Anda di halaman 1dari 15

FISIOLOGI TUMBUHAN

(JCKK 141) Maret 2021

STATUS “WATER DEFICIT” PADA TANAMAN KECUKUPAN AIR DAN


KURANG AIR

DINDA TRIANA

Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,


Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru, 70714

ABSTRAK

Air merupakan bahan esensial dan unsur penting bagi kehidupan manusia,
tanaman dan hewan. Beragam aktivitas manusia, hewan dan tumbuhan senantiasa
berhubungan dengan air. Water deficit merupakan gejala pada tumbuhan, dimana
dalam keadaan normal tumbuhan akan mengakami turgiditas yang menurun dan
menimbulkan kelayuan. Gejala ini terjadi karena jaringan kekurangan air.
Kekurangan air (water deficit) akan mengganggu keseimbangan kimiawi dalam
tanaman yang berakibat berkurangnya hasil fotosintesis atau semua proses- proses
fisiologis berjalan tidak normal. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk
mengetahui status "water deficit" tanaman cukup dan kurang air. Prosedur kerja
dua kelompok tanaman disiapkan satu kelompok tanaman yang selalu kecukupan
air dan satu tanaman dengan keadaan yang agak layu (kurang air). 10 buah
potongan daun tersebut diukur berat segarnya (BS) berat total menggunakan
timbangan analitik. Kedua kelompok potongan daun tersebut ditempatkan dalam
cawan petri yang berisi air, lalu dimasukan kedalam cawan petri yang berisi air,
lalu dimasukan kedalam oven selama 24 jam. Berdasarkan hasil yang didapatkan
pada tumbuhan segar, tumbuhan yang memiliki turgiditas terbesar adalah
tumbuhan Herbaceus sebesar 102,33% sedangkan yang memiliki t turgiditas
terkecil adalah tumbuhan C4 (daun jagung) sebesar 81,82%. Sedangkan, pada
tumbuhan kering yang turgiditasnya terbesar adalah tumbuhan CAM sebesar
91,34% sedangkan yang memiliki turgiditas terkecil adalah tumbuhan C4 (daun
jagung ) sebesar 10,34%. Turgiditas yang redah disebabkan kurangnya pasokan
air. Hilangnya turgiditas akan menghambat pertumbuhan sel (pembelahan dan
pembesaran) dan salah satu akibat adalah terhambatnya pertambahan luas daun.

Kata kunci: Air, kekurangan, turgiditas

PENDAHULUAN
Air merupakan komponen utama dalam tumbuhan, diman air menyusun
60-90% dari berat daun. Jumlah air yang dikandung tiap tanaman berbeda-beda,
hal ini bergantung pada habitat dan jenis spesies tumbuhan tersebut. Tumbuhan
herba lebih banyak mengandung air daripada tumbuhan perdu. Tumbuhan yang
berdaun tebal mempunyai kadar air antara 85-90 %, tumbuhan hidrofik 85-98 %
dan tumbuhan mesofil mempunyai kadar air antara 100-300 % (Salisbury & Ross,
2010). Air merupakan kebutuhan pokok bagi semua tanaman juga merupakan
bahan penyusun utama dari pada protoplasma sel. Disamping itu, air adalah
komponen utama dalam proses fotosintesis, pengangkutan assimilate hasil proses
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2021

ini kebagian- bagian tanaman hanya dimungkinkan melalui gerakan air dalam
tanaman. Dengan peranan tersebut di atas, jumlah pemakaian air oleh tanaman
akan berkorelasi posistif dengan produksi biomase tanaman, hanya sebagian kecil
dari air yang diserap akan menguap melalui stomata atau melalui proses
transpirasi (Dwijesepurto, 2011).
Air merupakan bahan esensial dan unsur penting bagi kehidupan manusia,
tanaman dan hewan. Beragam aktivitas manusia, hewan dan tumbuhan senantiasa
berhubungan dengan air. Manusia membutuhkan sejumlah cairan dalam tubuh
agar metabolisme tetap terjaga dengan baik. Tumbuh-tumbuhan memerlukan air
agar dapat tumbuh dengan subuh sehingga berguna bagi kehidupan manusia.
Dengan air pula hewan-hewan dapat hidup dan diambil manfaatnya oleh manusia.
Air terdapat di berbagai tempat, yaitu di laut, sungai, danau, gunung hingga
daerah kutub. Air memiliki rasa dan bentuk yang berbeda, yaitu dapat berupa air
asin, air tawar, es, uap air dan awan hujan. Air merupakan sumber kehidupan yang
tidak dapat tergantikan oleh apapun. Tanpa air, manusia, hewan dan tanaman
tidak akan dapat hidup. Jenis air dibedakan menjadi dua, yaitu air tanah dan air
permukaan. Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah.
Sementara air permukaan, yaitu air yang berada di permukaan tanah dan dapat
dengan mudah dilihat oleh mata kita. Contoh air permukaan adalah air laut,
sungai, danau, kali, rawa dan empang. Dengan adanya air, tanaman dapat tumbuh
subur, makhluk hidup lain seperti manusia dan binatang pun sangat bergantung
pada air untuk kelangsungan hidupnya. Manusia dapat bertahan berhari-hari,
bahkan berminggu-minggu tanpa makan. Namun beberapa hari saja tanpa minum
tidak mungkin dapat bertahan hidup (Wirakusumah, 2010).
Air sangat penting sebagai pelarut dalam organisme hidup tampak amat
jelas, misalnya pada proses osmosis. Volume sel dalam suatu daun dibatasi oleh
dinding sel dan relative hanya sedikit aliran air yang dapat diakomodasikan oleh
elastisitas dinding sel. Konsekuensi tekanan hidrostatis (tekanan turgor)
perkembang dalam vakuola menekan sitoplasma melawan permukaan dalam
dinding sel dan meningkatkan potensial air vakuola. Naiknya tekanan turgor, sel-
sel yang berdekatan saling menekan, dengan hasil bahwa sehelai daun yang
mulanya dalam keadaan layu menjadi bertambah segar (turgid). Pada keadaan
seimbang, tekanan turgor menjadi atau mempunyai nilai maksimum dan disini air
tidak cenderung mengalir dari apoplast ke vakuola (Salisbury & Ross, 2010).
Kuantitas air yang dibutuhkan oleh tanaman sangat berbeda-beda sesuai
dengan jenis dan lingkungan dimana tunmbuhan itu hidup. Tanaman herba
menyerap air lebih banyak dibandingkan tanaman perdu. Tumbuhan golongan
efemera yang hidup di daerah gurun, akan memanfaatkan hujan yang dating sekali
dalam setahun untuk mulai hidup dan berkecambah, berbunga, berbuah dan mati
sebelum air yang ada dalam tanah habis. Pertumbuhan yang cepat dan pendeknya
umur tanaman tersebut merupakan suatu usaha untuk menghindarı diri dari
kekurangan air yang menimpanya (Dwijoseputro, 2011).
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2021

Jumlah air yang berada dalam tanaman bervariasi, tergantung pada


jaringan yang ada pada tanaman tersebut, kadar air ini berkisar 3% sampai 95%
dari berat total jaringan tersebut. Air dapat mempertahankan turgor yang sangat
perlu dalam kerumitan transpirasi dan pertumbuhan tanaman. Air juga diperlukan
sebagai unsur hara untuk membentuk senyawa baru. Berdasarkan kebutuhan air,
tumbuh-tumbuhan diklasifikasikan atas hidrofit, mesifit dan xerifit. Tanaman
yang kekurangan air akan menjadi layu, dan apabila tidak diberikan air secepatnya
akan terjadi layu permanen yang dapat menyebabkan kematian. Terdapat lima
mekanisme utama yang menggerakkan air dari suatu tempat ke tempat lain, yaitu
melalui proses: difusi, osmosis, tekanan kapiler, tekanan hidrostatik, dan gravitasi
(Lakitan, 2004).
Kekurangan air mempengaruhi semua aspek pertumbuhan tanaman, yang
meliputi proses fisiologi, biokimia, anatomi dan morfologi. Pada saat kekurangan
air, sebagian stomata daun menutup sehingga terjadi hambatan masuknya CO 2 dan
menurunkan aktivitas fotosintesis. Selain menghambat aktivitas fotosintesis,
kekurangan air juga menghambat sintesis protein dan dinding sel. Tanaman yang
mengalami kekurangan air secara umum mempunyai ukuran yang lebih kecil
dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh normal. Kekurangan air
menyebabkan penurunan hasil yang sangat signifikan dan bahkan menjadi
penyebab kematian pada tanaman. Kurangnya ketersediaan air akan menghambat
sintesis klorofil pada daun akibat laju fotosintesis yang menurun dan terjadinya
peningkatan temperatur dan transpirasi yang menyebabkan disentegrasi klorofil
(Ai & Banyo, 2011). Kekurangan air (water deficit) akan mengganggu
keseimbangan kimiawi dalam tanaman yang berakibat berkurangnya hasil
fotosintesis atau semua proses-proses fisiologis berjalan tidak normal. Apabila
keadaan ini berjalan terus, maka akibat yang terlihat, misalnya tanaman kerdil,
layu, produksi rendah, kualitas turun dan sebagainya berjalan terus, maka akibat
yang terlihat, misalnya tanaman kerdil, layu, produksi rendah, kualitas turun dan
sebagainya (Bayer, 2010).
Kekurangan air yang hebat tentunya akan membunuh tumbuhan. Akan
tetapi tumbuhan memiliki sustem kontrol yang memungkinkan mereka untuk
mengatasi dan menghadapi kekurangan air yang tidak begitu ekstrim. Tumbuhan
merespons kekurangan air dengan mengurangi laju transpirasi untuk penghematan
air. Terjadinya kekurangan air pada daun akan menyebabkan sel-sel penjaga
kehilangan turgornya, suatu mekanisme kontrol tunggal yang memperlambat
transpirasi dengan cara menutup stomata. Kekurangan air juga merangsang
peningkatan sintesis dan pembebasan asam absisat dari sel-sel mesofil daun.
Hormon ini membantu mempertahankan stomata tetap tertutup dengan cara
bekerja pada membran sel penjaga (Salisbury & Ross, 2010).
Pentingnya air sebagai pelarut dalam organisme hidup tampak amat jelas,
misalnya pada proses osmosis. Didalam suatu daun, volume sel dibatasi oleh
dinding sel dan relative hanya sedikit aliran air yang dapat diakomodasikan oleh
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2021

elastisitas dinding sel. Konsekuensi tekanan hidrostatis (tekanan turgor)


berkembang dalam vakuola menekan sitoplasma melawan permukaan dalam
dinding sel dan meningkatkan potensial air vakuola. Naiknya tekanan turgor, sel-
sel yang berdekatan saling menekan, dengan hasil bahwa sehelai daun yang
mulanya dalam keadaan layu menjadi bertambah segar (turgid). Keadaan
seimbang membuat tekanan turgor menjadi atau mempunyai nilai maksimum dan
disini air tidak cenderung mengalir dari apoplast ke vakuola (Fitter & Hay, 1991).
Mekanisme adaptasi tanaman untuk mengatasi cekaman kurang air adalah
dengan respon kontrol transpirasi dan pengaturan osmotik sel. Mekanisme ini
terjadi sintesis dan akumulasi senyawa organik yang dapat menurunkan potensial
osmotik sehingga menurunkan potensial air dalam sel tanpa membatasi fungsi
enzim namun tetap menjaga turgor sel. Beberapa senyawa yang berperan dalam
penyesuaian osmotikal sel antara lain gula osmotik, prolin, betain dan protein
dehidrin. (Setiawan et al., 2013).
METODE
Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah petridish, neraca
analitik, lampu 25 lumen, dan oven.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah tanaman
sirih (Piper betle L.), jagung (Zea mays L.), cocor bebek (Bryophyllum pinnatum),
dan aquadest.

Cara Kerja
Pertama-tama siapkan dua kelompok tanaman. Satu kelompok tanaman yang
selalu kecukupan air, dan satu kelompok tanaman dengan keadaan agak layu
(kurang air). Selanjutnya, siapkan 10 buah potongan daun (5 segar, 5 layu) dengan
ukuran diameter 2,5 cm (seperti uang koin), lalu diletakkan ke dalam botol
timbang/cawan petri. Diukur berat segar (BS) 10 potongan daun dari kedua
kelompok tanaman tersebut sebagai BS-1 dan BS-2 (BS = berat total - berat botol)
dengan timbangan analitis. Timbang pula berat potongan daun dari tanaman
kurang air. Kemudian, tempatkan kedua kelompok potongan daun tersebut dalam
cawan petri yang berisi air selama 3 jam, di bawah penerangan lampu neon (± 25
lumen). Lalu, tiriskan potongan daun dengan tissue (kertas hisap), masukkan ke
botol timbang, kemudian ukurlah berat segar dari kedua kelompok tumbuhan
tersebut sebagai berat turgid (BT). BT-1 = berat turgid potongan daun kelompok
tumbuhan cukup air, BT-2 = berat turgid dari potongan daun kelompok tumbuhan
kurang air. Setelah itu, keringkan kedua kelompok potongan daun itu dalam oven
atau low incubator pada 70-80 0C selama 24 jam. Selanjutnya timbanglah berat
keringnya (BK, sebagai BK-1 dan BK-2)

HASIL
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2021

Tabel 1. Status air jaringan daun tumbuhan segar dan tumbuhan kekurangan air
No Sampel Tumbuhan Segar Tumbuhan Kering
. TR WD TR WD
1. Herbaceus 102,33% -2,33% 30,30% 69,69%
2. C4 81,82% 18,18% 10,34% 89,65%
3. CAM 100,8% -0,8% 91,34% 8,65%

Ket : TR : Turgiditas Relatif


WD : Water Deficit

PEMBAHASAN
Air sebagai penyusun utama protoplasma tanaman dan mempunyai peran
yang sangat penting dalam proses fisiologi tanaman. Air berfungsi sebagai pelarut
hara, media translokasi hara, penstabil suhu tanaman dan sebagai penyusun utama
biomassa tanaman. Tanah sebagai media tumbuh, mempunyai peran yang sangat
penting dalam menunjang produktivitas tanaman berkaitan dengan kemampuan
tanah dalam penyediaan hara, air dan mendukung sistem perkembangan
perakaran. Cekaman kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh kekurangan
suplai air di daerah perakaran dan permintaan air yang berlebihan oleh daun
akibat laju evapotranspirasi yang melebihi lajuabsorpsi air walaupun keadaan air
tanah tersedia dengan cukup. Kekurangan air mempengaruhi semua aspek
pertumbuhan tanaman, yang meliputi proses fisiologi, biokimia, anatomi dan
morfologi. Kekurangan Air menyebabkan sebagian stomata daun menutup
sehingga terjadi hambatan masuknya CO2 dan menurunkan aktivitas fotosintesis.
Selain menghambat aktivitas fotosintesis, kekurangan air juga menghambat
sintesis protein dan dinding sel. Tanaman yang mengalami kekurangan air secara
umum mempunyai ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh normal (Kurniasari et al., 2010).
Water deficit merupakan gejala pada tumbuhan, dimana dalam keadaan
normal tumbuhan akan mengakami turgiditas yang menurun dan menimbulkan
kelayuan. Gejala ini terjadi karena jaringan kekurangan air. Kekurangan air
(water deficit) akan mengganggu keseimbangan kimiawi dalam tanaman yang
berakibat berkurangnya hasil fotosintesis atau semua proses- proses fisiologis
berjalan tidak normal. Apabila keadaan ini berjalan terus, maka akibat yang
terlihat, misalnya tanaman kerdil, layu, produksi rendah, kualitas turun dan
sebagainya. Water deficit terjadi karena jaringan kekurangan air. Kehilangan air
dapat menyebabkan sel-sel tanaman kehilangan tugor. Apabila kehilangan tugor,
mekanisme dalam jaringan akan terhambat dan menutup stomata dan
memperkecil luas permukaan daun dengan menggulung daun. Selian itu, water
deficit dapat terjadi apabila pnyerapan tidak dapat mengimbangi laju kehilangan
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2021

air. Faktor lainnya yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar meliputi suhu,
pH, kelembapan. Faktor dalam meliputi ketebalan daun, kemampuan daun dalam
transpirasi, besar tidany simpanan cadangan ai di dialam daun, keadaan potensial
air dalam tanaman. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya water deficit ini
akan menyebabkan cekaman terhadap pertumbuhan suatu tanaman (Fitter & Hay,
1991).
Cekaman dialam dapat dibedakan menjadi cekaman biotik dan abiotik.
Cekaman biotik merupakan cekaman yang dihasilkan dari organisme hidup
(mikroorganisme) seperti serangan patogen, bakteri, virus,jamur dan serangga.
Sedangkan Cekaman abiotik merupakan cekaman yang dihasilkan dari faktor
tidak hidup, seperti kekeringan, suhu ekstrem, salinitas dan polutan, misalnya
logam berat. Keseimbangan antara toleransi dan sensitivitas dapat menentukan
apakah faktor stres memiliki efek yang positif (eustress) atau negatif (distress)
(Dwidjoseputro, 2011)
Penyebab water deficit yaitu curah hujan rendah, transpirasi lebih tinggi
dibandingkan yang diserap, kadar garam yang terlalu tinggi dalam tanah,
tumbuhan tumbuh ditanah dangkal. Adapun faktor lain yaitu faktor luar dan faktor
dalam. Suhu udara akan mempengaruhi ketersediaan air tanah melalui mekanisme
besarnya evapotranspirasi. Evapotranspirasi merupakan peristiwa kehilangan air
melalui permukaan tanah (evaporasi) dan melalui tanaman (penguapan stomata
atau kutikula – transpirasi). Evapotranspirasi disebut juga sebagai penggunaan air
tanaman (water use). Semakin tinggi suhu, semakin mempercepat lajunya
evapotranspirasi yang apabila tidak mampu mengimbangi dengan penyerapan air
maka dapat mempercepat terjadinya kekurangan air (water deficit). Selain suhu,
iklim juga mampu mempengaruhi ketersediaan air dalam tanaman. Apabila curah
hujan melebihi evapotranspirasi maka akan terjadi kelebihan air dan sebaliknya
apabila curah hujan lebih kecil daripada evapotranspirasi maka akan terjadi water
deficit. Umumnya, tanaman mengalami kekurangan air pada musim kemarau. Hal
ini dikarenakan pada musim kemarau pasokan air di perakaran berkurang dan laju
evapotranspirasi melebihi laju absorbsi air oleh tanaman (Simanjuntak et al.,
2016).
Lingkungan yang ekstrim ialah lingkungan yang dapat menimbulkan
cekaman pada tumbuhan. Penyebab cekaman dapat berupa berbagai bahan kimia
dan faktor-faktor fisik yang bersifat permanen maupun dapat balik. Kekeringan
dapat merupakan cekaman primer maupun cekaman sekunder. Cekaman primer
disebabkan oleh kekurangan air di lingkungan sekitar tumbuhan, sedangkan
cekaman sekunder diinduksi oleh keadaan dingin, pembekuan, panas atau kadar
garam. Sel tumbuhan yang telah kehilangan air dan mempunyai tekanan turgor
yang lebih rendah daripada nilai maksimumnya dikatakan mengalami cekaman
kekeringan. Cekaman kekeringan pada tanaman menunjukkan kekurangan air
yang dialami oleh tanaman akibat keterbatasan air dari lingkungannya, yaitu
media tanam. Cekaman air pada tanaman dapat disebabkan oleh kekurangan
suplai air di daerah perakaran. Di samping itu permintaan air yang berlebihan oleh
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2021

daun akibat laju evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air walaupun ketersediaan
air tanah cukup juga mengakibatkan cekaman kekeringan. Oleh sebab itu laju
transpirasi, sistem perakaran dan ketersediaan air tanah mempengaruhi serapan air
oleh akar tanaman (Fitter & Hay, 1991).
Respons tanaman yang mengalami cekaman kekeringan dapat merupakan
perubahan di tingkat selular dan molekular yang ditunjukkan dengan penurunan
laju pertumbuhan, berkurangnya luas daun dan peningkatan rasio akar tajuk.
Tingkat kerugian tanaman akibat kekeringan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain intensitas kekeringan yang dialami, lamanya kekeringan dan tahap
pertumbuhan saat tanaman mengalami kekeringan. Jika mengalami kekeringan,
dua macam respons tanaman yang dapat memperbaiki status air yaitu dengan
mengubah distribusi asimilat baru untuk lebih mendukung pertumbuhan akar
daripada tajuk, sehingga dapat meningkatkan kapasitas akar menyerap air serta
menghambat pertumbuhan tajuk untuk mengurangi transpirasi dan mengatur
derajat pembukaan stomata untuk menghambat hilangnya air melalui transpirasi
(Dwidjoseputro, 2011).
Kekurangan air akan menyebabkan tanaman menjadi kerdil,
perkembangannya menjadi abnormal. Kekurangan yang terjadi terus menerus
selama periode pertumbuhan akan menyebabkan tanaman tersebut menderita dan
kemudian mati. Sedang tanda-tanda pertama yang terlihat ialah layunya daun-
daun. Peristiwa kelayuan ini disebabkan karena penyerapan air tidak dapat
mengimbangi kecepatan penguapan air dari tanaman. Jika proses tranepirasi ini
cukup besar dan penyerapan air tidak dapat mengimbanginyha, maka tanaman
tersebut akan mengalmi kelayuan sementara (transcient wilting), sedang tanaman
akan mengalami kelayuan tetap, apabila keadaan air dalam tanah telah mencapai
permanent wilting percentage. Tanaman dalam keadaan ini sudah sulit untuk
disembuhkan karena sebagaian besar sel-selnya telah mengalami plasmolisia.
Proses pelayuan yang mengakibatkan penggulungan daun pada tanaman
monokotil merupakan salah satu mekanisme tanaman menghindari kekeringan
atau drought avoidance. Penggulungan daun berkaitan dengan kemampuan
penyesuaian laju transpirasi untuk mempertahankan potensial air daun tetap tinggi
pada saat kekurangan air. Daun yang menggulung menyebabkan luas permukaan
daun yang tak terlindung menjadi lebih kecil sehingga transpirasi menurun.
Penggulungan daun mengakibatkan penurunan indeks luas daun dan tingkat
penerimaan cahaya yang selanjutnya akan menurunkan laju fotosintesis (Ai &
Lenak, 2014).
Pembelahan sel mengalami penurunan sangat cepat walaupun tingkat
kekurangan air yang rendah. Tanaman membutuhkan cukup air untuk
mempertahankan turgor dan perluasan daun. Turgor adalah penentu utama
pertumbuhan, perluasan daun. Turgor adalah penentu utama pertumbuhan,
perluasan daun dan berbagai aspek metabolisme tanaman. Peenutupan dan
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2021

pembukaan stomata banyak dikendalikan oleh tersedianya air. Tanaman yang


cukup air, stomata dapat dipertahankan selalu membuka untuk menjamin
kelancaran pertukaran gas-gas di daun termasuk CO2 yang berguna dalam
aktivitas fotosisntesis, aktivitas yang tinggi menjamin pula tingginya kecepatan
pertumbuhan tanaman (Fitter & Hay, 1991).
Tumbuhan yang mengalami water deficit mempunyai tekanan turgor yang
lebih rendah daripada nilai maksimumnya. Tumbuhan yang kekurangan air
menunjukkan gejala layu pada daun. Water deficit pada daun menyebabkan sel-
sel penjaga pada daun kehilangan turgor yang berfungsi sebagai kontrol
transpirasi dengan menutup stomata. Pertambahan ukuran sel merupakan proses
yang bergantung pada turgor sehingga pertumbuhan daun muda pada tumbuhan
yang mengalami water deficit akan terhambat, begitu pula perluasan daunnya
akan terlambat dibandingkan dengan tumbuhan normal (Ai & Lenak, 2014). Pada
tumbuhan normal tentunya tumbuhan akan terlihat lebih segar, daunnya lebar dan
lebih kokoh dibandingkan tumbuhan yang kekurangan air. Water deficit pada
tanaman dapat meningkatkan produksi asam absisat dari sel mesofil daun yang
mampu mempertahankan stomata pada membran sel tetap tertutup dan
mempercepat penuaan serta pengguguran daun. Untuk tetap dapat bertahan pada
kondisi kekurangan air, tumbuhan mampu melakukan beberapa mekanisme
turgiditas di dalam jaringannya. Turgiditas sel dapat dipertahankan melalui
peningkatan potensial osmotik dengan meningkatkan kadar bahan larut dalam sel.
Tumbuhan akan melakukan mekanisme osmotik yang mana pada proses ini
diawali dengan perombakan gula osmotik terutama gula silosa kemudian protein
berbobot molekul rendah akan terinduksi. Bentuk adaptif jaringan tanaman dalam
merespon water deficit adalah dengan peningkatan akumulasi gula dan akumulasi
asam amino, terutama prolin. Terjadinya peningkatan potensial osmotik dalam sel
inilah yang menyebabkan tanaman mampu mempertahankan turgor sehingga
proses fisiologis dan biokimia tetap normal pada kondisi kekurangan air. Faktor
eksternal meliputi suhu, pH, kelembapan. Faktor internal meliputi ketebalan daun,
kemampuan daun dalam transpirasi, besar tidany simpanan cadangan ai di dialam
daun, keadaan potensial air dalam tanaman. Kerusakan akibat water deficit bisa
tidak kembali secara permanen karena daun yang sudah kuning tidak bisa kembali
karena pigmennya sudah mengalami biomassa (Sujinah & Jamil, 2016).
Tumbuhan C3 adalah tumbuhan secara umum kita kenal dengan tumbuhan
hijau atau layaknya tumbuhan dengan mekanisme Fotosintesis. Pada tanaman C3,
enzim yang menyatukan CO2 dengan RuBP (RuBP merupakan substrat untuk
pembentukan karbohidrat dalam proses fotosintesis) dalam proses awal assimilasi
(enzim rubisco), juga dapat mengikat O2 pada saat yang bersamaan untuk proses
fotorespirasi ( fotorespirasi adalah respirasi,proses pembongkaran karbohidrat
untuk menghasilkan energi dan hasil samping, yang terjadi pada siang hari) . Jika
konsentrasi CO2 di atmosfir ditingkatkan, hasil dari kompetisi antara CO2 dan O2
akan lebih menguntungkan CO2, sehingga fotorespirasi terhambat dan assimilasi
akan bertambah besar. Contoh tanaman C3 antara lain kedelai, kacang tanah,
kentang (Lakitan, 2004).
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2021

Tumbuhan C4 adalah tumbuhan yang umumnya ditemukan di


daerah tropis. Tumbuhan ini melibatkan dua enzim di dalam pengolahan
CO2 menjadi glukosa. Tumbuhan C4 lebih adaptif di daerah panas dan kering.
Pada tanaman C4, CO2 diikat oleh PEP (enzym pengikat CO2 pada tanaman C4)
yang tidak dapat mengikat O2 sehingga tidak terjadi kompetisi antara CO2 dan
O2. Lokasi terjadinya assosiasi awal ini adalah di sel-sel mesofil (sekelompok sel-
sel yang mempunyai klorofil yang terletak di bawah sel-sel epidermis daun). CO2
yang sudah terikat oleh PEP kemudian ditransfer ke sel-sel “bundle sheath”
(sekelompok sel-sel di sekitar xylem dan phloem) dimana kemudian pengikatan
dengan RuBP terjadi. Contoh tanaman C4 adalah jagung, sorgum dan tebu
(Lakitan, 2004)
Tumbuhan CAM adalah tumbuhan yang dapat berubah seperti tumbuhan
C3 pada saat pagi hari (suhu rendah) dan dapat berubah seperti tumbuhan C4 pada
siang hari dan malam hari. Tumbuhan CAM adalah tumbuhan yang stomatanya
membuka pada malam hari dan menutup pada siang hari, memiliki laju
fotosintesis yang rendah bila dibandingkan dengan tanaman C3 dan C4.
Tumbuhan C4 dan CAM lebih adaptif di daerah panas dan kering. Crassulacean
acid metabolism (CAM), tanaman ini mengambil CO2 pada malam hari, dan
mengunakannya untuk fotosistensis pada siang harinya. Meski tidak menguarkan
oksigen dimalam hari, namun dengan memakan CO2 yang beredar, tanaman ini
sudah membantu kita semua menghirup udara bersih, lebih sehat, menyejukkan
dan menyegarkan bumi, tempat tinggal dan ruangan. Selama malam hari, ketika
stomata tumbuhan itu terbuka, tumbuhan ii mengambil CO2 dan memasukkannya
kedalam berbagai asam organic. Cara fiksasi karbon ini disebut metabolisme asam
krasulase, atau crassulacean acid metabolism (CAM). Contoh tumbuhan CAM
adalah :  nanas, kaktus, dan bunga lili (Lakitan, 2004).
Tumbuhan CAM (Crassulation Acid Metabolism) pada dasarnya adalah
tumbuhan sukulen, yaitu tumbuhan yang berdaun atau berbatang tebal dan
bertranspirasi rendah. Hal ini lah yang menyebabkan berat segarnya tinggi
daripada tanaman C3 dan C4. Dalam kondisi kering, stomatanya pada malam hari
akan terbuka untuk mengabsorbsi CO2 dan menutup pada siang hari untuk
mengurangi transpirasi. Fiksasi CO2 tanaman CAM sama seperti tanaman C4,
hanya saja terjadinya pada malam hari dan energi yang dibutuhkan diperoleh dari
glikolisis. Namun dalam kondsi cukup lemah, banyak spesies CAM mengubah
fungsi stomata dan karboksilasi seperti tumbuhan C3. Tumbuhan CAM
(Crassulation Acid Metabolism) juga mempunyai metode fisiologis untuk
mereduksi kehilangan air dan menghindari kekeringan (Salisbury & Ross, 2010).
Praktikum kali ini menggunakan 3 sampel, yaitu tumbuhan Herbaceus
(tanaman sirih), C4 (daun jagung), dan CAM (daun cocor bebek). Berdasarkan
hasil yang didapatkan, tumbuhan segar dengan turgiditas relatif tertinggi adalah
Hebaceus (tanaman sirih) sebesar 102,33% sedangkan yang memiliki nilai
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2021

terendah adalah tumbuhan C4 (daun jagung) sebesar 81,82%. Tumbuhan kering


yang memiliki turgiditas relatif tertinggi adalah tumbuhan CAM (daun cocor
bebek) sebesar 91,34 % sedangkan yang memiliki nilai terendah adalah tumbuhan
C4 (daun jagung) sebesar 10,34%. Turgiatas menadakan ketersediaan air.
Menurut Setiawan dkk. (2015) turgiditas yang rendah disebabkan kurangnya
pasokan air. Hilangnya turgiditas akan menghambat pertumbuhan sel
(pembelahan dan pembesaran) dan salah satu akibat adalan terhambatnya
pertambahan luas daun. Kekeringan dari tingkat ringan sampai berat dapat
menghambat pertumbuhan sel, sintesis dinding sel, pembentukan protoklorofil,
kandungan nitrat reduktase, akumulasi asam absisat, kandungan sitokinin,
membuka dan menutupnya stomata, asimilasi CO2, respirasi, akumulasi prolin
dan gula pada tanaman
Tumbuhan segar yang memiliki water deficit tertinggi adalah tumbuhan
C4 (daun jagung) sebesar 18,18% sedangkan yang memiliki nilai terendah adalah
tumbuhan CAM (daun cocor bebek) sebesar -0,8%. Tumbuhan kering yang
memiliki water deficit tertinggi adalah tumbuhan C4 (daun jagung) sebesar
89,65% sedangkan yang memiliki nilai terendah adalah tumbuhan CAM (daun
cocor bebek) sebesar 8,65%. Water deficit menandakan tumbuhan tersebut
kekurangan air. Menurut Koda et al., (2017) kekurangan air pada daun akan
menyebabkan sel-sel tanaman kehilangan turgor. Mekanisme yang dapat
memperlambat laju transpirasi atau menurunkan dampak kehilangan air adalah
dengan cara menutup stomata, dan memperkecil luas permukaan daun dengan
penggulungan daun. Menurut Setiawan et al., (2015) tanaman juga akan
membentuk akar yang panjang dengan jumlah yang lebih banyak untuk tetap
menjaga ketersediaan dan penyerapan air dan menjaga turgiditas sel sehingga
dapat mempertahankan pertumbuhannya.
Pertumbuhan yang cepat dan pendeknya umur tanaman tersebut
merupakan cara untuk menghindari diri dari kekurangan air yang menimpanyaan.
Tanaman mengalami turgiditas apabila berada pada lingkungan yang banyak
airnya sehingga air tersebut akan masuk ke dalam sel sampai dinding sel tidak
mampu membesar. Jaringan tanaman layu karena pada tanaman layu
penyerapannya tidak mampu mengimbangi laju kehilangan air, maka turgiditas
jaringannya akan menurun dan menimbulkan kelayuan. Gejala ini terjadi karena
jaringan kekurangan air atau dikenal sebagai gejala water deficit (Dawair, 2010)
Ketersediaan air dalam tanah yang sedikit akan menyebabkan tumbuhan
menyerap air sedikit, sehingga tidak mampu mencukupi kebutuhannya.
Persediaan air tanah yang makin kurang menyebabkan tumbuhan tersebut akan
mengalami kelayuan. Air merupakan faktor utama pertahanan tumbuhan. Fungsi
lain dari air adalah menjaga turgiditas yang penting bagi perbesaran sel dan
pertumbuhan, serta membentuk tanaman herba. Turgor penting dalam membuka
dan menutupnya stomata, pergerakan daun dan pergerakan korola bunga dan
terutama dalam variasi struktur tanaman. Kekurangan air dalam jumlah yang besar
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2021

menyebabkan kurangnya tekanan turgor pada/dalam tumbuhan vegetatif


(Campbell et al., 2012).
Kondisi kekurangan air yang paling penting bagi tanaman adalah
peningkatan pengambilan air, yang biasanya tersedia pada posisi yang lebih
dalam. Kehilangan air daun dapat direduksi dengan memperkecil luas permukaan
daun dan mereduksi konduktivitas stomata. Stomata merupakan saluran biologis
untuk pertukaran gas antara tanaman dan lingkungan atmosfer. Penutupan stomata
merupakan langkah awal pada tanaman dalam adaptasinya terhadap kekurangan
air. Penutupan kemudian diikuti oleh penurunan konduktivitas stomata. Stomata
merupakan pusat jalur kehilangan air dan absorsi CO2 pada proses fotosintesis.
Kondisi kekurangan air, absorsi CO2 menurun dan merangsang penurunan
aktivitas metabolik sehingga mengakibatkan menurunnya pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Kemampuan untuk menekan kehilangan air melalui
transpirasi merupakan salah satu faktor penting dalam toleransi tanaman terhadap
kurang air. (Setiawan et al., 2013).
Water difecit menyebabkan tekanan pada jaringan vegetatif tanaman
vaskular (kecuali untuk tanaman kebangkitan) dan mematikann di bawah titik
layu permanen, sedangkan defisit air di atas titik layu permanen atau untuk jangka
pendek waktu dapat menyebabkan pengerasan. Stres jangka pendek dan jangka
panjang (bertahan) perlu dibedakan, serta peristiwa stres rendah yang dapat
sebagian dikompensasi oleh aklimasi, adaptasi dan perbaikan, dan peristiwa stres
yang kuat atau kronis yang menyebabkan banyak kerusakan dan dapat
menyebabkan kematian sel dan tanaman (Lakitan, 2004).
Kondisi pada saat tanaman tidak lagi mampu menyerap air dan menjadi
layu disebut titik layu (wilting point). Respon titik layu dapat bersifat balik
maupun tidak balik tergantung pada spesies. Kemampuan tanaman untuk tetap
tumbuh saat pemberian air dilakukan setelah melewati periode kekeringan tertentu
merupakan bentuk respon titik layu yang dapat balik. Layu permanen terjadi saat
tanaman tidak dapat melakukan aktivitas tumbuh, daun tetap mengalami pelayuan
walaupun telah diberikan air kembali. Gejala layu pada daun atau terjadinya
dehidrasi pada daun menunjukkan adanya kekurangan air pada tanaman.
Kekurangan air di daun menyebabkan sel-sel penjaga (guard cells) kehilangan
turgor sebagai mekanisme kontrol sederhana untuk memperlambat transpirasi
dengan menutup stomata. Pertambahan ukuran sel merupakan proses yang
bergantung pada turgor sehingga menghambat pertumbuhan daun muda dan
memperlambat perluasan permukaan daun (Ai & Lenak, 2014).

KESIMPULAN
Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah turgiditas yang rendah
disebabkan kurangnya pasokan air. Hilangnya turgiditas akan menghambat
pertumbuhan sel (pembelahan dan pembesaran) dan salah satu akibat adalah
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2021

terhambatnya pertambahan luas daun. Mekanisme yang dapat menurunkan


dampak kehilangan air adalah dengan cara menutup stomata, memperkecil luas
permukaan daun dengan penggulungan daun, dan pemanjangan akar. Berdasarkan
hasil yang didapatkan pada tumbuhan segar, tumbuhan yang memiliki turgiditas
terbesar adalah tumbuhan Herbaceus sebesar 102,33% sedangkan yang memiliki t
turgiditas terkecil adalah tumbuhan C4 (daun jagung) sebesar 81,82%. Sedangkan,
pada tumbuhan kering yang turgiditasnya terbesar adalah tumbuhan CAM sebesar
91,34% sedangkan yang memiliki turgiditas terkecil adalah tumbuhan C4 (daun
jagung ) sebesar 10,34%. Turgiditas yang redah disebabkan kurangnya pasokan
air. Hilangnya turgiditas akan menghambat pertumbuhan sel (pembelahan dan
pembesaran) dan salah satu akibat adalah terhambatnya pertambahan luas daun.
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2021

DAFTAR PUSTAKA
Ai, N. S & Lenak, A. A. (2014). Penggulungan daun pada tanaman monokotil saat
kekurangan air (Leaf rolling in monocotyledon plants under water deficit).
JURNAL BIOSLOGOS. 4 (2) : 48-55.
Bayer. J, S. (2010). Water Deficits and Photosisnthesis In Water. Academicpress.
4: 153-190.
Campbell, N.A, Reece, J. B. & Mitchell, L. G. (2010). Biologi Edisi Kedelapan
Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Campbell, N.A., Reece, J. B., Urry, L.A., Cain, M. A., Wasserman, A. S.,
Minorsky, P. V. & Jackson, R. B. (2012). Biologi Jilid 2 (Terjemahan)
Edisi ke-8. Erlangga. Jakarta
Dawair, I . (2010). Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Suryada, Semarang.
Dwidjoseputro, D. (2011). Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia, Jakarta.
Fitter A.H. & R.K.M Hay. (1991). Fisiologi Lingkungan Tanaman. Universitas
Gajah Mada Press, Yogyakarta.
Koda, M., N. S. Ai & P. Siahaan. (2017). Kandungan Air Daun Padi Lokal Sulut
pada Fase Vegetatif saat Mengalami Rendaman dan Kekurangan Air. Jurnal
Bioslogos 7(1): 23-26.
Kurniasari, A. M. Adisyahputra, R. Rosman. (2010). Pengaruh Kekeringan pada
Tanah Bergaram NaCl terhadap Pertumbuhan Tanaman Nilam. Jurusan
Biologi FMIPA UI. Jakarta.
Lakitan, B. (2004). Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajagrafindo Persada,
Jakarta.
Salisbury, F. B & Ross, C. W. (2010). Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. ITB, Bandung
Setiawan, R. B., Khumaida, N. & Dinarti, D. (2015). Uji Cepat Tanaman Gandum
(Triticum Aestivum L.) Terhadap Suhu Tinggi Pada Fase Kecambah. Jurnal
Sungkai, 3(2): 24-33.
Simanjuntak, B. H., Agus, Y. H. & Yulianto, S. (2016). Kajian Ketersediaan Air
Tanah untuk Penentuan Surplus-Defisit Air Tanah dan Pola Tanam.
Prosiding Konser Karya Ilmiah. 2(2) : 113-124.
Sujinah & Jamil, A. (2016). Mekanisme Respon Tanaman Padi terhadap Cekaman
Kekeringan dan Varietas Toleran. Iptek Tanaman Pangan. 1 (1): 1-8.
Setiawan, Tohari. & Shiddieq, D. (2013). Pengaruh Cekaman Kurang Air
Terhadap Beberapa Karakter Fisiologis Tanaman Nilam (Pogostemon
Cablin Benth). Jurnal Littri. 19(3): 108-116.
Wirakusumah, E.P. (2010). Sehat Cara Alqur'an & Hadis. PT Mizan Publika,
Jakarta.
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2021
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2021

Anda mungkin juga menyukai