Oleh:
FAKULTAS DAKWAH
2020
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah. Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga pembuatan makalah yang berjudul Landasaan
Keberadaan Ilmu Epistemologi dan Aksiologi dapat teselesaikan. Makalah ini ditulis guna
memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Filsafat Ilmu di IAIN Salatiga.
Selain itu penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
tentang Ilmu Filsafat.
Wassalamualaikum
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Filsafat merupakan sikap atau pandangan hidup dan sebuah bidang terapan untuk
membantu individu untuk mengevaluasi keberadaannya dengan cara yang lebih
memuaskan. Filsafat membawa kita kepada pemahaman dan pemahaman membawa kita
kepada tindakan yang telah layak, filsafat perlu pemahaman bagi seseorang yang
berkecimpung dalam dunia pendidikan karena ia menentukan pikiran dan pengarahan
tindakan seseorang untuk mencapai tujuan.
Filsafat membahas segala sesuatu yang ada bahkan yang mungkin ada baik
bersifat abstrak ataupun riil meliputi Tuhan, manusia dan alam semesta. Sehingga untuk
paham betul semua masalah filsafat sangatlah sulit tanpa adanya pemetaan-pemetaan dan
mungkin kita hanya bisa menguasai sebagian dari luasnya ruang lingkup filsafat.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari epistemologi.
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Epistemologi
5
Epistemologi membahas pertanyaan-pertanyaan seperti "Apa yang membuat
kebenaran yang terjustifikasi dapat dijustifikasi?",Apa artinya apabila mengatakan bahwa
seseorang mengetahui sesuatu? dan pertanyaan yang mendasar, Bagaimana kita tahu
bahwa kita tahu?
Istilah 'Epistemologi' pertama kali digunakan oleh filsuf Skotlandia James
Frederick Ferrier pada tahun 1854. Namun, menurut Brett Warren, Raja James VI dari
Skotlandia sebelumnya telah mempergunakan konsep filosofis ini dan menggunakannya
sebagai personifikasi, dengan istilah Epistemon, pada tahun 1591Menurut J.Sudarminta,
Epistemologi bermaksud mengkaji dan mencuba mencari ciri-ciri umum dan hakiki dari
pengetahuan manusia seperti mengkaji andaian-andaian dan syarat-syarat logik yang
mendasari dimungkinkannya pengetahuan serta mencuba memberi
pertanggungjawaban rasional terhadap kebenaran dan objektifnya, ia juga menimbang
dan menentukan secara rasional nilai kognitif pengalaman manusia dalam interaksinya
dengan diri, lingkungan sosial, dan alam sekitarnya serta menentukan mana yang betul
dan mana yang keliru berdasarkan norma epistemik. (J. Sudarminta. 2006)
Kedua dimensi ontologi yakni bidang filsafat yang membahas obyek ilmu
pengetahu-an atau hakekat segala hal yang menjadi obyek kajian ilmu pengetahuan.
6
Ketiga dimensi tuju- an dan nilai guna serta mamafaat dari pada ilmu
pengetahuan. 4 Al-Quran telah menyampaikan pesan-pesan tentang ilmu pengetahuan
dengan menggunakan term-term yang bervariasi yaitu dengan kata ( العلمilmu pengetahuan)
berjumlah 844 kata dengan macam bentuk kata secara علما –العالم معلوم- يعلمmisalnya
semantik deviriasi kata dan العالمين العلماء علم- lainnya seperti “( ”الحكمةkebenaran ) dan
( المعرفةilmu pengetahuan).
2. Aksiologi
Aksiologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang orientasi atau nilai
suatu kehidupan. Aksiologi disebut juga teori nilai, karena ia dapat menjadi sarana
orientasi manusia dalam usaha menjawab suatu pertanyaan yang amat fundamental, yakni
bagaimana manusia harus hidup dan bertindak? Teori nilai atau aksiologi ini kemudian
melahirkan etika dan estetika. Dengan kata lain, aksiologi adalah ilmu yang menyoroti
masalah nilai dan kegunaan ilmu pengetahuan itu. Secara moral dapat dilihat apakah nilai
dan kegunaan ilmu itu berguna untuk peningkatan kualitas kesejahteraan dan
kemaslahatan umat manusia atau tidak. Nilai-nilai (values) bertalian dengan apa yang
memuaskan keinginan atau kebutuhan seseorang, kualitas dan harga sesuatu, atau
appreciative responses.
Tujuan dasarnya adalah menemukan kebenaran atas fakta “yang ada” atau
sedapat mungkin ada kepastian kebenaran ilmiah. Contoh: pada Ilmu Mekanika Tanah
dikatakan bahwa kadar air tanah memengaruhi tingkat kepadatan tanah tersebut. Setelah
dilakukan pengujian laboratorium dengan simulasi berbagai variasi kadar air ternyata
terbukti bahwa teori tersebut benar. Ilmu ini bermanfaat meningkatkan kesejahteraan
dalam bidang pertanian.
7
Ilmu pengetahuan itu hanya alat (means) dan bukan tujuan (ends). Substansi ilmu
itu bebas nilai (value-free), tergantung pada pemakaiannya. Karena itu, sangat
dikhawatirkan dan berbahaya jika ilmu dan pengetahuan yang sarat muatan negatif
dikendalikan atau jatuhnya ke orang-orang yang berakal picik, sempit, dan sektarian;
berjiwa kerdil, kumuh dan jahat, bertangan besi dan kotor. Sekarang coba kita lihat, di
berbagai bidang terjadi krisis: ketidakberdayaan, kemerosotan, kebodohan, keresahan,
kemiskinan, kesakitan, keterbelakangan, ketidakpercayaan, dan lainnya sebagai dampak
missmanagement, missdirection, missmanipulation, dan lain sebagainya.1
Dalam konteks ilmu, dapat juga dikatakan bahwa mengenai pemanfaatan ilmu
apakah untuk kebaikan hidup manusia atau sebaliknya sangat bergantung pada orang yang
menguasai ilmu tersebut. Oleh karena itulah dalam perspektif aksiologi, terjadi perdebatan
berkaitan dengan apakah ilmu itu bebas nilai (value free) atau tidak. Dalam kaitan ini ada
pandangan yang mengatakan bahwa ilmu itu pada dasarnya netral. Ilmu tidak pernah
mengenal sifat baik atau buruk. Pemilik ilmu itulah yang berkuasa untuk memutuskan.
Apakah ia akan menggunakannya dengan kebaikan manusia atau sebaliknya. Keputusan
pemilik ilmu sangat sangat bergantung pada sistem nilai yang dianutnya. Jika ilmu ilmu
itu dikendalikan orang yang memiliki nilai, maka pasti digunakan untuk kebaikan
manusia. Sebaliknya jika ilmu itu dikuasai orang yang tak bernilai, maka akan digunakan
untuk menimbulkan bencana dan malapetaka dalam kehidupan umat.2
1
Muhammad Adib, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu, (Cet. II; Yogyakarta:
Pustaka pelajar, 2011). h. 78-80
2
Biyanto, Filsafat Ilmu dan Ilmu Keislaman, (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015). h. 164-165
8
BAB III
KESIMPULAN
Saran
Dalam mempelajari ilmu pengetahuan, kita dianjurkan untuk mempelajari filsafat
dengan berbagai macam cabang ilmunya. Karena, dengan cara kerjanya yang bersifat
sistematis, universal (menyeluruh) dan radikal, yang mengupas, menganalisa sesuatu secara
mendalam, ternyata sangat relevan dengan problematika hidup dan kehidupan manusia serta
mampu menjadi perekat antara berbagai macam disiplin ilmu yang terpisah kaitannya satu
sama lain. Dengan demikian, menggunakan analisa filsafat, berbagai macam disiplin ilmu
yang berkembang sekarang ini, akan menemukan kembali relevansinya dengan hidup dan
9
kehidupan masyarakat dan akan lebih mampu lagi meningkatkan fungsinya bagi
kesejahteraan hidup manusia.
10
DAFTAR PUSTAKA
Biyanto, Filsafat Ilmu dan Ilmu Keislaman, (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015)
Adib Muhammad, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu, (Cet.
II; Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2011)
11