Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH PLENO MANAJEMEN KEPERAWATAN

MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL

Dosen Pembimbing: Erwin, SKp., M.Kep


Disusun Oleh: Kelompok 2

1. 711114901 Fakhrana Hanniyati 11. 1711114050 Hafizah Tul Hasanah


2. 1711113748 Fauziah Irwan 12. 1711113717 Idzni Nelia Mustafa
3. 1711114000 Fellya Alma Hesti 13. 1711113741 Ilham Muarif
4. 1711114001Firdiana Suryani Siahaan 14. 1711122958 Ilwana
5. 1711113767 Firliany Triamanda 15. 1711113657 Jhodi Ibrahim
6. 1711113999 Fitri Anisa 16. 1711113968 Kurnia Utari
7. 1711114861 Fitri Handayani 17. 1711114013 Lichentia Putri EP
8. 1711114636 Fitri Karmila 18. 1711113732 Maidenni Fortuna
9. 1711113737 Fitri Rabika ZP 19. 1711114004 Mardiah Mila Hamdi
10. 1711122591 Gita Febriani Pratiwi 20. 1711123115 Maulia Trijuliani Putri
21. 1711123135 Megawati

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada
kami, sehingga kai dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “MPKP“ tepat pada
waktunya. Tanpa pertolongan-Nya tentunya makalah ini tidak akan bisa diselesaikan. Shalawat
serta salam semoga terlimpahkan kepada baginda Rasulullah SAW yang kita nanti-nantikan
safaatnya diakhirat nanti.
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah membimbing kami
selama proses pembelajaran dan perkuliahan. Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari tugas makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi, maupun
segi penulisan, untuk itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan serta perbaikan di masa mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Pekanbaru, 5 Maret 2021

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2

C. Tujuan Penulis ........................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................... 3

A. STEP I ........................................................................................................................ 3

B. STEP II....................................................................................................................... 4

C. STEP III ..................................................................................................................... 5

D. STEP IV ..................................................................................................................... 6

E. STEP V ...................................................................................................................... 6

F. STEP VI ..................................................................................................................... 6

G. STEP VII.................................................................................................................... 6

BAB III PENUTUP

A. kesimpulan
B. saran

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan profesionalisme keperawatan di Indonesia dimulai sejak diterima dan
diakuinya keperawatan sebagai profesi pada Lokakarya Nasional Keperawatan (1983).
Sejak saat itu berbagai upaya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional,
Departemen Kesehatan dan organisasi profesi, diantaranya adalah dengan membuka
pendidikan pada tingkat sarjana, mengembangkan Kurikulum Diploma III keperawatan,
mengadakan pelatihan bagi tenaga keperawatan, serta mengembangkan standar praktik
keperawatan. Upaya penting lainnya adalah dibentuknya Direktorat Keperawatan di
Departemen Kesehatan di Indonesia. Semua upaya tersebut bertujuan untuk
meningkatkan profesionalisme keperawatan agar mutu asuhan keperawatan dapat
ditingkatkan. (Sitorus, 2006).
Walaupun sudah banyak hal positif yang telah dicapai di bidang pendidikan
keperawatan, tetapi gambaran pengelolaan layanan keperawatan belum memuaskan.
Layanan keperawatan masih sering mendapat keluhan masyarakat, terutama tentang sikap
dan kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien atau
keluarga. (Sitorus, 2006).
Layanan keperawatan yang ada di Rumah Sakit masih bersifat okupasi. Artinya,
tindakan keperawatan yang dilakukan hanya pada pelaksanaan prosedur, pelaksanaan
tugas berdasarkan instruksi dokter. Pelaksanaan tugas tidak didasarkan pada tanggung
jawab moral serta tidak adanya analisis dan sintesis yang mandiri tentang asuhan
keperawatan. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan restrakturing, reengineering,
dan redesigning system pemberian asuhan keperawatan melalui pengembangan Model
Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) yang diperbaharui dengan SP2KP. (Sitorus,
2006).
B. Rumusan Masalah
1. Apa Defenisi MPKP?
2. Apa Saja Komponen MPKP?
3. Apa Saja Tingkatan Perawat MPKP?
4. Apa Saja Kekurangan dan Kelebihan MPKP?

1
5. Apa Saja Kriteria Perawat MPKP?
6. Apa Saja Penyusun Visi Misi MPKP?
7. Apa Saja Tugas Setiap Komponen MPKP?
8. Bagaimana Struktur MPKP?
9. Bagaimana Tahapan Pelaksanaan MPKP?
10. Bagaimana Penjelasan Kapasitas Tempat Tidur?
11. Bagaimana Penjelasan Tingkatan Ketergantungan Pasien?
12. Bagaimana Penyusunan MPKP?
13. Bagaimana Metode Penugasan MPKP?
C. Tujuan Penulis
1. Untuk Mengetahui Defenisi MPKP
2. Untuk Mengetahui Komponen MPKP
3. Untuk Mengetahui Tingkatan Perawat MPKP
4. Untuk Mengetahui Kekurangan dan Kelebihan MPKP
5. Untuk Mengetahui Kriteria Perawat MPKP
6. Untuk Mengetahui Penyusun Visi Misi MPKP
7. Untuk Mengetahui Tugas Setiap Komponen MPKP
8. Untuk Mengetahui Struktur MPKP
9. Untuk Mengetahui Tahapan Pelaksanaan MPKP
10. Untuk Mengetahui Penjelasan Kapasitas Tempat Tidur
11. Untuk Mengetahui Penjelasan Tingkatan Ketergantungan Pasien
12. Untuk Mengetahui Penyusunan MPKP
13. Untuk Mengetahui Metode Penugasan MPKP

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. STEP I (Terminologi)
1. BOR 70% dan LOS 5 hari
2. Total care
3. Metode fungsional
4. Partial care
5. Metode Tim dan MPKP
6. CCM
7. Perawat Assosiate
Jawaban :
1. Bed Occupacy Rate & LOS
BOR: Jumlah penggunaan tmpat tidur atau tempat tidur yg terisi
LOS : rata-rata lama seseorang dirawat
2. Total care
Perawatan total yg memerlukan perawatan 5-7jam, yg membutuhkan bantuan
aktif dr perawat, bantuan sepenuhnya
3. Metode fungsional
Pengorganisasian perawatan yg berdasarkan jenis kerjanya
4. Partial care
 Perawatan sedang, perawatan yg dibantu sebagian 3-4 jam dalam sehari
 Perawatan yang sebagian dilakukan: pemberian obat pd intravena Metode
tim dan MPKP
5. Metode tim dan MPKP
Metode tim: metode pemberian askep menggunakan tim
MPKP :sebuah metode dipimpin dengan perawat spesialis dan dianggoatai
oleh perawat dengan keahlian berbeda
6. CCM
Clinical care manager yang biasa di jabat oleh perawat ners Spesialis yang
bertanggung jawab seperti membimbing PP & PA ttg implementasi

3
mpkp,memberi masukan saat kasus pada PP dan PA, Mengevaluasi penkes yang
dilakukan pp dll.
7. Perawat associate
Seorang perawat yang diberi wewenang dan ditugaskan untuk memberikan
pelayanan keperawatan langsung kepada klien.
B. STEP II (Identifikasi Masalah)
1. Berapa persen BOR yg ideal dan apa tujuannya ?
2. Kategori pasien yg bisa mendapatkan perawatan partial care?
3. Apakah yg didahulukan perawat yg memiliki tingkat lebih tinggi atau pengalaman
lebih banyak?
4. Apa kategori perawat yg layak dijadikan kepala ruangan?
5. Mengapa metode tim dirubah ?
6. Apa kriteria yang dipenuhi untuk mengubah metode MPKP dari metode tim?
7. Dukungan apa yg diberikan oleh staff ke kepala ruangan dalam waktu dua bulan?
8. Apa faktor perubahan metode askep di rumah sakit?
9. Bagaimana kriteria perawat CCM, perawat primer, assosiate?
10. Apa fungsi perawat CCM, perawat primer, perawat assosiate?
C. STEP III (Pembahasan Masalah)
1. Nilai ideal BOR adalah 75-85%, dan tujuan dari indikator ini adalah untuk
memberikan gambaran tinggi rendahnnya pemanfaatan tempat tidur dirumah sakit.
2. Pasien dengan operasi minor,
3. Untuk mpkp pasti dgn tingkatan semakin tinggi pendidikan pasti semakin tinggi
tingkatnya. karna semaki tinggi ilmu semakin banyak ilmu, riset yg terbaru
4. Memilikan pendidikan s1 atau d3, pengalaman menjabat sebagai kepala ruangan 2x
utk MPKP, lulus test, mengikuti berbagai seminar, memiliki prestasi dlm bidag
kesehatan.
5. Metode dirubah apabila metode sebelumnya ada kelemahan. metode tim
kelemahannya: ketua tim menghabiskan banyak waktu utk mengkoordinasi anggota.
6. metode dirubah apabila metode sebelumnya ada kelemahan. metode tim
kelemahannya: ketua tim menghabiskan banyak waktu utk mengkoordinasi anggota
7. Kerja sama dan support dari anggota

4
8. Salah satu faktor diubahnya metode askep tsb adalah untuk meningkatkan mutu
pelayanan asuhan keperawatan karna pengembangan metode mpkp salah satu upaya
untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan dan juga dapat meningkatkan
eksistensi institusi/RS, kepuasan kerja dll
9. Perawat ccm: s1, melakukan pendidikan ners, Perawat primer: d3, minimal kerja 4
tahun, Perawat Assosiate: d3, lulusan smk yg memiliki pengalaman bekerja di Rs
10. Perawat primer: satu perawat bertanggung jawab kpd satu pasien sehingga
prawatannya komrehensif, Perawat primer: membuat perencanaan, mendegelasikan
tugas, Perawat asosiat: melakukan askep, melakukan delegasi bdr perawat primer.
D. STEP IV (SKEMA)
Ruang Perawatan Dewasa RSUD tipe B

Kapasitas Jumlah perawat:


Dipimpin Rata-rata
tempat tidur: -5 orang (pendidikan DIII dengan
oleh tingkat
Memiliki 40 pengalaman bekerja >20tahun)
perawat ketergantungan
kapasitas -22 orang (pendidikan DIII dengan
ners dengan pasien:
tempat tidur pengalaman bekerja <10 tahun)
pengalaman -Total Care
dengan BOR -5 orang (pendidikan DIII dengan
bekerja 15 -Partial Care
70% dan LOS 5 pengalaman bekerja <2 tahun)
tahun -Self Care
hari

Terjadi tuntutan dari masyaralat terkait


kualitas pelayanan asuhan keperawtan

Kepala ruangan menyusun kembali visi


dan misi

Metode tim diubah menjadi MPKP

Menyusun rencana MPKP

5
Menentukan CCM, perawat primer,
perawat assosiate

Konsep MPKP

E. STEP V (Learning Objektif)


1. Definisi MPKP
2. Komponen MPKP
3. Tingkatan perawat MPKP
4. Kekurangan dan kelebihan MPKP
5. Kriteria perawat MPKP
6. Penyusunan visi misi MPKP
7. Tugas setiap komponen MPKP
8. Struktur MPKP
9. Tahap kegiatan MPKP
10. Penyusunan MPKP
11. Metode penugasan MPKP
12. Penjelasan kapasitas tempat tidur (BOR dan LOS)
13. Penjelasan tingkat ketergantungan pasien (Total care, dll)
F. STEP VI (Diskusi Mandiri)

G. STEP VII (Jawaban Learning Objective)


1. Defenisi MPKP
Hoffart dan Woods dalam Arsad Suni (2018), mendefinisikan MPKP sebagai
suatu sistem yang meliputi struktur, proses, dan nilai profesional yang memungkinkan
perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan dan mengatur
lingkungan untuk menunjang asuhan keperawatan. Dapat disimpulkan bahwa MPKP
merupakan suatu tatanan yang terdiri dari struktur, proses, dan profesional value yeng
mendorong perawat untuk memiliki profesionalitas dan menjadi pemberi pelayanan
keperawatan yang memadai.
6
Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (Struktur,
Proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang
pemberian asuhan tersebut (Murwani & Herlambang, 2012).
2. Komponen MPKP
Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai rumah sakit, MPKP
tediri lima komponen yaitu nilai – nilai professional yang merupakan inti
MPKP, hubungan antar professional, metode pemberian asuhan keperawatan,
pendekatan manajemen terutama dalam perubahan pengambilan keputusan serta
sistem kompensasi dan penghargaan.
a. Nilai – nilai professional
Pada model ini PP dan PA membangun kontrak dengan klien/keluarga,
menjadi partner dalam memberikan asuhan keperawatan. Pada pelaksanaan
dan evaluasi renpra. PP mempunyai otonomi dan akuntabilitas untuk
mempertanggungjawabkan asuhan yang diberikan termasuk tindakan yang
dilakukan oleh PA. hal ini berarti PP mempunyai tanggung jawab membina
performa PA agar melakukan tindakan berdasarkan nilai-nilai professional.
b. Hubungan antar professional
Hubungan antar profesional dilakukan oleh PP. PP yang paling
mengetahui perkembangan kondisi klien sejak awal masuk. Sehingga mampu
memberi informasi tentang kondisi klien kepada profesional lain khususnya
dokter. Pemberian informasi yang akurat akan membantu dalam penetapan
rencanatindakan medik.
c. Metode pemberian asuhan keperawatan
Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah
modifikasi keperawatan primer sehingga keputusan tentang renpra
ditetapkan oleh PP, PP akan mengevaluasi perkembangan klien setiap hari
dan membuat modifikasi pada renpra sesuai kebutuhan klien.
d. Pendekatan manajemen
Pada model ini diberlakukan manajemen SDM, yaitu ada garis
koordinasi yang jelas antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim

7
menjadi tanggung jawab PP. Dengan demikian, PP adalah seorang manajer
asuhan keperawatan. Sebagai seorang manajer, PP harus dibekali dengan
kemampuan manajemen dan kepemimpinan sehingga PP dapat menjadi
manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif.
e. Sistem kompensasi dan panghargaan.
PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk
asuhan keperawatan yang dilakukan sebagai asuhan yang profesional.
Kompensasi dan penghargaan yang diberikan kepada perawat bukan bagian
dari asuhan medis atau kompensasi dan penghargaan berdasarkan prosedur.
Terdapat 4 komponen utama dalam model praktek keperawatan professional,
yaitu sebagai berikut :
1) Ketenagaan Keperawatan
Ketenagaan Keperawatan Menurut Douglas (1984) dalam suatu pelayanan
profesional, jumlah tenaga yang diperlukan tergantung pada jumlah pasien
dan derajat ketergantungan pasien.
2) Metoda pemberian asuhan keperawatan
Sistem pemberian asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan
pemberian asuhan keperawatan secara efektif dan efisien kepada sejumlah
pasien. Setiap metoda memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing.
3) Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang
dilakukan perawat dalam menyusun kegiatan asuhan secara bertahap.
Kebutuhan dan masalah pasien merupakan titik sentral dalam pengambilan
keputusan. Pendekatan ilmiah yang fragmatis dalam pengambilan keputusan
adalah :
 Identifikasi masalah
 menyusun alternatif penyelesaikan masalah
 pemilihan cara penyelesaian masalah yang tepat dan melaksanakannya
 evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah.
4) Dokumentasi Keperawatan

8
Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem
pelayanan keperawatan, karena melalui pendokumentasian yang baik, maka
informasi mengenai keadaan Kesehatan pasien dapat diketahui secara
berkesinambungan. Disamping itu, dokumentasi merupakan dokumen legal
tentang pemberian asuhan keperawatan. Secara lebih spesifik,
dokumentasi berfungsi sebagai sarana komunikasi antar profesi Kesehatan,
sumber data untuk pemberian asuhan keperawatan, sumber data untuk
penelitian, sebagai bahan bukti pertanggung jawaban dan pertanggung
gugatan asuhan keperawatan.
Dokumen dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien.
Dokumentasi berdasarkan masalah terdiri dari format pengkajian, rencana
keperawatan, catatan tindakan keperawatan, dan catatan perkembangan
pasien.
3. Tingkatan perawat MPKP
Menurut sitorus (2006) kategori MPKP dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat
pendidikan Perawat Primer (PP) menjadi:
a. MPKP Pemula
Pada tingkat ini kategori pedidikannya PP masih DIII dan diharapkan
nantinya PP mempunyai kemampuan sebagai SKP/Ners melalui kesempatan
peningkatan pendidikann Praktik keperawatan pada tingkat ini diharapakan
mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat pemula dengan
metode pemberian asuhan keperawatan modifikasi keperawatan primer.
Ketenagaan pada tingkat ini jumlah harus sesuai kebutuhan, DIII keperawatan
sebagai perawat primer pemula, SPK/DIII keperawatan sebagai PA. Dokumentasi
keperawatan mengacu standart rencana perawatan masala aktual.
b. MPKP Tingkat I
PP adalah SKP/Ners, agar PP dapat memberikan asuhan keperawatan
berdasarkan ilmu dan teknologi diperlukan kemampuan seorang ners spesialis
yang akan berperan sebagai clinical care manager (CCM). Praktik keperawatan
pada tingkat ini diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional
tingkat I dengan metode pemberian asuhan keperawatan modifikasi keperawatan

9
primer Ketenagaan pada tingkat ini jumlah harus sesuai kebutuhan, Ners spesialis
sebagai CCM, SKp/Ners sebagai PP. DIII keperawatan sebagi PA. Dokumentasi
keperawatan mengacu standar rencana perawatan masalah aktual dan masalah
risiko.
c. MPKP Tingkat II
Praktik keperawatan diharajukan mampu membenahn modifikasi
keperawatan primer asuhan keperawatan profesional tingkat u. Metode pemberian
asulan keperawatan adalah manajemen kasus Jumlah tentu sesuai kebutuhan,
doktor keperawatan klinik sebagai konsultan, ners spesialis: PP(11) ners spesialis
sebagai CCM, DII keperawatan sebagai PA Dokumentasi keperawatan
menggunakan clitical pathway/ stundbar rencana keperawatan.
Tabel 2.1
Tingkatan
dan Praktik Metode Aspek
Pemberian Ketenagaan Dokumentasi
Spesifikasi keperawatan Penelitian
Askep
MPKP
Tingkat
MPKP I Mampu Modifikasi 1.Jumlah Standar renpra 1. Penelitian
memberikan keperawatan sesuai (masalah aktual deskriptif oleh
asuhan primer kebutuhan dan masalah PN (primary
keperawatan 2.Ners resiko) nurse)
profesional spesialis 2. Identifikasi
tingkat I (1:25-30 masalah
klien) penelitian
sebagai CCM 3.Pemanfaatan
3.Skp/Ners hasil
sebagai PP penelitian
4.D III
Keperawatan
sebagai PA

10
MPKP II Mampu Manajemen Clinical
memberikan kasus dan 1. Jumlah pathway standar 1. Penelitian
modifikasi keperawatan sesuai renpra eksperimen
kebutuhan oleh Ners
keperawatan
2. Spesialis spesialis
primer/asuhan Ners (1:1 PP) 2. Identifikasi
keperawatan sebagai CCM masalah
profesional 3. Skp/Ners penelitian
tingkat II sebagai PP 3.Pemanfaatan
4. D III hasil
Keperawatan
sebagai PA

MPKP III Mampu Manajemen Clinical


memberikan kasus 1. Jumlah pathway/standar 1. Penelitian
modifikasi sesuai renpra eksperimen
kebutuhan lebih banyak
tingkat
2. Doktor 2. Identifikasi
primer/asuhan keperawatan masalah
keperawatan klinik 3.
profesional (konsultan) Pemanfaatan
tingkat III 3. Ners hasil
spesialis (1:1
PP) sebagai
CCM
4. Skp/Ners
sebagai PP
5. D III
Keperawatan
sebagai PA

4. Kelebihan dan Kekurangan MPKP


 Kelebihan model praktek keperawatan professional :
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
c. Komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan
memberikankepuasan pada anggota tim

11
d. Bila diimplementasikan di RS dapat meningkatkan mutu asuhan
keperawatan
e. Ruang MPKP merupakan lahan praktek yang baik untuk proses belajar
f. Ruang rawat MPKP sangat menunjang program pendidikan Nursing
 Kekurangan model praktek keperawatan professional :
a. Komunikasi antar anggota tim terutama dalam bentuk konferensi tim,
membutuhkan waktu dimana sulit melaksanakannya pada waktu-waktu
sibuk.
b. Akuntabilitas pada tim
c. beban kerja tinggi
5. Kriteria Perawat MPKP
Perawat yang dibutuhkan di ruang MPKP memiliki kriteria antara lain:
a. Kepala Ruangan
 Pendidikan minimal S1 Keperawatan. Jika belum ada masa transisi
boleh D3 bila di ruangan tersebut belum ada perawat yang lulusan
S1 dengan syarat mempunyai jiwa kepemimpinan.
 Pengalaman menjadi kepala ruangan minimal 2 tahun dan bekerja
pada area keperawatan minimal 2 tahun.
 Sehat jasmani dan rohani
 Pernah mengikuti pelatihan antara lain:
 Manajemen bangsal
 Pelatihan MPKP
 Komunikasi keperawatan
 Lulus tes tulis dan wawancara
b. Ketua Tim
 Pendidikan minimal S1 Keperawatan. Jika belum ada masa transisi
boleh D3 dengan syarat mempunyai jiwa kepemimpinan.
 Pengalaman kerja minimal 2 tahun
 Sehat jasmani dan rohani
 Pernah mengikuti pelatihan antara lain:
 Manajemen bangsal

12
 Pelatihan MPKP
 Komunikasi keperawatan
 Lulus tes tulis dan wawancara
c. Perawat Pelaksana
 Pendidikan minimal D3
 Pengalaman kerja minimal 1 tahun
 Sehat jasmani dan rohani
 Pernah mengikuti pelatihan
 Lulus tes tulis dan wawancara
6. Penyusunan Visi dan Misi MPKP
a. Visi
Visi adalah pernyataan singkat yang menyatakan mengapa organisasi itu
dibentuk serta tujuan organisasi tersebut. Visi perlu dirumuskan sebagai
landasan perencanaan organisasi. Visi dirumuskan bersama oleh kepala ruang
dengan memperhatikan masukan-masukan dari stakeholders dan visi seharusnya
ditinjau serta dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan
ipteks dan masyarakat. Visi diruangan diturunkan dari visi rumah sakit yang
merupakan pengembangan yang disesuaikan dengan ruang masing-masing.
Langkah pertama dalam merencanakan manajemen keperawatan adalah
membuat kesepakatan terhadap visi dan misi yang akan dijadikan sebagai suatu
hal yang dicita-citakan oleh organisasi. statemen visi dirancang untuk
mengilhami dan memotivasi karyawan untuk mencapai suatu kondisi yang
diinginkan.
Contoh visi ruangan :
Menjadi ruangan yang mampu dan handal dalam pelayanan keperawatan
di Rumah Sakit A dengan pelayanan secara utuh bio-psiko-sosio dan spiritual
b. Misi
Misi adalah pernyataan yang menjelaskan tujuan organisasi dalam
mencapai visi yang telah ditetapkan,
Contoh misi ruangan :
 Kami dapat melayani pasien dengan layanan sepenuh hati
13
 Kami akan selalu berkomunikasi dengan pasien secara terapeutik
 Kami akan optimalisasi sarana pelayanan sehingga bisa efektif dan
efisien
 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang prima, berfokus
pada kesehatan dan kepuasan pasien dengan tetap memperhatikan
aspek sosial.
7. Tugas Setiap Komponen MPKP
a. Kepala ruangan
1) Pengertian Kepala Ruangan adalah : Seorang perawat profesional yang diberi
wewenang dan tanggung jawab dan mengelola kegiatan pelayanan perawatan
di satu ruang rawat.
2) Tugas Pokok
Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan Keperawatan di ruang
rawat yang berada di wilayah tanggung jawabnya.
3) Uraian Tugas
Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi :
- Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga lain
sesuai kebutuhan.
- Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan sesuai
kebutuhan.
- Merencanakan dan menetukan jenis kegiatan/asuhan keperawatan yang
akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.
- Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan, meliputi :
- Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan ruang
rawat.
- Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga lain
sesuai kebutuhan dan ketentuan atau peraturan yang berlaku.
- Melaksanakan program orientasi kepada tenaga perawatan baru atau
tenaga lain yang akan bekerja diruang rawat.
- Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai ketentuan/standar.

14
- Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja sama
dengan berbagai pihak yang terlibat dalam pelayanan di ruang rawat.
- Mengadakan pertemuan berkala dengan pelaksana perawatan dan tenaga
lain yang berada diwilayah tanggug jawabnya.
- Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan di bidang perawatan antara
lain melalui pertemuan ilmiah.
- Mengenal jenis dan kegunaan barang/peralatan serta mengusahakan
pengadaannya sesuai kebuthan pasien agar tercapai pelayanan yang
optimal.
- Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat dan bahan lain
yang diperlukan diruang rawat.
- Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar selalu
dalam keadaan siap pakai.
- Mempertangungjawabkan pelaksanan inventarisasi peralatan.
- Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya, meliputi
penjelasan tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruangan, fasilitas yang
ada cara penggunaannya serta kegiatan rutin sehari-hari di ruangan.
- Mendampingi dokter selama kunjungan keliling (visite dokter) untuk
pemeriksaan pasien dan mencatat program pengobatan, serta
menyampikan kepada staf untuk melaksanakannya.
- Mengelompokan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat
menurut tingkat kegawatannya, infeksi dan non infeksi untuk
memudahkan pemberian asuhan keperawatan.
- Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat untuk
mengetahui keadaanya dan menampung keluhan serta membantu
memecahkan masalah yang dihadapinya.
- Mejaga perasan pasien agar merasa aman dan terlindungi selama
pelaksanaan pelayanan perawatan berlangsung.
- Memberi penyuluhan kesehatan terhadap pasien atau keluarga dalam batas
kewenangan.

15
- Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi selama
pelaksanaan pelayanan perawatan berlangsung.
- Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan asuhan
keperawatan dan kegiatan lain yang dilakukan secara tepat dan benar.
Untuk tindakan perawatan selanjutnya.
- Mengadakan kerjasama yang baik dengan kepala ruang yang lain, seluruh
kepala bidang, kepala bagian, kepala instalasi dan kepala unit di RS.
- Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara petugas,
pasien dan keluarganya, sehingga memberikan ketenangan.
- Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan.
- Memeriksa dan meneliti pengisian daftar permintaan makanan berdasarkan
macam dan jenis makanan pasien, kemudian memeriksa dan meneliti
ulang saat penyajian sesuai dengan diitnya.
- Memelihara buku register dan berkas catatan medik.
- Membuat laporan harian dan bulanan mengenai pelaksanaan kegiatan
asuhan keperawatan, serta kegiatan lain di ruang rawat.
- Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian meliputi :
- Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah
ditentukan.
- Melaksanakan penilaian terhadap upaya peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan di bidang perawatan.
- Mengawasi dan mengendalaikan pendayagunaan peralatan perawatan serta
obat-obatan secara efektif dan efisien,
- Mengawasi pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan
keperawatan serta mencatat kegiatan lain di ruang rawat. II.
b. CCM
- Membimbing PP pada implementasi MPKP
- Memberikan masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan PA
- Mempresentasikan isu-isu baru terkait asuhan keperawatan
- Mengidentifikasi fakta dan temuan yang memerlukan pembuktian\
- Mengidentifikasi masalah penelitian

16
- Menerapkan hasil-hasil penelitian dalam asuhan keperawatan
- Bekerjasama dengan kepala ruang dalam mengevaluasi mutu asuhan
keperawatan dan mengevaluasi implementasi MPKP
- Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakukan PP
- Merencakan pertemuan ilmiah untuk membahas hasil evaluasi asuhan
keperawatan
c. Perawat primer
- Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif.
- Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
- Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama praktek bila diperlukan.
- Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan
oleh disiplin ilmu lain maupun perawat lain.
- Mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan.
- Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial
di masyarakat.
- Membuat jadwal perjanjian klinik.
- Mengadakan kunjungan rumah bila perlu.
- Bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan
pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
- Mengikuti timbang terima.
- Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komperhensif.
- Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
- Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas.
- Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan
oleh disiplin lain maupun perawat blain.
- Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.
- Menerima dan menyesuaikan rencana.
- Menyiapkan penyuluhan untuk pulang.
- Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial
di masyarakat.
- Membuat jadual perjanjian klinik.

17
- Mengadakan kunjungan rumah.
- Melaksanakan sentralisasi obat.
- Mendampingi visite.
- Melaksanakan ronde keperawatan bersama dengan kepala ruangan dan
perawat associate.
- Melaporkan perkembangan pasien kepada kepala ruangan.
d. Perawat assosiate
1) Pengertian.
Seorang perawat yang diberikan wewenang dan ditugaskan untuk
memberikan pelayanan keperawatan langsung kepada klien.
2) Tugas Pokok
- Memberikan perawatan secara langsung berdasarkan proses
keperawatan dengan sentuhan kasih sayang.
- Melaksanakan tindakan perawatan yang telah disususun.
- Mengevalusai tindakan keperawatan yang telah diberikan.
- Mencatat dan melaporkan semua tindakan perawatan dan repons klien
pada catatan perawatan.
- Melaksanakan program medik dengan penuh tanggung jawab.
- Pemberian obat.
- Pemeriksaan laboratorium.
- persiapan klien yang akan dioperasi.
- Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik , mental, dan spiritual
dari klien,:
a) Memelihaara kebersihan klien dan lingkungan.
b) Mengurangi penderitaan klien dengan memberi rasa aman, nyaman
dan ketenangan.
c) Pendekatan dengan komunkasi terapiutik.
- Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi
tindakan perawatan dan pengobatan serta diagnostik.
- Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai kemampuannnya.
- Memberi pertolongan segera pada kien gawat atau sakaratul maut.

18
- Membantu kepala ruangan dalam ketatalaksaaan ruangan secara
administratif.
- Menyiapkan data klien baru, pulang atau meninggal.
- Sensus harian dan formulir.
- Rujukan atau penyuluhan PKMRS.
- Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada diruangan.
- Menciptkan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan dan
keindahan ruangan.
- Melaksankan tugas dinas pagi/sore/malam secara bergantian.
- Memberi penyuluhan kesehatan kepada klien sehubungan dengan
penyakitnya.
- Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik lisan maupun
tertulis.
- Membuat laporan harian.
- Mengikuti timbang terima.
- Mengikuti kegiatan ronde keperawatan.
- Melaksanakan rencana keperawatan yang dibuat oleh perawat primer.
- Berkoordinasi dengan perawat associate yang lain dan perawat primer.
- Melakukan evaluasi formatif.
- Pendokumentasian tindakan dan catatan perkembangan pasien.
- Melaporkan segala perubahan yang terjadi atas pasien kepada perawat
primer.
8. Struktur MPKP
Pengorganisasian diruangan MPKP menggunakan pendekatan sistem/metode
penugasan tim. SDM perawat diorganisasikan dengan menggunakan metode
penugasan perawat primer dan tim keperawatan yang dimodifikasi. Perawat dibagi
dalam tim sesuai dengan jumlah pasien diruangan. Jumlah pasien untuk tiap tim 8-10
orang, dan jumlah perawat antara 6-10 orang, untuk itu akan dibuat struktur
organisasi daftar dinas dan daftar pasien.
Struktur organisasi Ruang MPKP menggunakan sistem penugasan Tim-primer
keperawatan. Ruang MPKP dipimpin oleh kepala ruang yang membawahi dua atau

19
lebih ketua tim. Ketua tim berperan sebagai perawat primer membawahi beberapa
perawat pelaksana yang memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh kepada
sekelompok klien.
Gambar
Struktur Organisasi Ruangan A

9. Tahap Kegiatan MPKP


a. Kegiatan MPKP
1) Timbang terima
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan kedaan klien, bertujuan
untuk:
a) Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien
b) Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya
c) Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi:


 Persiapan
- kedua kelompok dalam keadaan siap
- kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
 Pelaksanaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-
masing penanggung jawab:
- timbang terima dilaksanakan setiap penggantian shift/operan

20
- dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan
timbang terima dengan mengkaji secara komprehensif yang
berkaitan tentang masalah keperawatan klien, rencana tindakan
yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting
lainnya yang perlu dilimpahkan
- hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang
lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian
diserahterimakan kepada perawat yang berikutnya

Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah:


- Identitas klien dan diagnosa medik
- Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul
- Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
- Intervensi kolaborasi dan dependensi
- Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan
penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya
yang tidak dilaksanakan secara rutin.
2) Preconference
Komunikasi kepala primer dan perawat pelaksana setelah selesai operan
untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ka primer atau
penanggung jawab primer. Jika yang dinas pada primer tersebut hanya 1
orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap
perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dari kepala primer dan
penanggung jawab primer.
Waktu : setelah operan
Tempat : meja masing-masing perawat primer
PJ : kepala primer atau penanggung jawab primer
Kegiatan :
- Kepala primer atau penanggung jawab primer membuka acara
- Kepala primer atau penanggung jawab primer menanyakan
rencana harian masing-masing perawat pelaksana

21
- Kepala primer atau penanggung jawab primer memberikan
masukan dan tindakan lanjut terkait dengan asuhan yang
diberikan saat itu
- Kepala primer atau penanggung jawab primer memberikan
reinforcement
- Kepala primer atau penanggung jawab primer menutup acara
3) Post conference
Komunikasi kepala primer dan perawat pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikutnya. Isinya
adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawatan dan hal penting untuk operan
(tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh kepala primer atau penanggung
jawab primer. (modul mpkp, 2006).
Waktu : sebelum operan ke dinas berikutnya
Tempat : meja masing-masing primer
PJ : kepala primer atau penanggung jawab primer
Kegiatan :
- Kepala primer atau penanggung jawab primer membuka acara
- Kepala primer atau penanggung jawab primer menanyakan
kendala dalam asuhan yang telah diberikan
- Kepala primer atau penanggung jawab primer menyakan
tindakan lanjut asuhan klien yang harus dioperkan kepada
perawat shift berikut nya
- Kepala primer atau penanggung jawab primer menutup acara
4) Ronde Keperawatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan
klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping klien dilibatkan untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu
harus dilakukan oleh penanggung jawab jaga dengan melibatkan seluruh anggota
tim.
Karakteristik:
- klien dilibatkan secara langsung

22
- klien merupakan fokus kegiatan
- perawat asosiet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama
- konsuler memfasilitasi kreatifitas
- konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet, perawat
primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.

Tujuan:
- menumbuhkan cara berfikir secara kritis
- menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari
masalah klien
- meningkatkan vadilitas data klien
- menilai kemampuan justifikasi
- meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
- meningkatkan kemampuan untuk emodifikasi rencana perawatan.

Tahap pelaksanaan ronde keperawatan


1) Pesiapan
a) Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde
b) Pemberian informed consent kepada klien/keluarga
2) Pelaksanaan ronde
a) Penjelasan tentang klien oleh perawat dalam hal ini penjelasan difokuskan
pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau telah
dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan
b) Pemberian justifikasi oleh perawat tentang masalah klien serta rencana
tindakan yang akan dilakukan
c) Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan
ditetapkan
3) Pasca ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta
menerapkan tindakan yang perlu.

10. Penyusunan MPKP

23
Tahap Persiapan Pada tahap persiapan penerapan MPKP ini ada beberapa hal
yang harus dilakukan, yaitu: (Sitorus, 2011).
a. Pembentukan Tim Jika MPKP akan diimplementasikan di rumah sakit yang
digunakan sebagai tempat proses belajar bagi mahasiswa keperawatan, sebaiknya
kelompok kerja ini melibatkan staf dari institusi yang berkaitan sehingga kegiatan
ini merupakan kegiatan kolaborasi antara pelayanan/rumah saklit dan institusi
pendidikan. Tim ini bisa terdiri dari seorang koordinator departemen, seorang
penyelia, dan kepala ruang rawat serta tenaga dari institusi pendidikan. (Sitorus,
2011).
b. Rancangan Penilaian Mutu Penilaian mutu asuhan keperawatan meliputi kepuasan
klien/keluarga kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai dari dokumentasi
keperawatan, lama hari rawat dan angka infeksi noksomial (Sitorus, 2011).
c. Presentasi MPKP Selanjutnya dilakukan presentasi tentang MPKP dan hasil
penilaian mutu asuhan kepada pimpinan rumah sakit, departemen, staf
keperawatan, dan staf lain yang terlibat. Pada presentasi ini juga, sudah dapat
ditetapkan ruang rawat tempat implementasi MPKP akan dilaksanakan (Sitorus,
2011).
1) Penentuan Tempat Implementasi MPKP Adapun hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penentuan tempat implementasi MPKP, antara lain
(Sitorus, 2011) :
i. Mayoritas tenaga perawat merupakan staf baru di ruang tersebut.
Hal ini diperlukan sehingga dari awal tenaga perawat tersebut akan
mendapat pembinaan tentang kerangka kerja MPKP
ii. Bila terdapat ruang rawat, sebaiknya ruang rawat tersebut terdiri
dari 1 swasta dan 1 ruang rawat yang nantinya akan dikembangkan
sebagai pusat pelatihan bagi perawat dari ruang rawat lain.
2) Penetapan Tenaga Keperawatan Pada MPKP, jumlah tenaga keperawatan
di suatu ruang rawat ditetapkan dari klasifikasi klien berdasarkan derajat
ketergantungan. Untuk menetapkan jumlah tenaga keperawatan di suatu
ruang rawat didahului dengan menghitung jumlah klien berdasarkan

24
derajat ketergantungan dalam waktu tertentu, minimal selama 7 hari
berturut-turut. (Sitorus, 2011).
3) Penetapan Jenis Tenaga Pada MPKP metode pemberian asuhan
keperawatan yang digunakan adalah metode modifikasi keperawatan
primer. Dengan demikian, dalam suatu ruang rawat terdapat beberapa
jenis tenaga, meliputi (Sitorus, 2011):
 Kepala ruang rawat
 Clinical care manager
 Perawat primer
 Perawat asosiate
4) Pengembangan Standar Rencana Asuhan Keperawatan Pengembangan
standar rencana asuhan keperawatan bertujuan untuk mengurangi waktu
perawat menulis, sehingga waktu yang tersedia lebih banyak dilakukan
untuk melakukan tindakan sesuai kebutuhan klien. Adanya standar
rencana asuhan keperawatan menunjukan asuhan keperawatan yang
diberikan berdasarkan konsep dan teori keperawatan yang kukuh, yang
merupakan salah satu karakteristik pelayanan profesional. Format standar
rencana asuhan keperawatan yang digunakan biasanya terdiri dari bagian-
bagian tindakan keperawatan: diagnosa keperawatan dan data penunjang,
tujuan, tindakan keperawatan dan kolom keterangan (Sitorus, 2011).
5) Penetapan Format Dokumentasi Keperawatan Selain standar rencana
asuhan keperawatan, format dokumentasi keperawatan lain yang
diperlukan adalah (Sitorus, 2011) :
 Format pengkajian awal keperawatan
 Format implementasi tindakan keperawatan
 Format kardex
 Format catatan perkembangan
 Format daftar infuse termasuk instruksi atau pesanan dokter
 Format laporan pergantian shif
 Resume perawatan

25
6) Identifikasi Fasilitas Fasilitas minimal yang dibutuhkan pada suatu ruang
MPKP sama dengan fasilitas yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat.
Adapun fasilitas tambahan yang di perlukan adalah (Sitorus, 2011) :
 Badge atau kartu nama tim Badge atau kartu nama tim merupakan
kartu identitas tim yang berisi nama PP dan PA dalam tim tersebut.
Kartu ini digunakan pertama kali saat melakukan kontrak dengan
klien/keluarga.
 Papan MPKP Papan MPKP berisi daftar nama-nama klien, PP, PA,
dan timnya serta dokter yang merawat klien.
11. Metode Penugasan MPKP
a) Metode fungsional
Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat
hanya melakukan 1 – 2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di
bangsal. Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat
melaksanakan tugas ( tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada
(Nursalam, 2002). Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam
pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang
dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan
perawat maka setiap perawat hanya melakukan satu sampai dua jenis
intervensi, misalnya merawat luka kepada semua pasien di bangsal.
Kerugian metode fungsional:
- Pasien mendapat banyak perawat.
- Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan
- Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan.
- Pelayanan terputus-putus
- Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai
Kelebihan dari metode fungsional :
- Sederhana
- Efisien.

26
- Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu.
- Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas.
b) Metode Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana
seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan kelompok pasien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif (Douglas, 1984 dalam Sitorus, 2011). Metode ini digunakan bila
perawat pelaksana terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan dan
kemampuannya. Tujuan metode penugasan keperawatan tim untuk memberikan
keperawatan yang berpusat pada pasien.
Konsep Metode Tim menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus
berdasarkan konsep berikut:
1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan teknik
kepemimpinan.
2) Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin.
3) Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
4) Peran kepala ruang penting dalam model tim.
Model tim akan berhasil baik bila didukung oleh kepala ruang. Tugas dan
Tanggung Jawab Anggota Tim
1) Melaksanakan tindakan keperawatan yang telah direncanakan ketua tim.
2) Mendokumentasikan tindakan keperawatan yang dilakukan.
3) Membantu ketua tim melakukan pengkajian, menentukan diagnose
keperawatan dan membuat rencana keperawatan.
4) Membantu ketua tim mengevaluasi hasil tindakan keperawatan.
5) Membantu/bersama dengan ketua tim mengorientasikan pasien baru.
6) Mengganti tugas pembantu keperawatan bila perlu.
Tugas dan Tanggung Jawab Ketua Tim
1) Bertanggung jawab terhadap pengelolaan asuhan keperawatan pasien sejak
masuk sampai pulang.
a. Mengorientasikan pasien yang baru dan keluarganya.

27
b. Mengkaji kondisi kesehatan pasien dan keluarganya.
c. Membuat diagnose keperawatan dan rencana keperawatan.
d. Mengkomunikasikan rencana keperawatan kepada anggota tim.
2) Mengarahkan dan membimbing anggota tim dalam melakukan tindakan
keperawatan.
a. Mengevaluasi tindakan dan rencana keperawatan
b. Melaksanakan tindakan keperawatan tertentu.
3) Mengembangkan perencanaan pulang.
4) Memonitor pendokumentasian tindakan keperawatan yang dilakukan oleh
anggota tim.
5) Melakukan/mengikuti pertemuan dengan anggota tim/tim kesehatan
lainnya untuk membahas perkembangan kondisi pasien.
6) Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok
dan memberikan bimbingan melalui konferensi.
7) Mengevaluasi pemberian askep dan hasil yang dicapai serta
pendokumentasiannya. Tanggung Jawab Kepala Ruangan
a) Dalam Perencanaan
- Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-
masing.
- Mengikuti serah terima pasien pada shift sebelumnya.
- Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien bersama ketua tim.
- Mengidentifikasi jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktifitas dan kebutuhan pasien bersama ketua tim,
mengatur penugasan/penjadwalan.
- Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
- Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi,
tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan, dan
mendiskusikan dengan doketr tentang tindakan yang akan
dilakukan terhadap pasien.
- Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk
kegiatan membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan,

28
membimbing pelaksanaan proses keperawatan dan menilai asuhan
keperawatan, mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah, serta
memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru
masuk.

Kelebihan metode tim :


- Saling memberi pengalaman antar sesama tim.
- Terciptanya kaderisasi kepemimpinan
- Tercipta kerja sama yang baik .
- Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
- Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda
dengan aman dan efektif.
Kekurangan metode tim:
- Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan
menjadi tanggung jawabnya.
- Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim
ditiadakan atau terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan
kimunikasi dan koordinasi antar anggota tim terganggu
sehingga kelanncaran tugas terhambat.
- Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu
tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang mampu
atau ketua tim.
- Akuntabilitas dalam tim kabur.
b) Metode Primer
Metode primer adalah suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana
perawat professional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan
keperawatan pasien selama 24 jam. Menurut Nursalam (2014), metode penugasan
dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap
asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
1) Kelebihan:
 Bersifat kontinuitas dan komprehensif.

29
 Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap
hasil, dan memungkinkan pengembangan diri.
 Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan
rumah sakit (Gillies, 1989 dalam Nursalam, 2014).
 Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan
karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan
yang diberikan bermutu tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif
terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi.
Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena
senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang
selalu diperbarui dan komprehensif.
2) Kelemahan: metode ini hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self
direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai
keperawatan klinis, penuh pertimbangan, serta mempu berkolaborasi dengan
berbagai disiplin ilmu.
a. Tugas Perawat Primer
- Mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif.
- Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
- Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas.
- Mengomunikasikan dan mengoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh
disiplin ilmu lain maupun perawat lain.
- Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.
- Menerima dan menyesuaikan rencana.
- Meyiapkan penyuluhan untuk pulang.
- Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di
masyarakat.
- Membuat jadwal perjanjian klinis.
- Mengadakan kunjungan rumah.
b. Metode Primer Modifikasi (Primer-Tim)

30
Metode Primer Modifikasi (Primer-Tim) disebut juga metode keperawatan
medular. Metode ini adalah suatu variasi dari metode keperawatan primer dan metode
Tim. Di Indonesia pengembangan metode MPKP modifikasi ini dikembangkan oleh
Sitorus (2011) di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Metode ini sama dengan metode
keperawatan tim karena baik perawat professional maupun non professional bekerja
bersama dalam memberikan askep di bawah kepemimpinan seorang perawat
profesinal disamping itu dikatakan memiliki kesamaaan dengan metode keperawatan
primer karena dua atau tiga orang perawat bertanggung jawab atas sekelompok kecil
pasien sejak masuk dalam perawatan hingga pulang, bahkan sampai dengan waktu
follow up care.
1. Kepala Ruangan:
- Menerima pasien baru
- Memimpin rapat
- Mengevaluasi kinerja perawat
- Membuat jadwal dinas
- Perencanaan, pengarahan, dan pengawasan
2. Perawat Primer
- Membuat perencanaan asuhan keperawatan
- Mengadakan tindakan kolaborasi
- Memimpin timbang terima
- Mendelegasikan tugas
- Memimpin ronde keperawatan
- Mengevaluasi pemberian asuhan keperawatan
- Bertanggung jawab terhadap pasien
- Memberi petunjuk bila pasien akan pulang
- Mengisi resume keperawatan
3. Perawat asosiate
- Memberikan asuhan keperawatan
- Mengikuti timbang terima
- Melaksanakan tugas yang didelegasikan
- Mendokumentasikan tindakan keperawatan

31
12. Penjelasan Kapasitas Tempat Tidur (BOR & LOS)
a. BOR (Bed Occupation Rate)
Bed Occupancy Rate (BOR) adalah presentase pemakaian tempat tidur
pada waktu tertentu yang didefinisikan sebagai jumlah tempat tidur yang
terpakai untuk perawatan pasien di dalam ruangan terhadap jumlah tempat
tidur yang tersedia. Standar nilai BOR menurut Barber Johnson adalah 75%-
85% (Standar Internasional), sedangkan standar nilai Depkes RI adalah 60%-
85%. Adapun perhitungan BOR adalah sebagai berikut:

Perhitungan BOR

BOR Pasien di Ruang X

Contoh 1 : BOR Ruang X Rumah Sakit Y tanggal 23 April

NO Shift Kelas 2 Kelas 3 BOR


1 Pagi 4 bed 34 bed 36/38 x 100% =
(0 kosong) (2 kosong) 94.7%
2 Sore 4 bed 34 bed 36/38 x 100% =
(0 kosong) (2 kosong) 94.7%
3 Malam 4 bed 34 bed 36/38 x 100% =
(0 kosong) (2 kosong) 94.7%

Contoh 2 : BOR Ruang X Rumah Sakit Y tanggal 24 April

NO Shift Kelas 2 Kelas 3 BOR


1 Pagi 4 bed 30 bed 34/38 x 100% =
(0 kosong) (4 kosong) 89.5%
2 Sore 4 bed 30 bed 34/38 x 100% =
(0 kosong) (4 kosong) 89.5%
3 Malam 4 bed 30 bed 34/38 x 100% =

32
(0 kosong) (4 kosong) 89.5%

BOR pasien kelolaan di Ruang X

Contoh 1 : BOR Pasien Kelolaan Ruang X Rumah Sakit Y Tanggal 23 April

NO Shift Kelas 2 Kelas 3 BOR


1 Pagi 4 bed 6 bed 10/10 x 100% =
(0 kosong) (0 kosong) 100%
2 Sore 4 bed 6 bed 10/10 x 100% =
(0 kosong) (0 kosong) 100%
3 Malam 4 bed 6 bed 10/10 x 100% =
(0 kosong) (0 kosong) 100%

Contoh 2 : BOR Pasien Kelolaan Ruang X Rumah Sakit Y Tanggal 24 April

NO Shift Kelas 2 Kelas 3 BOR


1 Pagi 4 bed 6 bed 10/10 x 100% =
(0 kosong) (0 kosong) 100%
2 Sore 4 bed 6 bed 10/10 x 100% =
(0 kosong) (0 kosong) 100%
3 Malam 4 bed 6 bed 10/10 x 100% =
(0 kosong) (0 kosong) 100%

b. ALOS (Average Length of Stay)


1. ALOS secara umum
Lama rawat inap pasien di ruang bedah X mulai bulan Januari sampai April rata –
rata 6-10 hari dengan presentase 30% dari total pasien 230 orang.
2. ALOS secara khusus
Lama rawat inap pasien di ruang bedah X berdasarkan divisi medis yaitu sebagai
berikut.

33
- Urologi
Lama rawat inap pasien di ruangan bedah X mulai bulan Januari
sampai April pada divisi urologi rata – rata 6 – 10 hari dengan presentase
30,16% dari total pasien 126 orang.
- Digestif
Lama rawat inap pasien di ruangan bedah X mulai bulan Januari
sampai April pada divisi digestif rata – rata 6 – 10 hari dengan presentase
26,67% dari total pasien 45 orang.
- Bedah Plastik
Lama rawat inap pasien di ruangan bedah X mulai bulan Januari
sampai April pada divisi bedah plastik rata – rata 6 – 10 hari dengan
presentase 59,14% dari total pasien 7 orang.
13. Tingkat Ketergantungan Pasien
Klasifikasi tingkat ketergantungan pasien berdasarkan teori Dorothea Orem yaitu:
1). Minimal Care :
a). Mampu naik turun tempat tidur
b). Mampu ambulasi dan berjalan sendiri
c). Mampu makan dan minum sendiri
d). Mampu mandi sendiri/mandi sebagian dengan bantuan
e). Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)
f). Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan
g). Mampu BAK dan BAB dengan sedikit bantuan
h). Status psikologi stabil
g). Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik
h). Operasi ringan
2) Partial Care
a). Membutuhkan bantuan satu orang untuk naik turun tempat tidur
b). Membutuhkan bantuan untuk ambulasi atau berjalan
c). Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan
d). Membutuhkan bantuan untuk makan atau disuap
e). Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut

34
f). Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan
g).Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK (tempat tidur/kamarmandi)
h). Pasca operasi minor (24 jam)
i). Melewati fase akut dari pasca operasi mayor Fase awal dari penyembuhan
j). Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam Gangguan emosional ringan
3). Total Care
a). Membutuhkan dua orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur
b). Membutuhkan latihan pasif
c). Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intravena/NGT
d). Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
e). Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan f). Dimandikan
perawat
g). Dalam keadaan inkontinensia, menggunakan kateter
h). Keadaan pasien tidak stabil
i). Perawatan kolostomi
j). Menggunakan WSD
k). Menggunakan alat traksi
l). Irigasi kandung kemih secara terus menerus
m). Menggunakan alat bantu respirator
n). Pasien tidak sadar
Pasien diklasifikasikan berdasarkan sistem klasifikasi yang dibagi dalam tiga
kelompok berdasarkan tingkat ketergantungan klien :
a. Perawatan Total, yaitu klien memerlukan 5-7 jam perawatan langsung/24 jam
b. Perawatan Parsial, yaitu klien memerlukan 3-4 jam perawatan langsung /24
jam
c. Perawatan Mandiri, yaitu klien memerlukan 1-2 jam perawatan langsung /24
jam

Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori di atas adalah sebagai
berikut:

Kategori I :
(Perawatan mandiri/self care)

35
Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara umum
baik, tidak ada reaksi emosional, pasien memerlukan orientasi waktu, tempat dan
pergantian shift, tindakan pengobatan biasanya ringan dan sederhana.
Kategori II :
(Perawatan sedang/partial/intermediate care)
Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur posisi waktu makan,
memberi dorongan agar mau makan, eliminasi dan kebutuhan diri juga dibantu
atau menyiapkan alat untuk ke kamar mandi. Penampilan pasien sakit sedang.
Tindakan perawatan pada pasien ini monitor tanda-tanda vital, periksa urin
reduksi, fungsi fisiologis, status emosional, kelancaran drainase atau infus. Pasien
memerlukan bantuan pendidikan kesehatan untuk mendukung emosi 5 – 10
menit/shift. Tindakan dan pengobatan 20 – 30 menit/shift atau 30 – 60 menit/shift
dengan mengobservasi efek samping obat atau reaksi alergi.
Kategori III :
(Perawatan total/intensive care)
Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilakukan sendiri, semua dibantu oleh
perawat, penampilan sakit berat. Pasien memerlukan observasi terus menerus.
Klasifikasi Tingkat Ketergantungan Pasien
Minimal Partial Care Total Care
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
Jumlah tenaga perawat = Jumlah pasien x tingkat ketergantungan pasien

36
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Model pemberian asuhan keperawatan ada enam macam, yaitu: model kasus, model
fungsional, model tim, model primer, dan model modular. Masing-masing model juga
memiliki kelebihan maaupun kekurangannya sehingga pemberian asuhan keperawatan
dapat dilakukan dalam berbagai macam metode.
Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian tugas dan
prosedur keperawatan. Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab
terhadap pasien tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu pasien dengan
pemberian perawatan konstan untuk periode tertentu.
Tujuan pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan adalah untuk memberikan
asuahan keperawatan sesuai dengan kebutuhan objektif pasien.Metode keperawatan

37
modular memiliki kesamaan baik dengan metode keperawatan tim maupun metode
keperawatan primer.
Asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada klien artritis mulai dari pengkajian
misalnya biodata, riwayat kesehatan, pengkajian pengkajian sekunder, pemeriksaan
penunjang, dan analisa data. Setelah itu ditentukan diagnosa keperawatan dan dilanjut
dengan intervensi keperawatan.
B. Saran
Diharapkan para pembaca memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah agar
dapat membuat makalah yang baik dan benar. Terutama litelatur yang berhubungan dengan
model praktik keperawatan profesional supaya mempermudah mahasiswa perawat untuk
memberikan asuhan keperawatan yang baik kepada pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Krisnawati Komang Menik Sri. (2017). Empat Pilar Metode Keperawatan Profesional.
Fakultas Kedokteran Universitas Undayana: Bali
Mugianti, S. (2016). Manajemen dan Kepemimpinan dalam Praktek Keperawatan. Jakarta
Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.
Nursalam. (2014). Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik keperawatan profesional
edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.
Prihitaningtyas, D., dkk. (2014). MPPKP dan SP2KP.
https://www.academia.edu/9138772/MPKP_dan_SP2KP (Diakses pada tanggal 4 Maret
2021 pukul 19.17 wib)
http://perpus.fikumj.ac.id/index.php?p=fstream-pdf&fid=12121&bid=4723

38
39

Anda mungkin juga menyukai