Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KIMIA MEDISINAL II

“Hubungan Struktur dan Aktivitas Obat Golongan Antidiabetes ”

Disusun Oleh : Rizki Kamaludin


Prodi : S1 Semester V

STIKES Muhammadiyah Kuningan


Jln.Raya Pangeran Adipati No.D4 Kel.Cipari Kec.Cigugur
Kuningan

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas Kimia Medisinal II
dengan judul “Hubungan Struktur dan Aktivitas Obat golongan Antidiabetes”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini saya mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada dosen pembimbing yang telah membimbing kami dalam menulis makalah
ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima
kasih.

Kuningan, Februari 2021

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia menduduki peringkat keempat dunia dengan penderita diabetes
mellitus terbesar. Total penderita diabetes mellitus di Indonesia berdasarkan
data WHO, saat ini sekitar 8 juta jiwa, dan diperkirakan jumlahnya melebihi
21 juta jiwa pada tahun 2025 mendatang. Jumlah tersebut menjadikan
Indonesia sebagai negara peringkat keempat penderita diabetes terbesar
setelah Cina, India, dan Amerika.Sementara jumlah penderita diabetes di
dunia, mencapai 200 juta jiwa.Diprediksi angka tersebut terus bertambah
menjadi 350 juta jiwa pada tahun 2020 (Kompas, 2008).
Diabetes melitus ialah suatu keadaan yang timbul karena defisiensi insulin
relatif maupun absolut.Insulin adalah suatu homon yang dihasilkan oleh
pankreas, diperlukan untuk menguraikan gula darah dan mengubahnya
menjadi energi.Diabetes dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni diabetes
mellitus tergantung insulin (DM tipe I/IDDM) dan diabetes tidak tergantung
insulin (DM tipe II/NIDDM).Walaupun Diabetes mellitus merupakan penyakit
kronik yang tidak menyebabkan kematian secara langsung, tetapi dapat
berakibat fatal bila pengelolaannya tidak tepat.Pengelolaan DM memerlukan
penanganan secara multidisiplin yang mencakup terapi non-obat dan terapi
obat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari penyakit diabetes mellitus ?
2. Apa saja patofisiologi dari diabetes mellitus ?
3. Apa saja manifestasi dari penyakit diabetes melitus?
4. Apa hubungan struktur dan aktivitas obat antidiabetes?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari penyakit diabetes mellitus.
2. Untuk mengetahui patofisiologi dari diabetes mellitus.
3. Untuk mengetahui manifestasi dari penyakit diabetes melitus.
4. Untuk mengetahuihubungan struktur dan aktivitas obat antidiabetes.
5.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Diabetes Melitus
Diabetes melitus (DM) didefiniskan sebagai suatu penyakit atau
gangguanmetabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan
tingginya kadargula darah disertai dengan gangguan metabolisme
karbohidrat, lipid, proteinsebagai akibat insufiensi fungsi insulin. Insufiensi
fungsi insulin dapat disebabkanoleh gangguan atau defisiensi produksi insulin
oleh sel-sel beta Langerhanskelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang
responsifnya sel-sel tubuh terhadapinsulin (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes,
2005).Defenisi DM lainnya menurut American Diabetes Association (ADA)
tahun 2014 adalah suatu kelompok penyakit metabolik yang ditandai
denganhiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin ataukedua-duanya.
2.2 Patofisiologi Diabetes Melitus
Diabetes mellitus terdiri dari beberapa tipe yakni :
1. Diabetes Melitus Tipe 1 (IDDM)
DM tipe 1 terjadi pada 100% dari semua kasus diabetes.Secara umum
disebabkan oleh kerusakan sel pankreas akibat autoimun, sehingga terjadi
defisiensi insulin absolut.Reaksi autoimun umunya terjadi setelah waktu
panjang (9-13 tahun) yang ditandai pleh adanya parameter-parameter
sistem imun rusak. Penyakit DM dapat menjadi penyakit menahun dengan
resiko komplikasi dan kematian, Faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya autoimun tidak diketahuim tetapi proses itu diperantai oleh
makrofag dan limfosit T dengan autoantibodi yang betsirkulasi ke

berbagai antigen sel   (misalnya antibodi sel islet, antibody insulin).


2. Diabetes Melitus Tipe 2 (NIDDM)
DM tipe 2 terjadi pada 90% dari semua kasusu diabetes dan biasanya
deitandai dengan resistensi insulin dan defisiensi insulin
relative.Resistensi insulin ditandai dengan peningkatan lipolysis dan
produksi asam lemak bebas peningkatan produksi glukosa hepatik, dan
penurunan pengambilan glukosa pada otot skelet. Disfungsi sel
mengakibatkan gangguan pada pengontrolan glukosa darah.

4
DM tipe 2 lebih disebabkan karena gaya hidup penderita diabtes
(kelebihan kalori, kurangnya olehraga, dan obesitas) dibandingkan
pengaruh genetic.
3. Diabetes yang disebabkan oleh faktor lain
Diabetes yang disebabkan oleh faktor lain(1-2% dai semua kasus
diabetes) termasuk golongan enddokrin (misalnya akromegali, sindrom
Cushing), diabetes mellitus gestational (DMG), penyakit pankreas
eksokrin (pankreatitis), dank arena obat (glukortikoid, pentamidinm
niasin dan interferon)
2.3 Manifestasi Klinik Diabetes Melitus
1. Diabetes Tipe 1
- Penderita DM tipe 1 biasanya memiliki tubuh yang kurus den
cenderung berkembang menjai diabetes ketoasidosis (DKA).
- Sejumlah 20-40% pasien mengalami DKA setelah beberapa hari
mengalami polyuria, polydipsia, polifagia dan kehilangan bobot
badan.
- Gejala klink dari sedang dampai berat berkembang dengan cepat.
- Relatif keitannya dengan genetika dan terjadi dibawah usia 30 tahun.
2. Diabetes Tipe 2
- Pasien dengan DM tiep 2 sering simptomatik. Munculnya komplikasi
dapat megindikasikan bahwa pasien telah menderita DM selama
bertahun-tahun, umumnya muncul neuropati
- Pada diagnosis umumnya terdeteksi adnanya letargi, poliuriam
nokturiam dan polydipsia sedangkan penurunana bobot badan secara
signifikan jarang terjadi.
2.4 Hubungan Struktur dan aktivitas obat antidiabetes
1. Insulin
Senyawa kimia yang dapat menyebabkan efek hipoglikemia
dengan cara meningkatkan penggunaan karbohidrat dan lemak dalam
jaringan perifer, insulin bekerja dengan memudahkan pemasukan glukosa,
asam amino dan ion-ion terutama Ca 2+ dengan mempengaruhi proses
dalam sel.Secara kimia, insulin adalah protein kecil sederhana yang terdiri
dari 51asam amino,30 di antaranya merupakan satu rantai polipeptida, dan

5
21 lainnya yang membentuk rantai kedua. Kedua rantai dihubungkan
olehikatan disulfida.

Struktur kimia Insulin


 Mekanisme Kerja Insulin
Tempat kerja insulin adalah pada permukaan luar membran
sel. Pengaruh insulin terhadap siklik nukleotida tidak jelas,
penurunan kadar siklik AMP pada beberapa jaringan telah di
rangsang oleh hormon lain. Secara tersendiri, penurunan kadar
AMP tidak jelas. Beberapa penelitian mendapatkan bahwa
adeniksiklase dihambat, sedangkan enzim fosfodiesterase di
rangsang. Sintesa glikogen dan glikogenalisis tergantung dari
rangkaian reaksi fosforilasi protein. Siklik AMP mengaktivasi
proteinkinase dengan akibat perangsangan dan hambatan
glukoneogenesis.
Insulin bekerja sebaliknya yaitu ke arah sintesis glikogen,
insulin medefosfiorilasi enzim-enzim tertentu dengan akibat
terjadi penghambatan glikogenilisis dan lipolisis insulin
meningkatkan K+ ke dalam sel, efek serupa sampai terjadi pada
Mg++, dan diduga ion-ion bertindak second messenger yang
memperantarai kerja insulin.
Kerja insulin dibagi 2 golongan, antara lain:
1. Berperan pada transport beberapa zat.
2. Pengaruhi terhadap enzim

6
2. Antidiabetes Oral
a. Turunan Sulfonilurea
Digunakan sebagai penunjang diet untuk menurunkan kadar gula
darah pada penderita dengan non – insulin- Dependent  Diabetes
mellitus ( NIDDM ).Efek samping turunan Sufonilurea: alergi dan
hipoglikemi, hipoglikemi berat menyebabkan debil, ketuaan dan
malrourished.
Mekanisme kerja : dapat merangsang pengeluaran insulin dari sel β-
islet pankreatik, menurunkan pemasukan insulin endogen ke hati dan
menekan secara langsung pengeluaran glukogen.
 Hubungan struktur dan aktivitas

R= gugus alifatik (asetil, amino, kloro, metil, metitio dan


trifluorometil) akan berpengruh terhadap masa kerja obat dan
meningkatkan aktivitas hipoglikemik. Bila R adalah gugus -aril
karboamidoetil (Ar-CONH-CH2-CH2-), seperti pada
glibenklamid dan glipizid, senyawa mempunyai aktivitas lebih
besar dibanding senyawa awal.Ini merupakan antidiabetes oral
generasi kedua. Diduga hal ini disebabkan oleh fungsi jarak khas
antara atom N substituent dengan atom N sulfonamide
sehingga  interaksi obat-reseptor lebih serasi.
R’ = Gugus aliftaik lain, yang berpengaruh terhadap sifat lipofil
senyawa
R’ = metil, senyawa relatif tidak aktif
R’= etil, senyawa aktivitasnya lemah, dan bila senyawa
mengandung 3-6 atom C, aktivitasnya maksimal aktivitas senyawa
hilang bila mengandung atom C=12 rantai lebih.
R’ dapat pula berupa gugus alisiklik atau cincin heterosiklik yang
terdiri dari 5-7 atom, Bila berupa gugus aril senyawa mnimbulkan
toksisitas cukup besar.Beberapa  gugus atau atom pada struktur
umum dapat diganti dengan gugus atau atom isosteriknya.

7
 Sifat farmakokinetik ADO turunan sulfnilurea
Contoh :
1. Tolbutamid (Rastinon), diserap secara cepat dalam saluran
cerna, kadar obat dalam darah minimum dicapai setelah 5-8
jam pemberian oral. Masa kerja tolbutamid relative pendek
karena cepat mengalami oksidasi pada gugus p-metil menjadi
gugus karboksilat yang tidak aktif.
Dosis awal oral : 500 mg 1-2 dd, sebelum makan dan
kemudian ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan espons
penderita.
2. Klorpropamid (Diabenese), diserap secara cepat dalam saluran
cerna. Kadar maksimum obat dalam darah dicapai dalam 2-4
jam stelah pemberian oral, waktu paro biologisnya 36 jam.
Klorpropamid menunjukkan efek hipoglikemik 1 jam setelah
pemberian secara oral, mencapai maksimum setelah 3-6 jam
dan efeknya hilang setelah 24 jam. Aktivitasnya kurang lebih 6
kali lebih besar disebanding tolbutamid. Senyawa mempunyai
masa kerja panjang karena dimetabolisis dalam tubuh secara
lambat.
Dosis awal oral : 250 mg 1 dd, pada orang tua dosisnya
diperkecil antara 100-125 mg 1 dd. Setelah 5-7 hari, kadar
darah klorpromid akan mendatar dan kemudian dosis diatur,
dapat ditambah atau dikurangi, antara 50-125 mg, pada
interval 3-5 hari untuk mendapatkan control yang optimal
3. Glikasid (Diamieron, Glikamel), diserap secara cepat dalam
saluran cerna, 85%  obat terikat oleh protein plasma. Kadar
obat dalam darah maksimum dicapai setelah 2-4 jam
pemberian oral, dengan waktu paru eliminasi 10-12 jam.
Dosis awal oral : 40-80 mg 1-2 dd, sebelum makan, kemudian
ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan respons penderita.
4. Glibenklamid (gliburil, Daonil, Eugleuon, Renabetik), adalah
turunan sulfonylurea yang mempunyai efek antidiabetes cukup
kuat.

8
Dosis awal oral : 2,5 mg 1 dd, sebelum makan, dan kemudian
ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan respons penderita,
dengan dosis maksimum 10 mg/hari
5. Glipizid (Minidiab), merupakan turunan sulfonylurea dengan
efek antidiabetes yang kuat dicapai 30 menit setelah cepat
dalam saluran cerna, kadar obat dalam darah
maksimum  dicapai 30 menit setelah pemberian oral.
Dosisi awal oral : 2,5-5 mg 1 dd, sebelum makan, dan
kemudian ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan respons
penderita, maksimum 15 mg/hari, diberikan dalam dosis
terbagi
6. Glikuidon (Glurenorm), merupakan turunan sulfonylurea
dengan efek antidiabetes cukup kuat. Aktivitasnya kurang
lebih 3 kali lebih besar disbanding tolbutamid.
Dosis awal oral : 15-30 mg 1 dd, sebelum makan, kemudian
ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan respons penderita,
maksimum 90 mg/hari, diberikan dalam dosis terbagi
b. Turunan Biguanida
Menyebabkan asidosis laktat, sehingga sekarang obat antidiabetes
yaitu Metformin karena dapat mempengaruhi fungsi ginjal dan
jantung sehingga hanya digunakan untuk penderita yang tidak
menderita penyakit ginjal atau jantung dan Metformin HCL relatif
aman karena tidak dimetabolisis di hati dan dikeluarkan dalam bentuk
tidak berubah melalui ginjal.
Mekanisme Kerja : Biguanid tidak menyebabkan rangsangan sekresi
insulin.Biguanid bekerja dengan menurunkan produksi glukosa di
hepar dan meningkatkan sensitivitas jaringan otot dan adi posa
terhadap insulin.

9
 Hubungan struktur dan aktivitas

Metformin memiliki subsituen 2 metil memberikan lipofilitas


lebih rendah daripada rantai sisi feniletil di phenformin, sehingga
metformin memiliki sifat yang kurang non polar dibanding
phenformin.Pada phenformin memiliki 10 atom karbon yang
mengikat fenil dan etil. Buformin memiliki 6 atom carbon dan
mengikat metil dan etil.Metformin memiliki 4 atom karbon dan
mengikat 2 metil.Bila diurutkan mulai dari senyawa polar hingga
non polar, yaitu metformin, buformin dan phenformin.Saat ini
penggunaan buformin dan phenformin dibeberapa Negara dilarang
penggunaannya karena dapat menyebabkan asidosis laktat.
c. Turunan Metiglinida
Merupakan obat anti diabetic atau obat penurun glukosa darah yang
diberikan secara oral. Untuk pengobatan terhadap pasien diabetes
mellitus tipe 2, Metiglinida dapat dikombinasikan dengan insulin.
Metiglinida membantu pankreas untuk memproduksi insulin. Modus
tindakan adalah asli, melalui saluran potasium. Dengan menutup
saluran kalium sel beta pankreas, membuka saluran kalsium, sehingga
meningkatkan sekresi insulin. Dengan kata lain, Metiglinida
menstimulasi sekresi insulin dengan menutup K ATP-sensitif (+) K
(ATP) saluran pada sel beta pankreas. Metiglinida dapat digunakan
dalam bentuk obat. Metiglinida mempunyai efek samping
meningkatkan berat badan dan hipoglikemia.

10
Mekanisme kerja: Metiglinida mirip dengan sulfonylurea dalam
berinteraksi dengan binding site pada ATP dependent saluran kalium
dalam membrane sel. Ikatan Metiglinida pada kalsium kanal bloker
menyebabkan depolarizes sel  dan mengarah kepermukaan saluran
kalsium sehingga meningkatkan masuknya kalsium yang mengiduksi
sekresi insulin dengan demikin tidakan repaglinid tergantung pada sel-
sel fungsional dalam pankreas.
 Hubungan Struktur dan Aktifitas

Aktivitas biologis obat dipengaruhi oleh struktur isomer dimana


nateglinid berupa isomer geometri pada posisi trans dan repaglinid
pada posisi cis. Golongan menglitinid memiliki mekanisme kerja
sama seperti sulfonylurea. Dimana terdapat gugus fenilalanin pada
nateglinid bersif non polar cenderung hidrofobik.Pada repegnilnid
terdapat gugus piridin bersifat polar, karena adanya atom N dalam
rantai siklik yang mempunyai elektron bebas.
d. Turunan Tiazolidindion
Tiazolidinedione merupakan suatu golongan obat antidiabetes oral
yang baru-baru ini dikenalkan yang meningkatkan sensitivitas insulin
terhadap jaringan sasaran.Mekanisme yang tepat dari agen tersebut
masih belum diketahui, tetapi agen tersebut diduga memiliki aktivitas
menyerupai (mimetik) insulin pasca-reseptor yang akut seperti pula
efek kronis pada transkripsi gen yang termaksud dengan metabolisme
glukosa dan lemak yang dimediasi melalui peroxisome proliferator-
activatet reseptor-gamma nuclear receptor.Kerja utama mereka adalah
untuk mengurangi resistensi insulin dengan meningkatkan ambilan
glukosa dan metabolisme dalam otot dan jaringan adipose.
 Hubungan Struktur dan Aktivitas
Cincin piridin = bersifat polar, karena adanya atom N dalam rantai
siklik yang mempunyai elektron bebas.

11
Atom N pada rantai alifatik dirosiglitazon memiliki 2 rantai
elektron bebas sehingga bersifat polar.
Cincin benzene dan cincin alkena heterosiklik menyumbangkan
sifat nonpolar.
Cincin benzene pada troglitazon terdapat subsitusi gugus metil
sehingga bersifat nonpolar.
Berdasarkan urutan polar ke nonpolar yakni, rosiglitazone,
pioglitazone dan troglitazon
e. Turunan Penghambat Dipeptidil Peptidase Tipe 4 (DPP 4)
Mekanisme kerja dari golongan DPP-4 inhibitor adalah meningkatkan
kadar dan aksi dari GLP-1 dan GIP (GLP-1 reseptor agonis),
meningkatkan sekresi insulin sesuai dengan kadar glukosa darah, dan
menekan sekresi glukagon dari sel alfa pankreas.Contoh DPP-4
inhibitor yaitu sitagliptin, vildagliptin, dan saxagliptin.
1. Sitaglipitin
Sitagliptin (Januvia, Merck Pharmaceuticals) adalah inhibitor
dipeptidil-peptidase (inhibitor DPP-4) yang baru-baru ini disetujui
untuk terapi diabetes tipe 2. Obat sitagliptin merupakan obat
turunan dari triazolopiperazin amida. Seperti
vildagliptin,sexagliptin,dan linagliptin. Seperti penghambat DPP-4
lainnya, tindakannya dimediasi oleh peningkatan kadar hormon
incretin glucagon like peptide-1 (GLP-1) dan inhibitor polipeptida
gastrik (GIP). Sitagliptin efektif dalam menurunkan HbA1c, dan
puasa serta glukosa postprandial dalam monoterapi dan
dikombinasikan dengan agen antidiabetik oral lainnya. Ini
merangsang sekresi insulin saat hiperglikemia hadir dan
menghambat sekresi glukagon. Karena glukagon seperti peptida-1
(GLP-1) sendiri tidak layak untuk terapi diabetes tipe 2 karena
paruh biologisnya yang sangat pendek, dua strategi utama telah
dikembangkan untuk memanfaatkan efek menguntungkan GLP-1
(Drucker 2006).

12
 Hubungan Struktur dan Aktivitas

Obat sitagliptin dibanding dari obat-obat yang lain pada turunan


triazolopiperazin amida dimana obat ini lebih mudah larut dalam
air karena memiliki rantai karbon paling sedikit dibanding dengan
yang lainnya, sehingga mempermudah obat dalam kelarutannya
terhadap air.
Banyaknya “N” yang ada pada struktur kimia obat sitagliptin
bertujuan untuk meningkatkan kelarutan dalam lemak, sehingga
obat dapat masuk dalam sel , karena banyaknya kadar lemak
dalam sel. Obat antidiabetik sitagliptin tersebut mengalami eksresi
utama lewat ginjal, sehingga struktur dan sifat fisika kimia
senyawa yang berpengaruh terhadap proses eksresi utamanya
disebabkan oleh pengaruh obat tersebut pada ginjal. Oleh karena
itu, obat ini bagus untuk penderita penyakit ginjal, karena
tingginya tingkat kepolaran sehingga lebih larut dalam air dan
rantai karbon yang sedikit yang memudahkan tingginya kelarutan
pada obat ini.
2. Vildagliptin
Obat ini adalah agen anti-hiperglikemik oral dari kelompok obat
baru yang dikenal sebagai penghambat DPP-IV (dipeptyl
peptidase-IV). Vidagliptin mengurangi konsentrasi gula darah
dengan meningkatkan pengaruh inkretin. Vildagliptin merupakan
Dipeptidyl peptidase–4 Inhibitor (DPP-4 Inh) yang poten, selektif
dan reversible. Vildagliptin memperpanjang waktu kerja GLP-1
sehingga terjadi peningkatan insulin dan sekaligus menekan
sekresi glukagon sehingga terjadi kontrol glukosa darah yang
diinginkan.

13
Vildagliptin memperbaiki sensitivitas sel alfa dan beta terhadap
glukosa karena meningkatnya glucose-dependent insulin secretion
dan menurunkan sekresi glukagon,
juga mampu memperbaiki fungsi sel beta. Kerusakan progresif
pada fungsi sel beta pankreas yang terjadi pada T2DM (Type 2
Diabetes Melitus) yang diikuti dengan hilangnya massa sel beta,
lebih besar dikarenakan apoptosis yang meningkat. Untuk
merespon makanan, GLP-1 aktif disekresikan oleh sel L intestine.
Tanpa adanya vildagliptin, GLP-1 secara cepat diinaktivasi dan
didegradasi oleh enzim DPP-IV. Vildagliptin akan mengikat DPP-
IV, sehingga GLP-1 tetap aktif. dan pankreas akan meningkatkan
pelepasan insulin dan menurunkan pelepasan glukagon.
3. Saxagliptin
Saxagliptin merupakan penghambat kuat enzim dipeptidil
peptidase-4 selektif (penghambat DPP-4), yang diformulasikan
untuk menghasilkan efek hambatan enzim DPP-4 yang lebih lama.
Penghambatan DPP-4 akan meningkatkan kadar hormon GLP-1
(glocagon like peptide-1) dan GIP (glucose dependent
insulinotropic peptide), dua jenis hormon pengatur homeostasis
glukosa darah yang bekerja menstimulasi sintesis dan penglepasan
insulin, serta menghambat pengosongan lambung dan sekresi
glukagon. Obat-obat penghambat DPP-4 diketahui memiliki profil
keamanan yang baik, termasuk resiko hipoglikemia yang rendah
terkait kerjanya yang glucose-dependet dan efek terhadap berat
badan yang netral.
f. Turunan Penghambat Enzim α-Glukosidase
Mekanise Kerja : Memperlambatabsorpsi polisakarida, dekstrin, dan
disakarida di intestine.Dengan menghambatkerja enzim α-glukosidase
di brush border intestine, dapat mencegah peningkatan glukosa plasma

14
 Hubungan Struktur dan Aktifitas
Struktur kimia :
1. Acarbose

Acarbose adalah suatu oligosakarida yang diperoleh dari proses


peragian dari suatu jasad renik Actinoplanes utahensis, dan secara
kimiawi dikenal sebagai O – 4,6 – Dideoxy – 4 - [[[1S – (1α, 4α,
5β, 6α)] - 4,5,6 - trihydroxy – 3 - (hydroxymethyl)– 2 –cyclohexen
– 1 -yl]amino]– α –D– glucopyranosyl- (1 4) – O – α –
Dglucopyranosyl-    (1 4), Precose. Acarbose larut dalam air dan
mempunyai pKa 5,1 (Remington, 2000).
2. Miglitol

Miglitol merupakan turunan desoxynojirimycin, dan kimia dikenal


sebagai 3,4,5-piperidinetriol, 1- (2hydroxyethyl) -2-
(hidroksimetil) -, [2R- (2α, 3β, 4α, 5β)].  -. Miglitol serbuk
putih pucatkuning dengan berat molekul 207,2. Miglitol memiliki
pKa 5,9. rumus empiris adalah C8H17NO5.

15
Secara struktural miglitol berbeda dengan acarbose miglitol 6 kali
lebih kuat dalam menghambatsucrase.Meskipun afinitas ikatan
kedua senyawa tersebut berbeda,
sasaran dari baik acarbose maupun miglitol adalah α-glukosidase :
sucrose, maltase, glycoamylase, dextranase, dan isomaltase (hanya
miglitol) dan memiliki sedikit efek pada amylase-
α (hanya acarbose) atau pada glukosidase –b (hanya miglitol),
yang memecah gula yang pada posisi beta seperti seperti
laktosa. Miglitol  lebih kuat dari acarbose karena adanya p-
nitrofenil α Dglukopiranosida menjadi paranitrofenol yang
berwarna kuning dari glukosa sehingga meningkatkan kerja
miglitol sebagai inhibitor α-glukosidasedan pada glukosidase –
b pada berbagai enzim seperti yang telah dijelaskan diatas.
Sedangkan pada acarbose tidak terdapat paranitrofenol, namun
hanya terdapat banyak gugus –OH pada hampir tiap atom C
sehingga acarbose lebih hanya pada sasaran minimal terhadap
enzim amylase-α..Berdasarkan kepolarannya acarbose lebih polar
dari miglitol sehinga acarbose memiliki masa kerja obat leih cepat.

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Diabetes melitus (DM) didefiniskan sebagai suatu penyakit atau
gangguanmetabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan
tingginya kadargula darah disertai dengan gangguan metabolisme
karbohidrat, lipid, proteinsebagai akibat insufiensi fungsi insulin.
2. Diabetes mellitus berdasarkan patofisiologi terbagi menjadi 3 yakni,
diabetes mellitus tipe 1 (IDDM), diabetes mellitus tipe 2 (NIDDM)  dan
diabetes disebabkan faktor lain seperti diabetes gentasional.
3. Manifestasi diabetes berupa polyuria, polydipsia, polifagia dan kehilangan
bobot badan cepat pada IDDM dan jarang pada NIDDM.
4. Obat diabetes terbagi menjadi beberapa golongan yakni, insulin,
turunansulfonilurea, turunan biguanida, turunan tiazolidindion, turunan
metiglinida, turunan DPP4 dan penghambat enzim α-glukosidase.

17
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik. 2005. Pharmaceutical Care


Untuk Penyakit Diabetes Melitus. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan RI
https://regional.kompas.com/read/2008/10/16/19262497/indonesia.peringkat.empa
t.dunia.pasien.diabetes. (diakses pada tanggal 23/11/2018)
https://yantimurari.wordpress.com/2010/05/20/hubungan-struktur-aktivitas-obat
(diakses pada tanggal 21/11/2018)
http://www.chemnet.com/cas/id/361442-04-8/Saxagliptin.html(diakses pada
tanggal 23/11/2018)
http://learnpharmacia.blogspot.com/2011/09/pilihan-terapi-diabetes-melitus-tipe-
2.html (diakses pada tanggal 22/11/2018)
https://siskasyahfitrilubis.blogspot.com/2017/04/kimia-medisinal-hksa- (diakses
pada tanggal 23/11/2018)
https://wikipedia.com
Siswandono. 2016. Kimia Medisinal Edisi Kedua. Air langga University:
Surabaya

18

Anda mungkin juga menyukai