Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FIQIH

(Syariah,Fiqih dan Ushul Fiqih)

Di susun oleh :
(kelompok 1/KPI 2E)
Nyi Ageng putri pertama (11200051000141)
Raihan Fasya Putra (11200510000144)

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2021 M/1442 H
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang……………………………………………………………………1
1.2Rumusan Masalah………………………………………………………………...2
1.3Tujuan Penulisan………………………………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini. Tak lupa kami kirimkan
shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta
keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh insan yang dikehendaki-Nya.
Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Fiqih.
Kami selaku penyusun makalah mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Fiqih yang telah memberikan bimbingan dan arahan
dalam pembuatan makalah ini, orang tua yang selalu mendukung kelancaran
tugas kami, serta teman-teman kelompok yang senantiasa saling mendukung
dan bekerja sama dalam penyelesaian tugas ini.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami tidak menutup diri dari para pembaca akan
saran dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan dan peningkatan
kualitas penyusunan makalah ini dimasa yang akan datang.Dan kami berharap,
semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi kami dan para pembaca.
Aamiin.

Ciputat,3 Maret 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Objek dalam pembahasan ilmu fiqhi adalah perbuatan mukalaf ditinjau dari
segihukum syara’ segala hukum syara’yang tetap baginaya, seorang fiqhi telah
membahas tentang jual beli mukalaf, sewa menyewa, pegadaian, perwakilan ,
sholat, puasa hajji, pembunuhan tuduhanterhadap zinah, pencurian ikrar dan
wakaf yang di lakukan mukalaf, supaya ia mengerti tentang hokum syara’
dalam segala perbuatan ini.
Ilmu ushul fiqhi adalah dalil syara’ yang bersifar umum ditinjau dari segi
ketetapan hokum yang bersifat umum ditinjau dari segi ketetapan–ketetapan
hokum yang bersifat umum pula.Jika seseorang pakar ilmu ushul membahas
tentang qiyas dan perintah (amr) dan dalalahna, demikian seterusnya.
Al˗qur’andan As-sunnah adalah dalil syara’ yang pertama bagi setiap
hokum. Nash˗nash tidaklah datang dalam satu bentuk saja, akan tetapi diantara
ada yang datang dalam bentuk umum atau mutlak.
Selanjutnya antara syariah,ushul fiqih,dan fiqih memiliki perbedaan namun
juga memiliki keterkaitan satu sama lain entah itu dari segi pengertian,ruang
lingkup maupun objeknya,sehinggga itulah yang melatarbelakangi kami untuk
membahas materi tentang syariah,ushul fiqh,fiqh baik itu dari segi
pengertian,perbedaan,maupun keterkaitan diantara ketiganya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Defenisi Ushul Fiqih,Fiqih,Syari’ah ?
2. Apa tujuan Ushul Fiqih, Fiqih, Syari’ah?
3. Apa Keistimewaan Syari’ah dan Fiqih ?
4. Apa hubungan antara syariah,ushul fiqih,fiqih?
5. Bagaimana perbedaan antara Syariah , ushul fiqih,fiqih?
1.3 TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui apa itu Ushul Fiqih,Fiqih,Syari’ah
2. Mengetahui tujuan dari Ushul Fiqih,Fiqih,Syari’ah
3. Untuk mengetahui hubungan antara Syariah,Ushul Fiqih,Fiqih
4. Untuk mengetahui perbedaan Usuhul Fiqih,Syari’ah,Fiqih
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Ushul Fiqih, Fiqih , Syari’ah
1.Definisi Ushul Fiqih
Secara etimologi ushul fiqh terdiri dari dua kata yaitu ushul dan fikih.
Dilihat dari kata bahasaarab rangkaina kata ushul dan fiqhi tersebut dinamakan
dengan tarkib idhafah, sehingga diri rangkaian dua kata itu membuat dua
rangkaian kata ushul dan fiqhi.
Kata ushul adalah bentuk jama’dari kata ashl yang menurut bahasa ,
berarti suatau yang di jadikan dasar bagi yang lain, atau bermakna fondasi
sesuatu, baik bersifat materi maupun non materisihingga ushul fiqhi berarti
suatu yang di jadikan dasar bagi fiqhi.
Secara terminologi banyak definisi yang diberikan para ulama tentang
ushul fiqh. Namun di sini hanya akan dikemukakan beberapa definisi yang
lengkap dan mudah dipahami. Salah satunya adalah definisi ushul fiqh yang
dikemukakan oleh ulama ushul:
M. Khudary Beik yaituUshul fiqh adalah ilmu tentang qaidah atau aturan-
aturan, di mana dengan qaidah tersebut seorang mujtahid sampai (menemukan)
hukum syar’i yang diambil dari dalilnya.”.
Ali Hasaballahilmu Ushul fiqh adalah kaidah-kaidah yang dengan kaidah
tersebut menyampaikan untuk mengistinbathkan (mengeluarkan) hukum dari
dalil-dalil yang terperinci.”
Abdul Wahhab Khallaf mendefinisikan ushul fiqh ilmu tentang kaidah-
kaidah atau ketentuan-ketentuan dan pembahasan yang dijadikan sebagai sarana
untuk memperoleh hukum-hukum syar’i yang berkaitan dengan amaliyah dari
dalil-dalilnya yang terperinci.”
Menurut Abu Zahrah ushul fiqh adalahilmu tentang kaidah-kaidah yang
menggariskan jalan untuk memperoleh hukum syara’ yang bersifat amaliyah
dari dalil-dalilnya yang terperinci, maka dia adalah kaidah yang menjelaskan
metode (thariqah) mengeluarkan hukum dari dalilnya.
2.Definisi Fiqih
Menurut bahasa, “Fiqih” berasal dari kata “faqiha yafqahu-faqihan” yang
berarti mengerti atau paham.Paham yang dimaksudkan adalah upaya aqilah
dalam memahami ajaran-ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-
Sunnah.
Kata fiqih dan tafaqquh berarti “pemahaman yang dalam”, keduanya
sering digunakan dalam Al-Quran dan Hadits. Sebagaimana disebutkan dalam
surat At-Taubah: 122. Rasulullah SAW. telah memerintahkan beberapa di
antara para sahabat untuk memahami secara mendalam (tafaqquh) atau telah
memilih mereka sebagai ahli fiqih atau fuqaha (bentuk jamak dari faqih).
secara terminologi Al-Quran dan sunnah, Fiqih adalah pengetahuan yang
luas dan mendalam mengenai perintah-perintah dan realitas Islam dan tidak
memeiliki relevansi khusus dengan bagian ilmu tertentu. Akan tetapi, dalam
terminology ulama, istilah fiqih secara khusus diterapkan pada pemahaman
yang mendalam atas hukum-hukum Islam.
3.Syari’ah
Menurut etimologi , Syari’at berarti al-thariqah al-sunnah; atau jalan dan
juga dapat diartikan sumber mata air yang hening bening . Sedangkan
pengertian/ta’rif menurut terminologi/istilah yang umumnya dipakai oleh para
ulama salaf, dalam memberikan batas pengertian syari’at Islam sebagai suatu
pedoman hidup dan ketetapan hukum yang digariskan oleh Allah SWT . Secara
lengkap batasan tersebut adalah:
“Hukum yang disyari’atkan Allah untuk hamba-hamba-Nya yang telah
didatangkan para Nabi-nabi baik berhubungan dengan cara menyebutkannya,
yang dinamai fa’riyah amaliyah, yang untuknyalah didewakan ilmu fiqhi
maupun yang berhubungan dengan itiqad yang dinamai ashliyah ‘itiqadiyah
yang untuknyalah didewakan ilmu kalam dan syara itu dinamai pula Addin dan
Millah”
Syari’ah dinamakan Ad-Din memiliki pengertian bahwa ketetapan
peraturan Allah yang wajib ditaati.Ummat harus tunduk melaksanakan ad-Din
(syari’at) sebagai wujud ketaatan kepada hukum Allah.Ad-Din dalam bahasa
Arab berarti hukum. Syari’ah dinamakan Al Millah mempunyai makna bahwa
agama bertujuan untuk mempersatukan para pemeluknya dalam suatu perikatan
yang teguh . dapat pula bermakna pembukuan atau kesatuan hukum-hukum
agama.
Syari’ah sering juga disebut syara’, yaitu aturan yang dijalani manusia,
atau suatu aturan agama yang wajib dijalani oleh manusia untuk mencapai
kebahagiaan hidup baik di dunia maupun kelak di akhirat .
Menurut kamus bahasa Indonesia pengertian syari’ah adalah :
“Hukum agama yang diamalkan menjadi peraturan-peraturan upacara
yang bertalian dengan agama Islam, palu memalu, hakekat balas membalas
perbuatan baik (jahat) dibalas dengan baik (jahat) “.
Syari’ah secara umum adalah segala aturan hukum yang diwahyukan
kepada para nabi berupa kitab suci seperti : Taurat, Zabur, injil dan Al-Qur’an,
maupun berupa syari’ah yang disampaikan kepada para nabi yang tidak berupa
kitab/tidak dibukukan sebagai kitab yang mempunyai nama, misalnya syari’ah
Nabi Adam, syari’at Nabi Ibrahim maupun nabi-nabi yang lainnya yang
diwahyukan kepada mereka untuk membentengi ummat dimana mereka diutus.1
2.2 Tujuan Ushul fiqih,Fiqih,Syari’ah
1.Tujuan Ushul Fiqih
Tujuan mempelajari ushul fiqih ialah untuk menerapkan kaidah- kaidah
dan pembahasannya terhadap dalil- dalil terperinci untuk mendatangkan hukum
syariat islam yang diambil dai dalil- dalil tersebut.
Jadi,dengan kaidah dan pembahasan ilmu Ushul Fiqih dapat dipahami
nash- nash syar’iah dan hukum- hukum yang dikandungnya. Dalam buku yang
berjudul Fiqh Ushul Fiqh karya DRS. H.A. Syafi’I Karim menyebutkan bahwa
yang menjadi dasar dan pendorong bagi umat islam untuk mempelajari ilmu
Ushul Fiqh ialah untuk mengetahui hukum- hukum syariat Islam dengan jalan
yakin( pasti) atau dengan jakan zhan (dugaan atau perkiraan) dan untuk
menghindari Taklid (mengikuti pendapat orang lain tanpa mengetahui alasan-
alasannya)2
Secara umum tujuan Ushul Fiqh adalah untuk mengetahui dalil-dalil
penetapan hukum syara’ tentang perbuatan orang mukallaf, seperti hukum
wajib, haram, mubah, sah atau tidaknya sesuatu perbuatan dan lain-lain.
Tujuan yang hendak dicapai dari ilmu Ushul Fiqh ialah untuk dapat
menetapkan kaidah-kaidah terhadap dalil-dalil syara’ yang terinci agar sampai
kepada hukum-hukum syara’ yang bersifat amali, yang ditunjuk oleh dalil-dalil
itu, dalam kaidah Ushul serta bahasanya itu dapat dipahami nash-nash syara’
dan hukum yang terkandung di dalamnya.
Para ulama Ushul Fiqh sepakat bahwa Ushul Fiqh merupakan salah satu
sarana untuk mendapatkan hukum-hukum Allah sebagaimana yang di
kehendaki oleh Allah dan Rasul-Nya, bahkan yang berkaitan dengan masalah

1
Prof.Dr.Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqih
2
https://morimanjusri.wordpress.com/2012/09/21/tujuan-mempelajari-fiqh-dan-ushul-fiqh/
akikah, ibadah, mua’malah, maupun akhlak. Dengan kata lain, Ushul Fiqh
bukanlah sebagai tujuan melainkan sebagai metode, sarana atau alat.

Sebagai contoh dalam hal ini penetapan hukum asal dari larangan itu
hukumnya haram, yang terdapat pada Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 168 :

‫ت ال َّشي ْٰط ِن قلى اِنَّه لَ ُكـ ْم َعد ٌُّو ُّمـبِي ٌْن‬


ِ ‫ض َح ٰلالً طَيِّـبًا َوالَ تَتـَّبِعُوْ ا ُخطُ َوا‬ ّ
ِ ْ‫َٰٰيَـآ يُّـهَا النَّاسُ ُكلُوْ ا ِم َّما فِي األر‬

“hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Karena
sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS Al-Baqarah :
168)3
2. Tujuan Fiqih
Tujuan mempelajari fiqih ialah untuk menerapkan hukum syara’ pada
setiap perkataan dan perbuatan mukallaf, karena itu ketentuan- ketentuan itulah
yang dipergunakan untuk memutuskan segala perkara dan yang menjadi dasar
fatwa, dan bagi setiap mkallaf akan mengetahui hukum syara’ pada setiap
perkataan dan perbuatan yang mereka lakukan.
Selain itu, tujuan mempelajari fiqih lainnya yaitu untuk menerapkan
hukum- hukum syariat islam terhadap perbuatan dan ucapan manusia,seperti
rujukan seorang hakim dalam keputusannya, rujukan seorang seorang Mufti
dalam fatwanya, dan rujukan seorang mukallaf untuk mengetahui hukum syariat
dalam ucapan dan perbuatannya.
3.Tujuan Syari’ah
A.Menunjukan bahwa nilai-nilai ajaran dan ketentuan Allah itu lebih
tinggi dan luhur dibandingkan dengan pemikiran manusia. Hal ini sesuai dengan
firman Allah swt. dalam surat at-Taubah ayat 40:
Artinya: Dan Allah mejadikan seruan oranh-orang yang kafir itulah yang
rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah maha perkasa lagi
mahabijaksana.
B. Melaksanakan syari`ah yang telah ditetapkan Allah kepada umat
manusia. Hal ini karena Allah swt. telah menetapkan syari`ahnya masing-

3
https://pesantrenmaqi.net/ushul-fiqih/tujuan-mempelajari-ushul-fiqih/
masing bagi tiap-tiap umat, sebagaimana telah disebutkan dalam firman-Nya
dalam surat al-Hajj ayat 67:
Artinya: Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syari`at tertentu yang mereka
lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan
(syari`ah) ini dan serulah kepada (agama) Tuhan-mu. Sesungguhnya kamu
benar-
benar berada pada jalan yang lurus.
C. Mempersatukan pandangan hidup dan perbuatan manusia. Firman Allah
swt. dalam surat al-An`am ayat 153:Artinya: Dan bahwa (yang aku perintahkan)
ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia. Dan janganlah kamu
mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan itu mencerai-beraikan kamu dari
jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu
bertaqwa.
D.Kesejahteraan dan kemaslahatan hidup manusia, baik di dunia dan akhirat,
dimana syari`ah Islam menjamin terwujudnya tiga hal yang merupakan
kebutuhan manusia yaitu:
-Adanya perlindungan tentang masalah pokok dalam kehidupan
(dharuriyyat/primer).Yang dimaksud dengan daruriyyat adalah memelihara
kebutuhan-kebutuhan pokok yang meliputi lima hal, yaitu hifzu ad-dîn
(memelihara agama), hifzu an-nafs (memelihara jiwa), hifzu al-`aqli
(memelihara akal), hifzu an-nasl (memelihara keturunan) dan hifzu al-mâl
(memelihara harta).
Kelima hal ini dinamakan dharuriyat al khams.
-Terbukanya jalan untuk mengatasi kesulitan dan hal-hal yang memberatkan
dalam melaksanakan kewajiban, sehingga memberikan kemudahan dan
keringanan. Kebutuhan ini dinamakan dengan kebutuhan hajiyyat
(sekunder/kebutuhan penting). Hal ini diwujudkan dalam syari`ah dengan
adanya
rukhsah dalam beberapa hal.

-Memberikan kesempatan kepada manusia untuk melengkapi dan


menyempurmakan kehidupannya,seperti ketentuan-ketentuan amalan sunat juga
keharusan bersih dan suci badan,pakaian juga tempat dalam melaksanakan
ibadah sholat.Termasuk dalam hal ini pula bersikap jujur dalam kehidupan
bermasyarakat, larangan membunuh orang lanjut usia dan anak kecil dalam
peperangan.4

2.3 Keistimewaan Syari’ah dan Fiqih


1.keistimewaan Syari’ah
syariat Islam bersifat komperhensif, yakni mengatur semua aspek
kehidupan. Allah SWT berfirman: “Dan Kami turunkan kepadamu
(Muhammad) Al Kitab (Al Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan
petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”
(QS. An Nahl, 16:89). Ketiga, sempurna dan sesuai dengan fitrah manusia.
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu” (QS. Al Maa-idah, 5:3). Kesesuaian dengan fitrah manusia,
maksudnya memandang manusia tidak sebagai hewan sehingga hanya
memenuhi kebutuhan biologisnya, tidak juga sebagai malaikat yang tidak
memiliki hawa nafsu. Tetapi seimbang antara kebutuhan jasmani dan rohani
(QS. Al Qashash,28:77). Bahkan dua-duanya dalam Islam tidak bisa dipsah-
pisahkan antara urusan dunia dan akhirat. bila seorang muslim mencari harta itu
pun harus dalam rangka dunia dan akhirat, sehingga dalam mencarinya harus
sesuai dengan aturan-Nya.
Keempat, fleksibel (luwes). Ada beberapa bentuk fleksibelitas Syariat
Islam, di antaranya, Pertama, dari sisi hawa nafsu, Islam tidak menghendaki
manusia itu mematikan hawa nafsu dan juga tidak menyukai manusia yang
memenuhi nafsunya tanpa aturan, yang dituntut adalah upaya pengendalian
(QS. Al Maa-idah, 5:87; Ali Imran, 3:134) serta tidak boleh berlebih-lebihan
(QS. Al A’raaf, 7:31-32). Rasulullah Saw bersabda: “Tiap-tiap ucapan baik
tasbih, takbir. tahmid maupun tahlil adalah sedekah, amar ma’ruf nahi munkar
sedekah, bersenggama dengan isteri pun sedekah”. Para sahabat lalu bertanya,
“Apakah melampiaskan syahwat mendapat pahala?” Nabi menjawab,
“Tidakkah kamu mengerti bahwa kalau dilampiaskannya di tempat yang haram
bukankah itu berdosa? Begitu pula kalau syahwat diletakkan di tempat halal,
maka dia memperoleh pahala”(HR. Muslim).
Kedua, mudah dalam mengerjakan shalat, karena semua bumi ini masjid
kecuali kuburan dan tempat pemandian (HR. Ahmad). Ketiga, sangat sedikit
yang dibebankan dan yang diharamkan. Keempat, gugurnya kewajiban yang
bisa diganti dengan yang lebih ringan. Gugurnya haji karena tidak mampu. Bila
4
http://pai.ftk.uin-alauddin.ac.id/artikel/detail_artikel/225
tidak mampu shaum boleh diganti fidiyah dan bila tidak dijumpai air untuk
berwudhu boleh bertayamum (QS. Ali Imran, 3:97, Al Baqarah, 2:184; An
Nisaa’, 4:43). Kelima, dalam kondisi yang betul-betul “darurat” seorang muslim
diperbolehkan melakukan yang dilarang (QS. Al Baqarah, 2:173; Al An’aam,
6:145, An Nahl, 16:115).
Keenam, pelaksanaan kewajiban ada yang mutlak harus sempurna tapi
ada juga “ruksyah” (keringanan). Ketujuh, gugurnya kewajiban berperang bagi
yang tidak mampu, di antaranya orang-orang buta dan pincang (QS. Al Fat-h,
48:17). Kedelapan, dihalalkan beberapa jenis binatang ternak yang dulu
diharamkan. Kesembilan, larangan shaum sepanjang tahun penuh. Kesepuluh,
bertahap dalam pelaksanakan kewajiban, sebagaimana pelarangan khamar (QS.
Al Baqarah, 2:219; An Nisaa’, 4:43; Al Maa-idah, 5:90). Kesebelas, tidak ada
perantara antara hamba dengan Allah, baik dalam akidah maupun dalam ibadah,
tidak seperti kesalahan yang dilakukan kaum Yahudi dan Nasrani (QS. At
Taubah, 9:31). Keduabelas, ada hubungan interaksi sosial dengan non-muslim
khususnya ahli kitab (QS. Al Maa-idah, 5:5).5
2. keistimewaan Fiqih
Fikih Islam mempunyai banyak keistimewaan (sebagaimana dikumpulkan
dari Kitab Fajrul Islam karangan Ahmad Amin, Kitab Tarikh Al-Fiqh Al-Islami
karangan As-Sayis, Kitab Tarikh Tasyri’ karangan Al-Khudhari, Kitab Siyasah
Syar’iyyah karangan Abdurrahman Taj, Kitab Al-Amwal wa Nazhariyat
Al-‘Aqd karangan Muhammad Yusuf Musa halaman 126-154 dan Kitab Al-
Madkhal Al-Fiqhi karangan Musthafa Az-Zarqa’), di antaranya adalah
 PERTAMA, FIKIH BERASASKAN KEPADA WAHYU ALLAH
Berbeda dengan hukum-hukum positif yang ada, materi-materi fikih
bersumber dari wahyu Allah yang berada dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Dalam menyimpulkan hukum syara' (ber-istinbath), setiap mujtahid harus
mengacu kepada nash-nash yang berada dalam kedua sumber tersebut,
menjadikan semangat syariah sebagai petunjuk, memerhatikan tujuan-tujuan
umum syariat Islamiyyah, dan juga berpegang kepada kaidah serta dasar-dasar
umum hukum Islam. Jika para mujtahid melakukan hal ini, maka ijtihad yang
dihasilkan dapat dikatakan sumbernya otentik, bangunannya kokoh, dan
strukturnya kuat, karena dasar dan kaidah yang digunakan sempurna dan
mengakar hingga pada zaman kerasulan dan turunnya wahyu
 KEDUA, PEMBAHASANNYA KOMPREHENSIF MENCAKUP
SEGALA ASPEK KEHIDUPAN
5
https://www.republika.co.id/berita/44619/Keistimewaan_Syariat_Islam
Bila dibandingkan dengan undang-undang positif yang ada, fikih Islam
mempunyai keunggulan dalam hal objek pembahasannya. Fikih mengatur tiga
hubungan utama manusia, yaitu hubungannya dengan Sang Pencipta,
hubungannya dengan dirinya sendiri, dan hubungannya dengan masyarakat.
Hukum-hukum fikih adalah untuk kemaslahatan di dunia dan di akhirat,
sehingga urusan keagamaan dan juga kenegaraan diatur semuanya
 KETIGA, FIKIH SANGAT KENTAL DENGAN KARAKTER
KEAGAMAAN (HUKUM HALAL DAN HARAM)
Oleh sebab itu, fikih mempunyai keistimewaan dibanding dengan undang-
undang positif yang ada. Dalam fikih, setiap pekerjaan yang termasuk kategori
muamalat pasti dihubungkan dengan konsep halal dan haram. Atas dasar ini,
maka hukum-hukum muamalat dapat dikategorikan ke dalam dua
kelompok.Pertama, hukum duniawi.
 KEEMPAT, FIQIH MEMPUNYAI HUBUNGAN YANG ERAT
DENGAN AKHLAK
Perbedaan antara fikih dengan undang-undang ciptaan manusia ialah hukum
fikih terpengaruh dengan prinsip-prinsip akhlak. Sedangkan undang-undang
ciptaan manusia, tujuannya hanyalah untuk mengekalkan peraturan dan
ketenteraman masyarakat, walaupun dengan mengorbankan sebagian prinsip
agama dan akhlak. Fikih menekankan keutamaan, idealisme, dan akhlak yang
mulia. Atas dasar itu, maka ibadah disyariatkan untuk membersihkan jiwa dan
menyucikannya, supaya dapat menjauhkannya dari kemungkaran.
 KELIMA, BALASAN DI DUNIA DAN AKHIRAT BAGI YANG
TIDAK PATUH
Keistimewaan fikih bila dibanding dengan undang-undang ciptaan manusia
ialah, undang-undang ciptaan manusia hanya menetapkan balasan duniawi saja
bagi orang yang tidak patuh. Sedangkan fikih mempunyai dua jenis balasan,
yaitu: pertama, balasan duniawi dalam bentuk hukuman yang telah ditetapkan
oleh nash (hudud) dan yang tidak ditetapkan oleh nash (ta'zir) bagi kesalahan
zahir yang dilakukan oleh manusia.
 KEENAM, FIKIH MEMPUNYAI CIRI SOSIAL
KEMASYARAKATAN
Dalam aturan fikih ada usaha untuk menjaga kepentingan individu dan
kelompok sekaligus, agar kepentingan satu pihak tidak menzalimi yang lain.
Walaupun demikian, jika timbul pertentangan di antara dua kepentingan, maka
kepentingan umum lebih diutamakan
 KETUJUH, FIKIH SESUAI UNTUK D'TERAPKAN PADA MASA
APA PUN

Prinsip-prinsip utama fikih adalah prinsip-prinsip yang kekal dan tidak akan
berubah; seperti prinsip kerelaan dalam kontrak, prinsip ganti rugi,
pemberantasan tindakan kriminal, perlindungan terhadap hak, dan juga prinsip
tanggung jawab pribadi.
 KEDELAPAN, TUJUAN PELAKSANAAN FIQIH
Tujuan pelaksanaan fikih ialah untuk memberikan kemanfaatan yang
sempurna, baik pada tataran individu atau tataran resmi, dengan cara
merealisasikan undang-undang di setiap negara Islam berdasarkan fikih.
Karena, tujuan akhir dari fikih ialah untuk kebaikan manusia dan
kebahagiaannya di dunia dan akhirat. Sedangkan tujuan undang-undang ciptaan
manusia ialah, semata-mata untuk mewujudkan kestabilan masyarakat di dunia.6
2.4 hubungan antara syariah,ushul fiqih,fiqih
Kata syaria’h mengingatkan kita kepada wahyu dan atau sunnah
Nabi,sedangkan fiqh mengingatkan kita kepada ilmu hasil ijtihad.Adapun ushul
fiqh adalah thuruq al-istinbath,yaitu cara-cara yang ditempuh seorang mujtahid
dalam mengeluarkan hukum dari dalilnya,baik dengan menggunakan kaidah-
kaidah-kaidah bahasa(linguistic)maupun dengan menggunakan kaidah-kaidah
Ushuliyyah lainnya,agar fiqh yang dihasilkan meraih sebanyak mungkin nilai-
nilai syariah.
Adapun scenario keterkaitan antara ketiganya yakni sebagai berikut
-Sumber Hukum
-.Ushul Fiqih
-.Metodologi
-.Fiqih
Sesuai gambar diatas bahwa,fiqih merupakan hasil,yang didasarkan pada
sumber hukum serta diolah melalui metodologi tertentu.Dari semua pengertian
tersebut dapat dijelaskan bahwa,Allah SWT menurunkan syari’ah agar manusia
merasakan rahmatnya dan keadilannya,hidup maslahat dan mepunyai
makna,bahagia dunia dan akhirat.dan untuk mengaktualisasikan syariah,didalam
kenyataan hidup digunakan ushul fiqh dan kaidah-kaidah fiqh.Didalam fiqh
6
http://baitsyariah.blogspot.com/2019/08/keistimewaan-fikih.html
sikap dan perbuatan manusia diukur dengan”al-
Ahkamsah”(wajib,haram,sunat,,makruh,dan manusia mubah).Kesemuanya itu
diwarnai oleh rasa keindahan,tidak kaku,dan gersang.Dengan semua itu
dibangun system hokum islam yang lengkap7
2.5 Perbedaan antara syariah, fiqh, dan ushul fiqh
A .Perbedaan antara Syariah dengan fiqh
Terdapat beberapa perbedaan antara syariah dan fiqh, di antaranya:
• Objek
Syariah : obyek syariah meliputi batin dan lahir manusia dengan Tuhannya
(ibadah)
Fiqh : obyek fiqh adalah hubungan lahir antara manusia dengan manusia,
manusia dengan makhluk lain dan alam semesta.
• Sumber
Syariah : Sumber pokok Syariah berasal dari wahtu Illahi atau kesimpulan-
kesimpulan yang diambil dari wahyu seperti Al-Quran dan Hadits.
Fiqh : Fiqih berasal dari hasil pemikiran manusia dan kebiasaan-kebiasaan
yang terdapatdalam masyarakat atau hasil ciptaan manusia dalam bentuk
peraturan atau Undang-Undang.
• Sanksi
Syariah : pembalasan Tuhan di Akhirat, tapi terkadang tidak terasa oleh
manusia di dunia sanksinya yang tidak langsung.
Fiqh : Semua norma sanksi bersifat sekunder, dengan menunjuk pelaksana
negara sebagai pelaksana sanksinya.
• Ruang lingkup
Syariah : Syariah ruang lingkupnya sangat luas karena didalamnya
mengatur akhlak dan akidah. Syariah ruang lingkupnya sangat luas karena
didalamnya mengatur akhlak dan akidah.
Fiqh : Fiqih ruang lingkupnya terbatas.
• Jangka waktu
Syariah : Syariah berlaku abadi karenamerupakan ketetapan dari Allah
SWT dan ketentuan Rasulullah SAW.
7
Drs. Muhammad Iqbal, M.Ag,fiqih siyasah
Fiqh : Fiqih tidak berlaku abadi karena merupakan karya manusia. Fiqih dapat
berubah sesuai dengan perkembangan zaman.
• Sifat
Syariah : Syariah menunjukan kesatuan dalam Islam, dan hanya ada satu.
Fiqh : Fiqh menunjukan keragaman, dimungkinkan melebihi dari satu aliran
hukum/madzhab.
Persamaan antara keduanya yaitu merupakan dua hal yang mengarahkan
manusia ke jalan yang benar.
B. Perbedaan antara Fiqih dan Ushul Fiqh
Perbedaan fiqh dan ushul fiqh antara lain :
Pertama, Obyek fiqih adalah perbuatan mukallaf, sedangkan obyek ushul fiqih
adalah dalil-dalil syar’i.Contoh : mengambil bunga tabungan di bank
konvensional adalah riba. Ini adalah obyek bahasan fiqh, karena mengambil
bunga tabungan adalah perbuatan mukallaf. Sedangkan dalil keharaman tersebut
adalah dalil Alquran 2:275.
Artinya: .... padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Contoh obyek kajian ushul fiqh :
‫وأقيمواالصالة‬
Artinya :Dan dirikanlah shalat
Ayat tersebut adalah dalil perintah shalat.Dalil inilah yang menjadi obyek kajian
ushul fiqh. Mengeluarkan hukum dari dalil itu didasarkan pada kaedah :
‫األصل في األمر للوجوب‬
Artinya :“Asal dari perintah itu menunjukkan wajib”
Kedua, fiqh itu adalah produk dan hasil kerja dari ushul fiqh, sedangkan ushul
fiqh adalah alat untuk menghasilkan produk tersebut .Contoh : wajibnya shalat
adalah ketentuan hukum fiqh. Sedangkan alat (kaedah) yang digunakan untuk
menetapkan wajibnya shalat adalah :
‫األصل في األمر للوجوب‬
Artinya : Asal dari perintah itu Menunjukkan wajib8

8
http://pendidikanislam01.blogspot.com/2017/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Anda mungkin juga menyukai