Anda di halaman 1dari 67

PEMETAAN POPULASI DAN POLA DISTRIBUSI CENDANA

(Santalum album L.) DI KECAMATAN MIOMAFFO BARAT


KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Memperoleh Gelar Sarjana (S1)

OLEH

ROY ALEXANDRA SAUDALE


NPM. 11160037

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIMOR
KEFAMENANU
2020
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cendana (Santalum album L.) merupakan jenis tumbuhan endemik yang secara
persebaran alaminya berasal dari pulau Timor dan Sumba yang terancam punah (UCN
2016). Kayu Cendana dan kandungan minyak atsiri yang ada didalamnya memiliki aroma
yang sangat khas dan dapat di mamfaatkan untuk berbagai produk seperti kerajinan
tangan, ukiran kayu, dupa, minyak untuk industri parfum dan kosmetik (Matsuo dan
Mimaki 2010 dalam Pareira et al.,2018). Daya tarik Cendana ada pada bagian terasnya
yang harum hal ini didukung oleh pernyataan Agusta dan Jamal (2001) bahwa bagian
teras pada batang, ranting, dan akar Cendana memiliki aroma harum yang khas berasal
dari minyak atsiri terutama senyawa santalol. Pada tahun 2006 diketahui jumlah populasi
Cendana alam (Santalum album L.) yang ada di Kabupaten Timor Tengah Utara
sebanyak 33.678 pohon dengan Kecamatan Miomafo Barat berjumlah 3.759 pohon
dimana yang berdiameter < 10cm sebanyak 1.993 pohon sedangkan > 10cm 1.766 pohon.
Secara keseluruhan jumlah Cendana berdiameter lebih dari atau sama dengan 10 cm
jumlahnya lebih sedikit dari pada jumlah pohon Cendana yang berdiameter kurang dari
10 cm. Jumlah sebaran pohon Cendana alam hampir merata disetiap kecamatan (BPS
TTU, 2007). Namun hingga saat ini data spasial pendukung informasi persebaran
tanaman Cendana belum diketahui alasan lain punahnya Cendana (Santalum album L.)
menurut rahayu et al., (2002) adalah faktor kebijakan tidak pro rakyat yang diatur dalam
peraturan daerah (Perda) provinsi NTT Nomor: 16 tahun 1986 tentang Cendana pernah
menimbulkan protes dari masyarakat. Dalam Perda diatur kepemilikan Cendana, yang
ada dilahan pemerintah maupun lahan milik pribadi adalah menjadi monopoli
pemerintah. Perda itu dirasa tidak adil dan memicu reaksi dimasyarakat dengan mencabut
setiap anakan yang tumbuh di pekarangan rumah mereka. Pemerintah provinsi Nusa
Tenggara Timur dalam upaya menormalisasi keadaan dalam mencegah penurunan
populasi Cendana (Santalum album L.) maka diterbitkan perda Nomor: 2 tahun 1999
tentang pencabutan Perda Nomor 16 tahun 1986. Amanat perda tersebut antara lain
mengatur penyerahan wewenang pengelolaan Cendana (Santalum album L.) dari provinsi
kepada pemerintah daerah kabupaten atau kota. Sejak tahun 2000, pengelolaan Cendana
(Santalum album L.) resmi menjadi tanggung jawab Pemda Kabupaten. Raharjo (2008)
menyebutkan terdapat lima Kabupaten di NTT yang telah memiliki Perda tentang
Cendana, termasuk Kabupaten TTU didalamnya.

Salah satu Kecamatan di Kabupaten Timor Tengah Utara adalah Kecematan


Miomafo Barat dengan luasan wilayah mencapai 199,63 km 2 atau 7,48% (RPJMD, 2011)
berdasarkan rencana tata ruang dan tata wilayah (RTRW) Kabupaten TTU tahun 2018-
2038 tentang penetapan kawasan strategis, wilayah Kecamatan Miamofo Barat
merupakan salah satu kawasan strategis agropoitan berbasis peternakan, pertanian,
1
tanaman pangan dan perkebunan karena berada pada daerah yang berbukit dan berlereng
curam (>35%) dengan kisaran ketinggian >600 m dpl. Di Miomafo Barat Cendana
(Santalum album L.) di temukan tumbuh secara liar atau dibudidayakan di kebun, talun,
pekarangan, dan hutan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Agu dan Neonbeni (2019)
Cendana (Santalum album L.) atau Haumeni dimanfaatkan masyarakat Miomaffo Barat
dalam model agrosilvopasture poan sebagai tanaman konservasi dan ekonomi. Hal ini
menunjukkan bahwa pada wilayah Miomaffo Barat keberadaan Cendana (Santalum
album L.) masih ada namun belum pernah dipetakan sehingga keberadaan Cendana
secara spesifik belum diketahui. Informasi spasial dibutuhkan sebagai awal pelestarian
Cendana secara berkelanjutan dengan melihat kesesuaian habitat atau tempat tumbuh
yang sesuai. Pola penyebaran merupakan salah satu ciri khas dari setiap organisme
disuatu habitat. Pola penyebaran tergantung pada faktor lingkungan maupun
keistimewaan biologis itu sendiri. Organisme dalam populasi dapat tersebar dalam
bentuk-bentuk umum yang terdiri dari tiga macam penyebaran yaitu penyebaran secara
acak, merata dan berkelompok (Indriyanto, 2008). Informasi penyebaran suatu tanaman
sangat penting karena berhubungan dengan pengelompokan suatu tanaman dalam
populasi. Selain itu, pola penyebaran juga berkaitan dengan faktor bioekologi wilayah
setempat yang memberikan pengaruh pada tanaman yang diteliti.
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini mencoba memberikan informasi
spasial persebaran populasi Cendana sebagai tahap awal perencanaan dan pelestarian
Cendana secara insitu diwilayah Timor yang adalah habitat asli persebaran Cendana. Atas
dasar tersebut maka peneliti merumuskan judul penelitian ini adalah Pemetaan Populasi
Dan Pola Distribusi Cendana (Santalum album L.) Di Kecamatan Miomaffo Barat
Kabupaten Timor Tengah Utara
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:

a. Bagaimana populasi Cendana di wilayah Miomafo Barat Kabupaten TTU ?


b. Bagaimana kajian pola distribusi Cendana di wilayah Miomafo Barat Kabupaten
TTU ?
c. Bagaimana bentuk data spasial persebaran Cendana di wilayah Miomafo Barat
Kabupaten TTU ?
1.3 Tujuan

a. Mengidentifikasi populasi Cendana di wilayah Miomafo Barat Kabupaten TTU


b. Mengkaji pola distribusi Cendana di Miomafo Barat di wilayah Miomafo Barat
Kabupaten TTU.

2
c. Menghasilkan data spasial pemetaan persebaran Cendana di wilayah Miomafo
Barat Kabupaten TTU.
1.4 Manfaat

Sebagai bahan informasi kepada peneliti dan pemerintah atau instasi terkait
tentang perumusan kebijakan dalam pengelolaan Cendana secara berkelanjutan di
wilayah Kabupaten TTU.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cendana (Santalum album L.)

Cendana (Santalum album L.) merupakan salah satu marga dari 25 suku
Santalaceae yang penyebaranya mulai dari Malaysia bagian Timur, Australia sampai
disebelah Timur kepulauan Polynesia. Sedangkan (Santalum album L.) merupakan jenis
yang tumbuh alami di kawasan Asian. Beberapa pakar meyakini bahwa Santalum album
L. berasal dari Indonesia dari sebelah Tenggara terutama diantaranya Pulau Timor dan
Pulau Sumba (fischer, 1938; felgas, 1935; van steenis, 1971). Ada beberapa nama
beberapa nama sinonim dari Santalum abum L., yaitu Sirium Myrtifolium L. Santalum
ovatum R,Br.,dan Santalum myrtifolium (L)Roxb. Didaerah asalnya, pohon Cendana
dikenal dengan nama Haumeni (P. Timor), Ai nitu, Ai salun,ai sarun,ai kamelin (Sumba).
Dalam dunia perdagangan, Cendana dikenal dengan nama Sandalwood. Sedangkan diluar
Indonesia, nama kayu Cendana antara lain east Indian Sandalwood, white Sandalwood
dan yellow Sandalwood (Inggris, Amerika serikat), Bois santal (Spayol, Italia), Echte
sandal (Belanda), Echtes Sandelholtz (Jerman), Chendana (Malaysia), Santaku (Burma),
Chantana (Thailand), Bach (Vietnam), Sandal, Chandal, Chandam, Gundala dan Suket
(India)
2.1.1 Klasifikasi Cendana

Rudjiman (1987) menyatakan bahwa taksonomi tumbuhan pohon cendana


diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

3
Divisi : Spermatophyte

Sub Divisi : Angiospermae

Class : Dicotyledonae

Sub class : Rosidae

Ordo : Santales

Family : Santalaceae

Genus : Santalum

Species : Santalum album L.

2.1.2 Morfologi Cendana

Cendana merupakan tanaman berbentuk pohon yang bersifat setengah parasit


(Semi parasit) sehingga membutuhkan tanaman inang sebagai penyuplai beberapa jenis
unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya. (Rahayu et al., 2002). Cendana
memiliki buah yang berbentuk elips, berwarna hijau saat muda dan setelah matang
berwarna merah sampai hitam keunguan. Memiliki daging buah yang tipis dan didalam
daging terdapat biji yang berbentuk bulat serta kulit bijinya tipis dan memiliki
endosperma atau daging biji (Suhaendi dan Surata., 2006). Bunga Cendana merupakan
bunga majemuk berbentuk malai yang tumbuh pada ujung ranting dan pada ketiak daun.
Panjang tangkai malai sekitar 4-6 cm, dan panjang tangkai sekitar 2-6 cm. Bunga
Cendana berwarna kuning dan kemudian berubah menjadi merah gelap kecoklatan
(Rahayu et al., 2002)

Cendana memiliki daun yang berbentuk elips hingga bulat telur dengan ukuran
antara 4-8 cm x 2-4 cm. kedudukan daun Cendana berhadap-hadapan dengan bentuk
ujung meruncing dan berwarn hijau mengkilap. Menurut penuturan masyarakat di Pulau
Timor terdapat dua macam Cendana jika dilihat dari bentuk daunnya yakni Cendana yang
bentuk daunnya meruncing (Santalum album var. album) dan Cendana yang berdaun

4
besar (Santalum album var largioluuum) (Septiani et al., 2010). Tinggi Cendana dapat
mencapai 12-15 meter dengan diameter batang sekitar 20-35 cm. batangnya bercabang
banyak dan menghasilkan ranting-ranting yang banyak pula. Kulit batangnya berwarna
putih keabu-abuan, dan setelah dewasa kulitnya akan berubah menjadi coklat. Pada akar,
batang dan dahan Cendana yang berumur sekitar 30-40 tahun, sudah memiliki aroma
yang wangi (Hoar, 2005)

2.1.3 Habitat Dan Penyebaran

Cendana merupakan tanaman endemik NTT yang tumbuh dengan optimal pada
kondisi lingkungan mencekam dimana menghendaki kondisi curah hujan yang rendah
antara 600-1.600 mm per tahun dengan bulan kering antara 9-10 bulan. Cendana dapat
pula tumbuh pada wilayah yang kondisi curah hujannya tinggi dengan pertumbuhan
vegetatif yang memuaskan akan tetapi pohon Cendana yang tumbuh di wilayah tersebut
tidak dapat menghasilkan kayu dengan kualitas yang bagus. Kayu yang berkualitas bagus
akan mampu menghasilkan aroma yang wangi dimana dari kayu tersebut akan
menghasilkan minyak atsiri (Rahayu, 2002).

Cendana umumnya tumbuh pada daerah semak belukar yang kering, terlebih lagi
apabila disekitarnya terdapat savana atau padang rumput. Tanaman ini tumbuh dan
tersebar didaerah tropis dan sub tropis dengan musim kemarau yang panjang. berdasarkan
klasifikasi tipe iklim Schmidt-Ferguson tipe iklim yang sesuai dengan Cendana adalah
tipe D dan E dengan suhu rata-rata 10-350C dan kelembapan 65% serta curah hujan rata-
rata 625-1.625 mm/tahun. Kondisi tanah yang dikehendaki adalah tanah sarang
berdrainase baik dengan batuan induk kapur atau vulkanik dan terletak pada ketinggian
50-1.200 m dpl (Hermawan, 2004; Sinaga, 1997; dan Surata, 2006)

2.1.4 Manfaat Cendana

Satriadi (2012) menyatakan bahwa Cendana merupakan kayu mewah yang di


perdagangkan berat dalam kilogram, tidak seperti jenis-jenis kayu lain misalnya jati,
mahoni, meranti, ramin dan lain-lain yang dijual dalam volume meter kubik. Kemewahan
kayu Cendana terletak pada aroma kayunya yang wangi dan khas sehingga harga jualnya
pun sangat tinggi.

5
Kayu Cendana yang beraroma wangi dapat menghasilkan minyak atsiri yang
biasanya dipakai sebagai wewangian pada dupa, kosmetik, parfum, dan sabun. Kayu
Cendana juga dapat digunakan sabagai bahan ukir yang indah sekaligus dapat
menebarkan aroma harum. Selain itu, Cendana juga dimanfaatkan sebagai bumbu
makanan dan minumam, Aromaterapi dan obat tradisional. Biasanya untuk mengobati
sakit demam bagian yang dimanfaatkan dari Cendana ialah daunnya. Dalam bidang
keagamaan kayu Cendana ada hubungannya dengan pengaruh agama hindu dan budha
sebab, digunakan untuk membangun candi dan kuil, serta dipakai untuk membakar mayat
menurut agama Hindu (Hermawan, 2004)

2.2 Pemetaan Dan Pola Distribusi


2.2.1 Peta

Dalam perencanaan pembangunan pertanian suatu daerah diperlukan data untuk


membantu pelaksanaan prog ram pembangunan pertanian didaerah tersebut. Peta
merupakan penyajian secara grafis dari kumpulan data maupun informasi sesuai
lokasinya secara dua demensi. Ditinjau dari perannya peta adalah bentuk pengajian
informs spasial (keruangan) tentang permukaan bumi untuk dapat di pakai dalam
pengambilan keputusan. Sedangakan pemetaan adalah suatu bemtuk komounikasi secara
grafis antar pembuat dan pemakai peta yang telah lama dikenal orang (Sumarno, 2009
dalam Ahaliki, 2016). Dari peta didapatkan informasi dari terlaksananya program
pembangunan sebagai mana diharapkan. Sebab dengan mempelajari peta-peta daerah
dengan mudah diketahui potensi yang terkandung didalamnya sehingga perencanaan
dapat disusun secara terarah..

Dhayat (2011) menyatakan bahwa peta merupakan gambaran permukaan bumi


yang sifatnya konvensional dan selektif yang di perkecil, dibuat dalam bidang datar
meliputi perwujudan- perwujudan dari p-permukaan bumi atau angkasa maupun data
yang ada kaitannya denganpermukaan bumi. Menurut subagio (2002) peta merupakan
gambaran permukaan bumi pada bidang datar yang disajikan dalam skala tertentu,
gambaran tersebut dapat disajikan dalam bentuk citra, foto udara, sehingga dapat
menyajikan unsur-unsur topografi sesuai dengan keadaan sebenarnya. Pemetaan
merupakan suatu rangkaian pekerjaan yang melibatkan berbagai disiplin ilmu seperti

6
geodesi, pemotretan udara, fotogrametri, kartografi, serta teknik pencetakan peta.
(subagio, 2002 dalam sartono. 2016)
2.2.2 Distribusi

Setiap Desa di Miomafo Barat mempunyai keadaan topografi yang bervariasi.


Adapun topografi wilayah Kecamatan Miomafo Barat adalah datar, berbukit, hingga
pegunungan dengan kisaran ketinggian >600mdpl, dan kemiringan >35%. Adanya
perbedaan tingkat kemiringan tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap pola
persebaran Cendana di Kecamatan tersebut. Pola penyebaran merupakan salah satu ciri
khas dari setiap organisme disuatu habitat. Pola penyebaran tergantung pada faktor
lingkungan maupun keistimewaan biologis itu sendiri. Organisme dalam populasi dapat
tersebar dalam bentuk-bentuk umum yang terdiri dari tiga macam penyebaran yaitu
peneyebaran secara acak, merata dan berkelompok (Indriyanto, 2008).

Terdapat tiga macam pola dasar distribusi yaitu: (1) Pola sebaran acak, dimana
keadaan individu pada satu titik tidaklah mempengaruhi peluang adanya anggota populasi
yang sama dititk yang berdekatan; (2) Pola persebaran mengelompok, dimana keberadaan
individu pada suatu titik meningkat peluang adanya individu yang sama pada suatu titik
yang lain didekatnya; dan (3) Pola persebaran seragam, dimana keberadaan individu
pada suatu titik menurunkan peluang adanya individu yang sama pada suatu titik
disekitarnya (Petrus, 1995;53 dalam Wahidah et al., 2015).

Berdasarkan hasil penelitian Wahidah et al., (2015) menyatakan pada hakikatnya


semua jenis tumbuhan keberadaanya selalu mengelompok pada suatu areal. Hal ini
mengantisipasi dalam melakukan persaingan didalam memperebutkan ruang dan
makanan, sehingga mampu untuk bertahan hidup diareal tersebut. Apabila suatu individu
dari suatu jenis keberadaannya menyebar maka akan mudah untuk tersingkir dalam
memperebutkan ruang dan makanan yang menyebabkan jenis tersebut akan menjadi
musnah.
2.3 Analisis Vegetasi
Analisis Vegetasi merupakan cara untuk mempelajari susunan (komposisi jenis)
dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Pada suatu kondisi
hutan yang luas, kegiatan analisis vegetasi erat kaitanya dengan sampling sehingga cukup
ditempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Ada tiga hal yang
perlu diperhatikan dalam sampling ini, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak
contoh dan teknik analisis vegetasi yang digunakan (Soerianegara, 2005). Analisa
vegetasi penting untuk mengetahui vegetasi tumbuhan dimasa sekarang dan menduga-
duga kemungkinan perkembangan dimasa depan.

7
Menurut kusman (1997) dalam indriyanto (2006) mengemukakan bahwa untuk
keperluan deskripsi vegetasi tersebut ada 3 macam parameter kualitatif yang penting
yaitu densitas(kerapatan), frekuensi, dominasi.
1) Densitas (kerapatan)
Densitas atau yang lebih dikenal kerapatan merupakan jumlah individu suatu jenis
tumbuhan dalam suatu luasan tertentu, misalnya 100 indvidu/ha. kerapatan suatu jenis
tumbuhan adalah jumlah petak contoh dimana ditentukanya jenis tersebut dari
sejumlah petak contoh yang dibuat. Biasanya kerapatan dinyatakan dalam besaran
persentase (Irwanto, 2007)
2) Frekuensi
Frekuensi merupakan suatu gambaran penyebaran populasi disuatu kawasan Menurut
Ewusie (1990) dalam Miftahuddin (2004) frekuensi dapat diukur dengan mencatat
ada atau tidak suatu spesies dalam daerah contoh (luas) yang secara ideal tersebar
acak diseluruh daerah yang dikaji. Kerapatan dinyatakan sebagai persentase dari
seluruh daerah contoh (luas) di dalamnya terdapat spesies tertentu.

3) Dominansi

Dominansi dapat juga dinyatakan sebagai luas penutupan suatu spesies tumbuhan
karena parameter tersebut menurut Arief (1994) dalam Miftahuddin (2004) mampu
memberikan gambaran penguasaan suatu daerah vegetasi oleh setiap tumbuhan.
apabila dinyatakan dengan dengan tajuk pohon/tumbuhan maka akan diperoleh data
kerimbunan.basal area merupakan suatu luasan areal dekat permukaan tanah yang
dikuasai oleh tumbuhan. Untuk pohon, basal area diduga dengan mengukur diameter
batang, bila dinyatakan dengan pengukran diameter batang setinggi dada maka akan
diperoleh pengukuran luas basal, sedangkan dominansi relative yang dinyatakan
dalam persen dihitung dengan membagi dominansi suatu spesies dengan dominansi
seluruh spesies dikalikan seratus persen.

2.4 Penelitian Terdahulu

Prasetyo & Raharjo, (2011) menyatakan bahwa presepsi masyarakat tentang


Cendana (Santalum album L.) di Desa Nansean Kabupaten TTU cukup baik. Cendana
masih biasa dilestarikan dengan pertimbangan potensi alam dan potensi sosial
masyarakat. Potensi alam dapat dilihat dari fakta bahwa 53,3% responden menyatakan
bahwa desa mereka dulunya adalah basis Cendana. Potensi Cendana diketahui
berdasarkan pengakuan 93,3% responden, keberadaan Cendana di desa Nansean tidak
8
serta merta menciptakan konflik di masyarakat. Masyarakat memiliki kedekatan yang
kuat dengan Cendana karena mayoritas mereka pernah memiliki dan memelihara
Cendana. sebagian besar dari responden juga mengatakan saat ini tanaman Cendana
tersebut.

Pekarangan adalah lokasi yang baik untuk konservasi Cendana (Santalum album
L.) karena lokasi ini aman dan pemeliharaan Cendana mudah dilakukan. Laju
pertumbuhan tingggi Cendana pada umur antara 1-3 tahun rata-rata antara 60-75 cm
pertahun, namun pada umur 3-4 tahun laju pertumbuhan Cendana semakin menurun
sekitar 25-26 cm per tahun. Jumlah Cendana yang hidup dalam model ABC (Agroforestri
Berbasis Cendana) selama 2-4 tahun setelah tanam berkisar antara 72-79% sedangkan
dalam lahan pekarangan selama 6 bulan jumlah semai yang hidup sebanyak 75%.
(Wawo., 2008)

Mahardika, (2014) hasil penelitianya menyatakan bahwa Cendana (Santalum


album L.) di hutan rakyat desa petir memiliki INP tingkat semai 20,65%,INP tingkat
sapihan 87,15% dan INP tingkat tiang 16,80%, sedangkan Cendana pada INP tingkat
pohon tidak ada, dikarenakan tegakan Cendana (Santalum album L.) masih berumur
muda. Hasil analisa distribusi Cendana, terlihat bahwa sebaran Cendana pada tingkat
semai, sapihan dan tiang berbentuk cluster atau berkelompok.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan juli sampai-dengan Oktober 2019 di
Kecamatan Miomaffo Barat Kabupaten TTU. Penentuan lokasi penelitian berdasarkan
data sekunder persebaran populasi Cendana diwilayah TTU serta hasil observasi

9
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian (Agu dan Neonbeni, 2019)
3.2 Batasan Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada Cendana (Santalum album L.) yang tersebar pada
lokasi penelitian dengan pertimbangan:

a) Populasi Cendana (Santalum album L.) terkhusus pada parameter populasi berkiras
analisis vegetasi (Kerapatan Jenis (K), Kerapatan Relatif (KR), frekuensi relatif (FR),
Frekuensi (F), Dominansi Relatif (DR), dan Dominansi (D), di Kecamatann
Miomaffo Barat Kabupaten TTU.
b) Pola distribusi tumbuhan Cendana (Santalum album L.) di wilayah Kecamatan
Miomaffo Barat Kabupaten TTU pada 3 tipe lahan (Pekarangan, Kebun dan kawasan
Hutan)
c) Pemetaan spasial populasi Cendana di wilayah Kecamatan Miomaffo Barat
Kabupaten TTU.

3.3 Alat Dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Kamera (dokumentasi), Rol meter
(mengukur petak ukur), GPS (penunjuk arah dan pengambilan titik kordinat ), Hagameter
(mengukur tinggi pohon), Tali rafia (membuat jalur dana petak ukur), Parang, Kayu
patok, Kertas label (untuk menandai sampel), Computer dan soffware Arc Giss
(mengelolah data ), serta Buku dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan meliputi:
lahan masyarakat yang terdapat Cendana (Santalum album L.) baik itu Pekarangan,
Kebun serta kawasan Hutan yang terdapat di lokasi penelitian Kecamatan Miomaffo
Barat Kabupaten TTU.
10
3.4. Alur Penelitian
Mengidentifikasi populasi Cendana
Tujuan
Mengkaji pola distribusi Cendana
Menghasilkan data spasial pemetaan persebaran Cendana di wilayah Miomafo Barat Kabupaten Timor Tengah Ut

Metode Deskriptif Eksploratif dengan


Metodeteknik pengumpulan data observasi, dokumentasi dan sensus guna pendataan dan pengukuran langsung vegeta

Penentuan sampel dalam penelitian secara Purposive Sampling


Pengambilan Sampel Dengan Metode Jari-jari/ Lingkaran tersebar pada pekarangan, kebun,dan kawasan hutan dengan ukuran (jari-jari =
Plot lingkaran dibagi dalam kuadrat pengukuran tertentu yang disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan Cendana : Semai 5m, Pancang 10
Survei/Cross Check Lokasi Penelitian
DATA :
Nama Jenis, Jumlah Jenis, Diameter Cendana, Analisis Tingkat Pertumbuhan, Analisis Spasial Populasi dan Analisis Pola

Analisis Pola Distribusi & Pemetaan : Analisis Populasi :


Untuk mengetahui
3 macam parameter
pola distribusi
kualitatif
individu
yang Cendana
penting yaitu
(Santalum
densitas
album
(kerapatan),
L.) makafrekuensi,
dapat dihitung
dominasi.
menggunakan Indeks Morisita yang
INP = KR + FR + DR

Analisis Data

Teridentifikasi populasi Cendana


Terkajinya pola distribusi Cendana
Output
Menghasilkan data spasial pemetaan persebaran Cendana di wilayah Miomafo Barat Kabupaten Timor Tengah U

11
3.5 Metode Penelitian

Penelitian menggunakan metode deskriptif eksploratif dengan teknik


pengumpulan data menggunakan teknik observasi, dokumentasi dan sensus guna
pendataan dan pengukuran langsung vegetasi Cendana yang ditemukan pada tiap pada
plot pengukuran.

12
3.6 Penentuan Sampel

Penentuan sampel dalam penelitian secara Purposive Sampling berdasarkan pada


data sekunder yang diperoleh dari Instansi terkait serta berdasarkan studi literature
dengan pertimbangan luasan Cendana terbanyak di Kecamatan Miomafo Barat
Kabupaten TTU kemudian peneliti melakukan cross-check dilapangan guna penentuan
plot pengamatan atau petak tunggal, sehingga petak terpilih dilapangan adalah lokasi
dengan luasan Cendana terbanyak di Pekarangan, Kebun dan kawasan Hutan Kecamatan
Miomafo Barat

Plot pengukuran yang dibuat berbentuk lingkaran tersebar pada ragam tipologi
penggunaan lahan yang ditemukan baik Pekarangan, Kebun,dan kawasan Hutan dengan
ukuran (jari-jari = 20 m). Masing-masing plot lingkaran dibagi dalam kuadrat pengukuran
tertentu yang disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan Cendana (Santalum album L.)
yaitu:

a) Sub plot jari-jari 5 m untuk pengamatan tingkat semai yaitu permudaan Cendana
dengan tinggi < 1,5 m.
b) Sub plot jari-jari 10 m untuk pengamatan tingkat pancang yaitu pemudaan Cendana
dengan tinggi > atau sama dengan 1,5 m tetapi diameter < 5 cm
c) Sub plot jari-jari 15 m untuk pengamatan tingkat tiang yaitu pohon Cendana dengan
diameter > 5 cm sampai dengan < 10 cm
d) Sub plot jari-jari 20 m untuk pengamatan pohon yang mempunyai diameter > 10 cm
atau sama dengan 10 cm (Kurniawan, 2008).

3.7 Analisis populasi

Menghitung kelimpahan jenis dengan menggunakan data pada hasil pengamatan


dengan petak ukur variance terendah. Menurut Indriyanto (2008). Kemudian ditentukan
dominasi suatu jenis pohon yang ditunjukkan oleh besaran Indeks Nilai Penting (INP).
Nilai INP = KR + FR + DR, adapun persamaan-persamaan untuk menentukan nilai
tersebut :

jumlah individu
¿
Kerapatan Jenis (K) ∑ luas contoh

13
kerapatan suatu jenis
¿ ×100%
Kerapatan Relatif (KR) ∑ kerapatan semua jenis

=
∑ plot ditemukannnya suatu jenis
Frekuensi (F) ∑ seluruh plot

frekuensi suatu jenis


= × 100%
Frekuensi Relatif (FR) jumlah frekuensi semua jenis

luas bidang dasar


=
Dominansi (D) ∑ luas plot contoh

dominasi suatu jenis


= × 100%
Dominansi Relatif (DR) ∑ dominasi semua jenis
3.8 Analisa Pola Distribusi Cendana (Santalum album L.)

Untuk mengetahui pola persebaran individu Cendana (Santalum album L.) maka
dapat dihitung menggunakan Indeks Morisita yang distandarisasi (Krebs, 1989)
menggunakan rumus:

2
(∑ xi −∑ x i )
Id=n ¿ ¿
¿¿
¿

Keterangan; n merupakan jumlah plot contoh dan x merupakan jumlah individu


yang ditemukan pada setiap plot.

Indeks dispersi Morisita yang telah distandarisasi (Ip) berkisar antara -1 sampai 1
dengan batas kepercayaan 95% pada 0,5 dan -0,5.pola acak memberikan nilai Ip=0,pola
mengelompok jika Ip > 0,dan pola seragam jika Ip< 0.

14
3.9 Pemetaan

Untuk menghasilkan peta persebaran populasi Cendana di Kecamatan Miomafo


Barat dilakukan menggunakan Arc gis software, langkah awal yang dilakukan adalah
pengumpulan data koordinat populasi Cendana yang terdapat dilokasi penelitian dalam
bentuk suatu file selanjutnya data tersebut di running dalam aplikasi Arc gis software
dalam aplikasi ini semua koordinat akan terbaca keberadaannya.Selanjutnya dari setiap
titik keberadaan Cendana akan diberi simbol. sehingga peta yang dihasilkan dalam
penelitian ini berjumlah 3 peta persebaran Cendana meliputi peta Pekarangan, peta
Kebun dan peta persebaran Cendana pada Hutan.

3.10 Parameter Pengukuran

Dalam penelitian ini parameter yang digunakan diantaranya:

1) Parameter tanaman
I. Nama Jenis
Mendata seluruh tumbuhan yang ada dalam plot pengukuran baik dari
tingkat semai, pancang, tiang, dan pohon.
II. Jumlah Jenis
Nilai secara keselurahan tiap tumbuhan dari data tiap plot pengukuran pada
masing-masing tipe lahan baik itu pekarangan, kebun, dan hutan.
III. Diameter Cendana
Pengukuran diameter Cendana dilakukan menggunakan pita meter,
selanjutnya untuk pengambilan data diameter Cendana diambil setinggi
dada.
IV. Analisis Tingkat Pertumbuhan
Pengukuran tingkat pertumbuhan dilakukan berdasarkan data diameter dan
tinggi Cendana, dimana semai yaitu permudaan Cendana dengan tinggi <
1,5 m, pancang yaitu pemudaan Cendana dengan tinggi > atau sama dengan
1,5 m tetapi diameter < 5 cm, tiang yaitu pohon Cendana dengan diameter
> 5 cm sampai dengan < 10 cm, dan pohon yang mempunyai diameter > 10
cm atau sama dengan 10 cm
V. Analisis Spasial Populasi
Untuk manganalisis spasial populasi Cendana dilakukan dengan
menggunakan Soffware Arc Gis yang sebelumnya tiap titik kebedaan
populasi Cendana telah di ambil menggunakan GPS
VI. Analisis Pola Distribusi

15
Untuk menganalisis pola distribusi dil;akukan dengan menggunakan
persamaan morista yang mana data jumlah tumbuhan dari tiap tipe lahan
telah terkumpul.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Letak Geografis Lokasi Penelitian

Kecamatan Miomafo Barat merupakan Salah satu kecamatan di Kabupaten TTU


dengan luasan wilayah mencapai 199,63 km2 atau 7,48% (RPJMD, 2011) berdasarkan
rencana tata ruang dan tata wilayah (RTRW) Kabupaten TTU tahun 2018-2038 tentang
penetapan kawasan strategis, wilayah Kecamatan Miamofo Barat merupakan salah satu
kawasan strategis Agropolitan berbasis peternakan, pertanian, tanaman pangan dan
perkebunan karena berada pada daerah yang berbukit dan berlereng curam (>35%)
dengan kisaran ketinggian >600 m dpl. Pada lokasi ini Cendana ditemukan pada
ketinggian 568 m dpl-1045 m dpl dengan keseringan muncul pada ketinggian 820 m dpl-
950 m dpl ini menunjukan bahwa tumbuhan Cendana dapat tumbuh secara optimal pada
kisara ketinggian 550-1100 mdpl dengan pH rata-rata 6.12-6.52 pada penelitian (Troup,
1921 dalam Surata dan Indris, 2001) menyatakan kondisi tempat tumbuh yang ideal
untuk pertumbuhan Cendana adalah ketinggian 50-1200 m dpl, curah hujan 625-
1625mm/th (tipe iklim D-E, menurut klasifikasi Scmidt dan Ferguson), banyak sinar
matahari, temperature minimum 100C dan maksimal 350C, tanah kaya zat besi. Hasil
studi Hamzah (Surata dan Indris, 2001) menyatakan bahwa tempat pertumbuhan Cendana
di Pulau Timor adalah tanah dangkal dan berbatu kurang lebih 30cm, tekstur tanah
lempung dan pH tanah netral sampai alkalis. Hasil penelitian ini bahwa keberadaan
Cendana di lokasi penelitian pada ketinggian 550-1100 m dpl dengan pH rata-rata 6.12-
6.62 menunjukan bahwa Cendana sangat potensial di kembangkan di wilayah Kecamatan
Miomafo Barat.
4.2 Morfologi Cendana

Tipe morfologi tanaman Cendana (Santalum album L.) yang ditemukan dilokasi
penelitian bervariasi pada tiap tipologi penggunaan lahan baik pada lahan Pekarangan
sampai kebun serta kawasan hutan. Perbedaan morfologi Cendana yang ditemukan
dilokasi penelitian diantaranya bentuk daun, lebar tajuk maupun tinggi tanaman. Hal ini
menunjukan adanya keragaman spesies Cendana dilokasi penelitian. Jenis daun yang
16
didapati di lokasi penelitian adalah Cendana berdaun besar dan berdaun kecil dengan
warna dari hijau muda hingga hijau tua dengan bentuk daun yaitu bulat telur dan elips ini
sesuai dengan penelitian Arifriana et al (2017) yang mengklasifikasikan ukuran daun
Cendana diantaranya yang berdaun kecil dan berdaun besar dengan batasan ukuran secara
berurutan 2,8 - 7,7 cm sampai dengan 1,1-2,2 cm dan 7,9-10 cm sampai dengan 3,1-4 cm.
Masing-masing kelompok ukuran daun tersebut memiliki bentuk daun bervariasi. Hasil
pengamatan menunjukan bahwa bentuk daun Cendana adalah oblong, bulat telur, ellips,
dan lanset (Gambar 2). Sedangkan pada tajuk tanaman serta tinggi tanaman Cendana dari
ketiga tipelogi lahan, didapati bentuk tajuk tanaman yang lebih luas pada tipe lahan
Hutan dibandingkan dengan tipe lahan Pekarangan dan Kebun hal ini dikarenakan pada
tipe lahan Pekarangan dan Kebun sering dilakukan perawatan berupa pemangkasan
cabang sekunder sehingga tajuk tanaman Cendana pada jenis tipe lahan ini memiliki tajuk
tidak lebat dan memiliki tinggi lebih dibandingkan tanaman Cendana pada lahan Hutan.

(Gambar 3).

Gambar 2.A.Cendana berdaun kecil Gambar 2.B. Cendana berdaun besar


dengan warna hijau mudah dengan warna hijau tua

17
A. Pekarangan B. Kebun C. Hutan

4.3 Struktur dan Komposisi


4.3.1 Pekarangan

Hasil analisis vegetasi yang dilakukan di Kecamatan Miomafo Barat kabupaten


TTU yang dinyatakan dalam Indeks Nilai Penting (INP) pada tipe lahan Pekarangan
disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan analisis didapatkan bahwa komposisi jenis penyusun
pada tipe lahan Pekarangan terdiri dari 28 jenis.

No Nama jenis Nama Latin INP (%)

1 Cendana Santalum album L. 56.02

2 Jati putih Gmelina arborea 13.23

18
3 Kemiri Aleurites moluccanus 16.52

4 Mahoni Swietenia mahagoni 16.56

5 Alpukat Persea americana 9.11

6 Cemara Casuarinaceae 4.79

7 Papin Exocarpus litofolia 4.79

8 Mangga Mangivera indica 18.84

9 Kayu putih Ecaliptus alba 4.79

10 Asam Tamarindus indica 16.52

11 Beringin Ficus benjamina 5.87

12 Pinang Eraca catechu 28.57

13 Kelapa Cocos nucifera 6.95

14 Jeruk Citrus 10.13

15 Sirsak Annona muricata 8.92

16 Anonak Annona squamosa 5.87

17 Pohon flamboyan/Angkai Delonix regia 5.87

19
18 Hautimo Timonius timon 6.95

19 Lamtoro Leucaena leucocephala 8.03

20 Gamal Gliricidia sepium 8.03

21 Jambu air Syzygium aqueum 4.79

22 Kabesak Vachellia leucophloea 5.87

23 Pepaya Carica papaya 4.79

24 Kelor Moringa oleifera 4.79

25 Pohon roti Alstonia scholaris L. 4.79

26 jambu Psidium guajava 6.95

27 Gala-gala Sesbania grandiflora 4.79

28 Nangka Artocarpus heterophyllus 6.95

JUMLAH 300

Hasil perhitungan INP diperoleh 8 jenis yang dominan atau yang memiliki INP >
10% (Tabel 1). Jenis tersebut diantaranya Cendana (Santalum album L.) dengan INP
56.02%. Cendana menjadi tanaman yang sangat mendominan pada tipe lahan Pekarangan
dikarenakan menurut penelitian Wawo (2008) menyatakan bahwa Pekarangan adalah
lokasi yang baik untuk konservasi Cendana (Santalum album L.) karena lokasi ini aman
dan pemeliharaan Cendana mudah dilakukan. Sehingga kemungkinan terjadinya
pencurian ataupun kegagalan dalam membudidayakan Cendana sangat kecil, kemudian
Pinang (Eraca catechu) 28.57%, Mangga (Mangivera indica) 18.84%, Mahoni

20
(Swietenia mahagoni) 16.56%, Kemiri (Aleurites moluccanus) dan Asam (Tamarindus
indica) 16.52 %, Jati puti (Gmelina arborea) 13.32%, dan Jeruk (Citrus) 10.13%.

Berdasarkan hasil yang diperoleh di lokasi penelitian dapat disimpulkan pada tipe
lahan Pekarangan yang memiliki INP tertinggi adalah Cendana (Santalum album L.)
dengan INP 56.02% sedangkan INP terendah adalah Cemara (Casuarinaceae), Papin
(Exocarpus litofolia), Kayu putih (Ecaliptus alba), Jambu air (Syzygium aqueum), Papaya
(Carica papaya), Kelor (Moringa oleifera), Pohon roti (Alstonia scholaris L), Gala-gala
(Sesbania grandiflora), dengan INP 4.79%
4.3.2 Kebun

Hasil analisis vegetasi yang dilakukan di Kecamtan Miomafo Barat kabupaten


TTU yang dinyatakan dalam Indeks Nilai Penting (INP) pada tipe lahan Kebun disajikan
pada Tabel 2. Berdasarkan analisis didapatkan bahwa komposisi jenis penyusun pada tipe
lahan kebun terdiri dari 20 jenis.

No Nama Jenis Nama Latin INP (%)

1 Cendana Santalum album L. 57.95

2 Nimba Azadirachta indica 2.67

3 Jambu Psidium guajava 17.21

4 Kemiri Aleurites moluccanus 13.39

5 Alpukat Persea americana 16.09

6 Cemara Casuarinaceae 48.52

7 Kapok Ceiba petandra 10.68

8 Jati putih Gmelina arborea 25.55

9 Mangga Mangivera indica 9.33


21
10 Asam Tamarindus indica 7.98

11 Jati Tectona grandis 18.79

12 Hautimo Timonius timon 7.98

13 Ginje/Paoklaso Thevetia peruviana 6.63

14 Pohon roti Alstonia scholaris L 7.98

Pohon
15 flamboyan/Angkai Delonix regia 6.63

16 Pole Cerbera sp. 10.68

17 Papin Exocarpus litofolia 9.33

18 Mahoni Swietenia mahagoni 7.98

19 Damar/Haupaku Macaranga triloba 6.63

20 Lamtoro Leucaena leucocephala 7.98

JUMLAH 300

Hasil perhitungan INP diperoleh 9 jenis yang dominan atau yang memiliki INP >
10% (Tabel 2). Jenis tersebut diantaranya Cendana (Santalum album L.) dengan INP
57.95%., kemudian Cemara (Casuarinaceae) 48.52 %, Jati putih (Gmelina arborea)
25.55%, Jati (Tectona grandis) 18.79%, Jambu (Psidium guajava) 17.21%, Alpukat
(Persea americana) 16.09%, Kemiri (Aleurites moluccanus) 13.39%, Pole (Cerbera sp.)
dan Kapuk(Ceiba petandra) 10.68% .

22
Berdasarkan hasil yang diperoleh di lokasi penelitian dapat disimpulkan pada tipe
lahan Kebun yang memiliki INP tertinggi adalah Cendana (Santalum album L.) dengan
INP 57.95% sedangkan INP terendah adalah Nimbah (Azadirachta indica) dengan INP
2.67%.
4.3.3 Hutan

Hasil analisis vegetasi yang dilakukan di Kecamtan Miomafo Barat Kabupaten


TTU yang dinyatakan dalam Indeks Nilai Penting (INP) pada tipe lahan Hutan disajikan
pada Tabel 3. Berdasarkan analisis didapatkan bahwa komposisi jenis penyusun pada tipe
lahan Kebun terdiri dari 21 jenis.

No Nama Jenis Nama Latin INP (%)

1 Cendana Santalum album 52.58

2 Nimbah Azadirachta indica 6.28

3 Mahoni Swietenia mahagoni 24.09

4 Gamal Gliricidia sepium 14.50

5 Lamtoro Leucaena leucocephala 15.87

6 Jambu Psidium guajava 26.56

7 Beringin Ficus benjamina 6.28

8 Kemiri Aleurites moluccanus 18.61

9 Asam Tamarindus indica 10.39

10 Jati putih Gmelina arborea 6.28

11 Papin Exocarpus litofolia 10.78


23
12 Mangga Mangivera indica 6.28

13 Gala-gala Sesbania grandiflora 6.28

14 Jeruk Citrus 7.65

15 Pohon roti Alstonia scholaris L. 6.28

16 Jati Tectona grandis 33.43

17 Cemara Casuarinaceae 22.72

18 Jambu air Syzygium aquem 6.28

19 Bambu Bambuseae 6.28

20 Buni hutan Antidesma sp. 6.28

21 Kusambi Schleichera 0leosa 6.28

JUMLAH 300

Hasil perhitungan INP diperoleh 10 jenis yang dominan atau yang memiliki INP
>10% (Tabel 3). Jenis tersebut diantaranya Cendana (Santalum album L.) dengan INP
52.58%., kemudian Mahoni (Swietenia mahagoni) INP 24.09%, Gamal (Gliricidia
sepium) INP 14.50%, Jati (Tectona grandis) INP 33.43%, Cemara (Casuarinaceae) INP
22.72%, Papin (Exocarpus litofolia) INP 10.78%, Kemiri (Aleurites moluccanus) INP
18.61%, Asam (Tamarindus indica) INP 10.39%, Jambu (Psidium guajava) INP 26.56
%, dan Lamtoro (Leucaena leucocephala) INP 15.87%. Pada penelitian Rustamaji (2013)
Komposisi tegakan penyusun Hutan di Kali Biru (Studi Kasus di Desa Hargowilis, Kec.
Kokap, Kab. Kulon Progo), penelitian ini menunjukkan bahwa pada hutan wisata alam
ini jenis yang dominan yaitu jati (Tectona grandis) dengan INP sebesar 42,45 % dan
kayu putih (Melaleuca leucadendron).

24
Berdasarkan hasil yang diperoleh di lokasi penelitian dapat disimpulkan pada tipe
lahan Hutan yang memiliki INP tertinggi adalah Cendana (Santalum album L.) dengan
INP 52.58% sedangkan INP terendah adalah Jeruk (Citrus) dengan INP 7.65% dan
beberapa jenis tumbuhan meliputi Nimbah (Azadirachta indica), Kepok (Ceiba
petandra), Bambu (Bambuseae), Buni hutan (Antidesma sp.), Jambu air (Syzygium
aquem), Pohon roti (Alstonia scholaris L.), Gala-gala (Sesbania grandiflora), Mangga
(Mangivera indica), Jati putih (Gmelina arborea), dan Beringin (Ficus benjamina)
dengan INP 6.28%.
4.4 Pola Distribusi
4.4.1 Daftar jenis-jenis tumbuhan yang terdapat pada tipe lahan Pekarangan

Tabel 4. Pola Distribusi pada lahan Pekarangan

No Nama jenis Jumlah Nilai Distribusi Pola Distribusi

1 Cendana 49 20.4 Mengelompok

2 Jati putih 9 22.37 Mengelompok

3 Kemiri 12 21.73 Mengelompok

4 Mahoni 12 21.73 Mengelompok

5 Alpukat 5 24.75 Mengelompok

6 Cemara 1 0 Acak

7 Papin 1 0 Acak

8 Mangga 14 21.46 Mengelompok

9 kayu putih 1 0 Acak

10 Asam 12 21.73 Mengelompok

25
11 Beringin 2 39 Mengelompok

12 Pinang 23 20.86 Mengelompok

13 Kelapa 3 29.5 Mengelompok

14 Jeruk 8 22.71 Mengelompok

15 Sirsak 5 24.75 Mengelompok

16 Anonak 2 39 Mengelompok

17 Angkai 2 39 Mengelompok

18 Hautimo 3 29.5 Mengelompok

19 Lamtoro 4 26.33 Mengelompok

20 Gamal 4 26.33 Mengelompok

21 jambu air 1 0 Acak

22 Kabesak 2 39 Mengelompok

23 Papaya 1 0 Acak

24 Kelor 1 0 Acak

25 pohon roti 1 0 Acak

26
26 Jambu 3 29.5 Mengelompok

27 gala-gala 1 0 Acak

28 Nangka 3 29.5 Mengelompok

JUMLAH 185

Berdasarkan Tabel 4 diatas terdapat 20 jenis tumbuhan yang mempunyai nilai


distribusi Id > 0 dan 8 jenis tumbuhan yang memiliki nilai distribusi Id = 0 maka pola
distribusi dari plot Pekarangan adalah mengelompok dan acak dimana yang
mengelompok meliputi Cendana (Santalum album L.) memiliki nilai 20.4, Jati putih
22.37, Kemiri, Asam dan Mahoni 21.73, Alfokat dan Sirsak 24.75, Mangga 21.46,
Pinang 20.86, Kelapa, Jambu, Nangka dan Hautimo 29.5, Jeruk 22.71, Lamtoro dan
Gamal 26.33, serta Beringin, Anonak, Angkai, dan Kabesak dengan nilai 39 Sedangkan
yang memiliki pola distribusi Acak meliputi Cemara, Papin, Kayu putih, Jambu air,
Pepaya, Kelor, Pohon roti, dan Gala-gala dengan nilai distribusi 0.

Berdasarkan hasil yang diperoleh di lokasi penelitian pada tipe lahan Pekarangan
dapat disimpulkan bahwa pada tipe lahan pekarangan pola distribusi tumbuhan adalah
Mengelompok dan Acak dimana didominasi oleh jenis tumbuhan yang mengelompok
yaitu sebanyak 20 jenis tumbuhan (71.43%) dan pola Distribusi Acak sebanyak 8 jenis
tumbuhan (28.6%). pada tipe lahan Pekarangan pola distribusi mengelompok yang lebih
dominan dibandingkan pola distribusi acak dikarenakan jenis tumbuhan yang terdapat di
lahan pekarangan umumnya di budidayakan dan memiliki nilai ekonomis sedangkan jenis
tumbuhan yang memiliki pola distribusi Acak umumnya dimamfaatkan sebagai tanaman
obat-obatan seperti Kelor yang dimanfaatkan untuk masalah pencernaan karena
mengandung antioksidan yang tinggi (Halim., 2011).
4.4.2 Daftar jenis-jenis tumbuhan yang terdapat pada tipe lahan Kebun

Tabel 5. Pola Distribusi pada lahan Kebun

No Nama Jenis Jumlah Nila Distribusi Pola Distribusi

1 Jambu 10 20.51 Mengelompok

27
2 Nimbah 1 0 Acak

3 Cendana 39 22.11 Mengelompok

4 Kemiri 6 23.8 Mengelompok

5 Alpukat 8 22.71 Mengelompok

6 Cemara 32 20.61 Mengelompok

7 Kapok 4 26.33 Mengelompok

8 Jati putih 15 21.36 Mengelompok

9 Mangga 3 29.5 Mengelompok

10 Asam 2 39 Mengelompok

11 Jati 10 22.11 Mengelompok

12 Hautimo 2 39 Mengelompok

13 Damar/Paoklaso 1 0 Acak

14 Pohon roti 2 39 Mengelompok

Pohon
15 Flamboyan/Angkai 1 0 Acak

16 Pole 4 26.33 Mengelompok

28
17 Papin 3 29.5 Mengelompok

18 Mahoni 2 39 Mengelompok

19 Haupaku 1 0 Acak

20 Lamtoro 2 39 Mengelompok

JUMLAH 148

Berdasarkan Tabel 5 diatas terdapat 16 jenis tumbuhan yang mempunyai nilai


distribusi Id > 0 dan 4 jenis tumbuhan yang memiliki nilai distribusi Id = 0 maka pola
distribusi pada tipe lahan Kebun adalah Mengelompok dan Acak dimana yang
Mengelompok meliputi Cendana dengan nilai distribusi 20.15, Jambu dan Jati 22.11,
Kemiri 23.8, Alfokat 22.71, Cemara 20.61, Pole dan Kapok 26.33, Jati putih 21.36,
Mangga dan Papin 29.5, Asam, Hautimo, Pohon Roti, Mahoni, dan Lamtoro memiliki
nilai disrtibusi 39. Sedanngkan jenis tumbuhan yang memiliki pola disrtibusi Acak
meliputi Nimbah, Ginje (Paoklaso), Pohon Flamboyan (Angkai), dan Damar (Haupaku)
dengan nilai distribusi 0

Berdasarkan hasil yang diperoleh di lokasi penelitian pada tipe lahan Kebun dapat
disimpulkan bahwa pada tipe lahan Kebun pola distribusi tumbuhan adalah
Mengelompok dan Acak dimana didominasi oleh jenis tumbuhan yang mengelompok
yaitu sebanyak 16 jenis tumbuhan (80%) dan pola distribusi Acak sebanyak 4 jenis
tumbuhan (20%). pada tipe lahan Kebun pola distribusi mengelompok yang lebih
dominan dibandingkan pola distribusi acak dikarenakan jenis tumbuhan yang terdapat di
lahan Kebun umumnya di budidayakan dan memiliki nilai ekonomis karena Kebun
merupakan sumber penghidupan bagi para petani sedangkan jenis tumbuhan yang
memiliki pola distribusi Acak umumnya pada lahan kebun dapat akibatkan oleh sebaran
burung atau hewan pemakan buah yang kemudian bijinya terjatuh lalu tumbuh sehingga
membentuk pola beracak.
4.4.3 Daftar jenis-jenis tumbuhan yang terdapat pada tipe lahan Hutan

Tabel 6. Pola Distribusi pada lahan Hutan

No Nama Jenis Jumlah Nilai Distribusi Pola Distribusi


29
1 Cendana 35 20.56 Mengelompok

2 Nimbah 1 0 Acak

3 Mahoni 14 21.46 Mengelompok

4 Gamal 7 23.17 Mengelompok

5 Lamtoro 8 22.71 Mengelompok

6 Jambu 17 21.19 Mengelompok

7 Beringin 1 0 Acak

8 Kemiri 10 22.11 Mengelompok

9 Asam 4 22.33 Mengelompok

10 Jati putih 1 0 Acak

11 Papin 5 24.75 Mengelompok

12 Mangga 1 0 Acak

13 Gala-gala 1 0 Acak

14 Jeruk 2 39 Mengelompok

15 Pohon roti 1 0 Acak

30
16 Jati 21 20.95 Mengelompok

17 Cemara 13 21.58 Mengelompok

18 Jambu air 1 0 Acak

19 Bambu 1 0 Acak

20 Buni hutan 1 0 Acak

21 Kusambi 1 0 Acak

JUMLAH 146

Berdasarkan Tabel 6 diatas terdapat 11 jenis tumbuhan yang mempunyai nilai


distribusi Id > 0 dan 10 jenis tumbuhan yang memiliki nilai distribusi Id = 0 maka pola
distribusi pada tipe lahan Kebun adalah Mengelompok dan Acak dimana yang
Mengelompok meliputi Cendana dengan nilai distribusi 20.56, Mahoni 21.46, Gamal
23.17, Lamtoro 22.71, Jambu 21.19, Kemiri 22.11, Asam 22.23, Papin 24.75, Jeruk 39,
Jati 20.95, dan Cemara dengan nilai distribusi 21.58. sedangkan yang memiliki pola
distribusi acak meliputi Nimbah, Beringin, Jati putih, Mangga, Gala-gala, Pohon roti,
Jambu air, Bambu, Buni hutan, dan Kusambi dengan nilai distribusi 0

Berdasarkan hasil yang diperoleh di lokasi penelitian pada tipe lahan Hutan dapat
disimpulkan bahwa pada tipe lahan Hutan pola distribusi tumbuhan hampir setara antara
Mengelompok dan Acak dimana jumlah jenis tumbuhan yang mengelompok sebanyak 11
jenis tumbuhan (52.4%) dan Beracak sebanyak 10 jenis tumbuhan (47.6%). Pada tipe
lahan hutan ini yang menyebabkan pola distribusi tumbuhan mengelompok dan acak
hampir setara adalah komposisi tumbuhan di Hutan umumnya banyak, dapat terjadi pola
distribusi secara mengelompok akibat perbedaan respon terhadap penyesuaian habitat
lokal (Werdiningsih., 2005 dalam Pratiwi dan Widyastuti, 2013). Selain itu penyebaran
secara mengelompok dapat juga diakibatkan oleh faktor yang mana tumbuhan tersebut
berproduksi dengan menghasilkan biji yang jatuh dekat dengan induknya. Hal ini
menyebabkan terjadinya pertumbuhan sekitar menjadi berkelompok, sedangkan pola
distribusi acak terjadi umumnya pada lahan Hutan dapat akibatkan oleh penyebaran benih

31
oleh angin membentuk pola Acak. Pada dasarnya sebaran secara acak diakibat oleh
behavior yang selektif dan bersifat homogenisme (Odum 1993).
4.5 Peta Persebaran Tanaman Cendana

Berdasarkan hasil penelitian populasi dan peersebaran Cendana di Kecamatan


Miomafo Barat di temukan 17 titik keberadaan Cendana yang kemudian di diambil 15
plot sebagai plot pengukuran dimana 5 plot untuk tipe lahan Pekarangan, 5 Plot untuk
tipe lahan Kebun, dan 5plot untuk tipe lahan Hutan. Pada tipe lahan pekarangan
Cendana ditemukan pada desa Haulasi, Noetoko, Sallu, Fatutasu (Gambar 4), untuk tipe
lahan kebun Cendana ditemukan pada desa Fatutasu, Suanae, dan Sallu (Gambar 5),
sedangkan pada tipe lahan Hutan Cendana di temukan pada desa Fatunisuan, Fatutasu,
Sallu, dan Suanae (Gambar 6).

Populasi dan persebaran Cendana dari masing-masing tipe lahan baik


pekarangan, kebun, dan hutan ditemukan pada ketinggian 528 – 1.045 m dpl dengan
intensitas cahaya berkisar antara 6% - 82% dan umumnya memiliki pola penyebaran
mengelompok. Dengan indeks nilai penting (INP) 56.02% pada pekarangan, 57.95%
untuk lahan kebun, dan 52.58% pada tipe lahan Hutan.

32
Gambar 4. Peta populasi dan persebaran Cendana di Kecamatan Miomafo Barat
Kabupaten TTU

Gambar 5. Peta persebaran Cendana pada lahan Pekarangan

33
Gambar 6. Peta persebaran Cendana pada lahan Kebun

Gambar 7. Peta persebaran Cendana pada lahan Hutan

34
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Teridenfikasinya populasi Cendana di kecamatan Miomafo Barat dengan indeks nilai


penting (INP) tertinggi pada tipelogi lahan baik pekarangan, kebun, serta hutan
adalah jenis tumbuhan Cendana dengan nilai INP 56.02% pada Pekarangan, 57.95%
pada kebun, dan 52.58% pada lahan Hutan. Hasil penelitian menunjukan bahwa
presepsi masyarakat kecamatan Miomafo Barat tentang Cendana sangat positif
sehingga upaya pengembangan di wilayah ini perlu dilakukan.
2. Berdasarkan hasil penelitian di kecamatan Miomafo Barat Cendana memilki pola
distribusi mengelompok baik pada Pekarangan, Kebun dan Hutan hal ini dikarenakan
Cendana di kecamatan Miomafo Barat berproduksi dan menghasilkan biji yang jatuh
dekat induknya atau dengan akar literal yang kemudian menghasilkan anakan
vegetatif yang dekat dengan induknya.
3. Berdasarkan hasil penelitian dari 13 Desa yang ada di kecamatan Miomafo Barat peta
yang dihasilkan diperoleh dari Cendana yang di temukan di Desa Sallu, Suanae,
Fatunisuan, Noetoko, Fatutasu dan Haulasi berada pada ketinggian berkisar antara
528-1045 m dpl dengan intensitas cahaya 6% - 82% dan rata-rata pH berkisar antara
5-6.8.
5.2 Saran

1. Perlu dilakukannya penelitian lanjutan tentang karakter morfologi Cendana


(Santalum album L.) yang ada di kecamatan Miomafo Barat
2. Perlu dilakukanya penelitian lanjutan tentang perbedaan Cendana (Santalum album
L.) endemik TTU dan Cendana (Santalum album L.) introduksi sehingga dapat
diketahui keunggulan serta kekurangan Cendana endemik maupun Cendana
introduksi
3. Perlu dilakukannya penelitian pengaruh ketinggian dan jumlah intensitas terhadap
pertumbuhan Cendana (Santalum album L.) Di Kecamatan Miomafo Barat

35
DAFTAR PUSTAKA

Agu, Y. P. E. S., dan Neonbeni, Y. (2019). Identifikasi Model Pengelolaan Lahan Kering
Dataran Tinggi Berbasis Agroforestri Tradisional Di Pulau Timor. Savana
Cendana, 4(1), 12-16.

Arifriana R, Indrioko S, Syahbudin A. 2017. Variasi Cendana (Santalum album Linn.)


Berdasarkan Morfologi Daun Dan Bunga Di Desa Petir, Rongkop, Gunung Kidul.
Jurnal ilmu kehutanan. Hal 97–108.

Aritjajah, S. 2011. Kelor sejuta khasiat. Artikel. http://www.trubus-oline.co.id. Dephut


2009a. dunia kekurangan minyak cendana (Santalum album L.) 80 ton pertanian.
Siaran pers nomor : 48/PIK-1/2009.www.dephut.go.id

Dhayat. 2011. Peta dan pemetaan. http;/dhayat.blogspot.com/2011/12./peta_dan


pemetaan

36
Dephut 2009b. Dephut awali penanaman pengembangan cendana (Santalum album L.) di
NTT. Siaran pers nomor : 56/PIK-1/2009.www.dephut.go.id

Dinas kehutanan kabupaten TTU 2007(BPS TTU 2008a).(TTU district forestry office
year 2007).

Indriyanto.2006. Ekologi Hutan.Aksara, Jakarta.

Kurniawan, A. 2008. Asosiasi Jenis-Jenis Pohon Dominan di Hutan Dataran Rendah


Cagar Alam Tangkoko, Bitung. Sulawesi Utara. Jurusan Biologi FMIPA UNS :
Surakarta.

Krebs, C, J.1985.ecology:The Experimental Analysis Of Distribusi And Abundance Third


Edication.Harper & Row Publishers Inc,New York

Mahardika B. 2014. Karakteristik permudaan alam cendana (Santalum album linn.) di


hutan rakjyat desa petir, Kec. Rongkop, Kab. Gunungkidul.skripsi.Universitas
Gadjah mada. Yogyakarta.

Pareira, S. M., Mansyur, I., dan Wulandari. D. (2018). Pemanfaatan FMA dan Tanaman
Inang untuk meningkatkan pertumbuhan bibit Cendana (Santalum album Linn).
Silvikultur Tropika, 9 (3), 151-159.

Peraturan daerah provinsi NTT. Nomor 2 tahun 1999. tentang pencabutan perda NTT
nomor : 16 tahun 1986, tentang Cendana (Santalum album L.).

Peraturan daerah kabupaten TTU. Nomor : 2 tahun 2004, tentang cendana (Santalum
album L.).

Pratiwi R, Widyastuti E. 2013.Pola Sebaran Dan Zonasi Krutasea Di Hutan Bakau


Perairan Teluk Lampung. Zoo Indonesia. 22 (1). Hal 11-21.

Prasetyo B.D dan Raharjo A.S. 2011. Pelestarian cendana (Santalum album Linn) secara
swadaya oleh masyarakat di Desa Nansean Kabupaten Timor Tengah
Utara.jurnal penelitian hutan dan konservasi alam. 8 (3). Hal 287-300.

37
Sujarwo dan Darma 2011.analisis vegetasi dan pendugaan karbon tersimpan pada pohon
di kawasan sekitar gunung dan danau bantur kintamani Bali

Surata, I. K., dan M.M. Idris. 2001. Status penelitian cendana di Propinsi NTT. Prosiding
Cendana (Santalum album L.) Sumber Daya Otonomi Daerah Nusa Tenggara
Timur. Berita Biologi Edisi Khusus. Pusat Penelitian Biologi. LIPI. Hal. 521-
537.

Sartono, I. M.,Treman, I. W., Suditha, I. N. 2016. Pemetaan persebaran lahan perkebunan


system tumpang sari beda umur di kecamatan kintamani kabupaten bangli.
Jurusan pendidikan geografi undiksha.

Odum EP. 1993. Dasar – Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada
University Press.

Wahidah, B. F., Murhadi.,Rusmadi.,Janwar, Z.2015.pola distribusi dan keanekaragaman


jenis pohon di kebun raya lemor kabupaten Lombok timur, Nusa Tengga Barat.
Jurnal biologi, fakultas sains dan teknologi, UIN Alauddin Makassar. Hal 115-
125.

Wawo, A. H. 2008. Pelestarian Cendana melalui pola konservasi lekat-lahan di


Kabupaten Belu NTT. J. tek. ling. 9 (3). Hal 302-313

38
LAMPIRAN 1. Gambar

Gambar 8. Cendana pada lahan hutan Gambar 9. daun Cendana pada lahan hutan
39
Gambar 10. Cendana pada lahan kebun Gambar 11. bungan Cendana pada lahan
hutan

40
Gambar 13. Cendana berdaun lebar

Gambar 12. daun Cendana pada

lahan kebun

Gambar 14. Cendana pada lahan Gambar 15. Cendana pada lahan

pekarangan 1. pekarangan 2.

41
Lampiran 2. Tabel

Tabel 7. Lahan Pekarangan

Nilai kerapatan, frekuensi, dan dominansi serta INP pada lahan pekarangan

KR FR DR INP
No Nama Jenis Jumlah K F D
(%) (%) (%) (%)

1 Cendana 49 0.078 26.486 2.450 26.486 0.026 3.042 56.015

2 Jati putih 9 0.014 4.865 0.450 4.865 0.030 3.498 13.228

3 Kemiri 12 0.019 6.486 0.600 6.486 0.031 3.549 16.522

4 Mahoni 12 0.019 6.486 0.600 6.486 0.031 3.588 16.561

5 Alfokat 5 0.008 2.703 0.250 2.703 0.032 3.704 9.109

6 Cemara 1 0.002 0.541 0.050 0.541 0.032 3.704 4.785

7 Papin 1 0.002 0.541 0.050 0.541 0.032 3.704 4.785

8 Mangga 14 0.022 7.568 0.700 7.568 0.032 3.704 18.839

9 kayu putih 1 0.002 0.541 0.050 0.541 0.032 3.704 4.785

42
10 Asam 12 0.019 6.486 0.600 6.486 0.031 3.549 16.522

11 Beringin 2 0.003 1.081 0.100 1.081 0.032 3.704 5.866

12 Pinang 23 0.037 12.432 1.150 12.432 0.032 3.704 28.568

13 Kelapa 3 0.005 1.622 0.150 1.622 0.032 3.704 6.947

14 Jeruk 8 0.013 4.324 0.400 4.324 0.013 1.481 10.130

15 Sirsak 5 0.008 2.703 0.250 2.703 0.030 3.518 8.924

16 Anonak 2 0.003 1.081 0.100 1.081 0.032 3.704 5.866

17 Angkai 2 0.003 1.081 0.100 1.081 0.032 3.704 5.866

18 Hautimo 3 0.005 1.622 0.150 1.622 0.032 3.704 6.947

19 Lamtoro 4 0.006 2.162 0.200 2.162 0.032 3.704 8.028

20 Gamal 4 0.006 2.162 0.200 2.162 0.032 3.704 8.028

21 jambu air 1 0.002 0.541 0.050 0.541 0.032 3.704 4.785

22 Kabesak 2 0.003 1.081 0.100 1.081 0.032 3.704 5.866

23 Papaya 1 0.002 0.541 0.050 0.541 0.032 3.704 4.785

24 Kelor 1 0.002 0.541 0.050 0.541 0.032 3.704 4.785

25 pohon roti 1 0.002 0.541 0.050 0.541 0.032 3.704 4.785

43
26 jambu 3 0.005 1.622 0.150 1.622 0.032 3.704 6.947

27 gala-gala 1 0.002 0.541 0.050 0.541 0.032 3.704 4.785

28 Nangka 3 0.005 1.622 0.150 1.622 0.032 3.704 6.947

  JUMLAH 185 0.295 100 9.250 100 0.860 100 300

Tabel 8. Lahan Kebun

Nilai kerapatan, frekuensi, dan dominansi serta INP pada lahan kebun

KR FR DR INP
N
Nama Jenis Jumlah K F D
o
(%) (%) (%) (%)

1 Jambu 10 0.016 6.757 0.500 6.757 0.022 3.695 17.209

2 Nimba 1 0.002 0.676 0.050 0.676 0.008 1.320 2.671

44
3 Cendana 39 0.062 26.351 1.950 26.351 0.032 5.245 57.948

4 Kemiri 6 0.010 4.054 0.300 4.054 0.032 5.279 13.387

5 Alfokat 8 0.013 5.405 0.400 5.405 0.032 5.279 16.090

6 Cemara 32 0.051 21.622 1.600 21.622 0.032 5.279 48.522

7 Kapok  4 0.006 2.703 0.200 2.703 0.032 5.279 10.684

8 Jati putih 15 0.024 10.135 0.750 10.135 0.032 5.279 25.549

9 Mangga 3 0.005 2.027 0.150 2.027 0.032 5.279 9.333

10 Asam 2 0.003 1.351 0.100 1.351 0.032 5.279 7.982

11 Jati 10 0.016 6.757 0.500 6.757 0.032 5.279 18.792

12 Hautimo 2 0.003 1.351 0.100 1.351 0.032 5.279 7.982

13 Paoklaso 1 0.002 0.676 0.050 0.676 0.032 5.279 6.630

14 Pohon roti 2 0.003 1.351 0.100 1.351 0.032 5.279 7.982

15 Angkai 1 0.002 0.676 0.050 0.676 0.032 5.279 6.630

16 Pole 4 0.006 2.703 0.200 2.703 0.032 5.279 10.684

17 Papin 3 0.005 2.027 0.150 2.027 0.032 5.279 9.333

18 Mahoni 2 0.003 1.351 0.100 1.351 0.032 5.279 7.982

45
19 Haupaku 1 0.002 0.676 0.050 0.676 0.032 5.279 6.630

20 Lamtoro 2 0.003 1.351 0.100 1.351 0.032 5.279 7.982

  JUMLAH 148 0.236 100 7.400 100 0.603 100 300

Tabel 9. Lahan Hutan

Nilai kerapatan, frekuensi, dan dominansi serta INP pada lahan hutan

FR INP
N Nama KR DR
Jumlah K F D
o Jenis (%) (%)
(%) (%)

23.972
35 0.056 23.9726 1.75 0.030 4.631 52.576
1 Cendana 6

2 Nimbah 1 0.002 0.6849 0.05 0.6849 0.032 4.912 6.282

3 Mahoni 14 0.022 9.5890 0.70 9.5890 0.032 4.912 24.090

4 Gamal 7 0.011 4.7945 0.35 4.7945 0.032 4.912 14.501

5 Lamtoro 8 0.013 5.4795 0.40 5.4795 0.032 4.912 15.871

11.643
17 0.027 11.6438 0.85 0.021 3.272 26.560
6 Jambu 8

7 Beringin 1 0.002 0.6849 0.05 0.6849 0.032 4.912 6.282


46
8 Kemiri 10 0.016 6.8493 0.50 6.8493 0.032 4.912 18.610

9 Asam 4 0.006 2.7397 0.20 2.7397 0.032 4.912 10.391

10 Jati putih 1 0.002 0.6849 0.05 0.6849 0.032 4.912 6.282

11 Papin 5 0.008 3.4247 0.25 3.4247 0.025 3.929 10.779

12 Mangga 1 0.002 0.6849 0.05 0.6849 0.032 4.912 6.282

13 Gala-gala 1 0.002 0.6849 0.05 0.6849 0.032 4.912 6.282

14 Jeruk 2 0.003 1.3699 0.10 1.3699 0.032 4.912 7.652

15 Pohon roti 1 0.002 0.6849 0.05 0.6849 0.032 4.912 6.282

14.383
21 0.033 14.3836 1.05 0.030 4.666 33.433
16 Jati 6

17 Cemara 13 0.021 8.9041 0.65 8.9041 0.032 4.912 22.720

18 Jambu air 1 0.002 0.6849 0.05 0.6849 0.032 4.912 6.282

19 Bambu 1 0.002 0.6849 0.05 0.6849 0.032 4.912 6.282

20 Bum hutan 1 0.002 0.6849 0.05 0.6849 0.032 4.912 6.282

21 Veku 1 0.002 0.6849 0.05 0.6849 0.032 4.912 6.282

0.23248
JUMLAH 146 100 7.3 100 0.648379 100 300.0000
4

47
Tabel 10. Koordinat Pekarangan

Data koordinat Cendana pada lahan pekarangan

Nama
No Desa Plot Kordinat Ph Intensitas Ketinggian
Jenis

1 Salu Plot 4 Cendana S09°33.043 E124°20.350 6.8 805/602 913

2 Salu Plot 4 Cendana S09°33.044 E124°20.347      

3 Salu Plot 4 Cendana S09°33.045 E124°20.347      

4 Salu Plot 4 Cendana S09°33.042 E124°20.348      

5 Salu Plot 4 Cendana S09°33.042 E124°20.344      

6 Salu Plot 4 Cendana S09°33.042 E124°20.346      

7 Salu Plot 4 Cendana S09°33.047 E124°20.352      

8 Salu Plot 5 Cendana S09°33.193 E124°20.149 6.4 721/389 961

9 Salu Plot 5 Cendana S09°33.193 E124°20.150      

10 Salu Plot 5 Cendana S09°33.194 E124°20.146      

11 Salu Plot 5 Cendana S09°33.193 E124°20.152    

12 Salu Plot 5 Cendana S09°33.194 E124°20.160      

13 Fatutasu Plot 1 Cendana S09°33.455 E124°21.997 6.8 278/185 568


48
14 Fatutasu Plot 1 Cendana S09°33.455 E124°21.998      

15 Fatutasu Plot 1 Cendana S09°33.457 E124°22.001      

16 Fatutasu Plot 1 Cendana S09°33.456 E124°22.003      

17 Fatutasu Plot 1 Cendana S09°33.458 E124°22.003      

18 Fatutasu Plot 1 Cendana S09°33.454 E124°21.997      

19 Fatutasu Plot 1 Cendana S09°33.456 E124°21.995      

20 Fatutasu Plot 1 Cendana S09°33.449 E124°21.999    

21 Fatutasu Plot 1 Cendana S09°33.453 E124°22.001      

22 Fatutasu Plot 1 Cendana S09°33.460 E124°22.000      

23 Fatutasu Plot 1 Cendana S09°33.460 E124°22.003      

24 Fatutasu Plot 1 Cendana S09°33.459 E124°22.003      

25 Fatutasu Plot 1 Cendana S09°33.452 E124°21.997      

26 Fatutasu Plot 1 Cendana S09°33.459 E124°22.004      

27 Haulasi Plot 2 Cendana S09°32.920 E124°21.080 6.8 1055/202 761

28 Haulasi Plot 2 Cendana S09°33.423 E124°22.856      

29 Haulasi Plot 2 Cendana S09°33.424 E124°22.858    

49
30 Haulasi Plot 2 Cendana S09°33.425 E124°22.856      

31 Haulasi Plot 2 Cendana S09°33.419 E124°22.851      

32 Haulasi Plot 2 Cendana S09°33.420 E124°22.851      

33 Haulasi Plot 2 Cendana S09°33.416 E124°22.846      

34 Haulasi Plot 2 Cendana S09°33.418 E124°22.850      

35 Noetoko Plot 3 Cendana S09°33.684 E124°20.376 5.8 292/272 968

36 Noetoko Plot 3 Cendana S09°33.865 E124°20.377      

37 Noetoko Plot 3 Cendana S09°33.865 E124°20.374      

38 Noetoko Plot 3 Cendana S09°33.866 E124°20.379    

39 Noetoko Plot 3 Cendana S09°33.869 E124°20.372      

40 Noetoko Plot 3 Cendana S09°33.864 E124°20.373      

41 Noetoko Plot 3 Cendana S09°33.862 E124°20.373      

42 Noetoko Plot 3 Cendana S09°33.860 E124°20.370      

43 Noetoko Plot 3 Cendana S09°33.857 E124°20.375      

44 Noetoko Plot 3 Cendana S09°33.865 E124°20.377      

Total 6.52   834.2

50
Tabel 11. Koordinat Kebun

Data koordinat Cendana pada lahan Kebun

Nama
No Desa Plot Kordinat Ph Intensitas Ketinggian
Jenis

1 Salu Plot 1 Cendana S09°33.216 E124°19.796 6.2 433/30 1031

2 Salu Plot 1 Cendana S09°33.214 E124°19.796      

3 Salu Plot 1 Cendana S09°33.213 E124°19.797      

4 Salu Plot 1 Cendana S09°33.214 E124°19.802      

5 Salu Plot 1 Cendana S09°33.213 E124°19.804      

6 Salu Plot 1 Cendana S09°33.211 E124°19.800      

7 Salu Plot 1 Cendana S09°33.210 E124°19.791      

8 Suanae Plot 2 Cendana S09°33.853 E124°20.433 5 826/548 1027

9 Suanae Plot 2 Cendana S09°33.852 E124°20.431      

10 Suanae Plot 2 Cendana S09°33.856 E124°20.428      

11 Suanae Plot 2 Cendana S09°33.852 E124°20.433      

12 Suanae Plot 2 Cendana S09°33.858 E124°20.430      


51
13 Suanae Plot 2 Cendana S09°33.856 E124°20.430      

14 Suanae Plot 2 Cendana S09°33.851 E124°20.434      

15 Suanae Plot 2 Cendana S09°33.850 E124°20.425      

16 Suanae Plot 2 Cendana S09°33.850 E124°20.424      

17 Suanae Plot 2 Cendana S09°33.846 E124°20.432      

18 Fatutasu Plot 3 Cendana S09°34.266 E124°19.610 6.6 633/640 1116

19 Fatutasu Plot 3 Cendana S09°34.265 E124°19.611      

20 Fatutasu Plot 3 Cendana S09°34.263 E124°19.617      

21 Fatutasu Plot 3 Cendana S09°34.260 E124°19.613      

22 Fatutasu Plot 3 Cendana S09°34.271 E124°19.610      

23 Fatutasu Plot 3 Cendana S09°34.264 E124°19.616      

24 Fatutasu Plot 3 Cendana S09°34.261 E124°19.618      

25 Fatutasu Plot 3 Cendana S09°34.275 E124°19.612      

26 Suanae Plot 4 Cendana S09°34.002 E124°20.427 6.8 1050/581 987

27 Suanae Plot 4 Cendana S09°34.003 E124°20.428      

28 Suanae Plot 4 Cendana S09°34.000 E124°20.427      

52
29 Suanae Plot 4 Cendana S09°34.000 E124°20.430      

30 Suanae Plot 4 Cendana S09°34.002 E124°20.430      

31 Suanae Plot 4 Cendana S09°34.002 E124°20.427      

32 Fatutasu Plot 5 Cendana S09°34.562 E124°19.584 6 424/363 1045

33 Fatutasu Plot 5 Cendana S09°34.564 E124°19.583      

34 Fatutasu Plot 5 Cendana S09°34.566 E124°19.583      

35 Fatutasu Plot 5 Cendana S09°34.568 E124°19.582      

36 Fatutasu Plot 5 Cendana S09°34.569 E124°19.580      

37 Fatutasu Plot 5 Cendana S09°34.559 E124°19.584      

38 Fatutasu Plot 5 Cendana S09°34.560 E124°19.587      

39 Fatutasu Plot 5 Cendana S09°34.558 E124°19.587      

Total 6.12   1041.2

53
Tabel 12. Koordinat Hutan

Data koordinat Cendana pada lahan hutan

Nama
No Desa Plot Kordinat Ph Intensitas Ketinggian
Jenis

Cendan
1 Fatutasu plot 1 a S09°34.182 E124°21.062 6.9 421/53 844

Cendan
2 Fatutasu plot 1 a S09°34.178 E124°21.056      

Cendan
3 Fatutasu plot 1 a S09°34.184 E124°21.060      

Cendan
4 Fatutasu plot 1 a S09°34.183 E124°21.064      

Cendan
5 Fatutasu plot 1 a S09°34.188 E124°21.062      

Cendan
6 Fatutasu plot 1 a S09°34.187 E124°21.062      

Cendan
7 Salu Plot 2 a S09°32.929 E124°20.094 6.1 1209/448 893

Cendan
8 Salu Plot 2 a S09°32.928 E124°20.092      

Cendan
9 Salu Plot 2 a S09°32.930 E124°20.094      

10 Salu Plot 2 Cendan S09°32.930 E124°20.096      

54
a

Cendan
11 Salu Plot 2 a S09°32.927 E124°20.099      

Cendan
12 Salu Plot 2 a S09°32.928 E124°20.090      

Cendan
13 Salu Plot 2 a S09°32.929 E124°20.092      

Cendan
14 Salu Plot 2 a S09°32.930 E124°20.098      

Cendan
15 Suanae Plot 3 a S09°33.924 E124°20.346 6.2 478/400 992

Cendan
16 Suanae Plot 3 a S09°33.920 E124°20.350      

Cendan
17 Suanae Plot 3 a S09°33.920 E124°20.349      

Cendan
18 Suanae Plot 3 a S09°33.925 E124°20.345      

Cendan
19 Suanae Plot 3 a S09°33.922 E124°20.344      

Cendan
20 Suanae Plot 3 a S09°33.929 E124°20.351      

Cendan
21 Suanae Plot 3 a S09°33.919 E124°20.355      

Cendan
22 Suanae Plot 3 a S09°33.921 E124°20.365      
55
Cendan
23 Fatunaisuan Plot 4 a S09°33.774 E124°20.563 6.2 820/391 920

Cendan
24 Fatunaisuan Plot 4 a S09°33.768 E124°20.556      

Cendan
25 Fatunaisuan Plot 4 a S09°33.779 E124°20.560      

Cendan
26 Fatunaisuan Plot 4 a S09°33.777 E124°20.559      

Cendan
27 Fatunaisuan Plot 4 a S09°33.776 E124°20.556      

Cendan
28 Fatunaisuan Plot 4 a S09°33.769 E124°20.557      

Cendan
29 Fatunaisuan Plot 4 a S09°33.771 E124°20.558      

Cendan
30 Fatunaisuan Plot 4 a S09°33.772 E124°20.557      

Cendan
31 Fatutasu Plot 5 a S09°34.513 E124°19.188 6.2 831/421 972

Cendan
32 Fatutasu Plot 5 a S09°34.511 E124°19.189      

Cendan
33 Fatutasu Plot 5 a S09°34.512 E124°19.196      

Cendan
34 Fatutasu Plot 5 a S09°34.511 E124°19.198      

35 Fatutasu Plot 5 Cendan S09°34.515 E124°19.180      


56
a

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 15 April 1997 di Kefamenanu,


Kecamatan Kota, Kabupaten TTU, Propinsi Nusa Tenggara Timur,
Anak ke pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak
Kornelius Saudale dan Ibunda Maria Demetriana Oki.
Pada tahun 2003 penulis mengikuti pendidikan pada SD
GMIT 4 kefamemananu, tamat dan berijazah tahun 2009, penulis
melanjutkan pendidikan di SMP KRISTEN Kefamenanu dan
berijazah tahun 2012, dan penulis melanjutkan pendidikan pada
SMA Negeri I Bikomi Nilulat dan berijazah tahun 2015.

Pada tahun 2016 mendaftarkan diri pada Fakultas Pertanian (FAPERTA) Program Studi
Agroteknologi Universitas Timor lewat jalur SBNPTN hingga selesainya penyusunan
Skripsi ini, dengan motto “ Sesuatu mungkin mau mendatangi mereka yang mau
menunggu, namun diraih oleh mereka yang bersemangat mengejarnya”.

Kefamenanu, 06 Januari 2020

Roy Alexandra Saudale

57

Anda mungkin juga menyukai