Disusun oleh :
Tingkat : IIB
SEMESTER IV
TA.2020/2021
A. PENGETIAN
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa
nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum
adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi
sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,2010).
Masa nifas atau masa purpenium adalah masa setelah partus selesai
dan berakhir setelah kira-kira 6-8 minggu (Manjoer, A dkk, 2001). Akan
tetapi seluruh alat genetal baruh pulih kembali seperti sebelumnya ada
kehamilan dalam waktu 3 bulan (Ilmu kebidanan, 2007).
Masa nifas adalah priode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan
anak, ketika alat-alat reproduksi tengah kembali ke kondisi normal (Barbara
F. Weller,2005).Jadi dapat disimpulkan bahwa masa nifas atau post partum
adalah masa setelah kelahiran bayi pervagina dan berakhir setelah alat-alat
kandungan kembali seperti semula tanpa adanya komplikasi.
Post portum / masa nifas dibagi dalam 3 periode (Mochtar, 1998) :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan.
2. Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya mencapainya 6 – 8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil / waktu persalinan mempunyai
komplikasi.
B. ETIOLOGI
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia internal maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-
perubahan alat genital ini dalam keseluruhannya disebut involusi
(winknjosastro,2006:237).
Setelah bayi lahir, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan
retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar
yang bermuara pada bekas implantasi plasenta. Otot rahim terdiri dari tiga
lapis otot membentuk anyaman sehingga pembuluh darah dapat tertutup
sempurna, dengan demikian terhindari dari perdarahan post partum
(Manuaba, 1998 : 190).
C. FISIOLOGI
a) Involusi
Proses involusi mengurangi berat uterus dari 1000 gram seminggu
kemudian 500 gram, 2 minggu post partum 300 gram dan setelah 6
minggu post partum berat uterus menjadi 40 – 60 gram (berat uterus
normal : 30 gram). Involusi disebabkan oleh :
Kontraksi retraksi serabut otot uterus yang terjadi terus- menerus
sehingga mengakibatkan kompresi pembuluh darah darah dan anemia
setempat : Ishcemia.
Autolisis : sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri sehingga
tertinggal jaringan fibroelastik dan jumlah remik sebagai bukti kehamilan.
Atrofi : jaringan berfoliperasi dengan adanya estrogen kemudian
atrofi sebagai reaksi terhadap produksi estrogen yang menyertai
pelepasan plasenta.
Selama involusi vagina mengeluarkan sekret yang dinamakan lochea,
yang dibagi menjadi 4, yaitu :
1. Hari ke 1 dan ke 2 Lochea Rubra, terdiri atas darah segar
bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa vernix
caseosa lanugo dan mekonium.
2. Hari ke 3 dan 5 Lochea sanguilolenta, terdiri atas darah
bercampur lendir.
3. 1 minggu masa persalinan, lochea serosa berwarna agak kuning.
4. Setelah 2 minggu (10-15) berwarna hanya cairan putih atau
kekuning-kuningan, warna itu disebabkan karena banyak leukosit
(Wiknjosastro, 2006 : 238).
b) Laktasi
Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar-
kelenjar mamae untuk menghadapi masa laktasi setelah partus pengaruh
menekan dari estrogen dan progesteron terhadap hypofisis hilang.
Laktasi mempunyai 2 pengertian, yaitu :
1. Pembentukan / produksi air susu.
2. Pengeluaran air susu.
Ada beberapa refleks yang berpengaruh terhadap kelancaran laktasi,
refleks yang terjadi pada ibu yaitu prolaktin dan let down. Kedua refleks
ini bersumber dan perangsang puting susu akibat isapan bayi meliputi :
a. Refleks prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada puting
susu terangsang. rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa
ke hipotalamus didasar otak. Lalu dilanjutkan ke bagian depan
kelenjar hipofise yang memacu pengeluaran hormon prolaktin ke
dalam darah melalui sirkulasi memacu sel kelenjar memproduksi air
susu.
b. Reflek Let Down
Rangsangan yang ditimbulkan bayi saat menyusu diantar ke bagian
belakang kelenjar hipofisis yang akan dilepaskan hormon. Oksitosin
masuk ke dalam darah dan akan memacu otot-otot polos mengelilingi
alveoli dan duktuli dan sinus menuju puting susu (Huliana, 2003 : 33).
naik 0,50C dari keadaan normal, tetapi tidak melebihi 38,00C sesudah
E. PATOFISIOLOGI
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam
keseluruhannya disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-
perubahan penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang
terakhir ini karena pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis
terhadap kelenjar-kelenjar mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum
bentuk serviks agak menganga seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh
korpus uteri terbentuk semacam cincin. Perubahan-perubahan yang terdapat
pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis
ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira- kira
setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan
desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel
desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen
dan diafragma palvis serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan
pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo, (2008):
- Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya
- Keadaan umum: TTV, selera makan dll
- Payudara: air susu, putting
- Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
- Sekres yang keluar atau lochea
- Keadaan alat kandungan
Pemeriksaan penunjang post partum menurut Manjoer arif dkk, 2001
- Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum
- Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta.
I. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi
perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan
miring kanan kiri
c. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui
yang benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang
terjadi pada masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
d. Hari ke-2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke-3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, edema / pembesaran
jaringan atau distensi efek-efek hormonal
2. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan,
karakteristik payudara
3. Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan distensi kandung kemih,
perubahan-perubahan jumlah / frekuensi berkemih.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan,
penurunan sistemkekebalan tubuh.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, edema / pembesaran
jaringan atau distensi efek – efek hormonal.
Tujuan dan Kreteria Evaluasi:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri ibu berkurang
dengan kriteria evaluasi: skala nyeri 0-1, ibu mengatakan nyerinya
berkurang sampai hilang, tidak merasa nyeri saat mobilisasi, tanda vital
dalam batas normal. S = 36-370C. N = 60-80 x/menit, TD = 120/80
mmhg, RR= 18 – 20 x / menit
Intervensi dan Rasional:
a. Kaji ulang skala nyeri
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang tepat
b. Anjurkan ibu agar menggunakan teknik relaksasi dan distraksi rasa
nyeri
Rasional : untuk mengalihkan perhatian ibu dan rasa nyeri yang
dirasakan
c. Motivasi untuk mobilisasi sesuai indikasi
Rasional : memperlancar pengeluaran lochea, mempercepat involusi
danmengurangi nyeri secara bertahap.
d. Berikan kompres hangat
Rasional : meningkatkan sirkulasi pada perineum
e. Delegasi pemberian analgetik
Rasional : melonggarkan system saraf perifer sehingga rasa nyeri
berkurang
2. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan,
karakteristik payudara.
Tujuan dan Kreteria Evaluasi:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat mencapai
kepuasan menyusui dengan criteria evaluasi: ibu mengungkapkan proses
situasi menyusui, bayi mendapat ASI yang cukup.
Intervesi dan Rasional:
a. Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu tentang
menyusui sebelumnya.
Rasional: membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini agar
memberikan intervensi yang tepat.
b. Demonstransikan dan tinjau ulang teknik menyusui
Rasional: posisi yang tepat biasanya mencegah luka/pecah putting
yang dapat merusak dan mengganggu.
c. Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui
Rasional : agar kelembapan pada payudara tetap dalam batas
normal.
Ruang : Mawar
A. PENGKAJIAN
1. Data Subjektif :
a. Identitas pasien :
Nama : Ny. S
Umur : 24 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl.dr. sutoyo, telanai pura
b. Identitas penanggung jawab :
Nama : Tn. N
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Alamat : : Jl.dr. sutoyo, telanai pura
Hubungan dengan pasien : Suami
5. Riwayat menstruasi
Menarche : 13 tahun Jumlah : ganti pembalut 2x/ hari
Lama haid : 5-6 hari Dismenore : tidak ada
Siklus : 28 hari Keluhan lain : tidak ada
Keputihan : tidak ada
6. Riwayat perkawinan
Perkawinan ke : 1
Umur saat menikah : 23 tahun
Lama pernikahan : 1 tahun
8. Riwayat KB
Pasien belum pernah mengikuti program KB
9. Keadaan bayi
Bayi lahir dengan aterm partus spontan tanggal 25 April 2016 pukul
09.50 wib , bayi menangis kuat, jenis kelamin laki-laki, apgar score
8,9,10. Panjang badan 50 cm dan berat badan 2900 gr.
10. Riwayat obstetri
Leopold I : TFU 30 cm , II : puki, III : preskep, IV : belum masuk PAP
11. Pemeriksaan fisik
a. Vital sign :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/ menit
Suhu : 36,50 C
RR : 16 x/ menit
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Keadaan umum : Sedang
d. Pemeriksaan fisik head to toe :
1. Kepala : mesochepal, tidak ada lesi, tidak ada
hematoma, tidak ada nyeri tekan
2. Rambut : warna hitam, kusut, tidak ada kebotakan
3. Mata : pengelihatan normal, diameter pupil 3, sclera
ikterik, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor
4. Hidung : bentuk simertis, tidak ada perdarahan, tidak
ada secret
5. Telinga : bentuk normal, pendengaran normal, tidak
ada secret, tidak ada perdarahan
6. Mulut dan gigi : mukosa kering, gigi tanggal, terdapat
pembengkakan gusi
7. Leher : tidak ada pembesaran tyroid, nadi karotis
teraba, tidak ada pembesaran limfoid
8. Thorax :
I : bentuk simetris, payudara simetris tidak bengkak
P : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
P : tidak ada udema pulmo
A : bunyi jantung normak, bunyi paru vesikuler
9. Abdomen :
I : tidak ada luka, tampak striae
A : bising usus normal 8x/menit
P : tidak ada benjolan, TFU : 2 jari dibawah pusat
P : tidak ada acites
10. Genitalia : tidak ada kelainan, tidak ada luka jahit,
perdarahan Pervaginam sekitar 50 cc,
11. Eksteremitas : kekuatan otot 4 4
4 4
ROM : penuh, Akral hangat, udema kaki, terpasang infuse RL di
lengan kanan, tidak ada varises.
12. Anus : tidak ada kelainan dan tidak hemoroid
e. Pola pemenuhan kebutuhan dasar Virginia Handerson :
1. Pola oksigenasi
Selama hamil : pasien bernafas secara normal, tidak pernah
sesak nafas
Saat dikaji : pasien bernafas secara normal, tidak sesak
RR 16x/ menit
2. Pola nutrisi
Selama hamil : pasien makan 3x sehari ( nasi, sayur, dan
lauk ) minum 6-8 gelas/hari, pasien tidak mempunyai pantangan
apapun
Saat dikaji : pasien makan sesuai diit habis 2/3 porsi,
minum 3-4 gelas/ hari
3. Pola eliminasi
Selama hamil : pasien BAK 5-6x/hari warna kuning, jernih
dan BAB 1x/hari
Saat dikaji : pasien BAK melalui DC 2000cc/hari warna
kuning jernih, belum BAB
4. Pola aktivitas/ bekerja
Selama hamil : pasien melakukan aktivitas secara mandiri,
bekerja sebagai ibu rumah tangga
Saat dikaji : aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan
tidak dapat bekerja
5. Pola istirahat
Selama hamil : pasien istirahat/ tidur 8-10 jam/hari
Saat dikaji : pasien istirahat/ tidur 7-9jam/hari
6. Pola suhu
Selama hamil : pasien tidak pernah demam (suhu normal)
Saat dikaji : suhu pasien 36,50C
7. Pola gerak dan keseimbangan
Selama hamil : pasien dapat melakukan gerak bebas sesuai
keinginannya
Saat dikaji : pasien hanya melakukan gerak-gerak terbatas
karena lemas
8. Pola berpakaian
Selama hamil : pasien dapat mengenakan pakaiannya secara
mandiri dan memakai pakaian kesayangannya
Saat dikaji : pasien menggunakan pakaian seadaanya dan
dibantu keluarga saat mengganti pakaiannya
9. Pola personal hygine
Selama hamil : pasien biasa mandi 2xsehari dengan air
bersih dan sabun mandi tanpa bantuan keluarganya, pasien kurang
menjaga kebersihan makanan dan alat makan
Saat dikaji : pasien mandi dengan cara diseka dan dibantu
keluarganya
10. Pola komunikasi
Selama hamil : pasien berkomunikasi dengan lancar,
memakai bahasa daerah
Saat dikaji : pasien berkomunikasi dengan lancar,
memakai bahasa daerah
11. Pola spiritual
Selama hamil : pasien beribadah sesuai agamanya
Saat dikaji : pasien tidak melakukan ibadah (sedang nifas)
12. Pola aman & nyaman
Selama hamil : pasien merasa aman dan nyaman hidup
bersama keluarga
Saat dikaji : pasien merasa gelisah dirawat di rumah sakit
13. Pola rekreasi
Selama hamil : pasien kadang-kadang berekreasi ke tempat-
tempat wisata
Saat dikaji : pasien tidak dapat berekreasi, hanya
tiduran dan jalan disekitar kamar, cenderung diam
14. Pola belajar
Selama hamil : pasien mengetahui tentang kehamilannya
Saat dikaji : pasien mengetahui persalinananya secara
normal
Golongan darah : O
CT : 5 menit
BT : 5 menit
Kimia klinik
GDS : 73.0 mg/dL normal : 70.0 – 105.0
HbsAG : negativ normal : negativ
Urine
Protein : negativ
Terapi obat :
Injex : cefotaxime 2x1 vial
Oral : Asmet 3x1 tab
Methyl 3x1 tab
SF 1x1 tab
kekuatan otot 4 4
4 4
GDS : 73.0 mg/dL