Anda di halaman 1dari 6

PENTINGNYA KOMUNIKASI SBAR DALAM INTERPROFESIONAL

COLLABORATION TERHADAP KESELAMATAN PASIEN

Yulia Dwi Kartika /181101024

Email: Yuliadwikartika86917@gmail.com

ABSTRAK

Metode komunikasi SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation)


merupakan kerangka komunikasi yang ideal diterapkan sebagai komunikasi standar antara
perawat, dokter dan tim kerja lainnya yang berfokus terhadap pasien. Tujuan dari kajian ini
adalah untuk memaparkan bahwa komunikasi yang baik yang dilakukan oleh perawat akan
berdampak besar terhadap keselamatan pasien. metode yang digunakan adalah literatur review.
Literatur review ini menganalisis jurnal, text book, dan e-book yang relevan dan berfokus pada
bagaimana tentang pengaruh budaya patient safety terhadap kesembuhan pasien. Dalam hasil
saya membandingkan beberapa jurnal yang dalam jurnal tersebut memuat bahwa betapa
pentingnya komunikasi SBAR dalam keperawatan untuk meningkatkan keselamatan pasien.
Dalam jurnal tersebut memuat bahwa komunikasi SBAR sangat berpengaruh dalam
keselamatan pasien. implementasi komunikasi SBAR yang dilakukan perawat tergolong baik
karena terjadi peningkatan kemampuan perawat dalam melakukan komunikasi SBAR terhadap
pasien.

KATA KUNCI: perawat, asuhan keperawatan, patient safety

1
PENDAHULUAN secara dua arah (feedback), sehingga
diikuti dengan pengulangan kalimat
Komunikasi terhadap berbagai
sebagai bentuk konfirmasi seperti
informasi mengenai perkembangan
bagaimana cara melaksanakan, tentukan
pasien antar profesi kesehatan di rumah
waktu pelaksanaannya serta
sakit merupakan komponen yang
tindaklanjutnya harus disampaikan
fundamental dalam perawatan pasien
dengan jelas dan sesuai dengan harapan
(Riesenberg, 2010). Alvarado, et al.
pada akhir pembicaraan. Hal ini
(2006). Komunikasi efektif merupakan
bertujuan untuk meminimalis kesalahan
bagian dari strategi koordinasi yang
persepsi dan tindakan (Dubree et al.,
diterapkan dalam pengaturan pelayanan
2017).
keperawatan di rumah sakit, komunikasi
efektif antar tim profesi kesehatan Keselamatan pasien menjadi
dinilai sebagai kunci yang dapat sebuah prioritas utama dalam pelayanan
meningkatkan kerjasama yang baik kesehatan dan merupakan langkah yang
dalam memberikan pelayanan kesehatan baik untuk meningkatkan kualitas serta
kepada pasien maupun masyarakat. mutu pelayanan rumah sakit (Depkes,
Ketidakakuratan informasi dapat 2008). Untuk itu perlunya komunikasi
menimbulkan dampak yang serius pada yang efektif dengan menggunakan
pasien.(Astuti, 2019) teknik SBAR agar tercapainya budaya
keselamatan pasien.
Metode komunikasi SBAR
(Situation, Background, Assessment,
Recommendation) merupakan kerangka
komunikasi yang ideal diterapkan
sebagai komunikasi standar antara
perawat, dokter dan tim kerja lainnya
yang berfokus terhadap pasien
(Raymond & Harrison, 2014). Standar
praktik keperawatan professional
dengan metode SBAR menggambarkan
proses mengatasi permasalahan yang
terjadi pada pasien harus dilakukan

2
TUJUAN keselamatan pasien. Dalam jurnal
tersebut memuat bahwa komunikasi
1. Tujuan dari kajian ini adalah
SBAR sangat berpengaruh dalam
untuk memaparkan bahwa
keselamatan pasien.
komunikasi yang baik yang
dilakukan oleh perawat akan PEMBAHASAN
berdampak besar terhadap
Kepuasan pasien ialah suatu
keselamatan pasien.
tingkat perasaan pasien yang timbul
2. Tujuan lainnya dari kajian ini
sebagai akibat dari kinerja pelayanan
adalah untuk mengetahui
kesehatan yang diperoleh setelah pasien
pentingnya komunikasi SBAR
membandingkannya dengan apa yang
dalam keselamatan pasien,
diharapkannya. Pasien baru akan
karena kesalahan persepsi
merasa puas apabila kinerja pelayanan
komunikasi dapat berakibat fatal
kesehatan yang diperolehnya sama atau
terhadap keselamatan pasien.
melebihi dari apa yang menjadi
harapannya dan sebaliknya,
METODE ketidakpuasan akan timbul atau
perasaan kecewa pasien akan terjadi
metode yang digunakan adalah
apabila kinerja pelayanan kesehatan
literatur review. Literatur review ini
yang diperolehnya itu tidak sesuai
menganalisis jurnal, text book, dan e-
dengan harapannya (Pohan, 2003,
book yang relevan dan berfokus pada
p.178).
bagaimana tentang pengaruh budaya
patient safety terhadap kesembuhan Salah satu faktor yang

pasien. mempengaruhi kepuasan pasien adalah


memberikan pelayanan dengan
HASIL komunikasi yang terapeutik. Perawat
yang memiliki ketrampilan
Dalam hasil saya
berkomunikasi secara terapeutik tidak
membandingkan beberapa jurnal yang
saja akan menjalin hubungan rasa
dalam jurnal tersebut memuat bahwa
percaya pada pasien, mencegah
betapa pentingnya komunikasi SBAR
terjadinya masalah legal, memberikan
dalam keperawatan untuk meningkatkan
kepuasan profesional dalam pelayanan

3
keperawatan dan meningkatkan citra meningkatkan mutu operan jaga dan
profesi keperawatan serta citra rumah meningkatkan keselamatan pasien,
sakit (Dwidiyanti, 2008, p.17) sehingga ada dampak positif dan terlihat
ada perbaikan pada pelaporan insiden
Berdasarkan penelitian yang
keselamatan pasien.
dilakukan oleh Supriyanti (2003) di
Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Dalam jurnal penelitian terbaru
Sakit Umum dr. Zainoel Abidin (BPK yang dilakukan oleh Astuti (2019)
RSUZA) Banda Aceh menunjukkan didapatkan hasi dari Intervensi yang
bahwa penggunaan komunikasi dilakukan dengan melibatkan 35
terapeutik oleh perawat dengan kategori perawat dan 35 dokter spesialis.
baik 16,7%, sedang 70% dan kurang Didapatkan bahwa nilai rata-rata (mean)
13,3%, sehingga dapat disimpulkan perawat sebelum dilakukan sosialisasi
bahwa penggunaan komunikasi SBAR 93,31 dan setelah dilakukan
terapeutik oleh perawat di Badan sosialisasi SBAR menunjukkan
Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit peningkatan nilai rata-rata (mean)
Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh cukup signifikan yaitu 127,40 dengan p
belum efektif.(Putra, 2013) value 0,000.

Untuk itu dalam penelitian terbaru Dari data tersebut dapat


oleh Penelitian yang dilakukan oleh disimpulkan bahwa implementasi
Wahyuni (2014) menunjukan Pelatihan komunikasi SBAR yang dilakukan
komunikasi SBAR efektif dalam perawat tergolong baik karena terjadi
meningkatkan mutu operan jaga di peningkatan kemampuan perawat dalam
bangsal Wardah RS PKU melakukan komunikasi SBAR terhadap
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II, hal pasien.
ini menunjukan bahwa komunikasi
SBAR efekif melibatkan tenaga
kesehatan, pasien dan keluarga
disesuaikan kondisinya dapat membantu
dalam komunikasi, baik individu
dengan tim yang akhirnya dapat
mempengaruhi perubahan dalam

4
KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

KESIMPULAN Asmadi. (2008). Konsep Dasar


Keperawatan. Jakarta: EGC.
Perawat harus mampu
membangun keterampilan komunikasi Bara, M., & Suryati, B. (2014).
dan keterampilan dalam prakteknya Hubungan Motivasi Perawat dengan
sehingga dapat berfungsi secara efektif Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan
dalam melakukan keperawatan dengan Keperawatan di Ruang Rawat Inap
tim interprofessional lainnya, RSUD Pasar Rebo. Jurnal Health
mendorong komunikasi terbuka, serta Quality Vol. 5 No. 1 November 2014 ,
menunjukkan rasa saling menghormati 1-66.
serta dapat dilibatkan dalam
Boediono. (2016). Konsep Dasar
pengambilan keputusan bersama untuk
Keperawatan. Jakarta: SDM Kesehatan.
mencapai perawatan yang berkualitas.
Dossey, B., Keegan, L., & Guzzeetta, C.
SARAN
(2015). Holistic nursing : a handbook
Perawat diharapkan terus for practice. Fourth Edition.
menambah kemampuan nya dalam
Eryanti, E., & Nurmalia, D. (2018).
berkomunikasi sehingga peningkatan
Optimalisasi Pelaksanaan Asuhan
budaya patient safety tercapai
Keperawatan Spiritual Oleh Perawat
Melalui Transformasional Leadership.
Prosiding Seminar Nasional
Keperawatan 2018 , 306-313.

Hidayah, N. (2014). Manajemen Model


Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP) Tim dalam Peningkatan
Kepuasaan Pasien di Rumah Sakit.
Jurnal Kesehatan Volume VII No.
2/2014 , 410-426.

5
Hidayat, A. A. (2004). Pengantar Jurnal Keperawatan Silampari
Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Vol 3. No.1, 342-351.
Salemba Medika.

Kodim, Y. (2015). Konsep Dasar


Smeltzer, S. C., & Bare, B. C. (2002).
Keperawatan . Jakarta: TIM.
Buku Ajar Keperawatan
Nursalam. (2007). Proses dan Medikal Bedah Brunner and
Dokumentasi Keperawatan Edisi 2. Suddarth Edisi 8 Vol 1. Jakarta:
Jakarta: Salemba Medika. EGC.

Perry, P. a. (2005). Buku Ajar Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002).


Fundamental Keperawatan Konsep, Buku Ajar Keperawatan
Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC. Medikal Bedah Brunner and
Suddarth Edisi 8 Vol 2. Jakarta:
Simamora, R. H. (2019). Buku Ajar :
EGC.
Pelaksanaan Identifikasi
Pasien. Ponorogo Jawa Timur: Susanto, R. (2010). Penerapan Standar
Uwais Inspirasi Indonesia. Proses Keperawatan di
Puskesmas Rawat Inap Cilacap.
Simamora, R. H. (2019).
Jurnal Keperawatan Soedirman
Documentation of Patient
(The Soedirman Journal
Identification Into the Electronic
Nursing),Volume 5, No Juli
System to Improve the Quality
2010 , 80-84.
of Nursing Services.
INTERNATIONAL JOURNAL Talbat, L. A. (1997). Pengkajian
OF SCIENTIFIC & Keperawatan Kritis Edisi 2.
TECHNOLOGY RESEARCH Jakarta: EGC
Vol 08. No.09, 1884-1886.

Simamora, R. H. (2019). Pengaruh


Penyuluhan Identifikasi Pasien
dengan Menggunakan Media
Audiovisiual terhadap
Pengetahuan Pasien Rawat Inap.

Anda mungkin juga menyukai