Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

(METODE PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN)

Oleh

Frido Yoga Saputra


2014111019

JURUSAN PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengukuran adalah pekerjaan sangat penting untuk mengetahui data secara
pasti. Dalam fisika teori apapun yang dikembangkan harus dapat dibuktikan
dengan pengukuran. Pengukuran mempunyai ketidaktentuan. Jika kamu
mengukur ketebalan sebuah buku, hasil pengukuran itu masih terdapat selisih
antara harga yang benar dari suatu besaran dengan harga terukurnya dianggap
sebagai “eror” dari pengukuran yang telah dilakukan.

Pengukuran didefinisikan sebagai suatu proses membandingkan suatu besaran


dengan besaran lain (sejenis) yang dipakai sebagai satuan. Satuan adalah
pembanding di dalam pengukuran. Pengukuran adalah membandingkan sesuatu
dengan sesuatu yang lain yang dianggap sebagai patokan. Jadi dalam
pengukuran terdapat dua faktor utama yaitu perbandingan dan patokan (standar).

Mengukur adalah membandingkan sesuatu yang dapat diukur dengan sesuatu


yang dijadikan sebagai acuan. Sesuatu yang dapat diukur,kemudian hasilnya
dinyatakan dengan angka-angka, dinamakan besaran. Besaran Fisika
dikelompokkan menjadi Besaran Pokok dan Besaran Turunan. Besaran pokok
adalah besaran yang sudah ditetapkan terlebih dahulu dan merupakan besaran
dasar. Sedangkan besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran
pokok. Panjang, massa, waktu, suhu dan arus listrik merupakan contoh besaran
pokok. Luas, volume, massa jenis, kecepatan dan gaya merupakan contoh dari
besaran turunan. Dalam Sistem Internasional (SI) terdapat tujuh besaran pokok
yang mempunyai satuan dan dua besaran pokok yang tidak mempunyai satuan.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari dilaksanakannya Praktikum Pengukuran Dan
Ketidakpastian Pengukuran meliputi:

1. Mengenal dan dapat menggunakan alat ukur dasar dalam fisika;


2. Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran berulang;
3. Dapat mengolah data hasil pengukuran.
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kata ketidakpastian berarti suatu keraguan, dan dengan demikian pengertian


ketidakpastian dalam arti yang luas adalah suatu pengukuran dimana validitas dan
ketepatan hasilnya masih diragukan berdasarkan “International Vocabulary Of
Basic and General Terms in metrology”, pengukuran didefinisikan sebagai
sederetan operasi yang mempunyai objek untuk ditentukan nilai kuantitasnya
(choi et. Al, 2002).

Parameter yang diuji terdiri dari distribusi statistik hasil-hasil beberapa


pengukuran yang ditentukan sebagai deviasi standar. Dapat juga berupa
komponen-komponen lain, yang termasuk juga sebagai deviasi standar, namun
yang dihitung berupa distribusi peluang berdasarkan percobaan ataupun informasi
lainnya. (choi et. Al, 2002).

Pengukuran merupakan aktivitas yang bertujuan untuk mengetahui kualitas


atau kuantitas suatu besaran. Pengukuran dalam fisika tidak luput dari
ketidakpastian, artinya hasil ukur terhadap besaran fisika pasti memiliki
simpangan/deviasi. Hal ini antara lain disebabkan alat yang digunakan oleh
manusia dalam pengukuran mempunyai keterbatasan ukur. Selain karena alat ukur
yang digunakan, masih banyak faktor yang mempengaruhi ketidakpastian hasil
pengukuran yang tidak semuanya dapat dihindari (Karyono, dkk. 2009).

Pada setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat dibagi – bagi
lagi, inilah yang disebut dengan Nilai Skala Terkecil (NST). Ketelitian suatu alat
ukur sangat bergantung pada NST (Tim Erlangga Fokus SMA, 2014).

Melakukan pengukuran dalam suatu besaran fisika, sangat dibutuhkan dengan


namanya alat ukur, dengan adanya alat ukur dapat membantu kita mendapatkan
data hasil pengukuran. Faktor lain selain alat ukur untuk mendapatkan hasil yang
akurat perlu adanya faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi proses pengukuran, antara
lain benda yang diukur, proses dalam pengukuran kondisi suatu lingkungan dan
orang yang melakukan pengukuran. (Mikrajuddin, 2016).
3

Jangka sorong adalah alat ukur untuk menghitung panjang, lebar, tinggi,
diameter luar dan dalam, serta kedalaman lubang suatu benda. Jangka sorong
dapat mengukur hingga ketilitian 0,1 mm. Skala utama terletak di batang jangka
sorong, sedangkan pada rahang sorong diberi skala sebanyak 10 bagian dengan
panjang 9 mm maka disebut skala nonius. Cara membaca nilai skala nonius
jangka sorong sebagai berikut.

1. Jika jumlah skala nonius adalah 10 maka nilai terkecil skala tersebut adalah 1
mm/10 = 0,1 mm
2. Jika jumlah skala nonius adalah 20 maka nilai terkecil skala tersebut adalah 1
mm/20 = 0,05 mm
3. Jika jumlah skala nonius adalah 50 maka nilai terkecil skala tersebut adalah 1
mm/50 = 0,02 mm (Kafa Pramitha A. I. A., 2018)

Cara menggunakan jangka sorong adalah sebagai berikut:


1. Geser Rahang Sejauh Ukuran Benda.
Rahang yang tidak fix digeser sejauh ukuran benda, setelah itu geser lagi ke
arah benda dan pastikan tidak ada jarak atau kedua rahang menyentuh dan
menjepit benda.
2. Kunci/Rapatkan Screw Lock.
Setelah posisi rahang sudah menyentuh benda, langkah selanjutnya adalah
mengunci screw lock. Tujuannya adalah agar hasil ukuran yang dilakukan ini
tidak berubah jika ada getaran, tersenggol dan dapat kita catat dengan nilai
yang sesuai.
3. Membaca Nilai Jangka Sorong.
Langkah selanjutnya adalah membaca nilai yang ditunjukkan pada skala utama,
Dalam membaca nilai jangka sorong, yang perlu diperhatikan adalah skala
utama dan skala nonius, selain itu nilai setiap 1 garis dari pada skala nonius.
(Achmadi, 2020)
4

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang dipergunakan dalam praktikum ini adalah:

1. Jangka sorong
2. Balok
3. Jas laboratorium (dibawa praktikan)
4. Buku panduan praktikum (dibawa praktikan)
5. alat tulis (dibawa praktikan)
6. Kalkulator (dibawa praktikan)

3.2 Langkah Kerja

Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Ukur panjang dari balok tersebut

Ukur lebar dari balok tersebut

Ukur tinggi dari balok tersebut

Catat data hasil pengamatan Anda sebagai data laporan sementara


5

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil, antara lain sebagai berikut.

Panjang (cm) Lebar (cm) Tinggi (cm)


i
xi xi - x (xi - x )2 xi xi - x (xi - x )2 xi xi - x (xi - x )2

1 5 -1,6 2,56 2 -1 1 10 -0,6 0,36

2 8 1,4 1,96 2 -1 1 12 1,4 1,96

3 7 0,4 0,16 3 0 0 12 1,4 1,96

4 8 1,4 1,96 4 1 1 9 -1,6 2,56

5 5 -1,6 2,56 4 1 1 10 -0,6 0,36

 33 0 9,2 15 0 4 53 0 7,2
(jumlah)

x (nilai 6,6 0 1,84 3 0 0,8 10,6 0 1,44

rata-rata)

4.2 Pembahasan
Pada percobaan kali ini, dilakukan pengukuran menggunakan jangka sorong,
bahan yang akan diukur adalah sebuah balok. Dalam percobaan kali ini dilakukan
sebanyak 5 kali pengukuran pada masing – masing bagian bahan. Bagian yang
diukur adalah panjang, lebar, dan tinggi. Pengukuran dilakukan pada tiap – tiap
bagian bahan sehingga dihasilkan nilai rata – rata. Untuk bagian panjang balok
didapatkan nilai rata – rata 6,6cm , lebar balok rata – rata 3cm, dan tinggi balok
rata – rata 10,6cm. Dari hasil pengukuran yang diperoleh, dihasilkan perbedaan
hasil pada pengulangan pengukuran, hal tersebut dikarenakan perbedaan titik
permukaan balok yang diambil saat akan mengukur dan mungkin juga karena saat
penggunaan jangka sorong yang terlalu kuat dan terlalu longgar, namun biasanya
perbedaan yang dihasilkan pun tidak terlalu besar.
6

Pengukuran adalah kegiatan membandingkan suatu obyek menggunakan


standar pengukuran yang telah ditetapkan. Suatu pengukuran selalu disertai oleh
ketidakpastian. Kesalahan-kesalahan tersebut menyebabkan hasil pengukuran
tidak presisi seperti seharusnya, dapat lebih besar atau lebih kecil. Beberapa
penyebab ketidakpastian tersebut antara lain :

1. Keterbatasan alat ukur (nst=nilai skala terkecil)


2. Kesalahan pengukuran (human error), misalnya kesalahan pembacaan pada
satu sesi percobaan dari serangkaian percobaan
3. Kesalahan kalibrasi alat ukur
4. Kesalahan titik nol
5. umur alat
Setiap alat ukur pada umumnya memiliki keterbatasan daya ukur, atau
keterbatasan kemampuan dalam mengukur suatu besaran, keterbatasan ini disebut
NST atau nilai skala terkecil. Dalam suatu alat ukur jarang sekali terdapat skala
yang berjarak kurang dari 1 mm, hal ini karena mata manusia umumnya sulit
melihat jarak kurang dari 1 mm.

Kegunaan jangka sorong antara lain sebagai berikut:


1. Untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit;
2. Untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada
pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur;
3. Untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara
"menancapkan/menusukkan" bagian pengukur.

Sedangkan kegunaan perhitungan dalam industri perikanan antara lain:


1. Untuk mengukur kualitas air, seperti: pengukuran suhu, salinitas, oksigen
terlarut ( kadar DO), Posseince of Hydrogen (pH), dan amonia, dan
sebagainya.
2. Untuk membaca hasil perhitungan dari alat Current Meter, salinometer,
termometer air, turbidity meter, DO meter, spektrofometer, pH meter/kertas
pH, dan sebagainya.
7

BAB V
KESIMPULAN

Setelah melaksanakan Praktikum Fisika Dasar tentang Metode Pengukuran


Dan Ketidakpastian Pengukuran, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Mengetahui dan dapat menggunakan salah satu alat ukur dasar dalam fisika,
yaitu jangka sorong. Cara menggunakan jangka sorong adalah sebagai berikut:
a) Geser Rahang Sejauh Ukuran Benda.
Rahang yang tidak fix digeser sejauh ukuran benda, setelah itu geser lagi
ke arah benda dan pastikan tidak ada jarak atau kedua rahang menyentuh
dan menjepit benda.
b) Kunci/Rapatkan Screw Lock.
Setelah posisi rahang sudah menyentuh benda, langkah selanjutnya
adalah mengunci screw lock. Tujuannya adalah agar hasil ukuran yang
dilakukan ini tidak berubah jika ada getaran, tersenggol dan dapat kita catat
dengan nilai yang sesuai.
c) Membaca Nilai Jangka Sorong.
Langkah selanjutnya adalah membaca nilai yang ditunjukkan pada skala
utama, Dalam membaca nilai jangka sorong, yang perlu diperhatikan adalah
skala utama dan skala nonius, selain itu nilai setiap 1 garis dari pada skala
nonius.

2. Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran berulang dengan rumus


Penulisan hasil perhitungan adalah :

x  x

Rumus x adalah nilai rata-rata dari sampel :

x = x  x  x  ....
1 2 3
n

n menunjukan banyaknya percobaan yang dilakukan dan angka x1, x2, x3 dan
seterusnya menunjukan hasil percobaan ke 1, ke 2, ke 3 dan seterusnya.
8

Ketidakpastian disimbolkan dengan x yang merupakan standar deviasi dari


hasil pengukuran yang dirumuskan :

 X  X
n
2
i
x = i 1

(n  1)

3. Dapat mengolah data hasil pengukuran, dengan hasil seperti tabel dibawah:

Panjang (cm) Lebar (cm) Tinggi (cm)


I
xi xi - x (xi - x )2 xi xi - x (xi - x )2 xi xi - x (xi - x )2

1 5 -1,6 2,56 2 -1 1 10 -0,6 0,36

2 8 1,4 1,96 2 -1 1 12 1,4 1,96

3 7 0,4 0,16 3 0 0 12 1,4 1,96

4 8 1,4 1,96 4 1 1 9 -1,6 2,56

5 5 -1,6 2,56 4 1 1 10 -0,6 0,36

 33 0 9,2 15 0 4 53 0 7,2
(jumlah)

x (nilai 6,6 0 1,84 3 0 0,8 10,6 0 1,44

rata-rata)
9

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi 2020 Januari 21. Jangka Sorong. https://www.pengelasan.net/jangka-


sorong/. diunduh 2020 Okt 10

Choi, J. -H., F. Kim, J. -B. Kim, and Y. Zang. 2002. “Audit Office Size, Audit
Quality and Audit Pricing”. Auditing: A Journal of Practice and Theory 29:1,
73-97.

https://www.ilmiahku.com/2019/12/laporan-praktikum-pengukuran.html.
Diunduh 2020 Okt 08

Karyono, Dwi Satya Palupi, Suharyanto. 2009. Fisika untuk SMA dan MA KelasX.
Jakarta : Pusat Pembukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Mikrajuddin, Abdullah. 2016. Fisika Dasar. Bandung: ITB

Tim Erlangga Fokus SMA. 2014. Erlangga Fokus UN SMA/MA 2014 Ilmu
Pengetahuan Alam. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai