Anda di halaman 1dari 13

UJIAN AKHIR SEMESTER

SANITASI DAN KEAMANAN PANGAN


PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI SARDEN

Dosen Pengampu:
Lia Amalia, S.S, S.T, M.T
Muhammad Rifqi, S.T, M.TP

Oleh:
KELOMPOK 7

Irfan Zanuwarsa B.1811216


Firdia Pradita Ramadhanti B.1910106
Riana B.18
Sarah (Tolong dirapiin lagi ya hehe) B.18

JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN DAN GIZI


FAKULTAS ILMU PANGAN HALAL
UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR
2020/2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II. PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI SARDEN...................................2
2.1 Limbah yang Dihasilkan..........................................................................3
2.2 Diagram Alir Pengolahan Limbah...........................................................3
2.3 Peralatan yang Diperlukan dan Penjelasan Pengolahan Limbah yang
Dilakukan................................................................................................3
BAB III. KESIMPULAN.........................................................................................4
BAB IV. DAFTAR PUSTAKA...............................................................................5
BAB V. DAFTAR NAMA ANGGOTA KELOMPOK DAN JOBDESKNYA.....6

i
BAB I
PENDAHULUAN

Sarah

1
BAB II
PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI SARDEN

Limbah hasil proses industri menjadi salah satu persoalan serius di


era industrialisasi. Menurut Nasir dkk (2016) hal tersebut yang membuat r
egulasi tentang industrialisasi ramah lingkungan menjadi isu yang penting.
Alasan yang mendasari sebab limbah tidak hanya berasal dari proses produ
ksi tapi juga dalam kelangsungan hidup masyarakat. Oleh karena itu, peng
olahan limbah harus dilakukan sedari dini ketika proses produksi terjadi. A
rtinya, pengolahan limbah harus dilakukan dari hulu sampai hilir karena ji
ka ini tidak dilakukan maka ancaman terhadap pencemaran akan berakibat
fatal (Xue et al, 2013).
Urgensi penanganan dan pengelolaan limbah hasil industri bahwa h
asil produksi menimbulkan limbah yang rentan terhadap lingkungan, baik
berupa limbah cair, padat atau bentuk limbah lainnya. Perlu diberikan edu
kasi kepada pelaku usaha industri terkait masalah penanganan dan pengelo
laan limbah hasil usaha sangat penting. Persoalan mendasar penanganan d
an pengelolaan limbah yaitu tentang minimnya pengetahuan pelaku usaha,
utamanya dari kelompok industri kecil. Persoalan lainnya yang terkait yait
u tidak adanya titik temu antara mereka yang dapat memanfaatkan limbah
dengan industri yang menghasilkan limbah. Padahal secara ekonomi seben
arnya semua limbah dapat diolah untuk memberikan manfaat sehingga me
mberikan nilai dan keuntungan ekonomi, yaitu tidak saja bagi pelaku indus
tri, tetapi juga pihak pihak yang berkepentingan terhadap limbah tersebut
(Achillas et al, 2013).
Berkembangnya agroindustri hasil perikanan selain membawa dam
pak positif yaitu sebagai penghasil devisa, memberikan nilai tambah dan p
enyerapan tenaga kerja, juga telah memberikan dampak negatif yaitu beru
pa buangan limbah. Limbah hasil dari kegiatan tersebut dapat berupa limb
ah padat dan limbah cair. Terlepas dari usaha-usaha untuk mendaur ulang
(recycle) dan penggunaan ulang (re-use) limbah sisa produksi tersebut, lim
bah cair yang dibuang ke badan air masih mengandung nutrien organik ya

2
3

ng cukup tinggi (Mulfih, 2013). Kandungan nutrien organik yang tinggi in


i apabila berada dalam badan air akan menyebabkan eutrofikasi pada perai
ran umum, yang kemudian akan menyebabkan kematian organisme yang h
idup dalam air tesebut, pendangkalan, penyuburan ganggang dan bau yang
tidak nyaman.
Masalah pencemaran lingkungan akibat limbah industri pertanian t
ermasuk industri perikanan sudah lama diwaspadai. Pemerintah Indonesia
sudah mulai bersikap tegas dengan dikeluarkannya peraturan bahwa semua
industri di Indonesia harus menangani limbahnya terlebih dahulu sebelum
dibuang ke perairan bebas. Hal ini telah diatur dalam beberapa peraturan y
aitu: PP No. 20 tahun 1990 tentang pengendalian pencemaran air; SK Men
teri KLH tahun 1988 dan beberapa peraturan daerah masing masing. Untu
k memenuhi persyaratan ini perlu dipilih metode penanganan limbah yang
tepat dan cocok dengan sifat limbah industri yang bersangkutan. Oleh kare
na itu karakteristik limbah yang akan diberi perlakuan (treatment) perlu di
ketahui terlebih dahulu (Mulfih, 2013). Sifat-sifat limbah industri pengola
han buah dan sayuran akan berbeda dengan industri pengolahan daging sa
pi, unggas, susu dan hasil laut/perairan. Perlu dilakukan kaji ulang untuk
mengetahui sampai seberapa jauh limbah cair industri perikanan berpotens
i dalam mencemari lingkungan, teknologi yang digunakan untuk mengolah
limbah cair yang dihasilkan dan kemungkinan pengembangannya sesuai d
engan kemajuan penelitian yang sudah dicapai.

2.1 Limbah yang Dihasilkan


Riana
4

2.2 Diagram Alir Pengolahan Limbah


2.2.1 Limbah Cair

Penampungan Limbah pada Bak khusus limbah

Screening / Penyaringan Padatan pada limbah

Bak Pre Treatment


( Pemisahan minyak pada limbah )

Bak Equalisasi
( Menghomogenkan limbah dengan pompa )

Bak Anaerob
( Menguraikan bahan – bahan organic,NH3, NO2, bau dan
menekan bakteri patogen dengan bantuan bakteri anaerob )
2.3

Bak Aerob
( Menghilangkan bau, memperbaiki warna air, menurunkan
kadar COD dan BOD dengan bantuan bakteri aerob )

Bak Setling
( Menampung bakteri aerob yang terbawa
2.4 arus )

Wet Land
( Akar – akar tanaman dalam Wet Land akan menyerap
nutrisi yang tersisa dalam limbah )
( Dialirkan ke sungai )

2.2.2 Limbah Padat

Limbah Padat Ikan


( kepala, ekor dan organ dalam ikan )

Penampungan
2.5

Bak Perebusan
( 10 – 15 menit, 90 ֯ C )

Pengepresan
( Penghilangan air )

Penampungan Air Hasil Pengepresan


Pengeringan ( Didiamkan selama 1 malam agar minyak ikan terpisah
(30 menit pada suhu 90 – 120 ֯ C) dari air )

Tepung Ikan Pemanasan


(Sebagai pakan ternak, dll) ( Minyak dipanaskan pada suhu 90 ֯ C )

Minyak Ikan
( Sebagai pakan ternak )
6

2.3 Peralatan yang Diperlukan dan Penjelasan Pengolahan Limbah yang


Dilakukan

2.3.1 Limbah Cair


1. Penampungan limbah
Alat : Bak Penampung khusus limbah, dan jarring.

Penampungan ini memiliki tujuan untuk menampung semua limbah cair hasi
l produksi dan sanitasi kecuali air toilet atau kebersihan diri. Selain itu, bak p
enampungan juga berperan sebagai tempat untuk mengendapkan padatan ya
ng terbawa oleh arus air.

2. Screening
Alat : saringan berdiameter 5 mm, 3 mm, dan 2 mm

Screening dilakukan untuk menyaring padatan yang masih terdapat dalam li


mbah cair.

3. Bak Pre Treatment


Alat : Alat penyerok minyak, drum/ penampung minyak.

Pada tahap ini proses pemisahan dilakukan secara manual dengan mengguna
kan tenaga manusia yaitu dengan cara menyerok (mengambil) minyak denga
n menggunakan alat penyerok di tempat penampungan limbah cair. Jika min
yak dan air tercampur menjadi satu, maka berat massa jenis minyak lebih rin
gan jika dibandingkan dengan massa jenis air, sehingga minyak berada di lap
isan teratas daripada air dan dengan mudah dapat diambil dari selokan (salur
an pembuangan)dan selanjutnya dimasukkan ke dalam drum-drum khusus u
ntuk tempat penyimpanan minyak

4. Bak Equalisasi
Alat : Pompa

Bak equalisasi memiliki volume ruang yaitu 431 m3 . Bak ini digunakan unt
uk menghomogenkan konsentrat atau komposisi air limbah. Proses dilakuka
n dengan menggunakan bantuan pompa untuk mengaduk air limbah sehingg
a terjadi proses pencampuran

5. Bak Anaerob
Alat : Botol plastik, kain katun dan bakteri anaerobic

Proses anaerob dimana di dalam kolam anaerob menggunakan botol-botol pl


astik, yang setiap botol pada bagian samping diberi lubang. Setiap satu buah
7

botol memiliki lubang sebanyak empat buah lubang dengan ukuran sebesar 5
/8 inchi, dan diisi dengan lima buah potongan kain katun yang berukuran 2x
20 cm. Di dalam botol terdapat bakteri-bakteri yang secara sengaja di letakk
an didalamnya. Adanya bakteri didalam botol memiliki tujuan untukmengura
ikan bahan yang bersifat organik dan anorganik. Bakteri-bakteri yang diguna
kan dalam proses treatment limbah adalah Nitrosomonas sp(mengoksidasipr
oses amonium berubah jadi nitrit), Nitrobacter sp(pengoksidasian nitrit) dan
Bacillus sp(Grady & Lim, 1980). Bakteri tersebut memiliki kemampuan untu
k mengurai dan melepaskan ion dari gas-gas beracun yang terjerat di dalam a
ir limbah, dimana gas-gas beracun tersebut dapat menimbulkan bau yang tid
ak sedap, serta dapat menurunkan kadar Biochemical Oxygen Demand (BO
D), Chemical Oxygen Demand (COD), TSS, H2S, serta NH3. Proses anaero
b ini memiliki empat buah kolam, dimana setiap kolam anaerob ini berukura
n 1 m3 dan proses treatment di dalam kolam anaerob ini dapat berlangsung s
elama satu minggu.

6. Bak Aerob
Alat : Pipa PVC ukuran 3 inchi, kran pipa, rotary blower

Bak aerob merupakan tempat yang digunakan untuk menghilangkan bau, me


mperbaiki warna air, menurunkan kadar COD dan BOD dalam limbah air de
ngan menggunakan bantuan bakteri aerob, blower udara / rotary blower untu
k memberikan oksigen dalam bak agar bakteri aerob dapat hidup dan menjal
ankan aerasi agar bakteri aerob tidak mengendap. Proses dalam bak aerob ini
menggunakan sistem aerasi. Berdasarkan warna air, jika air berwarna bening
kecoklatan yaitu bakteri dalam kondisi baik sedangkan jika air berwarna kun
ing maka bakteri dalam kondisi buruk. Berdasarkan tingkat keasaman, pH st
andar bak aerob yaitu 6-9, jika pH di bawah standar maka dapat diartikan ba
hwa kinerja bakteri menurun.

7. Bak Setling
Alat : Penampung/ bak

Bak settling digunakan sebagai tempat untuk menampung bakteri aerob yang
terbawa oleh arus. Kemudian bakteri tersebut akan dikembalikan ke bak aero
b. Pengurasan bak settling dilakukan setiap 2 atau 3 minggu.

8. Wet Land
Wet Land adalah area pengolahan limbah air yang dipenuhi oleh tumbuhan d
engan luas area sebesar 234 m3 . Proses pengolahan yang terjadi di Wet Lan
d yaitu akar – akar tanaman dalam Wet Land akan menyerap nutrisi yang ter
sisa dalam limbah air. Peremajaan tanaman tersebut dilakukan setiap 3 bulan
sekali, sedangkan pengurasan dilakukan setiap 1 bulan sekali.

9. Outlet IPAL
Alat : Pipa pvc ukuran diameter 12 inchi
Outlet IPAL digunakan untuk mengeluarkan air limbah yang telah diolah ag
ar aman untuk dikembalikan ke lingkungan. Air yang dihasilkan setelah pen
golahan akan berwarna bening kecoklatan dan tidak berbau
8

2.3.2 Limbah Padat


Proses pengolahan limbah padat dilakukan dengan terlebih dahulu m
enampung limbah padat pada bak yang telah disediakan. Kemudian, limba
h padat dipindahkan menggunakan conveyor ke mesin perebusan. Perebusa
n dilakukan selama 10-15 menit menggunakan uap yang bersuhu 90 ֯C. Lal
u proses dilanjutkan ke pengepresan selama 20 menit dimana limbah padat
di-press untuk mengeluarkan air dan lemak yang kemudian ditampung dala
m bak untuk diolah menjadi minyak ikan. Setelah melalui pengepresan, lim
bah padat dikeringkan dalam pengering selama 30 menit pada suhu 90 – 12
0 ֯C. Limbah yang telah kering disebut sebagai tepung ikan kasar yang digu
nakan sebagai pakan ternak.
BAB III
KESIMPULAN

Riana

9
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Achillas, C., Moussiopoulos, N., Karagiannidis, A., Banias, G., dan Perkoulidis,
G. 2013. The Use of Multicriteria Decision Analysis to Tackle Waste Mana
gement Problems: A Literature Review. Waste Management & Research. 31
(2): 115-129.

Muflih, A. 2013. Sistem Pengolahan Limbah Cair Industri Produk Perikanan. Sam
akia: Jurnal Ilmu Perikanan. 4(2): 99-104.

Nasir, M., Saputro, E. P., dan Handayani, S. 2016. Manajemen Pengelolaan Limb
ah Industri. Benefit: Jurnal Manajemen dan Bisnis. 19(2): 143-149.

Xue, M., Li, J., dan Xu, Z. 2013. Management Strategies on The Industrialization
Road of State-of-The-Art Technologies for E-Waste Recycling: The Case St
udy of Electrostatic Separation: A Review. Waste Management & Research.
31(2): 130-140.

10
BAB V
DAFTAR NAMA ANGGOTA KELOMPOK DAN JOBDESKNYA

Sarah

11

Anda mungkin juga menyukai