Laporan Water Deficit - Dinda Triana - 1911013320009-Kel 1
Laporan Water Deficit - Dinda Triana - 1911013320009-Kel 1
DINDA TRIANA
ABSTRAK
Air merupakan bahan esensial dan unsur penting bagi kehidupan manusia,
tanaman dan hewan. Beragam aktivitas manusia, hewan dan tumbuhan senantiasa
berhubungan dengan air. Water deficit merupakan gejala pada tumbuhan, dimana
dalam keadaan normal tumbuhan akan mengakami turgiditas yang menurun dan
menimbulkan kelayuan. Gejala ini terjadi karena jaringan kekurangan air.
Kekurangan air (water deficit) akan mengganggu keseimbangan kimiawi dalam
tanaman yang berakibat berkurangnya hasil fotosintesis atau semua proses- proses
fisiologis berjalan tidak normal. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk
mengetahui status "water deficit" tanaman cukup dan kurang air. Prosedur kerja
dua kelompok tanaman disiapkan satu kelompok tanaman yang selalu kecukupan
air dan satu tanaman dengan keadaan yang agak layu (kurang air). 10 buah
potongan daun tersebut diukur berat segarnya (BS) berat total menggunakan
timbangan analitik. Kedua kelompok potongan daun tersebut ditempatkan dalam
cawan petri yang berisi air, lalu dimasukan kedalam cawan petri yang berisi air,
lalu dimasukan kedalam oven selama 24 jam. Berdasarkan hasil yang didapatkan
pada tumbuhan segar, tumbuhan yang memiliki turgiditas terbesar adalah
tumbuhan Herbaceus sebesar 102,33% sedangkan yang memiliki t turgiditas
terkecil adalah tumbuhan C4 (daun jagung) sebesar 81,82%. Sedangkan, pada
tumbuhan kering yang turgiditasnya terbesar adalah tumbuhan CAM sebesar
91,34% sedangkan yang memiliki turgiditas terkecil adalah tumbuhan C4 (daun
jagung ) sebesar 10,34%. Turgiditas yang redah disebabkan kurangnya pasokan
air. Hilangnya turgiditas akan menghambat pertumbuhan sel (pembelahan dan
pembesaran) dan salah satu akibat adalah terhambatnya pertambahan luas daun.
PENDAHULUAN
Air merupakan komponen utama dalam tumbuhan, diman air menyusun
60-90% dari berat daun. Jumlah air yang dikandung tiap tanaman berbeda-beda,
hal ini bergantung pada habitat dan jenis spesies tumbuhan tersebut. Tumbuhan
herba lebih banyak mengandung air daripada tumbuhan perdu. Tumbuhan yang
berdaun tebal mempunyai kadar air antara 85-90 %, tumbuhan hidrofik 85-98 %
dan tumbuhan mesofil mempunyai kadar air antara 100-300 % (Salisbury & Ross,
2010). Air merupakan kebutuhan pokok bagi semua tanaman juga merupakan
bahan penyusun utama dari pada protoplasma sel. Disamping itu, air adalah
komponen utama dalam proses fotosintesis, pengangkutan assimilate hasil proses
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2021
ini kebagian- bagian tanaman hanya dimungkinkan melalui gerakan air dalam
tanaman. Dengan peranan tersebut di atas, jumlah pemakaian air oleh tanaman
akan berkorelasi posistif dengan produksi biomase tanaman, hanya sebagian kecil
dari air yang diserap akan menguap melalui stomata atau melalui proses
transpirasi (Dwijesepurto, 2011).
Air merupakan bahan esensial dan unsur penting bagi kehidupan manusia,
tanaman dan hewan. Beragam aktivitas manusia, hewan dan tumbuhan senantiasa
berhubungan dengan air. Manusia membutuhkan sejumlah cairan dalam tubuh
agar metabolisme tetap terjaga dengan baik. Tumbuh-tumbuhan memerlukan air
agar dapat tumbuh dengan subuh sehingga berguna bagi kehidupan manusia.
Dengan air pula hewan-hewan dapat hidup dan diambil manfaatnya oleh manusia.
Air terdapat di berbagai tempat, yaitu di laut, sungai, danau, gunung hingga
daerah kutub. Air memiliki rasa dan bentuk yang berbeda, yaitu dapat berupa air
asin, air tawar, es, uap air dan awan hujan. Air merupakan sumber kehidupan yang
tidak dapat tergantikan oleh apapun. Tanpa air, manusia, hewan dan tanaman
tidak akan dapat hidup. Jenis air dibedakan menjadi dua, yaitu air tanah dan air
permukaan. Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah.
Sementara air permukaan, yaitu air yang berada di permukaan tanah dan dapat
dengan mudah dilihat oleh mata kita. Contoh air permukaan adalah air laut,
sungai, danau, kali, rawa dan empang. Dengan adanya air, tanaman dapat tumbuh
subur, makhluk hidup lain seperti manusia dan binatang pun sangat bergantung
pada air untuk kelangsungan hidupnya. Manusia dapat bertahan berhari-hari,
bahkan berminggu-minggu tanpa makan. Namun beberapa hari saja tanpa minum
tidak mungkin dapat bertahan hidup (Wirakusumah, 2010).
Air sangat penting sebagai pelarut dalam organisme hidup tampak amat
jelas, misalnya pada proses osmosis. Volume sel dalam suatu daun dibatasi oleh
dinding sel dan relative hanya sedikit aliran air yang dapat diakomodasikan oleh
elastisitas dinding sel. Konsekuensi tekanan hidrostatis (tekanan turgor)
perkembang dalam vakuola menekan sitoplasma melawan permukaan dalam
dinding sel dan meningkatkan potensial air vakuola. Naiknya tekanan turgor, sel-
sel yang berdekatan saling menekan, dengan hasil bahwa sehelai daun yang
mulanya dalam keadaan layu menjadi bertambah segar (turgid). Pada keadaan
seimbang, tekanan turgor menjadi atau mempunyai nilai maksimum dan disini air
tidak cenderung mengalir dari apoplast ke vakuola (Salisbury & Ross, 2010).
Kuantitas air yang dibutuhkan oleh tanaman sangat berbeda-beda sesuai
dengan jenis dan lingkungan dimana tunmbuhan itu hidup. Tanaman herba
menyerap air lebih banyak dibandingkan tanaman perdu. Tumbuhan golongan
efemera yang hidup di daerah gurun, akan memanfaatkan hujan yang dating sekali
dalam setahun untuk mulai hidup dan berkecambah, berbunga, berbuah dan mati
sebelum air yang ada dalam tanah habis. Pertumbuhan yang cepat dan pendeknya
umur tanaman tersebut merupakan suatu usaha untuk menghindarı diri dari
kekurangan air yang menimpanya (Dwijoseputro, 2011).
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2021
Cara Kerja
Pertama-tama siapkan dua kelompok tanaman. Satu kelompok tanaman yang
selalu kecukupan air, dan satu kelompok tanaman dengan keadaan agak layu
(kurang air). Selanjutnya, siapkan 10 buah potongan daun (5 segar, 5 layu) dengan
ukuran diameter 2,5 cm (seperti uang koin), lalu diletakkan ke dalam botol
timbang/cawan petri. Diukur berat segar (BS) 10 potongan daun dari kedua
kelompok tanaman tersebut sebagai BS-1 dan BS-2 (BS = berat total - berat botol)
dengan timbangan analitis. Timbang pula berat potongan daun dari tanaman
kurang air. Kemudian, tempatkan kedua kelompok potongan daun tersebut dalam
cawan petri yang berisi air selama 3 jam, di bawah penerangan lampu neon (± 25
lumen). Lalu, tiriskan potongan daun dengan tissue (kertas hisap), masukkan ke
botol timbang, kemudian ukurlah berat segar dari kedua kelompok tumbuhan
tersebut sebagai berat turgid (BT). BT-1 = berat turgid potongan daun kelompok
tumbuhan cukup air, BT-2 = berat turgid dari potongan daun kelompok tumbuhan
kurang air. Setelah itu, keringkan kedua kelompok potongan daun itu dalam oven
atau low incubator pada 70-80 0C selama 24 jam. Selanjutnya timbanglah berat
keringnya (BK, sebagai BK-1 dan BK-2)
HASIL
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2021
Tabel 1. Status air jaringan daun tumbuhan segar dan tumbuhan kekurangan air
No Sampel Tumbuhan Segar Tumbuhan Kering
. TR WD TR WD
1. Herbaceus 102,33% -2,33% 30,30% 69,69%
2. C4 81,82% 18,18% 10,34% 89,65%
3. CAM 100,8% -0,8% 91,34% 8,65%
PEMBAHASAN
Air sebagai penyusun utama protoplasma tanaman dan mempunyai peran
yang sangat penting dalam proses fisiologi tanaman. Air berfungsi sebagai pelarut
hara, media translokasi hara, penstabil suhu tanaman dan sebagai penyusun utama
biomassa tanaman. Tanah sebagai media tumbuh, mempunyai peran yang sangat
penting dalam menunjang produktivitas tanaman berkaitan dengan kemampuan
tanah dalam penyediaan hara, air dan mendukung sistem perkembangan
perakaran. Cekaman kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh kekurangan
suplai air di daerah perakaran dan permintaan air yang berlebihan oleh daun
akibat laju evapotranspirasi yang melebihi lajuabsorpsi air walaupun keadaan air
tanah tersedia dengan cukup. Kekurangan air mempengaruhi semua aspek
pertumbuhan tanaman, yang meliputi proses fisiologi, biokimia, anatomi dan
morfologi. Kekurangan Air menyebabkan sebagian stomata daun menutup
sehingga terjadi hambatan masuknya CO2 dan menurunkan aktivitas fotosintesis.
Selain menghambat aktivitas fotosintesis, kekurangan air juga menghambat
sintesis protein dan dinding sel. Tanaman yang mengalami kekurangan air secara
umum mempunyai ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh normal (Kurniasari et al., 2010).
Water deficit merupakan gejala pada tumbuhan, dimana dalam keadaan
normal tumbuhan akan mengakami turgiditas yang menurun dan menimbulkan
kelayuan. Gejala ini terjadi karena jaringan kekurangan air. Kekurangan air
(water deficit) akan mengganggu keseimbangan kimiawi dalam tanaman yang
berakibat berkurangnya hasil fotosintesis atau semua proses- proses fisiologis
berjalan tidak normal. Apabila keadaan ini berjalan terus, maka akibat yang
terlihat, misalnya tanaman kerdil, layu, produksi rendah, kualitas turun dan
sebagainya. Water deficit terjadi karena jaringan kekurangan air. Kehilangan air
dapat menyebabkan sel-sel tanaman kehilangan tugor. Apabila kehilangan tugor,
mekanisme dalam jaringan akan terhambat dan menutup stomata dan
memperkecil luas permukaan daun dengan menggulung daun. Selian itu, water
deficit dapat terjadi apabila pnyerapan tidak dapat mengimbangi laju kehilangan
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2021
air. Faktor lainnya yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar meliputi suhu,
pH, kelembapan. Faktor dalam meliputi ketebalan daun, kemampuan daun dalam
transpirasi, besar tidany simpanan cadangan ai di dialam daun, keadaan potensial
air dalam tanaman. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya water deficit ini
akan menyebabkan cekaman terhadap pertumbuhan suatu tanaman (Fitter & Hay,
1991).
Cekaman dialam dapat dibedakan menjadi cekaman biotik dan abiotik.
Cekaman biotik merupakan cekaman yang dihasilkan dari organisme hidup
(mikroorganisme) seperti serangan patogen, bakteri, virus,jamur dan serangga.
Sedangkan Cekaman abiotik merupakan cekaman yang dihasilkan dari faktor
tidak hidup, seperti kekeringan, suhu ekstrem, salinitas dan polutan, misalnya
logam berat. Keseimbangan antara toleransi dan sensitivitas dapat menentukan
apakah faktor stres memiliki efek yang positif (eustress) atau negatif (distress)
(Dwidjoseputro, 2011)
Penyebab water deficit yaitu curah hujan rendah, transpirasi lebih tinggi
dibandingkan yang diserap, kadar garam yang terlalu tinggi dalam tanah,
tumbuhan tumbuh ditanah dangkal. Adapun faktor lain yaitu faktor luar dan faktor
dalam. Suhu udara akan mempengaruhi ketersediaan air tanah melalui mekanisme
besarnya evapotranspirasi. Evapotranspirasi merupakan peristiwa kehilangan air
melalui permukaan tanah (evaporasi) dan melalui tanaman (penguapan stomata
atau kutikula – transpirasi). Evapotranspirasi disebut juga sebagai penggunaan air
tanaman (water use). Semakin tinggi suhu, semakin mempercepat lajunya
evapotranspirasi yang apabila tidak mampu mengimbangi dengan penyerapan air
maka dapat mempercepat terjadinya kekurangan air (water deficit). Selain suhu,
iklim juga mampu mempengaruhi ketersediaan air dalam tanaman. Apabila curah
hujan melebihi evapotranspirasi maka akan terjadi kelebihan air dan sebaliknya
apabila curah hujan lebih kecil daripada evapotranspirasi maka akan terjadi water
deficit. Umumnya, tanaman mengalami kekurangan air pada musim kemarau. Hal
ini dikarenakan pada musim kemarau pasokan air di perakaran berkurang dan laju
evapotranspirasi melebihi laju absorbsi air oleh tanaman (Simanjuntak et al.,
2016).
Lingkungan yang ekstrim ialah lingkungan yang dapat menimbulkan
cekaman pada tumbuhan. Penyebab cekaman dapat berupa berbagai bahan kimia
dan faktor-faktor fisik yang bersifat permanen maupun dapat balik. Kekeringan
dapat merupakan cekaman primer maupun cekaman sekunder. Cekaman primer
disebabkan oleh kekurangan air di lingkungan sekitar tumbuhan, sedangkan
cekaman sekunder diinduksi oleh keadaan dingin, pembekuan, panas atau kadar
garam. Sel tumbuhan yang telah kehilangan air dan mempunyai tekanan turgor
yang lebih rendah daripada nilai maksimumnya dikatakan mengalami cekaman
kekeringan. Cekaman kekeringan pada tanaman menunjukkan kekurangan air
yang dialami oleh tanaman akibat keterbatasan air dari lingkungannya, yaitu
media tanam. Cekaman air pada tanaman dapat disebabkan oleh kekurangan
suplai air di daerah perakaran. Di samping itu permintaan air yang berlebihan oleh
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2021
daun akibat laju evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air walaupun ketersediaan
air tanah cukup juga mengakibatkan cekaman kekeringan. Oleh sebab itu laju
transpirasi, sistem perakaran dan ketersediaan air tanah mempengaruhi serapan air
oleh akar tanaman (Fitter & Hay, 1991).
Respons tanaman yang mengalami cekaman kekeringan dapat merupakan
perubahan di tingkat selular dan molekular yang ditunjukkan dengan penurunan
laju pertumbuhan, berkurangnya luas daun dan peningkatan rasio akar tajuk.
Tingkat kerugian tanaman akibat kekeringan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain intensitas kekeringan yang dialami, lamanya kekeringan dan tahap
pertumbuhan saat tanaman mengalami kekeringan. Jika mengalami kekeringan,
dua macam respons tanaman yang dapat memperbaiki status air yaitu dengan
mengubah distribusi asimilat baru untuk lebih mendukung pertumbuhan akar
daripada tajuk, sehingga dapat meningkatkan kapasitas akar menyerap air serta
menghambat pertumbuhan tajuk untuk mengurangi transpirasi dan mengatur
derajat pembukaan stomata untuk menghambat hilangnya air melalui transpirasi
(Dwidjoseputro, 2011).
Kekurangan air akan menyebabkan tanaman menjadi kerdil,
perkembangannya menjadi abnormal. Kekurangan yang terjadi terus menerus
selama periode pertumbuhan akan menyebabkan tanaman tersebut menderita dan
kemudian mati. Sedang tanda-tanda pertama yang terlihat ialah layunya daun-
daun. Peristiwa kelayuan ini disebabkan karena penyerapan air tidak dapat
mengimbangi kecepatan penguapan air dari tanaman. Jika proses tranepirasi ini
cukup besar dan penyerapan air tidak dapat mengimbanginyha, maka tanaman
tersebut akan mengalmi kelayuan sementara (transcient wilting), sedang tanaman
akan mengalami kelayuan tetap, apabila keadaan air dalam tanah telah mencapai
permanent wilting percentage. Tanaman dalam keadaan ini sudah sulit untuk
disembuhkan karena sebagaian besar sel-selnya telah mengalami plasmolisia.
Proses pelayuan yang mengakibatkan penggulungan daun pada tanaman
monokotil merupakan salah satu mekanisme tanaman menghindari kekeringan
atau drought avoidance. Penggulungan daun berkaitan dengan kemampuan
penyesuaian laju transpirasi untuk mempertahankan potensial air daun tetap tinggi
pada saat kekurangan air. Daun yang menggulung menyebabkan luas permukaan
daun yang tak terlindung menjadi lebih kecil sehingga transpirasi menurun.
Penggulungan daun mengakibatkan penurunan indeks luas daun dan tingkat
penerimaan cahaya yang selanjutnya akan menurunkan laju fotosintesis (Ai &
Lenak, 2014).
Pembelahan sel mengalami penurunan sangat cepat walaupun tingkat
kekurangan air yang rendah. Tanaman membutuhkan cukup air untuk
mempertahankan turgor dan perluasan daun. Turgor adalah penentu utama
pertumbuhan, perluasan daun. Turgor adalah penentu utama pertumbuhan,
perluasan daun dan berbagai aspek metabolisme tanaman. Peenutupan dan
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2021
KESIMPULAN
Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah turgiditas yang rendah
disebabkan kurangnya pasokan air. Hilangnya turgiditas akan menghambat
pertumbuhan sel (pembelahan dan pembesaran) dan salah satu akibat adalah
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2021
DAFTAR PUSTAKA
Ai, N. S & Lenak, A. A. (2014). Penggulungan daun pada tanaman monokotil saat
kekurangan air (Leaf rolling in monocotyledon plants under water deficit).
JURNAL BIOSLOGOS. 4 (2) : 48-55.
Bayer. J, S. (2010). Water Deficits and Photosisnthesis In Water. Academicpress.
4: 153-190.
Campbell, N.A, Reece, J. B. & Mitchell, L. G. (2010). Biologi Edisi Kedelapan
Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Campbell, N.A., Reece, J. B., Urry, L.A., Cain, M. A., Wasserman, A. S.,
Minorsky, P. V. & Jackson, R. B. (2012). Biologi Jilid 2 (Terjemahan)
Edisi ke-8. Erlangga. Jakarta
Dawair, I . (2010). Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Suryada, Semarang.
Dwidjoseputro, D. (2011). Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia, Jakarta.
Fitter A.H. & R.K.M Hay. (1991). Fisiologi Lingkungan Tanaman. Universitas
Gajah Mada Press, Yogyakarta.
Koda, M., N. S. Ai & P. Siahaan. (2017). Kandungan Air Daun Padi Lokal Sulut
pada Fase Vegetatif saat Mengalami Rendaman dan Kekurangan Air. Jurnal
Bioslogos 7(1): 23-26.
Kurniasari, A. M. Adisyahputra, R. Rosman. (2010). Pengaruh Kekeringan pada
Tanah Bergaram NaCl terhadap Pertumbuhan Tanaman Nilam. Jurusan
Biologi FMIPA UI. Jakarta.
Lakitan, B. (2004). Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajagrafindo Persada,
Jakarta.
Salisbury, F. B & Ross, C. W. (2010). Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. ITB, Bandung
Setiawan, R. B., Khumaida, N. & Dinarti, D. (2015). Uji Cepat Tanaman Gandum
(Triticum Aestivum L.) Terhadap Suhu Tinggi Pada Fase Kecambah. Jurnal
Sungkai, 3(2): 24-33.
Simanjuntak, B. H., Agus, Y. H. & Yulianto, S. (2016). Kajian Ketersediaan Air
Tanah untuk Penentuan Surplus-Defisit Air Tanah dan Pola Tanam.
Prosiding Konser Karya Ilmiah. 2(2) : 113-124.
Sujinah & Jamil, A. (2016). Mekanisme Respon Tanaman Padi terhadap Cekaman
Kekeringan dan Varietas Toleran. Iptek Tanaman Pangan. 1 (1): 1-8.
Setiawan, Tohari. & Shiddieq, D. (2013). Pengaruh Cekaman Kurang Air
Terhadap Beberapa Karakter Fisiologis Tanaman Nilam (Pogostemon
Cablin Benth). Jurnal Littri. 19(3): 108-116.
Wirakusumah, E.P. (2010). Sehat Cara Alqur'an & Hadis. PT Mizan Publika,
Jakarta.
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2021
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2021