Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny.

S
DENGAN HIPERTENSI

DISUSUN OLEH
MUSTIKA RAHAYU
19.156.03.11.043

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA
BEKASI
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI
A. Definisi
Menurut American Heart Association (AHA) dan American College of
Cardiology (ACC) hipertensi adalah peningkatan tekanan darah arteri sistemik
yang menetap dimana tekanan darah sistolik  ≥ 130 mmHg atau tekanan darah
diastolik  ≥ 80 mmHg.
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik ≥ 90 mmHg atau bila pasien memakai obat hipertensi.

B. Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang yang lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada:
1) Elastisitas dinding aorta menurun.
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun. Kemampuan jantung memopa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, hal ini terjadi karena kurangnya
efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

C. Faktor risiko hipertensi


Risiko hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko
yang di modifikasi dan yang tidak dapat di modifikasi.
1. Faktor genetik
Hipertensi esensial biasanya terkait dengan gen dan faktor genetik, dimana
banyak gen turut berperan pada perkembangan gangguan hipertensi.
Seseorang yang memiliki riwayat keluarga sebagai pembawa hipertensi

1
mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk terkena hipertensi. Gen yang
berperan pada patofisiologi penyakit hipertensi adalah:
a. Gen simetrik yang mengandung promoter gen 11ß-hidrokilase dan gen
urutan selanjutnya untuk memberi kode pada gen aldosterone sintase,
sehingga menghasilkan ektopik aldosteron.
b. Saluran natrium endotel yang sensitif terhadap amilorid yang terdapat
pada tubulus pengumpul. Mutasi gen ini mengakibatkan aktivitas
aldosteron, menekan aktivitas renin plasma dan hipokalemia
c. Kerusakan gen 11ß-hidrokilase dehidrogenase menyebabkan sirkulasi
konsentrasi kortisol normal untuk mengaktifkan 20 reseptor
mineralakortikoid, sehingga menyebabkan sindrom kelebihan mineral
kortikoid (Sani dalam Manurung, 2018).
2. Umur
Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur. Pasien
yang berumur di atas 60 tahun, 50-60 % mempunyai tekanan darah lebih
besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh
degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya. Hipertensi
merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya oleh karena interaksi
berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan
meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan
oleh arena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga
pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku.
Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar
yang berkurang pada penambahan umur sampai dekade ke tujuh sedangakan
tekanan darah diastolik meningkat sampai dekade kelima dan keenam
kemudian menetap atau cenderung menurun. Peningkatan umur akan
menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi
peningkatan resistensi perifer dan aktifitas simpatik. Pengaturan tekanan
darah yaitu reflex baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah
berkurang, sedamgkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana aliran
darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun.
3. Jenis kelamin

2
Prevalensi terjadinya pada pria sama dengan wanita. Namun wanita
terlindungi dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang
belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang
berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL).
Kadar kolestrol (HDL) yng tinggi merupakan faktor pelindung dalam
mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan esterogen
dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia
premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi
sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari
kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut
berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umunya
mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun (Anggraini dalam Manurung,
2018).
4. Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang
berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya.
Namun, pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan
sensitif terhadap vasopressin lebih besar (Anggraini dalam Manurung,
2018).
5. Obesitas
Menurut National Institute for Health USA (NIH), prevalensi tekanan darah
tinggi pada orang dengan indeks Masa Tubuh (IMT) ≥30 (obesitas) adalah
38% untuk pria dan 32% untuk wanita, 22 dibandingkan dengan prevalensi
18% untuk pria 17% untuk wanita bagi memiliki IMT ≤25 (status gizi
normal menurut standar internasional).
Perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan antara kelebihan berat
badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi insulin dan
hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan system renin-angiotensin, dan
perubahan fisik pada ginjal. Obesitas meningkatkan kerja jantung dan
kebutuhan oksigen dan berperan dalam gaya hidup pasif. Lemak tubuh yang
berlebihan dan ketidakaktifan fisik berperan dalam resistensi insulin (Sylvia
Price dalam Manurung, 2018). Peningkatan konsumsi energi juga

3
meningkatkan insulin plasma, dimana natriuretik potensial menyebabkan
terjadinya reabsorsi natrium dan tekanan dara secara terus menerus. Rumus
untuk menghitung IMT adalah IMT = BB (Kg) : TB (m2).
6. Pola asupan garam dalam diet
Badan kesehatan dunia atau WHO merekomendasikan pada konsumsi garam
yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang
direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram
sodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih
menyebabkan konsentrasi natrium didalam cairan ekstraseluler meningkat.
Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik keluar, sehingga volume
cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler
tersebut menyebabkan meningkatnya volume dara, sehingga berdampak
kepada timbulnya hipertensi.
Karena itu disarankan untuk mengurangi natrium/sodium. Sumber
natrium/sodium yang utama adalah natrium klorida (garam dapur). Penyebab
masakan Monosodium Glutamate (MSG), dan sodium karbonat. Konsumsi
garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram
per hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya, konsumsi
berlebih karena budaya masak memasak masyarakat kita yang umumnya
boros menggunakan garam dan MSG (Anggaraini dalam Manurung, 2018).
7. Merokok
Telah ditemukan 4.000 jenis bahan kimia dalam rokok dengan 40 jenis
diantaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), dimana
bahan racun ini lebih banyak didapatkan pada asap tembakau yang
disebarkan ke udara bebas (asap samping), misalnya karbon 24 monoksida
(CO) 5 kali lipat lebih banyak ditemukan pada asap samping dari pada asap
utama, benzopiren 3 kali, dan amoniak 50 kali. Nikotin dan CO pada rokok
selain meningkatkan kebutuhan oksigen, juga mengganggu suplai oksigen ke
otot jantung.

D. Manifestasi klinis
Crowin dalam Manurung (2018) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala
klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun tahun berupa :

4
1) Nyeri kepala saat terjaga, kadang kadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intrakranial.
2) Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.
3) Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
4) Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomeolus.
5) Edema dependen dan pembengkakan akibat tekanan darah kapiler.
Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing,
muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba tiba terasa
pegal dan lain lain.

E. Klasifikasi
Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII
Tabel 1.1 Klasifikasi Hipertensi
Sistolik Diastolik
Kategori Tekanan Darah
(mmHg) (mmHg)
Normal < 120 Dan < 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Stadium I 140-159 90-99
Hipertensi Stadium II ≥ 160 ≥ 100
Krisis Hipertensi Atau
(membutuhkan penangan gawat > 180 > 110
darurat)

F. Patofisiologi

Faktor predisposisi: usia, jenis kelamin, stress,


kurang olahraga, genetik, konsentrasi garam.

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

5
Vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

Otak

Resistensi pembuluh darah otak

Nyeri tengkuk/kepala

Gangguan pola tidur

Sumber : Huda Nurarif & Kusuma H., (2015)

G. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium
a. Albuminuria pada hipertensi karena kelain parenkim ginjal.
b. Kreatinin serum BUN meningkat pada hipertensi
c. Darah perifer lengkap
d. Kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa)
2) EKG
a. Hipertrofi ventrikel kiri
b. Iskemik atau infark miokard
c. Peninggian gelombang P
d. Gangguan konduksi
3) Rontgen
a. Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada kuartasio dari aorta
b. Pembendungan, lebarnya paru
c. Hipertrofi parenkim ginjal
d. Hipertrofi vaskular ginjal

H. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Non Farmakologis
a. Pengaturan Diet

6
Beberapa diet yang dianjurkan:
(1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah
pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat
mengurangi stimulasi system renin-angiotensin sehingga dapat
berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah intake sodium yang
dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
(2) Diet tinggi potassium, dapat menurunkan tekanan darah tapi
mekanismenya belum jelas. Pemberian potassium secara intravena
dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya di mediasi oleh
nitric oxide pada dinding vascular.
(3) Diet kaya buah dan sayur.
(4) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
b. Penurunan Berat Badan
Penurunan berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan
mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup juga berkurang.
c. Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung.
Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu
sangat dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah. Olahraga dapat
meningkatkan HDL, yang dapat mengurangi terbentuknya arterosklerosis
akibat hipertensi.

d. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat


Berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol, penting untuk
mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui
menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan
kerja jantung.
2) Penatalaksanaan Medis
a. Terapi oksigen
b. Pemantauan hemodinamik
c. Pemantauan jantung

7
d. Obat-obatan :
(1) Diuretic: Chlorthalidon, hydromox, lasix, aldactone, dyrenium
diuretic bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi
curah jantung dengan mendorong ginjal meningkatkan ekskresi
garam dan airnya.
(2) Penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot polos jantung
atau arteri. Sebagian penyekat saluran kalsium bersifat lebih spesifik
untuk saluran lambat kalsium otot jantung, sebagian lain lebih
spesifik untuk saluran kalsium otot polos vascular. Dengan demikian,
berbagai penyekat kalsium memiliki kemampuan yang berbeda-beda
dalam menurunkan kecepatan denyut jantung, volume sekuncup dan
TPR.
(3) Penghambat enzim mengubah angiotensin 2 atau inhibitor ACE
berfungsi untuk menurunkan angiotensin 2 dengan menghambat
enzim yang diperlukan untuk mengubah angiotensin 1 menjadi
angiotensin 2. Kondisi ini menurunkan tekanan darah secara
langsung dengan menurunkan TPR, dan secara tidak langsung
dengan menurunkan sekresi aldosterone, yang akhirnya
meningkatkan pengeluaran natrium pada urin kemudian menurunkan
volume plasma dan curah jantung.
(4) Antagonis (penyekat) respetor beta (β-blocker), terutama penyekat
selektif, bekerja pada reseptor beta di jantung untuk menurunkan
kecepatan dana curah jantung.
(5) Antagonis reseptor alfa (β-blocker) menghambat reseptor alfa di otot
polos vascular yang secara normal berespon terhadap rangsangan
saraf simpatis dengan vasokontriksi. Hal ini akan menurunkan TPR.
(6) Vasodilator arterior langsung dapat digunakan untuk menurunkan
TPR. Misalnya: Natrium, nitroprusida, hidralazin, nitrogliserin.
(Brunner & Suddarth dalam Aspiani, 2014).

I. Komplikasi
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi diotak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi.

8
Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah
kedaerah-daerah yang diperdarahinya kurang. Arteri-arteri otak yang mengalami
arteroskerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan
terbentuknya aneurisma (Corwin, dalam Manurung, 2018).
Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba tiba, seperti, orang
bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian
tubuh terasa lemah atau sulit digerakkan (mialnya wajah, mulut, atau lengan
terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara
mendadak (Santoso dalam Manurung, 2018). Infark Miokard dapat terjadi
apabila arteri coroner yang arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen
ke miokardium atau apabila terbentuk thrombus yg menghambat aliran darah
melalui pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertensi
ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi
dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga
hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran
listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan
peningkatan risiko pembentukan bekuan (Corwin dalam Manurung, 2018).
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusak progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus, darah
akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat
berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran glomereus,
protein akan keluar melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid plasma
berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik
(Corwin dalam Manurung, 2018).
Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang
kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru,
kaki dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan didalam paru paru
menyebabkan sesak nafas, timbunan cairan di tungkai menyebabkan kaki
bengkak atau sering disebut edema (Amir dalam Manurung, 2018). Ensefalopati
dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (Hipertensi yang cepat). Tekanan
yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan

9
mendorong cairan kedalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat.
Nefron-nefron disekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian (Cowin dalam
Manurung, 2018)

10
DAFTAR PUSTAKA

(AHA) & (ACC). (2017). Pedoman Hipertensi ACC/AHA.


https://whitecoathunter.com/pedoman-hipertensi-aha-2017/. Diakses pada
30 Maret 2018
Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: CV.
Trans Info Media.
Manurung, N. (2018). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: CV. Trans Info
Media.
Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. (2014). Hipertensi

11

Anda mungkin juga menyukai