KEPERAWATAN PROFESIONAL
Kelompok 2
A 2017 2
Anggota:
● Fakhrana Hanniyati ● Hafizah Tul Hasanah
● Fauziah Irwan ● Idzni Nelia Mustafa
● Fellya Alma Hesti ● Ilham Muarif
● Firdiana Suryani Siahaan ● Ilwana
● Firliany Triamanda ● Jhodi Ibrahim
● Fitri Anisa ● Kurnia Utari
● Fitri Handayani ● Lichentia Putri EP
● Fitri Karmila ● Maidenni Fortuna
● Fitri Rabika ZP ● Mardiah Mila Hamdi
● Gita Febriani Pratiwi ● Maulia Trijuliani Putri
● Megawati
1. Definisi MPKP
3. Metode
pemberian 4.Pendekatan
asuhan manajemen
keperawatan
5. Sistem
kompensasi dan
panghargaan.
3. Tingkatan Perawat MPKP
a. MPKP Pemula
Ketenagaan pada tingkat ini
jumlah harus sesuai kebutuhan,
DIII keperawatan sebagai
perawat primer pemula, SPK/DIII
keperawatan sebagai PA.
Dokumentasi keperawatan
mengacu standart rencana
perawatan masala aktual.
b. MPKP Tingkat 1
Praktik keperawatan pada tingkat ini
diharapkan mampu memberikan
asuhan keperawatan profesional
tingkat I dengan metode pemberian
asuhan keperawatan modifikasi
keperawatan primer Ketenagaan pada
tingkat ini jumlah harus sesuai
kebutuhan, Ners spesialis sebagai CCM,
SKp/Ners sebagai PP. DIII keperawatan
sebagi PA. Dokumentasi keperawatan
mengacu standar rencana perawatan
masalah aktual dan masalah risiko.
c. MPKP Tingkat II
Metode pemberian asulan
keperawatan adalah manajemen
kasus Jumlah tentu sesuai
kebutuhan, doktor keperawatan
klinik sebagai konsultan, ners
spesialis: PP(11) ners spesialis
sebagai CCM, DII keperawatan
sebagai PA Dokumentasi
keperawatan menggunakan clitical
pathway/ stundbar rencana
keperawatan.
d. MPKP Tingkat III
Mampu memberikan modifikasi
tingkat primer/asuhan
keperawatan profesional tingkat
III. Ketenagaan di mpkp tingkat
III Jumlah sesuai kebutuhan,
Doktor keperawatan klinik
(konsultan), Ners spesialis (1:1
PP) sebagai CCM, Skp/Ners
sebagai PP, D III Keperawatan
sebagai PA. Metode pemberian
askep adalah manajemen kasus,
dokumentasi dengan Clinical
pathway/standar renpra.
4. Kelebihan dan
kekurangan MPKP
Kelebihan model praktek keperawatan professional :
1. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
2. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
3. Komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan
memberikankepuasan pada anggota tim
4. Bila diimplementasikan di RS dapat meningkatkan mutu
asuhan keperawatan
5. Ruang MPKP merupakan lahan praktek yang baik untuk
proses belajar
6. Ruang rawat MPKP sangat menunjang program pendidikan
Nursing
4. Kelebihan dan
kekurangan MPKP
Kekurangan model praktek keperawatan
professional :
1. Komunikasi antar anggota tim terutama
dalam bentuk konferensi tim,
membutuhkan waktu dimana sulit
melaksanakannya pada waktu-waktu sibuk.
2. Akuntabilitas pada tim
3. beban kerja tinggi
5. Kriteria Perawat MPKP
Perawat pelaksana
1. Pendidikan minimal D3
2. Pengalaman kerja minimal 1 tahun
3. Sehat jasmani dan rohani
4. Pernah mengikuti pelatihan
5. Lulus tes tulis dan wawancara
6. Penyusunan Visi dan
Misi MPKP
a. Visi
Visi dirumuskan bersama oleh kepala ruang dengan
memperhatikan masukan-masukan dari stakeholders dan
visi seharusnya ditinjau serta dirumuskan kembali secara
berkala sesuai dengan perkembangan ipteks dan
masyarakat. Visi diruangan diturunkan dari visi rumah sakit
yang merupakan pengembangan yang disesuaikan dengan
ruang masing-masing.
Contoh visi ruangan :
Menjadi ruangan yang mampu dan handal dalam
pelayanan keperawatan di Rumah Sakit A dengan
pelayanan secara utuh bio-psiko-sosio dan spiritual
6. Penyusunan Visi dan
Misi MPKP
b. Misi
Misi adalah pernyataan yang menjelaskan tujuan
organisasi dalam mencapai visi yang telah ditetapkan,
Contoh misi ruangan :
1. Kami dapat melayani pasien dengan layanan sepenuh
hati
2. Kami akan selalu berkomunikasi dengan pasien secara
terapeutik
3. Kami akan optimalisasi sarana pelayanan sehingga bisa
efektif dan efisien
4. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang prima,
berfokus pada kesehatan dan kepuasan pasien
dengan tetap memperhatikan aspek sosial.
7. Tugas setiap komponen MPKP
a. Kepala ruangan
2. Tugas Pokok
Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan
Keperawatan di ruang rawat yang berada di wilayah
tanggung jawabnya.
7. Tugas setiap komponen MPKP
b. CCM
1. Timbang terima
Timbang terima adalah suatu cara dalam
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan kedaan klien, bertujuan untuk:
- Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum
klien
- Menyampaikan hal-hal penting yang perlu
ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya
- Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.
9. Kegiatan MPKP
2. Preconference
Komunikasi kepala primer dan perawat pelaksana
setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada
shift tersebut yang dipimpin oleh ka primer atau
penanggung jawab primer. Jika yang dinas pada
primer tersebut hanya 1 orang, maka pre conference
ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap
perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dari
kepala primer dan penanggung jawab primer.
9. Kegiatan MPKP
3. Post conference
Komunikasi kepala primer dan perawat pelaksana
tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum
operan kepada shift berikutnya. Isinya adalah hasil
asuhan keperawatan tiap perawatan dan hal penting
untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin
oleh kepala primer atau penanggung jawab primer.
9. Kegiatan MPKP
4. Ronde Keperawatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh
perawat, disamping klien dilibatkan untuk membahas
dan melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi
pada kasus tertentu harus dilakukan oleh penanggung
jawab jaga dengan melibatkan seluruh anggota tim.
10. Penyusunan MPKP
a. Pembentukan Tim Jika MPKP akan diimplementasikan di rumah sakit yang
digunakan sebagai tempat proses belajar bagi mahasiswa keperawatan,
sebaiknya kelompok kerja ini melibatkan staf dari institusi yang berkaitan
sehingga kegiatan ini merupakan kegiatan kolaborasi antara
pelayanan/rumah saklit dan institusi pendidikan. Tim ini bisa terdiri dari
seorang koordinator departemen, seorang penyelia, dan kepala ruang rawat
serta tenaga dari institusi pendidikan. (Sitorus, 2011).
b. Rancangan Penilaian Mutu Penilaian mutu asuhan keperawatan meliputi
kepuasan klien/keluarga kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai
dari dokumentasi keperawatan, lama hari rawat dan angka infeksi noksomial
(Sitorus, 2011).
c. Presentasi MPKP Selanjutnya dilakukan presentasi tentang MPKP dan hasil
penilaian mutu asuhan kepada pimpinan rumah sakit, departemen, staf
keperawatan, dan staf lain yang terlibat. Pada presentasi ini juga, sudah
dapat ditetapkan ruang rawat tempat implementasi MPKP akan
dilaksanakan (Sitorus, 2011).
11. Metode
MPKP a. Metode fungsional
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam
pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada
saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih
terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap
perawat hanya melakukan satu sampai dua jenis intervensi,
misalnya merawat luka kepada semua pasien di bangsal.
b. Metode Tim
Metode ini digunakan bila perawat pelaksana terdiri dari
berbagai latar belakang pendidikan dan kemampuannya.
Tujuan metode penugasan keperawatan tim untuk
memberikan keperawatan yang berpusat pada pasien.
c. Metode Primer
Metode primer adalah suatu metode pemberian asuhan
keperawatan dimana perawat professional bertanggung
jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan
keperawatan pasien selama 24 jam
11. Penjelasan Kapasitas
Tempat Tidur (BOR &
LOS) a. BOR
Bed Occupancy Rate (BOR) adalah presentase pemakaian tempat
tidur pada waktu tertentu yang didefinisikan sebagai jumlah tempat
tidur yang terpakai untuk perawatan pasien di dalam ruangan
terhadap jumlah tempat tidur yang tersedia. Standar nilai BOR
menurut Barber Johnson adalah 75%-85% (Standar Internasional),
sedangkan standar nilai Depkes RI adalah 60%-85%. Adapun
perhitungan BOR adalah sebagai berikut:
11. Penjelasan Kapasitas
Tempat Tidur (BOR &
LOS) 2. ALOS (Average Length of Stay)
a. ALOS secara umum
Lama rawat inap pasien di ruang bedah X mulai bulan Januari sampai April rata
– rata 6-10 hari dengan presentase 30% dari total pasien 230 orang.
b. ALOS secara khusus
Lama rawat inap pasien di ruang bedah X berdasarkan divisi medis yaitu
sebagai berikut.
- Urologi
Lama rawat inap pasien di ruangan bedah X mulai bulan Januari sampai April
pada divisi urologi rata – rata 6 – 10 hari dengan presentase 30,16% dari total
pasien 126 orang.
- Digestif
Lama rawat inap pasien di ruangan bedah X mulai bulan Januari sampai April
pada divisi digestif rata – rata 6 – 10 hari dengan presentase 26,67% dari total
pasien 45 orang.
- Bedah Plastik
Lama rawat inap pasien di ruangan bedah X mulai bulan Januari sampai April
pada divisi bedah plastik rata – rata 6 – 10 hari dengan presentase 59,14% dari
total pasien 7 orang.
13. Tingkat Ketergantungan Pasien
Pasien diklasifikasikan berdasarkan sistem klasifikasi yang dibagi dalam tiga kelompok berdasarkan tingkat
ketergantungan klien :
1. Perawatan Total, yaitu klien memerlukan 5-7 jam perawatan langsung/24 jam
2. Perawatan Parsial, yaitu klien memerlukan 3-4 jam perawatan langsung /24 jam
3. Perawatan Mandiri, yaitu klien memerlukan 1-2 jam perawatan langsung /24 jam