Anda di halaman 1dari 11

A.

LATAR BELAKANG
SEJARAH HUKUM JAMINAN DI INDONESIA
Keadaan lembaga jaminan di Indonesia setelah Perang Dunia II mengalami
perkembangan yang lamban , dalam arti tidak terjadi pembaharuan hukum ataupun
pengaturan- pengaturan yang baru mengenai lembaga jaminan yang telah lama
dikenal sejak berlakunya Kitab Undang-undang Hukum Perdata , juga tidak terjadi
pengaturan hukum mengenai lembaga jaminan yang telah lama tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat dan telah lama diakui oleh Yurisprudensi, misalnya
lembaga jaminan fidusia, lembaga sewa beli,dan seterusnya (Sri Soedewi Masjchoen
1980 :3)
Jaminan kebendaan benda bergerak diikat dengan hak gadai sebagaimana
diatur dalam Kitab Undang- undang Hukum Perdata pada Buku Kedua Bab XX
pasal 1150 sampai dengan pasal 1161. Adapun obyek hak gadai adalah benda atau
barang bergerak baik bertubuh/ berwujud / berbentuk (lichamelijke zaken ) maupun
tidak bertubuh/ berwujud/ berbentuk (onlichamelijke zaken). Setelah berlakunya Undang-
Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agrari, hak - hak adat
yang bersifat bertentangan dengan ketentuan- ketentuan undang- undang tersebut tetapi
berhubung dengan keadaan masyarakat sekarang ini belum
dapat dihapuskan diberi sifat sementara dan akan diatur .
Contohnya adalah hak gadai yang disebut dalam pasal 53 jo pasal 52 ayat(2) daan ayat (3)
Undang-Undang Pokok Agraria yang menentukan , bahwa hak gadai sebagai hak yang
bersifat sementara diatur untuk membatasi sifat- sifatnya yang bertentangan dengan Undang -
Undang Pokok Agraria dan hak gadai itu diusahakan hapusnya didalam waktu
yang singkat , karena didaalam hak gadai ada unsur- unsurnya yang bersifat
pemerasan. (Rachmadi Usman 1998 :5)
Jaminan kebendaan hak hipotik pengaturannya terdapat dalam Kitab
Undang- undang Hukum Perdata Buku Kedua ,yaitu pasal 1162 sampai dengan
pasal 1170, pasal 1173 sampai dengan pasal 1185, pasal 1189 sampai dengan pasal
1194 dan pasaal 1198 sampai dengan pasal 1232. Pasal pasal lainnya yang
mengatur hipotik sejak semula belum pernah berlaku.
Hipotik adalah suatu lembaga jaminan yang diperuntukan bagi khusus tanah
yyang tunduk pada hukum barat , sedangkan jaminan yang sama bagi tanah- tanah
Indonesia telah dikeluarkan S. 1908-542 jo S. 1909- 586, yaitu Regeling betreffede
het creditverband yang mulai berlaku sejak 1 Januari 1910 sebagaimana telah diubah
1
dan ditambah dengan S.1917 - 497 jo S. 1917 -645, S. 1925-434, S.1939-287, S.
1931-168 jo S. 1931- 423, S. 1937- 190 jo S. 1931-191, S. 1938- 373 jo S. 1938-
264, menurut peraturan mana terhadap tanah - tanah hak milik Indonesia dapat
dijaminkan dengan credietverband. (Abdurrahman 1979 :173)
Sejak tahun 1960 telah terjadi perubahan mendasar terhadap Kitab Undang- undang
Hukum Perdata Indonesia, dengan disahkannya Undang Undang Pokok Agraria yang
bermaksud mengadakan unifikasi hukum pertanahan nasional . Perubahan yang besar terlihat
pada Buku Kedua Kitab Undang -Undang Hukum Perdata , dalam diktum Undang
Undang Pokok Agraria memutuskan Buku Kedua KUH Perdata sepanjang yang
mengenai bumi,air serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya , kecuali ketentuan
-ketentuan mengenai hipotik yang masih berlaku pada mulai berlakunya Undang Undang
Pokok Agraria dinyatakan tidak berlaku.

Undang Undang Pokok Agraria dalam hubungan dengan lembaga hak jaminan
menggariskan sebagai berikut :
A. Mencabut Buku Kedua Kitab Undang- undang Hukum Perdata sepanjang yang
mengenai bumi , air serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya, kecuali
ketentuan- ketentuan mengenai hipotik yang masih berlaku pada mulai
berlakunya Undang Undang Pokok Agraria
B. Undang Undang Pokok Agraria menentukan adanya lembaga hak jaminan atas
tanah yang diberi nama dengan sebutan " hak tanggungan " , yang untuk
selanjutnya akan diatur tersendiri, yaitu dengan Undang Undang Hak
Tanggungan ( pasal 51).
C. Adapun hak- hak atas tanah yang dapat dibebani dengan hak tanggungan
tersebut adalah hak milik , hak guna usaha,dan hak guna bangunan sebagaimana
tersebut dalam pasal- pasal 25,33 dan 39 Undang-Undang Pokok Agraria
D. Selama Undang-Undang Hak Tanggungan yang dimaksud belum terbentuk
maka untuk sementara yang berlaku adalah ketentuan- ketentuan mengenai
hipotik tersebut dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan
Credietverband tersebut dalam S. 1908-542 sebagai yang telah diubah dengan S.
1937- 190 (pasal 57).
Credietverband merupakan suatu lembaga jaminan yang diciptakan untuk
memberikan kesempatan kepada golongan pribumi untuk dapat memperoleh kredit
dari lembaga - lembaga perbankan , dengan jaminan hak- hak atas tanah yang bukan

2
merupakan hak- hak yang dikenal dalam Kitab Undang- undang Hukum Perdata yaitu
hak- hak atas tanah menurut hukum adat yang mereka punyai. Karena hipotik hanya
dapat diterapkan pada hak- hak atas tanah yang dikenal dalam Burgerlijk Wetboek ( J.
Satrio 1993 ). Oleh karena itu pemerintah Hindia Belanda memandang perlu
menciptakan lembaga hukum jaminan atas hak atas tanah dengan jalan mereduksi
lembaga dan ketentuan - ketentuan mengenai hipotik.

Hak jaminan yang lain adalah fidusia ( fiduciare-eigendomsoverdracht)


,yang diciptakan melalui Yurisprudensi. Fidusia adalah hak jaminan berupa Niken
Praseyowati dan Tony Hanoraga – 124. Penyerahan hak atas benda berdasarkan kepercayaan
yang disepakati sebagai jaminan bagi pelunasan utang. Jadi fidusia pada hakekatnya adalah
penyerahan hak milik atas suatu benda kepada kreditor dengan perjanjian bahwa penyerahan
tersebut hanya untuk menjamin atas pembayaran kembali uang pinjaman.

Debitor dan Kreditor saling percaya bahwa penyerahan benda tersebut hanya untuk
jaminan. Subekti mengemukakan , bahwa begitu sukarnya memperjuangkan kedudukan
fidusia sebagai hak kebendaan ,disebabkan karena dalam hukum perdata sudah lama dianut
suatu sistem, bahwa hak kebendaan itu terbatas jumlahnya dan hanya dapat diciptakan oleh
peraturan undang-undang. Pada awalnya dianggap sebagai gadai yang gelap ( klandestio )
,tetapi karena kebutuhan masyarakat yang begitu mendesak akan adanya suatu bentuk
jaminan barang bergerak yang tetap dapat dikuasai oleh si berutang , yaitu barang-barang
yang diperlukan untuk menjalankan usaha , maka akhirnya fidusia ini diberikan legalitas.
(Subekti 1991 : 66).

Untuk melaksanakan amanat Undang-undang Pokok Agraria maka pada tanggal 9 April
1996 telah disahkan Undang- undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas
Tanah Beserta Benda-benda Yang Berkaitan Dengan Tanah.,dengan demikian maka
ketentuan-ketentuan mengenai hipotik dan credietverband dalam Buku Kedua Kitab Undang
-undang Hukum Perdata dan S. 1908-542 serta perubahannya dinyatakan tidak berlaku.
Demikian juga dengan lembaga jaminan fidusia telah diatur dalam Undang- undang No. 42
Tahun 1999.1

1
Jurnal Hukum Jaminan (PDF)
https://www.researchgate.net/publication/316924914_JAMINAN_KEBENDAAN_DAN_JAMINAN_PERORANGA
N_SEBAGAI_UPAYA_PERLINDUNGAN_HUKUM_BAGI_PEMILIK_PIUTANG
3
B. PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN JAMINAN
Pada dasarnya, istilah jaminan itu berasal dari kata,”jamin” yang berarti “tanggung”,
sehingga jaminan dapat diartikan sebagai tanggungan. Menurut Pasal 2 ayat (1) surat
Keputusan Direksi Bank Indonesia No.23/69/KEP/DIR tanggal 28 Februaru 1991 tentang
Jaminan Pemberian Kredit dikemukakan bahwa jaminan adalah suatu keyakinan bank atas
kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan perjanjian.
Dari ketentuan pasal 1131 KUHP dan pasal 1132 KUHP dapat diketahui arti dari jaminan
tersebut. Ketentuan pasal 1131 menyatakan bahwa “segala kebendaan si berutang, baik yang
bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru aka nada di
kemudian hari, menjadi jaminan suatu segala perikatan pribadi debitur tersebut”.
Dari pasal 1132 KUHP dapat diketahui bahwa apabila seorang debitur mempunyai
beberapa kreditur, maka pada prinsipnya kedudukan para kreditur itu adalah sama (asas
paritas creditorium). Dalam hal harta kekayaan debitur yang bersangkutan tidak mencukupi
untuk melunasi hutang-hutangnya, maka para kreditur itu dibayar berdasarkan asas
keseimbangan.
Asas keseimbangan ini dapat dikecualikan atau dikesampingkan apabila ada alas an-
alasan yang sah. Alasan-alasan yang sah ini dapat berbentuk Undang-Undang atau karena
adanya perjanjian.

2. FUNGSI JAMINAN
Fungsi jaminan adalah untuk meyakinkan bank atau kreditur, bahwa debitur mempunyai
kemampuan untuk mengembalikan atau melunasi kredit dengan persyaratan dan perjanjian
kredit yang telah disepakatti bersama.2

3. OBJEK DAN RUANG LINGKUP JAMINAN


Objek kajian merupakan sasaran di dalam penyelidikan atau pengkajian hukum jaminan.
Objek itu dibagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu objek materiil dan objek forma. Objek
materiil yaitu bahan (materiil) yang dijadikan sasaran dalam penyelidikannya. Objek materiil
hukum jaminan adalah manusia. Objek forma yaitu sudut pandang tertentu terhadap objek
materiilnya. Jadi objek forma hukum jaminan adalah bagaimana subjek hukum dapat
membebankan jaminannya pada lembaga perbankan atau lembaga keuangan non bank.

2
Dr.Abdul R.Salim,S.H.,M.M”Hukum Bisnis Untuk Perusahaan” 16-17.
4
Pembebanan jaminan merupakan proses, yaitu menyangkut prosedur dan syarat-syarat di
dalam pembebanan jaminan. Sedangkan ruang lingkup kajian hukum jaminan meliputi
jaminan umum dan jaminan khusus. Jaminan khusus dibagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu
jaminan kebendaan dan perorangan. Jaminan kebendaan dibagi menjadi jaminan benda
bergerak dan tidak bergerak.
Yang termasuk dalam jaminan benda bergerak meliputi gadai dan fidusia, sedangkan
jaminan benda tidak bergerak meliputi hak tanggungan, fidusia, khususnya rumah susun,
hipotek kapal laut dan pesawat udara. Sedangkan jaminan perorangan meliputi borg,
tanggung-menanggung (tanggung renteng) dan garansi bank.3

JENIS JAMINAN
Secara umum jaminan dapat dibedakan menjadi jaminan perorangan (persoonlijke
zekerheid) dan jaminan kebendaan (zkerijke zekerheid).

1. Jaminan Perorangan (Personal Guaranty)


Jaminan perorangan adalah jaminan seorang dari pihak ketiga yang bertindak untuk
menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban dari debitur. Dalam jaminan perorangan
(borgtocht) itu selalu dimaksudkan bahwa untuk pemenuhan kewajiban-kewajiban pihak
debitur, yang dijamin pemenuhannya seluruhnya atau sampai suatu bagian tertentu, harta
benda debitur dapat disita dan dilelang menurut ketentuan-ketentuan.
Perjanjian perorangan ini juga bersifat accesoir, dalam arti bahwa perjanjian bahwa
perjanjian perorangan itu baru timbul setelah dilahirkannya perjanjian pokok berupa
perjanjian utang piutang.
Tanggung jawab penanggung terhadap debitur, adalah tanggung jawab yang bersifat
suatu “cadangan” saja, jika pendapatan lelang sita atas harta benda debitur itu tidak
mencukupi untuk melunasi utangnya barulah tiba gilirannya untuk menyita harta benda
penanggung/penjamin. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 1831 KUHP.
Akibat lain dari hubungan antara debitur dan penanggung yang telah membayar, dapat
menuntutnya kembali tanpa pengetahuan debitur utama, baik penanggungan telah
diadakan maupun tanpa pengetahuan debitur utana. Penuntutan kembali ini mengenai
bunga serta biaya-biaya lain.4

3
Ashibly Unihaz “Buku Ajar Hukum Jaminan”
4
Dr.Abdul R.Saliman, S.H., M.M”Hukum Bisnis Untuk Perusahan” 18
5
Karena jaminan perorangan ini tidak ada hak privilege atau hak yang diistimewakan,
maka jaminan itu hampir tidak berarti bagi bank sebagai pihak pemberi kredit.
Bagi pihak kreditur menginginkan jaminan yang lebih kuat dan bersifat khusus.

2. Jaminan Kebendaan
Jaminan kebendaan adalah suatu tindakan penjaminan yang dilakukan oleh di
berpiutang terhdap debitornya, atau antara si berpiutang dengan pihak ketiga guna
memenuhi kewajiban-kewajiban dari si berpiutang .
Dengan demikian, pemberian jaminan kebendaan kepada seorang kreditur tertentu,
memberikan kepada kreditor tewrsebut suatu “privilege” atau kedudukan istimewa
terhadap para kreditur lainnya.5

LEMBAGA-LEMBAGA JAMINAN INDONESIA


1. Hak Tanggungan
A. Pengertian Hak Tanggungan
Hak tanggungan adalah hak yang dibebankan pada hak atas tanah beserta benda-
benda lain yang merupakan kesatuan dengan tanah. Benda-benda yang melekat tetap
pada bangunan. Menurut ketentuan Pasal 1 Undang Undang No.4 Tahnun 1996
tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan
Tanah.

B. Pengaturan Hak Tanggungan


Pada Tahun 1996 dengan diberlakukannya Undang Undang No.4 Tahun 1996
tentang Hak Tanggungan Atas Tanah serta Benda-Benda yang Berkaitan dengan
Tanah sejak tanggal 9 April 1996.
Keberadaan Undang-Undang Hak Tanggungan ini mempunyai konsekuensi
yuridis terhadap system hokum perdata yang berkaitan dengan pemberian kredit.
Ketentuan PasAL 29 Undang-Undang Hak Tanggungan bahwa dengan berlakunya
Undang Undang ini, ketentuan mengenai Creditverband sebagaimana tersebut dalam
Staatsblad 1908-542 jo. Staatsblad 1937-190 jo. Staatsblad 1937-191 dan ketentuan
mengenai hipotek sebagaimana tersebut dalam Buku II Kitab Undang Undang Perdata
Indonesia sepanjang mengenai pembeban hak tangguan pada hak atas tanah beserta
benda-benda yang berkaitan dengan tanah yang dinyatakan tidak berlaku lagi.
5
Dr.Abdul R.Saliman, S.H., M.M”Hukum Bisnis Untuk Perusahan” 19
6
C. Asas-asas Hak Tanggungan
1. Asas Publisitas
Mengenai asa publisitas ini dapat diketahui dari ketentuan Pasal 13 ayat (1)
Undang Undang Hak Tanggungan yang menyatakan bahwa “Pemberian hak
tanggungan wajib didaftarkan pada Kantor Pertanahan”. Dan dalam bagian
penjelasan pasal ini dikatakan bahwa salah satu asas hak tanggungan adalah asas
publisitas. Didaftarkannya pemberian Hak Tanggungan merupakan syarat
mutlak untuk lahirnya hak tanggungan tersebut dan mengikatnya Hak
Tanggungan terhadap pihak ketiga.
2. Asas Spesialitas
Dianutnya asa spesilitas ini dalam Undang Undang Hak Tanggungan dapat
di ketahui dari bagian penjelasan Pasal 11 ayat (1) yang menyatakan bahwa
“Ketentuan ini menetapkan isi yang sifatnya wajib untuk sahnya Akta
Pemberian Hak Tanggungan. Tidak dicantumkannya secara lengkap hal-hal
yang disebut pada ayat ini dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan
mengakibatkan akta yang bersangkutan batal demi hukum.
3. Asas Tak Dapat Dibagi-bagi
Hak tanggungan juga menganut asa tak dapat dibagi-bagi. Hal ini ditentukan
secara tegas dalam Passal 2 ayat (1) Undang Undang Hak Tanggungan yang
menyatakan bahwa “Hak Tanggungan mempunyai sifat tidak dapat dibagi-bagi,
kecuali jika diperjanjian dalam Akta Pemberian Hak Tangguan sebagaimana
maksud pada ayat (2).”6
Dalam penjelasan Pasal 2 ayat (1) tersebut dikatakan bahwa yang dimaksud
dengan sifat tidak dapat dibagi-bagi dari Hak Tanggungan adalah bahwa hak
tanggungan membebanni secara utuh objek hak tanggungandan setiap bagian
daripadanya.
4. Asas Inbezittstelling
Yaitu barang jaminan (gadai) harus berada pada penerima gadai7

5. Asas Horizontal

6
Dr.Abdul R.Saliman, S.H., M.M”Hukum Bisnis Untuk Perusahan” 23
7
Ashibly Unihaz “Buku Ajar Hukum Jaminan”
7
Yaitu bangunan dan tanah bukan merupakan satu kesatuan. Hal ini dapat
dilihat dalam penggunaan hak pakai, baik tanah negara maupun tanah hak milik.
Bangunannya milik dari yang bersangkutan atau pemberi tanggungan, tetapi
tanahnya milik orang lain, berdasarkan hak pakai (Salim HS, 2014 : 9-10).8

D. Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) dan Janji-janji yang


Terkandung di Dalamnya
Menurut Pasal 11 ayat (1) Akta Pemberian Hak Tanggungan ini wajib memuat
hal-hal berikut :
1. Nama dan identitas pemegang dan pemberi hak tanggungan.
2. Domisili pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada huruf a, dan apabila di
antara mereka ada yang berdomisili di luar Indonesia, baginya harus pula
dicantumkan suatu domisili pilihan di Indonesia, dan dalam domisili pilihan itu
tidak dicantumkan, kantor PPAT tempat pembuatan Akta Pemberian Hak
Tanggungan dianggap sebagai domisili yang dipilih.
3. Penunjukan secara jelas utang-utang yang di jamin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 dan Pasal 10 ayat (1).
4. Nilai tanggungan.
5. Uraian yang jelas mengenai objek hak tanggungan.

Adapun mengenai janji-janji yang dapat dicantumka dalam Akta yang dapat
dicantumkan dalam akta Pemberian Hak Tanggungan adalah ditentukan dalam Pasal
11 ayat (2) Undang Undang Hak Tanggunngan . Sebagai berikut:
1. Janji yang membatasi pemberi hak tanggungan untuk menyewakan objek hak
tanggungan atau menentukan atau mengubah jangka waktu sewa atau menerima
uang sewa di muka, kecuali dengan persetujuan lebih dahulu dari pemegang hak
tanggungan.
2. Janji yang membatasi kewenangan pemberi hak tanggungan untuk mengubah
bentuk atau tata susunan objek hak tanggungan, kecuali dengan persetujuan
tertulis lebih dahulu dari pemegang hak tanggungan.9
3. Janji yang memberikan kewenangan kepada pemegang hak tanggungan untuk
mengelola objek hak tanggungan berdasarkan penetapan Ketua Pengadilan

8
Ashibly Unihaz “Buku Ajar Hukum Jaminan”
9
Dr.Abdul R.Saliman, S.H., M.M”Hukum Bisnis Untuk Perusahan” 26
8
Negeri yang daerah hukunya meliputi letak objek hak tanggungan apabila
debitur sungguh-sungguh cedera janji.
4. Janji yang memberikan kewenangan kepada pemegang hak tanggungan untuk
menyelamatkan objek hak tanggungan, jika hal itu di perlukan dalam
pelaksanaan eksekusi atau untuk mencegah menjadi hapusnya atau
dibatalkannya hak yang menjadi objek hak tanggungan karena tidak dipenuhi
atai dilarangnya ketentuan undang-undang.
5. Janji bahwa pemegang hak tanggungan pertama memiliki hak untuk menjual
atas kekuasaan sendiri objek hak tanggungan apabila debitur cedera janji.

GADAI
Pengertian Gadai
Gadai berasal dari terjemahan dari kata pand (bhs. Belanda) atau pledge atau pawn (bhs
Inggris). Perumusan gadai diberikan dalam pasal 1150 KUHPyang bunyinya sebagai berikut :
“Gadai adalah suatu hak yang diperolah seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang
diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang
memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang
tersebut secara didahulukan daripada orang-orang berpiutang lainnya; kecuali biaya untuk
melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan setelah
barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan.”
Dari perumusan pasal 1150 KUHP diatas dapat disimpulkan bahwa gadai merupakan
suatu hak jaminan kebendaan atas kebendaan bergerak tertentu milik debitur atau seseorang
lain atas nama debitur untuk dijadikan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu, yang
memberikan hak didahulukan kepada pemegang hak gadai atau atas kreditur lainnya, setelah
terlebih dahulu menyisihkan biaya untuk lelang dan biaya menyelamatkan barang-barang dan
yang diambil dari hasil penjualan melalui pelelangan umum atasbarang-barang yang
digadaikan.10
1. Sifat dan Ciri-ciri Hak Gadai
Berdasarkan ketentuan dalam pasal 1150 dan pasal-pasal lainnya dalam KUHP,dapat
disimpulkan sifat dan ciri-ciri yang melekat pada hak gadai itu, sebagai berikut :

10
https://www.academia.edu/4502719/Konsentrasi_-_Hukum_Jaminan_-_Gadai.
diakses Sabtu. Pukul 18.38 WIB
9
A. Objek atau barang-barang gadai adalah kebendaan yang bergerak, baik
kebendaan bergerak yang berwujud maupun kebendaan bergerak yang tidak berwujud
(pasal 1150, pasal 1153 KUHP)
B. Gadai merupakan hak kebendaan atas benda atau barang-barang yang
bergerak milik seseorang (pasal 1152 ayat (3) juncto pasal 528 KUHP), karenanya
walaupun barang-barang yang digadaikan tersebut beralih atau dialihkan kepada
orang lain, barang-barang yang digadaikan tersebut tetap atau terus mengikuti kepada
siapapun objek barang-barang yang digadaikan itu berada (droit de suite), apabila
barang-barang yang digadaikan hilang atau dicuri orang lain, maka kreditor pemegang
gadai berhak untuk menuntut kembali
C. Hak gadai memberikan kedudukan diutamakan (hak preferensi atau droit de
preference) kepada kreditur pemegang hak gadai (pasal 1133, pasal 1150 KUHP)
D. Kebendaan atau barang-barang yang dengan harus berada di bawah
penguasaan kreditor pemegang hak gadai atau pihak ketiga untuk dan atas nama
pemegang hak gadai (pasal 1150, pasal 152 KUHP)
E. Gadai bersifat accessoir pada perjanjian pokok atau pendahuluan tertentu,
seperti perjanjian pinjam-meminjam uang, utang piutang, atau perjanjian kredit (pasal
1150 KUHP)
F. Gadai mempunyai sifat tidak dapat dibagi-bagi, yaitu membebani secara utuh
objek kebendaan atau barang-barang yang digadaikan dan setiap bagian daripadanya.

FIDUSIA
PENGERTIAN JAMINAN FIDUSIA
Fidusia berasal dari bhs.Belanda yaitu Fiducie, dalam bhs. Inggris fiduciary transfer of
ownership, yangg artinya. Dalam berbagai literatur, fidusia lazim disebut dengan istilah
eigendom overdract (FEO) yaitu penyerahan hak milik berdasarkan kepercayaan.
Menurut Pasal 1 angka 2 Jaminan Fidusia adalah jaminan atas benda bergerak baik yang
berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang
tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam UU NO. 4 Tahun 1996
tentang Hak Tanggungan tetap berada dalam penguasaan Pemberi Fidusia. , sebagai
tanggungan bagi pelunasan uang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan
kepada Penerima Fidusia terhadap kreditur lainnya.11

11
https://www.academia.edu/4502719/Konsentrasi_-_Hukum_Jaminan_-_Gadai di akses. sabtu 18:30 WIB
10
1. Unsur-unsur Jaminan Fidusa
A. Adanya hak jaminan
B. Adanya objek, yaitu benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak
berwujud dan benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak dibebani hak
tanggungan. Ini berkaitan dengan pembebanan jaminan rumah susun.
C. Benda menjadi objek jaminan tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia
D. Memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur. 12

Kesimpulan

E. -Fungsi jaminan adalah untuk menjamin pelunasan utang apabila debitor


wanprestasi terutama akan jelas tampak pada perjanjian jaminan kebendaan
karena adanya obyek jaminan yang berupa benda tertentu,sehingga hak ini bersifat
absolut, sedangkan pada jaminan perorangan hanya ada kesanggupan pihak ketiga
untuk menjamin pemenuhan kewajiban debitor, tanpa didukung perjanjian
jaminan kebendaan yang mengikat pihak ketiga tersebut maka jaminan
perorangan hanya merupakan hak yang bersifat relatif seperti halnya jaminan yang
bersifat umum.
F. -Dalam hal kepastian hukum dan jaminan rasa aman bagi kreditor maka jaminan
kebendaan adalah lebih kuat daripada jaminan perorangan,selain itu jaminan
kebendaan memberikan hak preferen kepada kreditor pemegang hak jaminan
kebendaan tersebut. 13

12
https://www.academia.edu/4502719/Konsentrasi_-_Hukum_Jaminan_-_Gadai.
diakses Sabtu. Pukul 18.38 WIB
13
Jurnal Hukum Jaminan (PDF)
https://www.researchgate.net/publication/316924914_JAMINAN_KEBENDAAN_DAN_JAMINAN_PERORANGA
N_SEBAGAI_UPAYA_PERLINDUNGAN_HUKUM_BAGI_PEMILIK_PIUTANG
11

Anda mungkin juga menyukai