Identifikasi Umbi Dioscorea Alata
Identifikasi Umbi Dioscorea Alata
ABSTRAK
Komoditas umbi-umbian potensial merupakan sumber pangan karbohidrat penting dan
sebagai bahan baku industri pangan, pakan dan lainnya. Sebanyak 64 aksesi uwi-uwian dari
kelompok Dioscorea hasil koleksi pada tahun 2007–2009 dari beberapa Kabupaten di Jawa
Timur (Probolinggo, Malang, Ngawi, Trenggalek, dan Ponorogo), Jawa Tengah (Wonogiri),
dan DIY (Gunung Kidul) telah dikarakterisasi di Balitkabi pada tahun 2008–2009 terhadap sifat
kualitatif dan kuantitatif untuk karakter daun, batang, bunga, dan umbi dengan mengacu pada
IPGRI/IITA (1997). Hasil karakterisasi morfologi menunjukkan keragaman sifat kualitatif seperti
pada daun, batang, dan umbi. Morfologi daun meliputi bentuk daun, bentuk ujung daun,
warna daun, warna tulang daun, warna tangkai daun, warna tepi daun, bulu pada daun, dan
permukaan daun. Berdasarkan karakteristik batang, daun, dan umbi dapat diidentifikasi bahwa
koleksi yang ada terdiri dari Dioscorea esculenta, Dioscorea alata, dan Disoscorea hispida.
Selain itu terdapat pula Dioscorea bulbifera, Dioscorea pentaphylla, dan Dioscorea
nummularia. Keragaman uwi-uwian tersebut terlihat pada arah lilitan batang (searah jarum jam
atau berlawanan arah jarum jam), batang ada yang berduri dan tidak berduri, bentuk dan
ukuran daun beragam, dan ada tidaknya buah di atas (aerial bulbil).
Kata kunci: karakteristik, keragaman, morfologi, uwi
ABSTRACT
Diversity and characteristic morphology of yam (Dioscorea sp.). Yam is potential
tuber crop as source of food carbohydrates for producing and storing starch, and as a producer
of industrial raw materials for food, feed and other purposes. A total of 64 yam accessions Uwi-
uwian of the Dioscorea results of the 2007–2009 collection of several districts in East Java (Pro-
bolinggo, Malang, Ngawi, Terri, and Roxburgh), Central Java (Winton), and DIY (Gunung-
kidul) has been characterized at Balitkabi in 2008–2009 for the qualitative and quantitative
characters reference to standard evaluation Dioscorea (IPGRI/IITA 1997). The results of mor-
phological characterization showed that yam collection were varied for qualitative traits such as
leaves, stems, and roots. Leaf morphology include: leaf shapes, leaf tip shape, leaf color, leaf
color bone, petiole color, the color of the leaf margins, hairs on the leaves, and the leaf surface.
Based on the characteristics of the stem, leaves and roots can be identified that the collection is
comprised of Dioscorea esculenta, Dioscorea alata, Disoscorea hispida, Dioscorea bulbifera,
Dioscorea pentaphylla, and Dioscorea nummularia. These difference in twining direction
(clockwise/climbing to the left or anticlockwise/climbing to the right), spines on stem, Leaf shape
and size, and absence/presence of aerial tuber.
Keywords: characteristic, diversity, morphology, yam.
PENDAHULUAN
Komoditas umbi-umbian potensial merupakan sumber pangan karbohidrat penting
karena memproduksi dan menyimpan pati sebagai bahan baku industri pangan, pakan,
dan tujuan lainnya. Salah satu jenis umbi potensial diantaranya adalah uwi-uwian
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013 717
(Dioscorea) yang potensial untuk dikembangkan sebagai sumber pangan di masa menda-
tang, atau yang telah dibudidayakan secara terbatas sebagai sumber pangan saat ini,
maupun yang berpeluang diintroduksikan dan dibudidayakan petani sebagai sumber
pangan (Hasanuddin et al. 2002). Selain sebagai bahan pangan tradisional, uwi-uwian
juga potensial sebagai bahan pangan fungsional. Umbi dari kelompok Dioscorea ini
mengandung senyawa bioaktif atau senyawa fungsional berupa dioscorin, diosgenin, dan
lendir kental yang terdiri atas glikoprotein dan polisakarida larut air (PLA) (Hou et al.
2001; Liu et al. 2007). Umbi-umbian dalam kelompok Dioscorea PLA merupakan bahan
bioaktif karena berfungsi sebagai serat pangan larut air yang bersifat hidrokoloid yang ber-
manfaat menurunkan kadar glukosa darah dan kadar total kolesterol, terutama kolesterol
LDL (Low Density Lipoprotein) (Herlina 2011; Harijono et al. 2012).
Tanaman umbi potensial umumnya tidak dibudidayakan secara intensif dan tumbuh
melilit pada tanaman keras yang ada. Tanaman tersebut biasanya mulai tumbuh pada
musim hujan dan mulai dipanen pada musim kemarau. Uwi-uwian telah dibudidayakan
sebagian petani Indonesia, namun karena desakan pangan ”modern” maka tanaman
umbi-umbian tersebut tersingkir. Keberadaan uwi-uwian (Dioscorea sp) di lapang tidak
selalu ada pada setiap musim. Spesies ini memiliki ragam morfologi yang cukup luas,
terdiri dari atas Dioscorea bulbifera (huwi buah), Disocorea nummularia (huwi upas),
Dioscorea pentaphylla (huwi sawut/fibrous yam), Dioscorea pentaphyla, Dioscorea alata,
Dioscorea esculenta (gembili), Disoscorea hispida (gadung), dan beberapa subspesies
lainnya. Secara umum, yang membedakan satu subspesies dengan subspesies lainnya
adalah arah lilitan dan bentuk batang, ada tidaknya duri pada batang, bentuk dan jumlah
helaian daun, ada tidaknya buah di atas atau biasa disebut “katak” atau “aerial bulbil”,
bentuk umbi, jumlah dan ukuran umbi, serta warna umbi (Flach dan Rumawas 1996).
Jenis uwi yang masih terdapat di pasar lokal, khususnya di Pulau Jawa, adalah gembili,
gadung, dan uwi dengan nama daerah yang terkadang sama namun jenisnya berbeda.
Gadung biasanya dipasarkan dalam bentuk keripik, sedangkan uwi dalam keadaan segar.
Hingga tahun 1980-an umbi-umbian liar masih menjadi cadangan pangan bagi sebagian
warga desa. Pada musim paceklik dan tidak ada nasi, mereka memanfaatkan umbi-
umbian tersebut untuk pangan. Kini sebagian besar warga desa sudah beralih ke nasi dan
melupakan umbi-umbian sebagai pangan sehingga sulit dijumpai. Hal ini berdampak ter-
hadap musnahnya gen-gen berguna yang terkandung di dalamnya. Karenanya pengayaan
keragaman populasi bahan genetik melalui pengumpulan varietas lokal dan dilanjutkan
dengan karakterisasi dan pelestarian plasma nutfah umbi-umbian perlu terus diupayakan.
Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi ragam morfologi beberapa jenis Dios-
corea yang ada, khususnya di Pulau Jawa, sehingga memudahkan dalam konservasi dan
karakterisasi.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013 719
Tabel 1. Karakteristik kualitatif daun pada karakterisasi 58 aksesi plasma nutfah uwi (Dioscorea sp).
Kendalpayak, MT 2008–2009.
Sifat yang diamati Keterangan Jumlah Persentase
Cordate (Jantung) 35 64
Bentuk daun Eliptical (Ellips) 7 13
Reniform (Ginjal) 13 23
Aristate 46 90
Bentuk ujung daun
Cuspidate 5 10
Hijau 45 75,0
Hijau gelap 1 1,7
Hijau kelabu 1 1,7
Hijau kemerahan 1 1,7
Warna daun
Hijau keunguan 5 8,3
Hijau muda 3 5,0
Hijau tua 3 5,0
Ungu muda 1 1,7
Hijau 37 77
Hijau muda 1 2
Warna tulang daun Hijau ujung ungu 2 4
Merah 1 2
Ungu 7 15
Coklat muda 3 5
Hijau 27 49
Hijau kecoklatan 1 2
Hijau kemerahan 6 11
Warna tangkai daun Hijau keunguan 12 22
Hijau ujung ungu 1 2
Hijau ungu 3 5
Hijau, kecil 1 2
Keunguan 1 2
Hijau 40 83
Warna tepi daun Merah 1 2
Ungu 7 15
Tidak ada 42 79
Bulu pada daun Ada 7 13
Banyak 4 8
Halus 42 79
Agak kasar 2 4
Permukaan daun
Kasar 8 15
Kasar sekali 1 2
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013 721
Tabel 2. Lanjutan
Sifat yang diamati Skor Keterangan Jumlah Persentase
Warna umbi segar pada umbi 1 Putih 14 27,5
bagian atas 2 Putih kekuningan 17 33,3
3 Kuning 13 25,5
4 Orange 0 0,0
5 Ungu muda 4 7,8
6 Ungu 3 5,9
7 Ungu dengan putih 0 0,0
8 Putih dengan ungu 0 0,0
9 Luar ungu/dalam putih kekuningan 0 0,0
Warna umbi segar pada umbi 1 Putih 17 30,9
bagian tengah 2 Putih kekuningan 15 27,3
3 Kuning 13 23,6
4 Orange 1 1,8
5 Ungu muda 3 5,5
6 Ungu 2 3,6
7 Ungu dengan putih 2 3,6
8 Putih dengan ungu 1 1,8
9 Luar ungu/dalam putih kekuningan 1 1,8
Warna umbi segar pada umbi 1 Putih 17 31,5
bagian bawah 2 Putih kekuningan 15 27,8
3 Kuning 12 22,2
4 Orange 0 0,0
5 Ungu muda 1 1,9
6 Ungu 3 5,6
7 Ungu dengan putih 2 3,7
8 Putih dengan ungu 2 3,7
9 Luar ungu/dalam putih kekuningan 2 3,7
Warna umbi setelah oksidasi 1 Kecoklatan 10 38,5
2 Coklat 12 46,2
3 Orange coklat 2 7,7
4 Orange 2 7,7
Tekstur umbi segar 1 Halus 20 37,0
2 Menyerupai butiran 5 9,3
3 Sangat seperti butiran 29 53,7
Waktu oksidasi setelah 1 <1 menit 15 27,8
pemotongan 2 1–2 menit 7 12,9
Lendir yang dihasilkan 3 Rendah 31 57,4
5 Sedang 14 25,9
7 Tinggi 9 16,7
Dioscorea esculenta
Jenis ini berasal dari Thailand dan Indo China. Tumbuhan liarnya ditemukan di India,
Burma dan New Guinea. Pada jaman prahistori, jenis ini tersebar di Asia Tenggara dari
daratan Asia sampai ke Philippina, kemudian ke bagian selatan dan tenggara, berakhir di
bagian barat daya. Setelah tahun 1500-an jenis ini memasuki kawasan tropis. Saat ini
merupakan tanaman budidaya penting di Asia Tenggara, terutama di New Guinea,
Oceania, Karibia dan China (Flach dan Rumawas 1996). Beberapa daerah menyebut
gembili dengan nama kaburan, sedo, atau nebung (Solikin 2009).
Gembili (D. esculenta) atau Lasser yam masih dijumpai di beberapa daerah, namun
karena karakteristik perakaran yang berduri menyebabkan tanaman ini sudah mulai
langka. Sudah terkoleksi 35 aksesi gembili dan gembolo dengan karakteristik umbi yang
Dioscorea hispida
Jenis ini berasal dari India bagian barat, kemudian menyebar luas sampai ke Asia
Tenggara. Jenis ini di Indonesia dikenal dengan beberapa nama daerah yaitu gadung,
sekapa, bitule, bati, kasimun, dan lainnya. Tanaman gadung (Dioscorea hispida) atau
bitter yam merupakan tumbuhan semusim, dicirikan oleh batang yang melilit ke kiri searah
jarum jam, berduri, daun trifoliate (tiga helai daun), dan tidak memiliki umbi di atas (aerial
bulbil).
Dari 14 aksesi yang dikoleksi, keragaman terlihat pada pertumbuhan daun, pembu-
ngaan, warna dan ukuran umbi. Diameter batang 0,45–1,66 cm, jarak antar buku 15–49
cm, duri pada batang sedikit atau banyak, panjang duri 0,24–0,54 cm, warna daun hijau
tua atau hijau muda, panjang daun 12–25 cm, lebar daun 8–19,5 cm, panjang/lebar daun
0,8–3,1, panjang tangkai daun 6,5–19,5 cm. Daun berbulu, daun di tengah berbentuk
oblong–elliptical, 30x28 cm, ujung daun berbentuk acuminate, urat daun tiga, tangkai
daun lebih panjang dibanding daun tengah, dan duri kecil. Umbi berwarna kuning cerah
atau putih kekuningan, bentuk umbi bulat hingga oval, panjang umbi 8–19 cm, lebar 6–18
cm.
Umbi gadung beracun karena memiliki senyawa asam sianida (HCN) yang mudah
dilarutkan dalam air mengalir (Bhandari dan Kabawata 2005). Umbi mentah mengandung
alkaloid dan dapat digunakan sebagai bahan untuk racun binatang dan sebagai obat luka
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013 723
di Asia. Bahan sisa pengolahan tepungnya dapat digunakan sebagai insektisida. Bunga
tanaman yang berwarna kuning sangat harum sehingga dapat digunakan untuk mewangi-
kan pakaian dan dapat pula dipakai sebagai hiasan rambut.
Dioscorea alata
Dioscorea alata atau uwi memiliki keragaman bentuk dan warna daun, warna dan
ukuran umbi. Daerah asalnya adalah Asia Tenggara dan menyebar Saat ini daerah seba-
rannya meluas ke berbagai kawasan, terutama di daerah tropis. Di Karibia, tumbuhan ini
dibudidayakan secara luas, demikian juga di Afrika Barat dan Oceania. Di Asia Tenggara,
jenis ini umum ditanam dan merupakan salah satu jenis penting umbi-umbian, terutama di
Indonesia, Malaysia, Papua Nuigini, Filipina, dan Vietnam. Di Kepulauan Banggai, uwi
merupakan makanan pokok masyarakat, dan masih digunakan dalam barter barang
dengan masyarakat luar.
Dioscorea alata (water yam, greater yam) termasuk jenis umbi-umbian yang dibudi-
dayakan dan tidak beracun. Umbi dan bulbil besar dikonsumsi sebagai sumber pati, jenis
yang berwarna ungu dapat digunakan untuk ice cream. Umbi tunggal, ukuran, bentuk dan
warna umbi beragam (coklat-hitam-putih-krem-ungu). Batang melilit ke kanan, agak kasar,
segi empat (cuadrangular), berwarna hijau sampai ungu, banyak aksilar bulbil. Daun
sederhana, agak lancip, letak berseling di bagian bawah, dan berlawanan di bagian atas,
ovate, acuminate, lima urat daun, berwarna hijau cerah sampai ungu. Buah ellips,
bersayap, berisi tiga kapsul. Tumbuhan terna semusim ini, berumah dua, memanjat,
sistem perakaran berserabut. Ukuran dan bentuk umbi bervariasi, seringkali sangat besar,
berbentuk silinder atau seperti gada atau membulat, seringkali berlobi atau berjari dan
menukal atau melengkung, kulit lapisan luar coklat sampai hitam. Batang memanjat ke
kanan, tidak berduri, kadang kasar atau berbintik di bagian dasar, segi empat dan biasa-
nya bersayap berwarna hijau sampai keunguan. Bunga jantan berbentuk bulir, di ketiak
percabangan yang tidak berdaun. Bunga betina soliter, bulir, di ketiak. Buah lonjong,
bersayap 3 ruang. Biji bulat, bersayap.
Jenis ini dibedakan menjadi beberapa golongan (1) cv. group ungu compact, tanaman
mengandung antosianin terutama di tangkai daun, umbi, dan korteks, (2) cv. group ungu
primitif, tanaman mengandung antosianin di daun, tangkai daun, umbi biasanya tidak
bercabang, korteks umbi merah segar ungu, (3) cv. group hijau primitif, daun berwarna
hijau cerah, tanpa antosianin, umbi panjang berwarna putih cerah, cooking quality jelek,
(4) cv. group compact, daun memiliki antosianin, umbi pendek, besar, cerah, sedikit pe-
warnaan di korteks, kualitas masak baik, dan (5) cv. group sedikit putih, umbi soliter
(tunggal), korteks berwarna segar keputihan. Purnomo et al. (2012b) telah mengklasifikasi
44 aksesi D. alata dari berbagai daerah berdasarkan karakter morfologi dan mengelom-
pokkannya menjadi dua dengan batang berwarna hijau dan merah-keunguan. Bentuk dan
warna umbi dikelompokkan menjadi 6, dari putih hingga unggu, dan bulat sampai silider.
D. alata memiliki keragaman bentuk luas dan umumnya berukuran besar sehingga
masih banyak dijumpai di pasar-pasar tradisional dengan nama obi atau uwi (uwi beras,
uwi butun, uwi kuning, obi acan, obi elos, dsb. (Solikin 2009; Purnomo et al. 2012a). Zat
antigizi di dalam umbi adalah imbibitor amilase, tanin, dan asam fitat yang dapat dide-
komposisi oleh panas dan air (Eprilliati 2000). Hasil penelitian Indrastuti et al. (2012) me-
nunjukkan bahwa perlakuan perendaman 24 jam dan suhu pengeringan 50 oC mengha-
silkan viskositas final yang tinggi dan menghasilkan tepung uwi yang direkomendasikan
Dioscorea pentaphylla
Di Indonesia, D. pentaphylla (five leaf yam) memiliki nama uwi sosohan, uwi katak
dewot, tomboreso, uwi sawut, dan beberapa nama lain. Jenis ini merupakan tumbuhan
semusim, batang gilig, tumbuh melilit ke kiri, berduri, berwarna coklat muda atau coklat
kehijauan, diameter 0,3–0,6 cm, dan pada bukunya sering ditemukan umbi udara (aerial
bulbil). Daun letaknya berseling, majemuk, anak daun 5–7, helai, bentuk daun lonjong
atau ellips, ujung runcing atau tumpil, permukaan berbulu, panjang tangkai daun 2,5–13
cm. Bunga jantan berbentuk bulir, buah berbentuk kapsul. Umbi beragam bentuknya,
tidak beracun, warna daging umbi putih, warna kulit bagian dalam krem atau ungu muda.
Menurut Purnomo et al. (2012a), jenis ini umumnya sebagai tanaman liar di sekitar hutan
Wonodadi dan jarang dimanfaatkan oleh masyarakat.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013 725
3. Untuk menghindari musnahnya plasma nutfah umbi-umbian potensial sumber
dan gen yang terkandung di dalamnya diperlukan upaya penyelamatan melalui
kegiatan koleksi, karakterisasi, dan konservasi.
DAFTAR PUSTAKA
Eprilliati, E. 2000. Potensi Dioscorea dalam pangan fungsional. J. Teknol. Pangan dan Gizi.
1(1):29–38.
Bhandari, M.R. and J. Kawabata. 2005. Bitterness and toxicity in wild yam (Dioscorea spp.)
tubers of Nepal. Plant Foods Hum. Nutr. 60:129–135.
Flach, M. and F. Rumawas. 1996. Plant Resources of South-East Asia No. 9: Plants yielding
non-seed carbohydrates. Prosea, Bogor, Indonesia. p.93–95
Harijono, T. Estiasih, W.B. Sunarharum, dan I.K. Suwita. 2012. Efek hipoglikemik polisakarida
larut air gembili (Dioscorea esculenta) yang diekstrak dengan berbagai metode. J.
Teknol. dan Industri Pangan 23(1): 1–8.
Hasanuddin A., S. Partohardjono, J.R. Hidayat, dan J. Wargiono. 2002. hlm.1–18. Dalam
Yusuf et al. (Eds.). Prodising Inovatif Tanaman kacang-kacangan dan Umbi-umbian.
Puslitbangtan.
Herlina. 2011. Karakterisasi dan aktivitas hipolipidemik serta potensi prebiotik polisakarida larut
air umbi gembili (Dioscorea esculenta L.). Ringkasan Disertasi S3 Unibraw. 31 hlm.
Hou WC et al. 2001. Antioxidant activities of dioscorin, the storage protein of yam (Dioscorea
batatas Decne) tuber. J. Agric/ Food. Chem. 49:4956–4960.
Indrastuti E., Harijono, B. Susilo. 2012. Karakteristik tepung uwi ungu (Dioscorea alata L.) yang
direndam dan dikeringkan sebagai bahan edible paper. J. Teknol. Pert. 13(3)169–176.
IPGRI/IITA. 1997. Descriptor for Yam (Dioscorea spp). International Plant Genetic Resources
Institute. Rome, Italy. 66p.
IRETA [Institute for Research, Extension and Training in Agricultural]. 1988. Agro-facts Crops
IRETA Publication 1/88: A Practical Guide to Identifying Yams. 8p.
Liu Y.W., H.F. Shang, C.K. Wang, F.L. Hsu, and W.C.Hou. 2007. Immunomodulatory activity
of dioscorin, the storage protein of yam (Dioscorea alata cv. Tainong No 1) tuber. Food
and Chem. Toxico. 45: 2312–2318.
Purnomo, B.S. Daryono, Rugayah, dan I. Sumardi. 2012a. Studi etnobotani Dioscorea spp
(Dioscoreaceae) dan kearifan lokal masyarakat di sekitar hutan Wonosadi Gunung Kidul
Yogyakarta. J. Natur Indonesia. 14(3):191–198.
Purnomo, B.S. Daryono, Rugayah, I. Sumardi, and H. Shiwachi. 2012b. Phenetic analysis and
intra-spesific classification of Indonesian water yam germplasm (Dioscorea alata L.)
based on morphological characters. Sabrao J. of Breed. And Gen. 44(2):277–291.
Solikin. 2009. Dioscorea sebagai bahan pangan. Pros. Seminar Nasional FTP UNUD, Peranan
Ilmu dan teknologi Pertanian dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan. Hlm. 32–38.
Wikipedia. 2012. Dioscorea bulbifera. http://en.wikipedia.org/wiki/Dioscorea_bulbifera diakses
28 November 2012.
Wilson, J. E. and L. S. Hamilton. 1988. A Practical Guide to Identifying Yams. IRETA
Publication (1/88). 8p.