Pemetaan Cendana Di Kecamatan Miomafo Barat
Pemetaan Cendana Di Kecamatan Miomafo Barat
SKRIPSI
OLEH
Cendana (Santalum album L.) merupakan jenis tumbuhan endemik yang secara
persebaran alaminya berasal dari pulau Timor dan Sumba yang terancam punah (UCN
2016). Kayu Cendana dan kandungan minyak atsiri yang ada didalamnya memiliki aroma
yang sangat khas dan dapat di mamfaatkan untuk berbagai produk seperti kerajinan
tangan, ukiran kayu, dupa, minyak untuk industri parfum dan kosmetik (Matsuo dan
Mimaki 2010 dalam Pareira et al.,2018). Daya tarik Cendana ada pada bagian terasnya
yang harum hal ini didukung oleh pernyataan Agusta dan Jamal (2001) bahwa bagian
teras pada batang, ranting, dan akar Cendana memiliki aroma harum yang khas berasal
dari minyak atsiri terutama senyawa santalol. Pada tahun 2006 diketahui jumlah populasi
Cendana alam (Santalum album L.) yang ada di Kabupaten Timor Tengah Utara
sebanyak 33.678 pohon dengan Kecamatan Miomafo Barat berjumlah 3.759 pohon
dimana yang berdiameter < 10cm sebanyak 1.993 pohon sedangkan > 10cm 1.766 pohon.
Secara keseluruhan jumlah Cendana berdiameter lebih dari atau sama dengan 10 cm
jumlahnya lebih sedikit dari pada jumlah pohon Cendana yang berdiameter kurang dari
10 cm. Jumlah sebaran pohon Cendana alam hampir merata disetiap kecamatan (BPS
TTU, 2007). Namun hingga saat ini data spasial pendukung informasi persebaran
tanaman Cendana belum diketahui alasan lain punahnya Cendana (Santalum album L.)
menurut rahayu et al., (2002) adalah faktor kebijakan tidak pro rakyat yang diatur dalam
peraturan daerah (Perda) provinsi NTT Nomor: 16 tahun 1986 tentang Cendana pernah
menimbulkan protes dari masyarakat. Dalam Perda diatur kepemilikan Cendana, yang
ada dilahan pemerintah maupun lahan milik pribadi adalah menjadi monopoli
pemerintah. Perda itu dirasa tidak adil dan memicu reaksi dimasyarakat dengan mencabut
setiap anakan yang tumbuh di pekarangan rumah mereka. Pemerintah provinsi Nusa
Tenggara Timur dalam upaya menormalisasi keadaan dalam mencegah penurunan
populasi Cendana (Santalum album L.) maka diterbitkan perda Nomor: 2 tahun 1999
tentang pencabutan Perda Nomor 16 tahun 1986. Amanat perda tersebut antara lain
mengatur penyerahan wewenang pengelolaan Cendana (Santalum album L.) dari provinsi
kepada pemerintah daerah kabupaten atau kota. Sejak tahun 2000, pengelolaan Cendana
(Santalum album L.) resmi menjadi tanggung jawab Pemda Kabupaten. Raharjo (2008)
menyebutkan terdapat lima Kabupaten di NTT yang telah memiliki Perda tentang
Cendana, termasuk Kabupaten TTU didalamnya.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
2
c. Menghasilkan data spasial pemetaan persebaran Cendana di wilayah Miomafo
Barat Kabupaten TTU.
1.4 Manfaat
Sebagai bahan informasi kepada peneliti dan pemerintah atau instasi terkait
tentang perumusan kebijakan dalam pengelolaan Cendana secara berkelanjutan di
wilayah Kabupaten TTU.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Cendana (Santalum album L.) merupakan salah satu marga dari 25 suku
Santalaceae yang penyebaranya mulai dari Malaysia bagian Timur, Australia sampai
disebelah Timur kepulauan Polynesia. Sedangkan (Santalum album L.) merupakan jenis
yang tumbuh alami di kawasan Asian. Beberapa pakar meyakini bahwa Santalum album
L. berasal dari Indonesia dari sebelah Tenggara terutama diantaranya Pulau Timor dan
Pulau Sumba (fischer, 1938; felgas, 1935; van steenis, 1971). Ada beberapa nama
beberapa nama sinonim dari Santalum abum L., yaitu Sirium Myrtifolium L. Santalum
ovatum R,Br.,dan Santalum myrtifolium (L)Roxb. Didaerah asalnya, pohon Cendana
dikenal dengan nama Haumeni (P. Timor), Ai nitu, Ai salun,ai sarun,ai kamelin (Sumba).
Dalam dunia perdagangan, Cendana dikenal dengan nama Sandalwood. Sedangkan diluar
Indonesia, nama kayu Cendana antara lain east Indian Sandalwood, white Sandalwood
dan yellow Sandalwood (Inggris, Amerika serikat), Bois santal (Spayol, Italia), Echte
sandal (Belanda), Echtes Sandelholtz (Jerman), Chendana (Malaysia), Santaku (Burma),
Chantana (Thailand), Bach (Vietnam), Sandal, Chandal, Chandam, Gundala dan Suket
(India)
2.1.1 Klasifikasi Cendana
Kingdom : Plantae
3
Divisi : Spermatophyte
Class : Dicotyledonae
Ordo : Santales
Family : Santalaceae
Genus : Santalum
Cendana memiliki daun yang berbentuk elips hingga bulat telur dengan ukuran
antara 4-8 cm x 2-4 cm. kedudukan daun Cendana berhadap-hadapan dengan bentuk
ujung meruncing dan berwarn hijau mengkilap. Menurut penuturan masyarakat di Pulau
Timor terdapat dua macam Cendana jika dilihat dari bentuk daunnya yakni Cendana yang
bentuk daunnya meruncing (Santalum album var. album) dan Cendana yang berdaun
4
besar (Santalum album var largioluuum) (Septiani et al., 2010). Tinggi Cendana dapat
mencapai 12-15 meter dengan diameter batang sekitar 20-35 cm. batangnya bercabang
banyak dan menghasilkan ranting-ranting yang banyak pula. Kulit batangnya berwarna
putih keabu-abuan, dan setelah dewasa kulitnya akan berubah menjadi coklat. Pada akar,
batang dan dahan Cendana yang berumur sekitar 30-40 tahun, sudah memiliki aroma
yang wangi (Hoar, 2005)
Cendana merupakan tanaman endemik NTT yang tumbuh dengan optimal pada
kondisi lingkungan mencekam dimana menghendaki kondisi curah hujan yang rendah
antara 600-1.600 mm per tahun dengan bulan kering antara 9-10 bulan. Cendana dapat
pula tumbuh pada wilayah yang kondisi curah hujannya tinggi dengan pertumbuhan
vegetatif yang memuaskan akan tetapi pohon Cendana yang tumbuh di wilayah tersebut
tidak dapat menghasilkan kayu dengan kualitas yang bagus. Kayu yang berkualitas bagus
akan mampu menghasilkan aroma yang wangi dimana dari kayu tersebut akan
menghasilkan minyak atsiri (Rahayu, 2002).
Cendana umumnya tumbuh pada daerah semak belukar yang kering, terlebih lagi
apabila disekitarnya terdapat savana atau padang rumput. Tanaman ini tumbuh dan
tersebar didaerah tropis dan sub tropis dengan musim kemarau yang panjang. berdasarkan
klasifikasi tipe iklim Schmidt-Ferguson tipe iklim yang sesuai dengan Cendana adalah
tipe D dan E dengan suhu rata-rata 10-350C dan kelembapan 65% serta curah hujan rata-
rata 625-1.625 mm/tahun. Kondisi tanah yang dikehendaki adalah tanah sarang
berdrainase baik dengan batuan induk kapur atau vulkanik dan terletak pada ketinggian
50-1.200 m dpl (Hermawan, 2004; Sinaga, 1997; dan Surata, 2006)
5
Kayu Cendana yang beraroma wangi dapat menghasilkan minyak atsiri yang
biasanya dipakai sebagai wewangian pada dupa, kosmetik, parfum, dan sabun. Kayu
Cendana juga dapat digunakan sabagai bahan ukir yang indah sekaligus dapat
menebarkan aroma harum. Selain itu, Cendana juga dimanfaatkan sebagai bumbu
makanan dan minumam, Aromaterapi dan obat tradisional. Biasanya untuk mengobati
sakit demam bagian yang dimanfaatkan dari Cendana ialah daunnya. Dalam bidang
keagamaan kayu Cendana ada hubungannya dengan pengaruh agama hindu dan budha
sebab, digunakan untuk membangun candi dan kuil, serta dipakai untuk membakar mayat
menurut agama Hindu (Hermawan, 2004)
6
geodesi, pemotretan udara, fotogrametri, kartografi, serta teknik pencetakan peta.
(subagio, 2002 dalam sartono. 2016)
2.2.2 Distribusi
Terdapat tiga macam pola dasar distribusi yaitu: (1) Pola sebaran acak, dimana
keadaan individu pada satu titik tidaklah mempengaruhi peluang adanya anggota populasi
yang sama dititk yang berdekatan; (2) Pola persebaran mengelompok, dimana keberadaan
individu pada suatu titik meningkat peluang adanya individu yang sama pada suatu titik
yang lain didekatnya; dan (3) Pola persebaran seragam, dimana keberadaan individu
pada suatu titik menurunkan peluang adanya individu yang sama pada suatu titik
disekitarnya (Petrus, 1995;53 dalam Wahidah et al., 2015).
7
Menurut kusman (1997) dalam indriyanto (2006) mengemukakan bahwa untuk
keperluan deskripsi vegetasi tersebut ada 3 macam parameter kualitatif yang penting
yaitu densitas(kerapatan), frekuensi, dominasi.
1) Densitas (kerapatan)
Densitas atau yang lebih dikenal kerapatan merupakan jumlah individu suatu jenis
tumbuhan dalam suatu luasan tertentu, misalnya 100 indvidu/ha. kerapatan suatu jenis
tumbuhan adalah jumlah petak contoh dimana ditentukanya jenis tersebut dari
sejumlah petak contoh yang dibuat. Biasanya kerapatan dinyatakan dalam besaran
persentase (Irwanto, 2007)
2) Frekuensi
Frekuensi merupakan suatu gambaran penyebaran populasi disuatu kawasan Menurut
Ewusie (1990) dalam Miftahuddin (2004) frekuensi dapat diukur dengan mencatat
ada atau tidak suatu spesies dalam daerah contoh (luas) yang secara ideal tersebar
acak diseluruh daerah yang dikaji. Kerapatan dinyatakan sebagai persentase dari
seluruh daerah contoh (luas) di dalamnya terdapat spesies tertentu.
3) Dominansi
Dominansi dapat juga dinyatakan sebagai luas penutupan suatu spesies tumbuhan
karena parameter tersebut menurut Arief (1994) dalam Miftahuddin (2004) mampu
memberikan gambaran penguasaan suatu daerah vegetasi oleh setiap tumbuhan.
apabila dinyatakan dengan dengan tajuk pohon/tumbuhan maka akan diperoleh data
kerimbunan.basal area merupakan suatu luasan areal dekat permukaan tanah yang
dikuasai oleh tumbuhan. Untuk pohon, basal area diduga dengan mengukur diameter
batang, bila dinyatakan dengan pengukran diameter batang setinggi dada maka akan
diperoleh pengukuran luas basal, sedangkan dominansi relative yang dinyatakan
dalam persen dihitung dengan membagi dominansi suatu spesies dengan dominansi
seluruh spesies dikalikan seratus persen.
Pekarangan adalah lokasi yang baik untuk konservasi Cendana (Santalum album
L.) karena lokasi ini aman dan pemeliharaan Cendana mudah dilakukan. Laju
pertumbuhan tingggi Cendana pada umur antara 1-3 tahun rata-rata antara 60-75 cm
pertahun, namun pada umur 3-4 tahun laju pertumbuhan Cendana semakin menurun
sekitar 25-26 cm per tahun. Jumlah Cendana yang hidup dalam model ABC (Agroforestri
Berbasis Cendana) selama 2-4 tahun setelah tanam berkisar antara 72-79% sedangkan
dalam lahan pekarangan selama 6 bulan jumlah semai yang hidup sebanyak 75%.
(Wawo., 2008)
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan juli sampai-dengan Oktober 2019 di
Kecamatan Miomaffo Barat Kabupaten TTU. Penentuan lokasi penelitian berdasarkan
data sekunder persebaran populasi Cendana diwilayah TTU serta hasil observasi
9
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian (Agu dan Neonbeni, 2019)
3.2 Batasan Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada Cendana (Santalum album L.) yang tersebar pada
lokasi penelitian dengan pertimbangan:
a) Populasi Cendana (Santalum album L.) terkhusus pada parameter populasi berkiras
analisis vegetasi (Kerapatan Jenis (K), Kerapatan Relatif (KR), frekuensi relatif (FR),
Frekuensi (F), Dominansi Relatif (DR), dan Dominansi (D), di Kecamatann
Miomaffo Barat Kabupaten TTU.
b) Pola distribusi tumbuhan Cendana (Santalum album L.) di wilayah Kecamatan
Miomaffo Barat Kabupaten TTU pada 3 tipe lahan (Pekarangan, Kebun dan kawasan
Hutan)
c) Pemetaan spasial populasi Cendana di wilayah Kecamatan Miomaffo Barat
Kabupaten TTU.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Kamera (dokumentasi), Rol meter
(mengukur petak ukur), GPS (penunjuk arah dan pengambilan titik kordinat ), Hagameter
(mengukur tinggi pohon), Tali rafia (membuat jalur dana petak ukur), Parang, Kayu
patok, Kertas label (untuk menandai sampel), Computer dan soffware Arc Giss
(mengelolah data ), serta Buku dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan meliputi:
lahan masyarakat yang terdapat Cendana (Santalum album L.) baik itu Pekarangan,
Kebun serta kawasan Hutan yang terdapat di lokasi penelitian Kecamatan Miomaffo
Barat Kabupaten TTU.
10
3.4. Alur Penelitian
Mengidentifikasi populasi Cendana
Tujuan
Mengkaji pola distribusi Cendana
Menghasilkan data spasial pemetaan persebaran Cendana di wilayah Miomafo Barat Kabupaten Timor Tengah Ut
Analisis Data
11
3.5 Metode Penelitian
12
3.6 Penentuan Sampel
Plot pengukuran yang dibuat berbentuk lingkaran tersebar pada ragam tipologi
penggunaan lahan yang ditemukan baik Pekarangan, Kebun,dan kawasan Hutan dengan
ukuran (jari-jari = 20 m). Masing-masing plot lingkaran dibagi dalam kuadrat pengukuran
tertentu yang disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan Cendana (Santalum album L.)
yaitu:
a) Sub plot jari-jari 5 m untuk pengamatan tingkat semai yaitu permudaan Cendana
dengan tinggi < 1,5 m.
b) Sub plot jari-jari 10 m untuk pengamatan tingkat pancang yaitu pemudaan Cendana
dengan tinggi > atau sama dengan 1,5 m tetapi diameter < 5 cm
c) Sub plot jari-jari 15 m untuk pengamatan tingkat tiang yaitu pohon Cendana dengan
diameter > 5 cm sampai dengan < 10 cm
d) Sub plot jari-jari 20 m untuk pengamatan pohon yang mempunyai diameter > 10 cm
atau sama dengan 10 cm (Kurniawan, 2008).
jumlah individu
¿
Kerapatan Jenis (K) ∑ luas contoh
13
kerapatan suatu jenis
¿ ×100%
Kerapatan Relatif (KR) ∑ kerapatan semua jenis
=
∑ plot ditemukannnya suatu jenis
Frekuensi (F) ∑ seluruh plot
Untuk mengetahui pola persebaran individu Cendana (Santalum album L.) maka
dapat dihitung menggunakan Indeks Morisita yang distandarisasi (Krebs, 1989)
menggunakan rumus:
2
(∑ xi −∑ x i )
Id=n ¿ ¿
¿¿
¿
Indeks dispersi Morisita yang telah distandarisasi (Ip) berkisar antara -1 sampai 1
dengan batas kepercayaan 95% pada 0,5 dan -0,5.pola acak memberikan nilai Ip=0,pola
mengelompok jika Ip > 0,dan pola seragam jika Ip< 0.
14
3.9 Pemetaan
1) Parameter tanaman
I. Nama Jenis
Mendata seluruh tumbuhan yang ada dalam plot pengukuran baik dari
tingkat semai, pancang, tiang, dan pohon.
II. Jumlah Jenis
Nilai secara keselurahan tiap tumbuhan dari data tiap plot pengukuran pada
masing-masing tipe lahan baik itu pekarangan, kebun, dan hutan.
III. Diameter Cendana
Pengukuran diameter Cendana dilakukan menggunakan pita meter,
selanjutnya untuk pengambilan data diameter Cendana diambil setinggi
dada.
IV. Analisis Tingkat Pertumbuhan
Pengukuran tingkat pertumbuhan dilakukan berdasarkan data diameter dan
tinggi Cendana, dimana semai yaitu permudaan Cendana dengan tinggi <
1,5 m, pancang yaitu pemudaan Cendana dengan tinggi > atau sama dengan
1,5 m tetapi diameter < 5 cm, tiang yaitu pohon Cendana dengan diameter
> 5 cm sampai dengan < 10 cm, dan pohon yang mempunyai diameter > 10
cm atau sama dengan 10 cm
V. Analisis Spasial Populasi
Untuk manganalisis spasial populasi Cendana dilakukan dengan
menggunakan Soffware Arc Gis yang sebelumnya tiap titik kebedaan
populasi Cendana telah di ambil menggunakan GPS
VI. Analisis Pola Distribusi
15
Untuk menganalisis pola distribusi dil;akukan dengan menggunakan
persamaan morista yang mana data jumlah tumbuhan dari tiap tipe lahan
telah terkumpul.
BAB IV
Tipe morfologi tanaman Cendana (Santalum album L.) yang ditemukan dilokasi
penelitian bervariasi pada tiap tipologi penggunaan lahan baik pada lahan Pekarangan
sampai kebun serta kawasan hutan. Perbedaan morfologi Cendana yang ditemukan
dilokasi penelitian diantaranya bentuk daun, lebar tajuk maupun tinggi tanaman. Hal ini
menunjukan adanya keragaman spesies Cendana dilokasi penelitian. Jenis daun yang
16
didapati di lokasi penelitian adalah Cendana berdaun besar dan berdaun kecil dengan
warna dari hijau muda hingga hijau tua dengan bentuk daun yaitu bulat telur dan elips ini
sesuai dengan penelitian Arifriana et al (2017) yang mengklasifikasikan ukuran daun
Cendana diantaranya yang berdaun kecil dan berdaun besar dengan batasan ukuran secara
berurutan 2,8 - 7,7 cm sampai dengan 1,1-2,2 cm dan 7,9-10 cm sampai dengan 3,1-4 cm.
Masing-masing kelompok ukuran daun tersebut memiliki bentuk daun bervariasi. Hasil
pengamatan menunjukan bahwa bentuk daun Cendana adalah oblong, bulat telur, ellips,
dan lanset (Gambar 2). Sedangkan pada tajuk tanaman serta tinggi tanaman Cendana dari
ketiga tipelogi lahan, didapati bentuk tajuk tanaman yang lebih luas pada tipe lahan
Hutan dibandingkan dengan tipe lahan Pekarangan dan Kebun hal ini dikarenakan pada
tipe lahan Pekarangan dan Kebun sering dilakukan perawatan berupa pemangkasan
cabang sekunder sehingga tajuk tanaman Cendana pada jenis tipe lahan ini memiliki tajuk
tidak lebat dan memiliki tinggi lebih dibandingkan tanaman Cendana pada lahan Hutan.
(Gambar 3).
17
A. Pekarangan B. Kebun C. Hutan
18
3 Kemiri Aleurites moluccanus 16.52
19
18 Hautimo Timonius timon 6.95
JUMLAH 300
Hasil perhitungan INP diperoleh 8 jenis yang dominan atau yang memiliki INP >
10% (Tabel 1). Jenis tersebut diantaranya Cendana (Santalum album L.) dengan INP
56.02%. Cendana menjadi tanaman yang sangat mendominan pada tipe lahan Pekarangan
dikarenakan menurut penelitian Wawo (2008) menyatakan bahwa Pekarangan adalah
lokasi yang baik untuk konservasi Cendana (Santalum album L.) karena lokasi ini aman
dan pemeliharaan Cendana mudah dilakukan. Sehingga kemungkinan terjadinya
pencurian ataupun kegagalan dalam membudidayakan Cendana sangat kecil, kemudian
Pinang (Eraca catechu) 28.57%, Mangga (Mangivera indica) 18.84%, Mahoni
20
(Swietenia mahagoni) 16.56%, Kemiri (Aleurites moluccanus) dan Asam (Tamarindus
indica) 16.52 %, Jati puti (Gmelina arborea) 13.32%, dan Jeruk (Citrus) 10.13%.
Berdasarkan hasil yang diperoleh di lokasi penelitian dapat disimpulkan pada tipe
lahan Pekarangan yang memiliki INP tertinggi adalah Cendana (Santalum album L.)
dengan INP 56.02% sedangkan INP terendah adalah Cemara (Casuarinaceae), Papin
(Exocarpus litofolia), Kayu putih (Ecaliptus alba), Jambu air (Syzygium aqueum), Papaya
(Carica papaya), Kelor (Moringa oleifera), Pohon roti (Alstonia scholaris L), Gala-gala
(Sesbania grandiflora), dengan INP 4.79%
4.3.2 Kebun
Pohon
15 flamboyan/Angkai Delonix regia 6.63
JUMLAH 300
Hasil perhitungan INP diperoleh 9 jenis yang dominan atau yang memiliki INP >
10% (Tabel 2). Jenis tersebut diantaranya Cendana (Santalum album L.) dengan INP
57.95%., kemudian Cemara (Casuarinaceae) 48.52 %, Jati putih (Gmelina arborea)
25.55%, Jati (Tectona grandis) 18.79%, Jambu (Psidium guajava) 17.21%, Alpukat
(Persea americana) 16.09%, Kemiri (Aleurites moluccanus) 13.39%, Pole (Cerbera sp.)
dan Kapuk(Ceiba petandra) 10.68% .
22
Berdasarkan hasil yang diperoleh di lokasi penelitian dapat disimpulkan pada tipe
lahan Kebun yang memiliki INP tertinggi adalah Cendana (Santalum album L.) dengan
INP 57.95% sedangkan INP terendah adalah Nimbah (Azadirachta indica) dengan INP
2.67%.
4.3.3 Hutan
JUMLAH 300
Hasil perhitungan INP diperoleh 10 jenis yang dominan atau yang memiliki INP
>10% (Tabel 3). Jenis tersebut diantaranya Cendana (Santalum album L.) dengan INP
52.58%., kemudian Mahoni (Swietenia mahagoni) INP 24.09%, Gamal (Gliricidia
sepium) INP 14.50%, Jati (Tectona grandis) INP 33.43%, Cemara (Casuarinaceae) INP
22.72%, Papin (Exocarpus litofolia) INP 10.78%, Kemiri (Aleurites moluccanus) INP
18.61%, Asam (Tamarindus indica) INP 10.39%, Jambu (Psidium guajava) INP 26.56
%, dan Lamtoro (Leucaena leucocephala) INP 15.87%. Pada penelitian Rustamaji (2013)
Komposisi tegakan penyusun Hutan di Kali Biru (Studi Kasus di Desa Hargowilis, Kec.
Kokap, Kab. Kulon Progo), penelitian ini menunjukkan bahwa pada hutan wisata alam
ini jenis yang dominan yaitu jati (Tectona grandis) dengan INP sebesar 42,45 % dan
kayu putih (Melaleuca leucadendron).
24
Berdasarkan hasil yang diperoleh di lokasi penelitian dapat disimpulkan pada tipe
lahan Hutan yang memiliki INP tertinggi adalah Cendana (Santalum album L.) dengan
INP 52.58% sedangkan INP terendah adalah Jeruk (Citrus) dengan INP 7.65% dan
beberapa jenis tumbuhan meliputi Nimbah (Azadirachta indica), Kepok (Ceiba
petandra), Bambu (Bambuseae), Buni hutan (Antidesma sp.), Jambu air (Syzygium
aquem), Pohon roti (Alstonia scholaris L.), Gala-gala (Sesbania grandiflora), Mangga
(Mangivera indica), Jati putih (Gmelina arborea), dan Beringin (Ficus benjamina)
dengan INP 6.28%.
4.4 Pola Distribusi
4.4.1 Daftar jenis-jenis tumbuhan yang terdapat pada tipe lahan Pekarangan
6 Cemara 1 0 Acak
7 Papin 1 0 Acak
25
11 Beringin 2 39 Mengelompok
16 Anonak 2 39 Mengelompok
17 Angkai 2 39 Mengelompok
22 Kabesak 2 39 Mengelompok
23 Papaya 1 0 Acak
24 Kelor 1 0 Acak
26
26 Jambu 3 29.5 Mengelompok
27 gala-gala 1 0 Acak
JUMLAH 185
Berdasarkan hasil yang diperoleh di lokasi penelitian pada tipe lahan Pekarangan
dapat disimpulkan bahwa pada tipe lahan pekarangan pola distribusi tumbuhan adalah
Mengelompok dan Acak dimana didominasi oleh jenis tumbuhan yang mengelompok
yaitu sebanyak 20 jenis tumbuhan (71.43%) dan pola Distribusi Acak sebanyak 8 jenis
tumbuhan (28.6%). pada tipe lahan Pekarangan pola distribusi mengelompok yang lebih
dominan dibandingkan pola distribusi acak dikarenakan jenis tumbuhan yang terdapat di
lahan pekarangan umumnya di budidayakan dan memiliki nilai ekonomis sedangkan jenis
tumbuhan yang memiliki pola distribusi Acak umumnya dimamfaatkan sebagai tanaman
obat-obatan seperti Kelor yang dimanfaatkan untuk masalah pencernaan karena
mengandung antioksidan yang tinggi (Halim., 2011).
4.4.2 Daftar jenis-jenis tumbuhan yang terdapat pada tipe lahan Kebun
27
2 Nimbah 1 0 Acak
10 Asam 2 39 Mengelompok
12 Hautimo 2 39 Mengelompok
13 Damar/Paoklaso 1 0 Acak
Pohon
15 Flamboyan/Angkai 1 0 Acak
28
17 Papin 3 29.5 Mengelompok
18 Mahoni 2 39 Mengelompok
19 Haupaku 1 0 Acak
20 Lamtoro 2 39 Mengelompok
JUMLAH 148
Berdasarkan hasil yang diperoleh di lokasi penelitian pada tipe lahan Kebun dapat
disimpulkan bahwa pada tipe lahan Kebun pola distribusi tumbuhan adalah
Mengelompok dan Acak dimana didominasi oleh jenis tumbuhan yang mengelompok
yaitu sebanyak 16 jenis tumbuhan (80%) dan pola distribusi Acak sebanyak 4 jenis
tumbuhan (20%). pada tipe lahan Kebun pola distribusi mengelompok yang lebih
dominan dibandingkan pola distribusi acak dikarenakan jenis tumbuhan yang terdapat di
lahan Kebun umumnya di budidayakan dan memiliki nilai ekonomis karena Kebun
merupakan sumber penghidupan bagi para petani sedangkan jenis tumbuhan yang
memiliki pola distribusi Acak umumnya pada lahan kebun dapat akibatkan oleh sebaran
burung atau hewan pemakan buah yang kemudian bijinya terjatuh lalu tumbuh sehingga
membentuk pola beracak.
4.4.3 Daftar jenis-jenis tumbuhan yang terdapat pada tipe lahan Hutan
2 Nimbah 1 0 Acak
7 Beringin 1 0 Acak
12 Mangga 1 0 Acak
13 Gala-gala 1 0 Acak
14 Jeruk 2 39 Mengelompok
30
16 Jati 21 20.95 Mengelompok
19 Bambu 1 0 Acak
21 Kusambi 1 0 Acak
JUMLAH 146
Berdasarkan hasil yang diperoleh di lokasi penelitian pada tipe lahan Hutan dapat
disimpulkan bahwa pada tipe lahan Hutan pola distribusi tumbuhan hampir setara antara
Mengelompok dan Acak dimana jumlah jenis tumbuhan yang mengelompok sebanyak 11
jenis tumbuhan (52.4%) dan Beracak sebanyak 10 jenis tumbuhan (47.6%). Pada tipe
lahan hutan ini yang menyebabkan pola distribusi tumbuhan mengelompok dan acak
hampir setara adalah komposisi tumbuhan di Hutan umumnya banyak, dapat terjadi pola
distribusi secara mengelompok akibat perbedaan respon terhadap penyesuaian habitat
lokal (Werdiningsih., 2005 dalam Pratiwi dan Widyastuti, 2013). Selain itu penyebaran
secara mengelompok dapat juga diakibatkan oleh faktor yang mana tumbuhan tersebut
berproduksi dengan menghasilkan biji yang jatuh dekat dengan induknya. Hal ini
menyebabkan terjadinya pertumbuhan sekitar menjadi berkelompok, sedangkan pola
distribusi acak terjadi umumnya pada lahan Hutan dapat akibatkan oleh penyebaran benih
31
oleh angin membentuk pola Acak. Pada dasarnya sebaran secara acak diakibat oleh
behavior yang selektif dan bersifat homogenisme (Odum 1993).
4.5 Peta Persebaran Tanaman Cendana
32
Gambar 4. Peta populasi dan persebaran Cendana di Kecamatan Miomafo Barat
Kabupaten TTU
33
Gambar 6. Peta persebaran Cendana pada lahan Kebun
34
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
35
DAFTAR PUSTAKA
Agu, Y. P. E. S., dan Neonbeni, Y. (2019). Identifikasi Model Pengelolaan Lahan Kering
Dataran Tinggi Berbasis Agroforestri Tradisional Di Pulau Timor. Savana
Cendana, 4(1), 12-16.
36
Dephut 2009b. Dephut awali penanaman pengembangan cendana (Santalum album L.) di
NTT. Siaran pers nomor : 56/PIK-1/2009.www.dephut.go.id
Dinas kehutanan kabupaten TTU 2007(BPS TTU 2008a).(TTU district forestry office
year 2007).
Pareira, S. M., Mansyur, I., dan Wulandari. D. (2018). Pemanfaatan FMA dan Tanaman
Inang untuk meningkatkan pertumbuhan bibit Cendana (Santalum album Linn).
Silvikultur Tropika, 9 (3), 151-159.
Peraturan daerah provinsi NTT. Nomor 2 tahun 1999. tentang pencabutan perda NTT
nomor : 16 tahun 1986, tentang Cendana (Santalum album L.).
Peraturan daerah kabupaten TTU. Nomor : 2 tahun 2004, tentang cendana (Santalum
album L.).
Prasetyo B.D dan Raharjo A.S. 2011. Pelestarian cendana (Santalum album Linn) secara
swadaya oleh masyarakat di Desa Nansean Kabupaten Timor Tengah
Utara.jurnal penelitian hutan dan konservasi alam. 8 (3). Hal 287-300.
37
Sujarwo dan Darma 2011.analisis vegetasi dan pendugaan karbon tersimpan pada pohon
di kawasan sekitar gunung dan danau bantur kintamani Bali
Surata, I. K., dan M.M. Idris. 2001. Status penelitian cendana di Propinsi NTT. Prosiding
Cendana (Santalum album L.) Sumber Daya Otonomi Daerah Nusa Tenggara
Timur. Berita Biologi Edisi Khusus. Pusat Penelitian Biologi. LIPI. Hal. 521-
537.
Odum EP. 1993. Dasar – Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada
University Press.
38
LAMPIRAN 1. Gambar
Gambar 8. Cendana pada lahan hutan Gambar 9. daun Cendana pada lahan hutan
39
Gambar 10. Cendana pada lahan kebun Gambar 11. bungan Cendana pada lahan
hutan
40
Gambar 13. Cendana berdaun lebar
lahan kebun
Gambar 14. Cendana pada lahan Gambar 15. Cendana pada lahan
pekarangan 1. pekarangan 2.
41
Lampiran 2. Tabel
Nilai kerapatan, frekuensi, dan dominansi serta INP pada lahan pekarangan
KR FR DR INP
No Nama Jenis Jumlah K F D
(%) (%) (%) (%)
42
10 Asam 12 0.019 6.486 0.600 6.486 0.031 3.549 16.522
43
26 jambu 3 0.005 1.622 0.150 1.622 0.032 3.704 6.947
Nilai kerapatan, frekuensi, dan dominansi serta INP pada lahan kebun
KR FR DR INP
N
Nama Jenis Jumlah K F D
o
(%) (%) (%) (%)
44
3 Cendana 39 0.062 26.351 1.950 26.351 0.032 5.245 57.948
45
19 Haupaku 1 0.002 0.676 0.050 0.676 0.032 5.279 6.630
Nilai kerapatan, frekuensi, dan dominansi serta INP pada lahan hutan
FR INP
N Nama KR DR
Jumlah K F D
o Jenis (%) (%)
(%) (%)
23.972
35 0.056 23.9726 1.75 0.030 4.631 52.576
1 Cendana 6
11.643
17 0.027 11.6438 0.85 0.021 3.272 26.560
6 Jambu 8
14.383
21 0.033 14.3836 1.05 0.030 4.666 33.433
16 Jati 6
0.23248
JUMLAH 146 100 7.3 100 0.648379 100 300.0000
4
47
Tabel 10. Koordinat Pekarangan
Nama
No Desa Plot Kordinat Ph Intensitas Ketinggian
Jenis
49
30 Haulasi Plot 2 Cendana S09°33.425 E124°22.856
50
Tabel 11. Koordinat Kebun
Nama
No Desa Plot Kordinat Ph Intensitas Ketinggian
Jenis
52
29 Suanae Plot 4 Cendana S09°34.000 E124°20.430
53
Tabel 12. Koordinat Hutan
Nama
No Desa Plot Kordinat Ph Intensitas Ketinggian
Jenis
Cendan
1 Fatutasu plot 1 a S09°34.182 E124°21.062 6.9 421/53 844
Cendan
2 Fatutasu plot 1 a S09°34.178 E124°21.056
Cendan
3 Fatutasu plot 1 a S09°34.184 E124°21.060
Cendan
4 Fatutasu plot 1 a S09°34.183 E124°21.064
Cendan
5 Fatutasu plot 1 a S09°34.188 E124°21.062
Cendan
6 Fatutasu plot 1 a S09°34.187 E124°21.062
Cendan
7 Salu Plot 2 a S09°32.929 E124°20.094 6.1 1209/448 893
Cendan
8 Salu Plot 2 a S09°32.928 E124°20.092
Cendan
9 Salu Plot 2 a S09°32.930 E124°20.094
54
a
Cendan
11 Salu Plot 2 a S09°32.927 E124°20.099
Cendan
12 Salu Plot 2 a S09°32.928 E124°20.090
Cendan
13 Salu Plot 2 a S09°32.929 E124°20.092
Cendan
14 Salu Plot 2 a S09°32.930 E124°20.098
Cendan
15 Suanae Plot 3 a S09°33.924 E124°20.346 6.2 478/400 992
Cendan
16 Suanae Plot 3 a S09°33.920 E124°20.350
Cendan
17 Suanae Plot 3 a S09°33.920 E124°20.349
Cendan
18 Suanae Plot 3 a S09°33.925 E124°20.345
Cendan
19 Suanae Plot 3 a S09°33.922 E124°20.344
Cendan
20 Suanae Plot 3 a S09°33.929 E124°20.351
Cendan
21 Suanae Plot 3 a S09°33.919 E124°20.355
Cendan
22 Suanae Plot 3 a S09°33.921 E124°20.365
55
Cendan
23 Fatunaisuan Plot 4 a S09°33.774 E124°20.563 6.2 820/391 920
Cendan
24 Fatunaisuan Plot 4 a S09°33.768 E124°20.556
Cendan
25 Fatunaisuan Plot 4 a S09°33.779 E124°20.560
Cendan
26 Fatunaisuan Plot 4 a S09°33.777 E124°20.559
Cendan
27 Fatunaisuan Plot 4 a S09°33.776 E124°20.556
Cendan
28 Fatunaisuan Plot 4 a S09°33.769 E124°20.557
Cendan
29 Fatunaisuan Plot 4 a S09°33.771 E124°20.558
Cendan
30 Fatunaisuan Plot 4 a S09°33.772 E124°20.557
Cendan
31 Fatutasu Plot 5 a S09°34.513 E124°19.188 6.2 831/421 972
Cendan
32 Fatutasu Plot 5 a S09°34.511 E124°19.189
Cendan
33 Fatutasu Plot 5 a S09°34.512 E124°19.196
Cendan
34 Fatutasu Plot 5 a S09°34.511 E124°19.198
RIWAYAT HIDUP
Pada tahun 2016 mendaftarkan diri pada Fakultas Pertanian (FAPERTA) Program Studi
Agroteknologi Universitas Timor lewat jalur SBNPTN hingga selesainya penyusunan
Skripsi ini, dengan motto “ Sesuatu mungkin mau mendatangi mereka yang mau
menunggu, namun diraih oleh mereka yang bersemangat mengejarnya”.
57