Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL PENELITIAN

IVENTARISASI DAN KARAKTERISTIK TUMBUHAN PAKU DI KAWASAN


WISATA ALAM GUNUNG BAWANG KALIMANTAN BARAT

Yuli Hernita
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki
keanekaragaman flora , salah satunya tanaman paku. Tumbuhan paku termasuk
tumbuhan kormus berspora, artinya dapat dibedakan antara akar, batang dan daunnya,
(Tjitrosoepomo, 1994). Tumbuhan paku juga memiliki keindahan dari bentuk susunan dan
bentuk daun yang menarik dan sesuai jenisnya ( Larasaty ,2009 ) dan diperkirakan
terdapat 1.500 jenis paku yang ada di Indonesia (Hasairin, 2003).
Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki hutan – hutan
yang lebat kaya akan tumbuh – tumbuhan yang luar biasa, secara geografis Kalimantan
barat berada antara garis 2o08 LU serta 3005 LS serta di antara 108o0 BT dan 114o10 BT
pada peta bumi. Hal ini secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi
keaneka ragaman jenis suber daya hutan yang ada.
Kawasan Gunung Bawang terletak di daerah Desa Madi ,kecamatan
Lumar ,kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat dengan ketinggian gunung ± 1460 M
dpl dan memiliki panorama pemandangan yang indah ditambah lagi dengan hutan yang
masih terjaga kelestariannya. Kawasan wisata alam Gunung Bawang memiliki jajaran
pegunungan dengan panjang ± 10 Km2 atau 1000 Ha.
Alih fungsi lahan, kerusakan hutan dan sebab – sebab lainnya merupakan
ancaman bagi kelestarian tumbuhan paku seperti Plasycerium coronarium. Berdasarkan
keadaan tersebut perlu dilakukan penelitian tentang iventarisasi dan karakterisasi
tumbuhan paku di Kawasan wisata alam Gunung Bawang Kalimantan Barat. Hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk mempublikasi tumbuhan paku yang
ada didalam kawasan tersebut baik dari segi jenis karakteristik dan manfaatnya.
B. Masalah Penelitian
Di Kalimantan Barat ketergantungan terhadap sumber hutan semakin hari
semakin meningkat terutama yang terjadi pada area Gunung Bawang. Seiring dengan
pertambahan penduduk, eksploitasi hutan seperti pembukaan lahan perkebunan,
pembakaran hutan dan penebangan liar dapat menyebabkan terjadinya penurunan
keanekaragaman vegetasi di kawasan tersebut.
Perlindungan terhadap plasma Nuftah dapat dilakukan dengan pembudidayaan
atau pemeliharaan. Usaha pemeliharaan ini tidak terlepas dari informasi yang mendalam
mengenai habitat terutama ruang lingkup habitat hidup yang berpengaruh seperti faktor
iklim, geografi, serta pengaruh berbagai organisme terhadap organisme lainnya.
Kesemua faktor ini diperlukan sebagai data awal untuk keperluan pembudidayaan.
Upaya perlindungan dan pelestarian akan berhasil dengan baik jika didukung
oleh data mengenai besarnya populasi, karakterisasi dan jenis tumbuhan paku secara
lengkap dan akurat. Kawasan wisata alam Gunung Bawang belum terdapat data – data
mengenai populasi dan karakterisasi tumbuhan paku, untuk itu perlu dilakukan penelitian
di kawasan tersebut gunanya untuk menunjang upaya pelestarian tumbuhan paku yang
ada secara berkelanjutan.
C. Perumusan Masalah
 Bagaimanakah jenis dan karakteristik tumbuhan paku yang ada di Kawasan Wisata
Alam Gunung Bawang ?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan jenis dan karakteristik tumbuhan
paku yang ada di kawasan wisata gunung bawang Kalimantan Barat.
E. Manfaat Penelitian
Diharapakan dari hasil penelitian ini mendapatkan perhatian dari semua
kalangan dan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan referensi tentang jenis dan
deskripsi tumbuhan paku yang ada di kawasan wisata gunung bawang Kalimantan Barat
dalam rangka upaya pelestarian, perlindungan dan pemanfaatan tumbuhan paku dimasa
yang akan datang agar tidak terjadi kepunahan.
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN
A. Kerangka Teori
B. Botani Tumbuhan Paku
Tumbuhan paku dapat diklasifikasikan dalam kerajaan Plantae dan Divisio
Pteridophyta. Berdasarkan susunan tubuhnya, Pterydhophyta ini merupakan warga
Cormophyta. Gametofit pada Pteridhophyta berupa suatau tumbuhan kecil yang
bersifat seperti talus sedangkan tumbuhannya sendiri adalah sporofit yang pada
golongan tumbuhan telah jelas dapat dibedakan dalam akar, batang, dan daun
(Tjitrosoepomo, 1981).
Pterydhophyta termasuk juga yang telah punah dan didalam taksonomi
tumbuhan menjadi empat kelas yaitu :
a. Kelas Psilophytanae (Paku purba)
Tumbuhan paku purba Meliputi jenis-jenis tumbuhan paku yang sebagian
besar telah punah dan diperkirakan hanya 10 spesies sampai 13 spesies dari dua
genus. Paku purba merupakan paku telanjang (tidak berdaun) atau mempunyai
daun berukuran kecil (mikrofil) dan berbentuk sisik. Batang paku purba bercabang
(dikotorin) dengan tinggi mencapai 30 cm hingga 1 meter. Cabang batang
mengandung mikrofil dan sekumpulan spongarium yang terdapat di sepanjang
cabang batang. Paku purba termasuk tumbuhan paku homospora. Contoh paku
purba yaitu Psilotum mudum (Tjitrosoepomo, 1981).

Gambar 1.1 Psilotum mudum


(Sumber: http//: budisma.net.jenis-jenis-tumbuhan-paku-pteridophyta.html tahun
2015)
b. Kelas Lycopodiinae ( Paku Kawat)
Paku Kawat mencakup 1000 spesies dan banyak tumbuh di hutan-hutan
daerah tropis dan subtropis. Paku kawat menemel dipohon atau hidup bebas di
tanah. Paku kawat ini memiliki akar, batang, dan daun sejati. Batang dan akarnya
bercabang-cabang menggarpu. Daunnya berukuran kecil-kecil (mikrofil), tidak
bertangkai dan hanya bertulang satu saja. Pada bberapa jenis, daun paku kawat
mempunyai lidah-lidah (ligula). Sporofilnya hanya sedikit dan terdapat pada ujung
batang atau cabang. Paku kawat termasuk tumbuhan paku homospora, contoh paku
kawat yaitu Lycopodium clavatum (Tjitrosoepomo, 1981).

Gambar 1.2 Lycopodium clavatum


(Sumber: http//: budisma.net.jenis-jenis-tumbuhan-paku-pteridophyta.html tahun
2015)
c. Kelas Equisetinae (Paku ekor kuda)
Paku ekor kuda saat ini hanya tinggal sekitar 25 spesies dari dari satu
genus, yaitu Equeisetum. Equeisetum hidup pada habitat lembab didaerah
subtropics. Equeisetum memiliki tinggi mencapai 4,5 m sedangkan rata-rata
tingginya kurang dari 1 meter. Equeisetum memiliki akar, batang, dan daun sejati.
Batangnya beruas-ruas/ berbuku-buku dan pada sekeliling ruasnya daun yang
seperti sisik tersusun berkarang. Equeisetum disebut ekor kuda karena benuk
batangnya seperti ekor kuda. Paku ekor kuda termasuk paku peralihan. Contoh
paku ekor kuda yaitu Eucalamites (Tjitrosoepomo, 1981).
Gambar 1.3 Eucalamites
(Sumber: http//: budisma.net.jenis-jenis-tumbuhan-paku-pteridophyta.html tahun
2015)
d. Kelas Filicinae (Paku sejati)
Paku sejati mencakup jenis tumbuhan paling sering kita lihat. Tempat
tumbuh tumbuhan paku sejati sebagian besar didarat pada darah tropis dan
subtropics. Paku sejati diperkirrakan berjumlah 12.000 jenis dari kelas Filicinae.
Filicinae memiliki akar, batang, dan daunsejati. Batangnya dapat berupa batang
dalam (rhizome) atau batang atas dipermukaan tanah. Daun Filicinae umumnya
berukuran besar (mesofil), bertangkai dan memiliki banyak tulang daun yang
bercabang. Waktu muda daun itu tergulung pada ujungnya. Sisi bawah daun
mengandung banyak spora. Paku sejati termasuk tumbuhan paku homospor.
Contoh paku sejati yaitu Asplenium nidus L. (Tjitrosoepomo, 1981).
Gambar 1.4 Asplenium nidus L.
(Sumber: http//: budisma.net.jenis-jenis-tumbuhan-paku-pteridophyta.html tahun
2015)
C. Morfologi Tumbuhan paku
Tumbuhan paku merupakan tumbuhan berpembuluh yang tidak berbiji,
memiliki susunan tubuh khas yang membedakannya dengan tumbuhan yang lain.
Tumbuhan paku disebut sebagai Tracheophyta berspora, yaitu kelompok tumbuhan
yang berpembuluh dan berkembang biak dengan spora. Bagian bagian tubuh berupa
akar, batang, dan daun dapat dibedakan dengan jelas.
a. Akar
Akar tumbuh dari pangkal batang, membentuk akar serabut, sehingga itu
sistem perakaran paku merupakan akar serabut. Berdasarkan poros bujurnya,
embrio tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi kutub atas dan kutub bawah.
Kutub atas berkembang membentuk rimpang dan daun, sedangkan bagian kutub
bawah membentuk akar. Akar tumbuhan paku bersifat endogen dan tumbuh dari
rimpang. (Holtum, 1959; Smith, 1971) dalam Hariyadi (2000).
b. Batang
Umumnya batang tumbuhan paku tumbuh di tanah disebut akar batang
atau rizoma (rimpang). Batang tumbuhan paku dapat berbentuk panjang, merambat
atau memanjat. Rimpang dan daun yang masih muda sering tertutup oleh rambut
atau sisik sebagai pelindungnya (Holtum ; Satrapadja dalam Hariyadi, 2000).
Beberapa tumbuhan paku memiliki batang yang muncul di atas tanah, misalnya
pada genus Alsophyla, Cyathea, Psilotum.
c. Daun
Berdasarkan bentuk dan sifat daunnya tumbuhan paku dapat dibedakan
atas dua golongan menurut Smith dalam Lubis (2009) yaitu:
a) Megaphyllus, yaitu paku yang mempunyai daun besar sehingga mudah
dibedakan atas batang dan daun , misalnya pada Asplenium.
b) Macrophyllus, yaitu paku yang memiliki daun kecil dan umumnya berupa sisik
sehingga sukar dibedakan bagian-bagiannya, misalnya pada genus Lycopodium.
Berdasarkan fungsinya daun paku Megaphyllus dibagi atas 2 kelompok yaitu
tropofil dan sporofil (Tjitrosoepomo, 1994).
c) Tropofil, yaitu daun yang berwarna hijau yang berfungsi sebagai penyelenggara
asimilasi. Sporofil, yaitu daun yang berfungsi sebagai penghasil spora.
d. Sporangium
Tumbuhan paku berkembang biak secara vegetatif dengan perantara
sporangium. Sporangiumnya terdapat pada daun-daun yang khusus (sporofil) atau
daun-daun biasa. Seringkali sporangium terkumpul dan tertutup oleh suatu selaput
yang bentuknya sangat karakteristik dan letaknya bermacam-macam seperti
diketiak daun/cabang, di ujung daun, di tulang bagian bawah helaian daun, di urat
bagian bawah daun atau ditepi bagian bawah helaian daun ( Tjitrosoepomo, 2005).
sporangium

Gambar 1.5 struktur tubuh tumbuhan paku (sumber : www.google.com


2014)
D. Ekologi Pertumbuhan Tumbuhan Paku
Tumbuhan paku memiliki daya adaptasi yang cukup tinggi, sehingga tidak
jarang dijumpai paku dapat hidup dimana-mana, diantaranya di daerah lembab,
dibawah pohon, di pinggiran sungai, di lereng-lereng terjal, di pegunungan bahkan
banyak yang sifatnya menempel di bantang pohon, batu atau tumbuh diatas tanah.
Jenis-jenis paku epifit yang berbeda, juga akan berbeda kebutuhannya terhadap
cahaya. Ada yang menyenangi tempat terlindung dan ada sebagian pada tempat
tertutup (wiesner ( 1907), Went (1940) dalam Hasar dan Kaban, (1997)).
E. Iventarisasi dan karakteristik
Pengertian iventarisasi tanaman menurut Balai konsevasi Sumber Daya Alam
Kalimantan Barat (1997) adalah suatu cara pengelompokan data tanaman untuk
mengetahui ada atau tidaknya tanaman serta melakukan pendugaan besarnya populasi
tanaman. Iventarisasi tanaman merupakan kegiatan yang bersifat kualitatif. Misalnya
untuk mengetahui jenis-jenis tanaman termasuk daerah penyebarannya dalam
mempelajari lingkungan hidup seecara umum
F. Kerangka Konsep
Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat banyak dan bernilai tinggi
yaitu berupa flora yang tersebar diseluruh Indonesia termasuk Kalimantan Barat.
Kalimantan Barat merupakan salah satu kawasan yang berpotensi sebagai daerah
penyebaran tumbuhan paku karena memiliki hamparan yang luas. Daerah beriklim tropis
mempunyai iklim dan kondisi geografis khusus yaitu adanya musim penghujan. Kondisi
ini menyebabkan keanekaragaman hutan yang cukup tinggi namun jumlah individu
setiap jenisnya sangat rendah (Haryono, 1983).
Keanekaragaman tumbuhan paku yang di miiki Kalimantan Barat , sesuai
dengan penelitian Sopiana (2011), jenis tumbuhan paku yang ditemukan di desa mentiber
kecamatan Paloh Kabupaten Sambas yaitu 13 jenis antara lain Asplenium longissium BI.,
Asplenium nidus L., Davallia trichomanoides BI., Drymaria quersifolia J. J. Sm.,
Gleichenia linearis (Burn) Clarke., lindsaea scandens Hook var., Lygodium scandens
(L.) Sw., Nherolepis hirsutula (Forst.) Pr., Sxhizae dichotoma L., Selliguae hetrocarpa
BI., Stenochlaena palustris (Burm.) Bedd., Taenitis Blecnoides Sw., dan Vittaria
ensinformis Sw. menurut hasil penelitian Irwanto R (2007), jenis paku yang ditemukan di
Pasi Singkawang yaitu Adiaantum sp. Asplenium nidus L., Cyathea sp, Linsaea sp,
Nhephrolepis Hirstula (Forst.) C. Chr., Platycerium coronarium (Koenig.) Desv., Pteris
sp, Selaginella sp. Pada lokasi Kawasan Gunung Bawang yang akan dilakukan penelitan
kami berharap agar mendapatkan jenis-jenis tumbuhan paku yang baru yang belum
teridentifikasi dan lebih banyak menemukan jenis-jenis tumbuhan paku dari peneliti –
peneliti sebelumnya.
Keberadaan dan informasi tentang tumbuhan paku secara umum di Kawasan
Wisata Alam Gunung Bawang sampai saat ini masih belum banyak yang diketahui
sehingga perlu dilakukan penelitian tentang iventarisasi dan identivikasi mengenai
tumbuhan paku. Diharapkan dari penelitian ini dapat di jadikan sebagai salah satu
sumber informasi dan referensi untuk pemanfaatan, pengembangan dan upaya pelestarian
sumber daya alam tumbuhan paku di masa yang akan datang.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kawasan wisata alam Gunung Bawang Kecamatan
Lumar Kabupaten Bengkayang pada ketinggian ± 1460 M dpl. Penelitian dilaksanakan
pada bulan Maret 2016 dengan waktu ± 1 bulan.
1. Letak dan Luas
Berdasarkan Kabupaten Bengkayang Dalam Angka (2013), daerah penelitian
di Desa Madi Kecamatan Lumar Kabupaten Bengkayang yang total luas wilayah
mencapai 2751 Ha. Secara administratif batas wilayahnya adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara  : Serawak-Malaysia Timur dan Kabupaten Sambas
b. Sebelah Selatan  : Kabupaten Pontianak
c. Sebelah Barat  : Laut Natuna dan Kota Singkawang
d. Sebelah Timur  : Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Landak
2. Topografi
Berdasarkan informasi Dinas kehutanan Provinsi Kalimantan Barat (2007)
Kawasan Wisata Alam Gunung Bawang dalam tipe hutan hujan tropika dengan
dataran tinggi dan memiliki tanah alluvial, organosol dan podsolik merah kuning
dengan komposisi jenis pohon meranti, melor, gaharu, besi (belian) dan semak
belukar. Secara geografis lokasi penelitian termasuk wilayah kecamatan Lumar yang
terletak diantara 00 52’10’’ LU - 10 02’56’’ LS serta diantara 1090 18’71’’ BT - 1090
32’10’’ BT (kantor Pertanahan Kabupaten Bengkayang, (2012) dalam Kabupaten
Bengkayang Dalam Angka 2013).
3. Iklim
Berdasarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Bengkayang
(2008 – 2011), daerah di sekitar kawasan Gunung Bawang termasuk daerah yang
mempunyai kelembaban cukup tinggi yaitu berkisar antara 80-91 %. Daerah
penelitian tergolong kedalam Zona Agroklimat A yaitu daerah yang mempunyai bulan
basah dengan curah hujan rata – rata 26,2-26,9 0C.
B. Objek dan Alat Penelitian
1. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah semua jenis tumbuhan paku yang ada di Kawasan Gunung
Bawang Kecamatan Lumar Kabupaten Bengkayang.
2. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. peta lokasi (untuk menetukan jalur dan lokasi penelitian).
2. Kompas (untuk menentukan arah penelitian).
3. Alat tulis (untuk mencatat data pengamatan).
4. Parang dan Patok ( untuk membuat jalur penelitian)
5. Kamera (untuk mengambil dokumentasi saat penelitian)
6. Lux meter (untuk mengukur intensitas cahaya).
7. GPS (untuk mengukur ketinggian tempat dan koordinat lokasi penelitian)
8. Kantong Plastik ( untuk menyimpan sporangium)
9. kertas Karton(untuk tempat herbarium)
10. Label (untuk memberi tanda)
11. Buku identifikasi paku-pakuan salah satunya buku jenis paku Indonesia.
C. Metode Pelaksanaan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei lapangan dengan cara
menjelajah area kawasan Gununung Bawang ± 1000 Ha. Metode pengambilan sampel
dengan menggunakan sampel tumbuhan paku menggunakan metode Straified sampling.
Straified sampling adalah cara pengambilan sampel dengan memperhatikan strafied
(tingkatan ) didalam populasi.
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Survei pendahuluan
Survei Pendahuluan dlakukan untuk menentukan lokasi penelitian dengan
kriteria bahwa pada daerah yang dijadikan lokasi penelitain memiliki berbagai jenis
dan karakteristik yang dapat mewakili habitat keseluruhan dari tumbuhan paku.
2. Membuat Jalur Penelitian
Pembuatan jalur penelitian bertujuan untuk memudahkan dalam melakukan
pengamatan penelitian , jalur pengamatan dibuat berdasarkan ketinggian dan dibagi
menjadi empat yaitu : 100 - 400 m dpl, 400 - 800 m dpl, 800 - 1000 m dpl, 1000-
1460 m dpl.
E. Pengumpulan Data
Pengumpulan akan dilakukan di seluruh lokasi penelitian. Data yang diambil
berupa data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Adapun data yang akan di analisis dan diamati dalam penelitian meliputi
faktor biotik yaitu keragaman dan karakteristik dari masing-masing jenis tumbuhan
paku yang terdapat diseluruh lokasi penelitian, tipe hidup, pohon inang dan data
ketinggian tempat.
b. Data Sekunder
Data sekunder yang diperlukan sebagai penunjang dalam penelitian ini
meliputi data monografi desa , curah hujan selama 4 tahun terakhir yang diambil dari
Badan Meteorologi dan Geofisika Lumar dan peta kawasan.
DAFTAR PUSTAKA
Balai Konservasi Kalimantan Barat. 1997. Konservasi Sumber daya Alam In-situ dan Ex-situ
Kalimantan Barat. Sub Balai Konservasi Kalimantan Barat. Pontianak.
BDA. 2013. Letak dan Luas, Kecamatan Lumar.
BDA. 2013. Iklim (2008-2012) Kecamatan Lumar, Kabupaten Bengkayang.
Budisma. 2014. Struktur Tubuh Tumbuhan Paku. www.google.com. Akses 11-12-2015
Budisma. 2015. Jenis-Jenis Tumbuhan Paku Pteridophyta. www.google.com. Akses 10-12-
2015
Dinas Kehutanan Kal-Bar. 2012. Topografi, Kecamatan Lumar.
Haryono, MS. 1983. Teknik Monitoring Keanekaragaman Tumbuhan. Pelatihan Teknik
Pengukuran Monitoring. Biodeversity di Hutan Tropika Indonesia. Fakultas Kehutanan
IPB. Bogor.
Hasairin, A. 2003. Taksonomi Tumbuhan Rendah ( Thalophyta dan Kormophyta bersora).
Bahan Ajar Biologi. FPMIPA UNIMED. Medan.
Hasar, A., & B. Kaban. 1997. Analisis Jenis Paku Epifit pada Kelapa Sawit (Elais gunensis)
di PTP Tanjung Garbus, Lubuk Pakam, Deli Serdang. Laporan Penelitian FPMIPA
IKIP. Medan.

Irwanto, R. 2007, Iventarisasi Tumbuhan Berpotensi Hias di Pasi Singkawang Kalimantan


Barat, UPT BKT Kebun Raya Purwodadi. www.google.com. Akses 10-12-2015.
Larasaty, M. 2009. Tumbuhan paku. www.google.com. Akses 29-11-2015.
Lubis S. R, 2009, Keanekaragaman dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku di Hutan Wisata
Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara. Tesis, Medan,
Universitas Sumatera Utara.
Raven, P.H., R.F. Evert dan S.E. Eichhorn. 1992. Biology of Plant. Word Publisher . New
York.
Sopiana. 2011. Studi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Paku di Hutan Mentiber Kecematan
Paloh Kabupaten Sambas. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura,
Pontianak. (Tidak Dipublikasikan).
Tjitrosoepomo, G. 1981;1994:2005. Taksonomi Tumbuhan (Scizophyta, Thallophyta,
Bryophyta, Pterydophyta). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai