan hambatan 1. kesalahan konsep dan

dalam belajar. menyangkal diagnosa karena

perasaan sejahtera yang sudah

lama dinikmati mempengaruhi

minat pasien/orang terdekat

2. Jelaskan tentang hipertensi dan untuk mempelajari penyakit,

efeknya pada jantung, kemajuan, dan prognosis.

pembuluh darah, ginjal dan 2. Dasar untuk pemahaman

otak. tentang peningkatan TD untuk

memungkinkan pasien

3. Bantu pasien dalam melanjutkan pengobatan

mengidentifikasi faktor-faktor meskipun ketika merasa sehat.


resiko kardiovaskuler yang 3. Faktor-faktor resiko ini telah

dapat diubah, misalnya obesitas, menunjukkan hubungan daam

minum alkohol. menunjang hipertensi dan

4. Bantu pasien untuk penyakit cardiovaskuler serta

mengembangkan jadwal yang ginjal.

sederhana , memudahkan untuk 4. Memudahkan kerjasama dengan

minum obat. regimen jangka panjang.

5. Evaluasi kembali peenjelasan 5. Mengetahui tingkat pemahaman

yang disampaikan. klien tentang penjelasan yang

disampaikan.

2.1.1.4 Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan atau implmentasi adalah pemberian tindakan

keperawatan yang dilaksanakan untuk mecapai tujuan rencana tindakan

yang telah disusun setiap tindakan keperawatan yang dilakukan dan

dicatat dalam pencatatan keperawatan agar tindakan keperawatan terhadap

klien berlanjut. Prinsip dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu

cara pendekatan kepada klien efektif, teknik komunikasi terapeutik serta

penjelasan untuk setiap tindakan yang akan diberikan kepada klien.

Dalam melakukan tindakan keperawatan dapat menggunakan tiga

tahap yaitu independent, dependen, dan interdependen. Tindakan

keperawatan secara indepemden adalah suatu tindakan yang dilakukan

oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dokter aau tenaga kesehatan
lainnya, dependen adalah tindakan yang sehubungan dengan tindakan

pelaksanaan rencana tindakan medis dan interdependen adalah tindakan

keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan suatu

kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga kesehatan

social, ahli gizi, dan dokter, keterampilan yang harus perawat punya

adalah melakukan tindakan keperawatan yaitu kognitif dan psikomotor.

2.1.1.5 Evaluasi

a. Diagnosa keperawatan 1

Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dan dalam rentang

normal

b. Diagnosa keperawatan 2

Berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan atau diperlukan

c. Diagnosa keperawatan 3

Melaporkan nyeri atau ketidaknyamanan terkontrol atau berkurang

d. Diagnosa keperawatan 4

Menunjukkan perubahan pola makan misalnya pilihan makanan,

kuantitas, dsb. Dan pempertahankan berat badan yang diinginkan

dengan pemeliharaan kesehatan optimal

e. Diagnosa keperawatan 5

Menyatakan kesadaran, kekuatan koping/kekuatan pribadi

f. Diagnosa keperawatan 6
Menyatakan pemahaman tentang prosedur penyakit dan regimen

pengobatan.

1. Konsep Rendam Kaki

a. Definisi Rendam Kaki

Rendam kaki merupakan salah satu jenis terapi alamiah yang

bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi darah, mengurangi edema,

meningkatkan relaksasi otot, menyehatkan jantung, mengendorkan

otot-otot, menghilangkan stress, nyeri otot, meringankan rasa sakit,

meningkatkan permeabilitas kapiler, memberikan kehangatan pada

tubuh, sehingga sangat bermanfaat untuk terapi penurunan tekanan

darah pada hipertensi.

Rendam kaki air hangat adalah secara ilmiah air hangat

mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh, dampak air hangat dapat

membuat sirkulasi darah menjadi lancar. Pada pengobatan tradisional

Cina, kaki merupakan jantung kedua pada manusia dikarenakan ada

banyak titik akupuntur di telapak kaki terdiri dari enam meridian yaitu

hati, kantung empedu di kandung kemih, jantung, ginjal, limfa, dan

perut sehingga mewakili/berhubungan dengan seluruh tubuh terutama

organ vital jantung berada pada telapak kaki kiri sehingga

memperbaiki sirkulasi darah ke jantung.

Penderita hipertensi dalam pengobatannya tidak hanya

menggunakan obat-obatan melainkan bisa menggunakan tindakan


alternatif nonfarmakologis dengan menggunakan metode yang lebih

murah dan mudah yaitu dengan menggunakan metode terapi rendam

air hangat sebagai salah satu terapi yang dapat memulihkan otot sendi

yang kaku serta dapat menurunkan tekanan darah apabila dilakukan

secara teratur dan rutin melalui kesadaran dan kedisiplinan.

b. Rendam kaki menggunakan air hangat

Secara ilmiah air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi

tubuh, pertama berdampak pada pembuluh darah dimana hangatnya air

membuat sirkulasi darah menjadi lancar, yang kedua adalah faktor

pembebanan di dalam air yang akan menguatkan otot-otot dan

ligament yang mempengaruhi sendi tubuh. Hidroterapi rendam kaki air

hangat mudah dilakukan oleh semua orang tidak membutuhkan biaya

yang mahal, dan tidak memilki efek samping yang berbahaya.

c. Manfaat air hangat

Merendam bagian tubuh ke dalam air hangat dapat

meningkatkan sirkulasi, mengurangi edema, meningkatkan relaksasi

otot. Terapi rendam kaki pada air hangat mempunyai banyak manfaat

diantaranya yaitu :

1) Mendilitasi pembuluh darah, melancarkan peredaran darah, dan

memicu syaraf yang ada pada telapak kaki untuk bekerja. Syaraf

telapak kaki menuju organ vital tubuh diantaranya menuju ke

jantung, paru-paru, lambung, dan pancreas.


2) Berdampak pada pembuluh darah. Hangatnya air membuat

sirkulasi darah menjadi lancar.

3) Faktor pembebanan di dalam air akan menguatkan otot-otot dan

ligament yang mempengaruhi sendi-sendi tubuh.

4) Latihan di dalam air berdampak positif terhadap otot jantung dan

paru-paru. Latihan air membuat sirkulasi pernafasan menjadi lebih

baik. Efek hidrostatik dan hidrodinamik pada terapi ini juga

membantu menopang berat badan saat latihan.

Menurut manfaat terapi rendam kaki air hangat terbagi menjadi 2

yaitu :

1) Secara biologis, hangat dapat menyebabkan dilatasi pembuluh

darah yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah.

2) Secara fisiologis, respon tubuh terhadap panas yaitu menyebabkan

pelebaran pembuluh darah, menurunkan kekentalan darah,

menurunkan ketegangan otot, meningkatkan metabolisme jaringan

dan meningkatkan permeabilitas kapiler.

Menurut terapi rendam kaki air hangat mempunyai dampak fisiologis

bagi tubuh.

1) Berdampak pada pembuluh darah dimana hangatnya air membuat

sirkulasi darah menjadi lancar.

2) Faktor pembebanan di dalam air yang menguntungkan otot-otot

dan ligament yang mempengaruhi sendi tubuh.


d. Manfaat Rendam kaki air hangat terhadap status kardiovaskuler

pasien hipertensi

Efek biologis panas/hangat dapat menyebabkan dilatasi

pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah.

Secara fisiologis, respon tubuh terhadap panas yaitu menyebabkan

pelebaran pembuluh darah, menurunkan kekentalan darah,

menurunkan ketegangan otot, meningkatkan hangat inilah yang

dipergunakan untuk keperluan terapi pada berbagai kondisi dan

keadaan dalam tubuh.[12]

Merendam kaki dengan air hangat akan membuat pembuluh

darah melebar dan meningkatkan sirkulasi darah, ini dapat

merelaksasikan seluruh tubuh dan mengurangi kelelahan dari hari yang

penuh dengan aktifitas.

Menurut prinsip kerja terapi rendam kaki air hangat dengan

mempergunakan air hangat yaitu secara konduksi dimana terjadi

perpindahan panas/hangat dari air hangat ke dalam tubuh akan

menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan penurunan ketegangan

otot sehingga dapat memperlancar peredaran darah yang akan

mempengaruhi tekanan arteri oleh baroreseptor pada sinus kortikus

dan arkus aorta yang akan menyampaikan impuls yang dibawa serabut

saraf yang membawa isyarat dari semua bagian tubuh untuk

menginformasikan kepada otak perihal tekanan darah, volume darah

dan kebutuhan khusus semua organ ke pusat saraf simpatis ke medulla


sehingga akan merangsang tekanan sistolik yaitu regangan otot

ventrikel akan merangsang ventrikel untuk segera berkontraksi.

Pada awal kontraksi, katup aorta dan katup semilunar belum

terbuka, untuk membuka katup aorta tekanan di dalam ventrikel harus

melebihi tekanan katup aorta. Keadaan dimana kontraksi ventrikel

mulai terjadi sehingga dengan adanya pelebaran pembuluh darah,

aliran darah akan lancar sehingga akan mudah mendorong darah

masuk ke jantung sehingga menurunkan tekanan sistoliknya, pada

tekanan diastolik keadaan relaksasi ventricular isovolemik saat

ventrikel berelaksasi, tekanan di dalam ventrikel turn drastis, aliran

darah lancar dengan adanya pelebaran pembuluh darah sehingga akan

menurunkan tekanan diastolik, maka dinyatakan ada hubungan yang

signifikan antara terapi rendam kaki air hangat dengan penurunan

tekanan darah.

2. Konsep Garam

a. Garam

1) Definisi

Garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk

kristal yang merupakan kumpulan senyawa dengan sebagaian

besar terdiri dari Natrium Chlorida (>80%), serta senyawa-


senyawa lain seperti Magnesium Chlorida, Magnesium Sulfat,

Calsium Chlorida. Garam mempunyai sifat karateristik

hidroskopis yang berarti mudah menyerap air.

2) Kandungan dan Manfaat Garam

Garam atau lebih dikenal dengan nama garam meja,

termasuk dalam kelas mineral helida atau dikenal dengan nama

halite, dengan komposisi kimia sebagai Natrium Klorida (NaCl)

terdiri atas 39,9% Natrium (Na) dan 60,7% Klorin (Cl). Beberapa

sifat garam atau natrium klorida yaitu bisa berbentuk kristal atau

bubuk putih dengan sistem isomerik berbentuk kubus, bobot

molekul 58,45 g/mol, larut dalam air (35,6 g/100 g pada 0̊C dan

39,2 g/100 g pada 100̊C). Dapat larut dalam alkohol, tetapi tidak

larut dalam asam klorida pekat, mencair pada suhu 801̊C, dan

menguap pada suhu diatas titik didihnya (1413̊C).

Garam dapur dapat bermanfaat untuk membantu

melancarkan peredaran darah, dengan cara merendam kaki

menggunakan air hangat yang dicampuri garam.

3. Konsep Tekanan Darah

a. Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah (TD) adalah tekanan yang dikeluarkan oleh darah

pada dinding pembuluh darah, dan biasanya berkenaan dengan tekanan


di dalam arteri saat ventrikel kiri memompa darah ke aorta. Tekanan

dihasilkan saat aliran menemui tahanan.

b. Komponen Tekanan darah

Secara umum ada dua komponen tekanan darah yaitu :

1) Tekanan darah sistolik (angka atas) yaitu tekanan yang timbul

akibat pengerutan bilik jantung sehingga ia akan memompa darah

dengan tekanan terbesar.

2) Tekanan darah diastolik (angka bawah) yang merupakan kekuatan

penahan pada saat jantung mengembang antar denyut, terjadi pada

saat jantung dalam keadaan mengembang (saat beristirahat).

Tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan yang serius

karena angka kejadiannya yang tinggi. Di Negara Barat, 15-20%

orang menderita tekanan darah tinggi, sedangkan di Indonesia

sekitar 10%. Lebih dari separuh pasien tekanan darah tinggi tidak

menyadari bahwa dirinya mengidap penyakit ini. Tekanan darah

tinggi merupakan bahaya terselubung karena tidak menampakkan

gejala-gejala yang nyata, dan gejala ini dapat terus berlangsung

selama bertahun-tahun.

c. Alat Ukur Tekanan Darah

Tekanan darah di ukur dengan menggunakan alat

sphygmomanometer (tensimeter) dan stetoskop. Ada tiga tipe dari

sphygmomanometer yaitu:
1) Sphygmomanometer air raksa atau merkuri

Tipe air raksa adalah jenis sphygmomanometer yang paling

akurat. Tingkat bacaan dimana detak tersebut terdengar pertama

kali adalah tekanan sistolik. Sedangkan tingkat dimana bunyi

detak menghilang adalah tekanan diastolik.

2) Sphygmomanometer aneroid

Sphygmomanometer aneroid prinsip pengunaannya yaitu

menyeimbangkan tekanan darah dengan tekanan kapsul metalis

tipis yang menyimpan udara di dalamnya.

3) Sphygmomanometer elektonik

Sphygmomanometer elektronik merupakan pengukur tekanan

darah terbaru dan lebih mudah digunakan dibanding model standar

yang menggunakan air raksa, tetapi akurasinya juga relatif rendah.

Sebelum mengukur tekanan darah yang harus diperhatikan yaitu:

jangan minum kopi atau merokok selama 30 menit sebelum

pengukuran dilakukan, duduk bersandar selama 5 menit dengan

kaki menyentuh lantai dan tangan sejajar dengan jantung

(istirahat) karena dapat mempengaruhi hasil pengukuran.

d. Pengukuran Tekanan Darah

Tekanan darah arteri dapat diukur baik secara langsung (secara

invasif) maupun tidak langsung (secara tidak invasif). Metode

langsung memerlukan insersi kateter kecil ke dalam arteri. Metode non


invasif adalah metode yang paling umum dengan menggunakan

sphygmomanometer dan stetoskop. Pengukuran darah secara tidak

langsung menggunakan auskultasi dan palpasi, auskultasi merupakan

teknik yang paling sering digunakan.

Adapun prosedur pengukuran tekanan darah adalah sebagai berikut :

1) Dekatkan peralatan ke tempat tidur klien.

2) Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya.

3) Cuci tangan.

4) Atur posisi klien, baik duduk atau berbaring dengan nyaman, dan

sanggap lengan klien setinggi jantung dengan telapak tangan

menghadap atas.

5) Buka pakaian klien yang menutupi lengan atas.

6) Palpasi arteri brakialis dan pasang manset 2,5 cm di atas denyut

arteri brakialis.

7) Pasang sphygmomanometer aneroid pada manset, sejajar dengan

arteri brakialis, dan pastikan lilitan manset rapid an tidak ketat.

8) Pastikan sphygmomanometer raksa sejajar dengan mata dan anda

berdiri kurang dari satu meter dari sphygmomanometer.

9) Palpasi arteri brakiais sambil memompa manset hingga 30 mmHg

di atas titik arteri brakialis tidak teraba lagi, kemudian perlahan

buka katup pada manset. Perhatikan titik ketika denyut kembali

teraba (sistolik palpasi).


10) Kempiskan manset sebelum sepenuhnya dan tunggu selama 30

menit.

11) Pasang stetoskop di telinga anda.

12) Palpasi kembali arteri brakialis dan letakkan diafragma stetoskop

di atasnya.

13) Tutup katup pada manset searah jarum jam hingga rapat.

14) Pompa manset hingga mencapai 30 mmHg di atas titik sistolik

palpasi klien.

15) Buka katup secara perlahan sehingga memungkinkan raksa turun

rata-rata 2-3 mmHg per detik.

16) Perhatikan titik sphygmomanometer ketika denyut terdengar

pertama kali.

17) Lanjutkan membuka katup secara perlahan dan perhatikan titik

denyut tidak terdengar lagi.

18) Kempiskan manset dengan cepat dan tuntas.

19) Jika prosedur diulang, tunggu hingga 30 detik.

20) Buka manset dan lipat serta simpan dengan baik.

21) Tutup lengan atas dan bantu klien memperoleh posisi yang

diinginkan.

22) Bersihkan bagian telinga dan diafragma stetoskop dengan kapas

alkohol.

23) Informasikan hasil kepada klien.

24) Cuci tangan.


25) Dokumentasikan hasil tindakan pada catatan perawatan.

2.1.2 Konsep Dasar Manusia Usia Lanjut

1. Definisi lansia

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembagan pada daur

kehidupan manusia (Keliat, Budi Anna, 1999 dalam Maryam,Siti, dkk,

2008). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun

1998 tentang kesehatan di katakan bahwa usia lanjut adalah seseorang

yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.

2. Klasifiasi lansia

a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) :

1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45-59 tahun

2) Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia 60 sampai 74 tahun

3) Lanjut usiia tua (Old) ialah kelompok diatas usia 75 sampai 90 tahun.

4) Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.

b. Menurut Dapartemen Kesehatan RI mengklasifikasikan lanjut usia sebagai

berikut :

1) Pralansia

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun

2) Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

3) Lansia resiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang

yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah

kesehatan.

4) Lansia potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan

dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa

5) Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehinngga

hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

3. Karakteristik lansia

Menurut Budi Anna Keliat (1999). Lansia memiliki karakteristik

sebagai berikut.

a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No. 13

tentang Kesehatan).

b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai

sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampe spiritual, serta dari kondisi

adaptif hingga kondisi maladaptif.

c. Lingkungan tempat tinggal yang berfariasiProses Penuaan Pada Lansia

4. Perubahan Sistem Muskuloskeletal Pada Lansia

a. Otot
Pada umumnya seseorang y ang mulai tua akan berefek pada menurunnya

kemampuan aktivitas. Penurunan kemampuan aktivitas akan menyebabkan

kelemahan serta atrofi dan mengakibatkan kesuliat an untuk mempertahankan

serta menyelesaikan suatu akt ivitas rutin pada individu tersebut. Perubahan

pada otot inilah yang menjadi fokus dalam penurunan keseimbangan berkai tan

dengan kondisi lansia.

Menurut Lumbantobing (2005) perubahan yang jelas pada sistem otot

lansia adalah berkurangnya massa otot. Penurunan massa otot ini lebih

disebabkan oleh atrofi. Otot mengalami atrofi sebagai akibat dari berkurangnya

aktivitas, gangguan metabolik at au denervasi saraf (Martono, 2004).

Perubahan ini akan menyebabkan laju metabolik basal dan laju konsumsi

oksigen maksimal berkurang (Taslim, 2001). Otot menjadi lebih mudah

capek dan kecepatan kontraksi akan melambat. Selain dijumpai penurunan

massa otot, juga dijumpai berkurangnya rasio otot dengan jaringan lemak.

Akibatnya otot akan berkurang kemampuannya sehingga dapat mempengaruhi

postur. Permasalahan yang terjadi pada lansia biasa sangat terlihat pada

menurunnya kekuatan grup otot besar. Otot-otot pada batang tubuh (trunk)

akan berkurang kemampuannya dalam menjaga tubuh agar tetap tegak.

Respon dari otot-otot postural dalam mempertahankan postur tubuh juga

menurun. Respon otot postural menjadi kurang sinergis saat bekerj a

mempertahankan posisi akibat adanya perubahan posisi, gravitasi, titik tumpu,

serta aligmen tubuh. Pada otot pinggul (gluteal) dan otot-otot pada tungkai

seperti grup otot quadriceps, hamstring, gastrocnemius dan tibialis mengalami


penurunan kemampuan berupa cepat lelah, turunnya kemampuan, dan adanya

atrofi yang berakibat day a topang tubuh akan menurun dan keseimbangan

mudah goyah.

b. Tulang

Pada lansia dijumpai proses kehilangan massa tul ang dankandungan kalsium

tubuh, serta perl ambatan remodeling dari tulang. Massa tul ang akan

mencapai puncak pada pertengahan usia dua puluhan (di bawah usia 30

tahun). Penurunan massa tul ang lebih dipercepat pada wanita pasca

menopause. Sama hal nya dengan sistem otot, proses penurunan massa tul

ang ini sebagai disebabkan oleh faktor usia dan disuse (Wilk, 2009).

Dengan bertambahannya usia, perusakan dan pembentukan tulang melambat.

Hal ini terjadi karena penurunan hormon estrogen pada wanita, vitamin D,

dan beberapa hormon lain. Perubahan postur meningkatkan sejalan dengan

pertambahan usia.Hal itu dapat dihubungkan dengan keseimbangan dan resiko

jatuh.Gangguan keseimbangan lansia disebakan oleh degenerasi progresif

mekanoreseptor sendi intervertebra. Degenerasi karena peradangan atau

trauma pada vertebra dapat menggangu afferent feedback ke saraf pusat

yang berguna untuk st abili tas postural. Banyak perubahan yang terjadi

pada vertebra lansia, seperti spondilosis servikal yang dimana 80% ditemukan

pada orang berusia 55 tahun keatas. Hal i tu berpengaruh terhadap

penurunan stabilitas dan fleksibili tas pada postur (Pudjiastuti, 2003).


Perubahan yang paling banyak terjadi pada vertebra lansia meliputi kepala

condong ke depan (kifosis servikal), peningkatan kurva kifosis torakalis,

kurva lumbal mendatar (kif osis lumbalis), penurunan ketebalan diskus

intervertebralis sehingga t inggi badan menjadi berkurang. Kepala yang

condong ke depan seringkali diartikan tidak normal, tetapi dapat dikat akan

normal apabila hal itu merupakan kompensasi dari perubahan postur yang

lain. Kurva skoliosis dapat timbul pada lansia karena perubahan vertebra,

ketidakseimbangan otot erctor spine dan kebiasaan atau aktivitas yang salah

(Pudjiastuti, 2003).

2.1.3 Konsep Dasar Hipertensi

1. Definisi hipertensi

Hipertensi primer, juga disebut sebagai hipertensi esensial, adalah tekanan darah

sistemik yang naik secara persisten. Satu dalam 73,6 juta orang di Amerika

Serikat menderita hipertensi (American Heart Association [AHA], 2009). Lebih

dari 90% orang ini menderita hipertensi primer, yang penyebabnya tidak dapat di

diidentifikasikan.

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sisitolikn140 mmHg atau lebih

atau tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih, berdasarkan rata-rata tiga kali

pengukuran atau lebih diiukur secara terpisah (NHLBI,2004).

The Joint National Committee on detection, evaluation and treatman of high

blood presure, 1984 dimana hypertensi adalah sebagai suatu tekanan yang lebih
tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai dengan tingkat derajat

keparahannya.

Klasifikasi pengukuran tekanan darah berdasarkan hal ini adalah sbb :

Katagori Sistolik ( mmHg ) Diastolik ( mmHg )

Normal < 120 < 80

Prahipertensi 120-139 80-89

Hypertensi Drajat.1 140-159 90-99

Hypertensi Drajat.2 ≥160 ≥100

Hypertensi Tk.3 >180 >110

2. Penyebab Hypertensi Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hypertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu :

a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui

penyebabnya disebut juga hipertensi idopatik. Terdapat 95 % kasus.

Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan,

hiperaktifitas susunan saraf simpatis, sistem renin angiostensin, defek

dalam eksresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-

faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok,

serta polisitemia.

b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5 % kasus,

penyebab spesifik diketahui seperti penggunaan estrogen, penyakit

ginjal, hipertensi vaskuler renal, hiperaldosteronisme primer dan

sindrom chusing dan lain-lain.


3. Gejala hypertensi atau manifestasi klinis

Peningkatan tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya

gejala. Gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal,

mata, otak atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah

sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat

ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang dan pusing.

4. Patofisiologi

Pada tahap awal curah jantung meninggi sedangkan tahanan peifer

normal, keadaan ini disebabkan karena peningkatan tonus simpatis.

Pada tahap selanjutnya curah jantung normal sedangkan tahanan

perifer meningkat akibat dari reflek autoregulasi yaitu mekanisme

tubuh untuk mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal.

Kelainan hemodinamik ini diikuti dengan kelainan struktural pada

pembuluh darah dan jantung dimana pada pembuluh darah terjadi

hipertrofi dan pada jantung terjadi penebalan dinding intraventrikuler.

5. Penatalaksanaan

Tujuan dari penatalaksanaan adalah untuk menurunkan resiko penyakit

kardiovaskuler dan mortalias serta merbiditas yang berkaitan. Tujuan

terapi adalah untuk mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik

dibawah 140 mmHg dan tekanan diastolik dibawah 90 mmHg dan

mengontrol faktor resiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi

gaya hidup atau dengan obat anti hipertensi.


Langkah-langkah yang perlu dilaksanakan dalam memodifikasi gaya

hidup antara lain :

a. Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan ( IMT > 27 )

b. Membatasi alkohol

c. Meningkatkan aktifitas fisik

d. Mengurangi asupan natrium

e. Mempertahankan asupan kalium yang adekuat

f. Berhenti merokok

g. Mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam

makanan

2.1.4 Konsep Dasar Terapi Rendam Kaki

1. Definisi rendam kaki

Secara ilmiah air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh sehingga rendam

kaki air hangat dapat digunakan sebagai salah satu terapi yang dapat memulihkan otot

sendi yang kaku serta menyembuhkan stroke apabila dilakukan melalui kesadaran

dan kedisiplinan. Hangatnya air membuat sirkulasi darah menjadi lancar. Oleh karena

itu, penderita hipertensi dalam pengobatannya tidak hanya menggunakan obat-obatan,

tetapi bisa menggunakan alternatif non-farmakologis dengan menggunakan metode

yang lebih mudah dan murah yaitu dengan menggunakan terapi rendam kaki air

hangat yang bisa dilakukan di rumah (Kusumaastuti, 2008).


Manfaat terapi rendam kaki air hangat ini adalah efek fisik panas/hangat yang dapat

menyebabkan zat cair, padat dan gas mengalami pemuaian ke segala arah dan dapat

meningkatkan reaksi kimia. Pada jaringan akan terjadi metabolisme seiring dengan

peningkatan pertukaran antara zat kimia tubuh dengan cairan tubuh. Efek biologis

panas/hangat dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan

peningkatan sirkulasi darah. Secara fisiologis respon tubuh terhadap panas yaitu

menyebabkan pelebaran pembuluh darah, menurunkan kekentalan darah, menurunkan

ketegangan otot, meningkatkan metabolisme jaringan dan meningkatkan

permeabilitas kapiler. Respon dari hangat inilah yang dipergunakan untuk keperluan

untuk keperluan terapi ada berbagai kondisi dan keadaan dalam tubuh (Destia, dkk,

2014 dalam Santoso, dk, 2015).

Menurut Destia, dkk, (2014) dalam Santoso, dkk, (2015), prinsip kerja terapi rendam

kaki air hangat dengan mempergunakan air hangat yaitu secara konduksi dimana

terjadi perpindahan panas/hangat dari air hangat ke dalam tubuh akan menyebabkan

pelebaran pembuluh darah dan penurunan ketegangan otot sehingga dapat

melancarkan peredaran darah yang akan mempengaruhi tekanan arteri oleh

baroreseptor pada sinus kortikus dan arkus aorta yang akan menyampaikan impuls

yang dibawa serabut saraf yang membawa isyarat dari semua bagian tubuh untuk

menginformasikan kepada otak darah, volume darah dan kebutuhan khusus semua

organ ke pusat saraf simpatis ke meedulla sehingga akan merangsang tekanan sistolik

yaitu regangan otot ventrikel untuk segera berkontraksi.


Pada awal kontrksi, katup aorta dan katup semilunar belum terbuka, untuk membuka

katup aorta, takanan di dalam ventrikel harus melebihi tekanan katup aorta.. keadaan

dimana kontraksi ventrikel mulai terjadi sehingga akan mudah mendorong darah

masuk ke jantung sehingga menurunkan tekanan siistoliknya. Pada tekanan diastolik

keadaan relaksasi ventrikel isovolemik saat ventrikel berelaksasi, tekanan di dalam

ventrikel turun drastis, aliran darah lancar dengan adanya pelebaran pembuluh darah

sehingga akan menurunkan tekanan diastolik. Maka dinyatakan ada hubungan yang

signifikan antara terapi rendam kaki air hangan dengan penurunan tekanan darah

sistolik dan diastolik (Perry & Potter, 2006 dalam Santoso, 2015).

Terapi rendam kaki ( hidroterapi kaki) ini juga membantu meningkatkan

sirkulasi darah dengan memperlebar pembuluh darah sehingga lebih banyak

oksigen dipasok ke jaringan yang mengalami pembengkakan. Perbaikan sirkulasi

darah juga memperlancar sirkulasi getah bening sehingga membersihkan tubuh dari

racun. Orang-orang yang menderita berbagai penyakit seperti rematik, radang

sendi, linu panggul, sakit punggung, insomnia, kelelahan, stress, sirkulasi darah

yang buruk (hipertensi), nyeri otot, kram, kaku, terapi air (hidroterapi) bisa

digunakan untuk meringankan masalah tersebut. Berbagai jenis hidroterapi, metode

yang umum digunakan dalam hidroterapi yaitu mandi rendam, sitzbath, pijat

air,membungkus dengan kain basah, kompres, merendam kaki.

2. Definisi Garam
Dalam ilmu kimia, garam adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion positif

(kation) dan ion negatif (anion), sehingga membentuk senyawa netral (tanpa

bermuatan. Garam terbentuk dari hasil reaksi asam dan basa. Komponen kation dann

anion ini dapat berupa senyawa anorganik seperti klorida (Cl-), dan bisa juga berupa

senyawa organik eperti asam asetat (CH3COO-) dan ion monoatomik seperti fluorida

(F-), serta ion poliamik seperti sulfat. Natrium klorida, bahan utama garam dapur

adalah suatu garam.

Ada banyak macam-macam garam. Garam yang terhidrolisa dan membentuk ion

hidroksida ketika dilarutkan dala air maka dinamakan garam basa. Garam yang

terhiddrolisa dan membentuk ion hidronum di air disebut sebagai garam asam.

Larutan garam dalam air (misalnya natrium klorida dalam air) merupakan larutan

elektrolit, yaitu larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Cairang dalam tubuh

makhluk hidup mengandung larutan garam, misalnya sitoplasma dan darah. Tapi

karena cairan dalam benda ini juga mengandung banyak ion-ion lainnya, maka tidak

akan membentuk garam setelah airnya di uapkan.

Anda mungkin juga menyukai