Anda di halaman 1dari 14

Tugas Individu

MAKALAH
ANALISIS USAHA PEMBENIHAN IKAN KOI
Dosen Pembimbing :Yuliadi., S.pi, M.M

OLEH

WILDA SRI NURALAM

1922110049

JURUSAN BUDIDAYA PERIKANAN

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE KEPULAUAN

2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Budidaya perikanan memiliki banyak jenisnya salah satu yang mengalami perkembangan
pesat saat ini adalah budidaya ikan hias. Ikan hias merupakan salah satu komoditi
perikanan yang potensial dalam menghasilkan devisa bagi negara dan mensejahterakan
masyarakat perikanan(pembudidaya). Pangsa pasar ikan hias Indonesia di dunia saat ini
sebesar 7,5 %,lebih kecil dibandingkan dengan pasar Singapura yang mencapai 22,8 %,
sedangkan potensi ikan hias Indonesia jauh melebihi negara tetangga tersebut.Potensi
ikan hias di Indonesia tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, Bali,Kalimantan,Sulawesi,
Maluku, dan Papua.

Pada saat ini peminat ikan hias terus bertambah dan semakin menyebar keseluruh lapisan
masyarakat. Meskipun kemampuan daya belinya bervariasi,masyarakat perkotaan di
Indonesia melengkapi rumahnya dengan akuarium-akuarium yang diisi beragam ikan hias
salah satunya ikan koi. Corak sisiknya yang berwarna-warni membuat ikan ini banyak
digemari, terutama oleh para pengusaha ikan hias.

Ikan koi (Cyprinus carpio) adalah salah satu jenis ikan hias air tawar yang mempunyai
nilai ekonomis tinggi, karena jenis ikan ini sangat digemari keindahan fisik dan tingkah
lakunya oleh masyarakat sehingga harga jualnya di pasaran relatif stabil. Budidaya ikan
koi membutuhkan adanya teknik pembenihan demi kelanjutan usaha perikanan dan
menjamin ketersediaan benih ikan koi yang semakin meningkat permintaannya, baik
dengan teknik reproduksi alami maupun teknik reproduksi buatan. Dalam menyediakan
benih ikan yang memadai, perlu adanya kesinambungan penyediaan induk matang gonad
yang sehat dan berkualitas. Keberhasilan teknik penyimpanan gamet sangat
menguntungkan, karena kesempatan memijahkan akan semakin banyak, kapan dan
dimanapun diperlukan jika gamet dapat disimpan di luar tubuh ikan. Oleh karena itu
dalam makalah ini “Rencana Usaha Pembenihan Ikan Koi” ini akan disampaikan
tahapan-tahapan dan teknik pembenihan ikan koi, beserta analisa usahanya untuk
meningkatkan ketersediaan benih yang berkualitas dari ikan koi dan meningkatkan
pendapatan pembudidaya ikan koi khususnya disektor pembenihan.
1.2 Tujuan
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang teknik pembenihan ikan koi dan juga
prospek ekonomi yang dapat diraih dari usaha pembenihan ikan koi tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Biologi Ikan Gurame

Ikan Koi termasuk ke dalam golongan ikan carp (karper). Pemuliaan yang dilakukan
bertahun-tahun menghasilkan garis keturunan yang menjadi standar penilaian koi.
Adapun klasifikasi ikan koi menurut Khairruman (2000), yaitu :
Filum               : Chordata
Sub filum         : Vertebrata
Superkelas      : Pisces
Kelas               : Osteichthyes
Sub kelas        :  Actinopterygii
Ordo                : Cyprinoformes
Sub ordo         : Cyprinoidea
Famili              : Cyprinidae
Sub Famili       : Cyprininae
Genus             : Cyprinus
Spesies           : Cyprinus carpio

 Badan koi berbentuk seperti torpedo dengan perangkat gerak berupa sirip. Sirip – sirip
yang melengkapi bentuk morfologinya adalah sebuah sirip punggung, sepasang sirip
dada, sepasang sirip perut, sebuah sirip anus, dan sebuah sirip ekor. Untuk berfungsi
sebagai alat gerak, sirip ini terdiri dari jari – jari keras, jari – jari lunak, dan selaput sirip.
Sirip dada dan sirip ekor hanya mempunyai jari jari lunak. Sirip punggung mempunyai 3
jari – jari keras dan 20 jari lunak. Sirip perut hanya terdiri dari jari – jari lunak sebanyak
9 buah. Sirip anus mempunyai 3 jari – jari keras dan 5 jari – jari lunak.Pada sisi
badannya, dari pertengahan kepala hingga batang ekor, terdapat gurat sisi (linea
lateralis) yang berguna untuk merasakan getaran suara. Garis ini terbentuk dari urat –
urat yang ada di sebelah dalam sisik yang membayang hingga sebelah luar. Badan koi
tertutup selaput yang terdiri dari 2 lapisan. Lapisan pertama terletak di luar yang disebut
dengan epidermis, sedang lapisan dalam disebut sebagai endodermis. Epidermis terdiri
dari sel – sel getah yang menghasilkan lendir (mucus) pada permukaan badan koi.
Lapisan endodermis terdiri dari serat – serat yang penuh dengan sel. Di lapisan ini juga
terdapat sel warna.
Sel warna ini mempunyai corak yang sangat kompleks yang dengan cara kontraksi
memproduksi larutan dengan 4 macam sel warna yang berbeda. Adapun keempat sel
tersebut adalah melanophore (hitam), xanthophore (kuning), erythrophore (merah),
dan guanophore (putih). Organ perasa dan syaraf mempunyai hubungan erat dengan
penyusutan dan penyerapan sel warna. Organ – organ ini sangat reaktif sekali dengan
cahaya. Tempatnya terletak di antara lapisan epidermis dan urat syaraf pada jaringan
lemak, yang terletak di bawah sisik.
 Ikan koi menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang tidak terlalu dalam dan
alirannya tidak terlalu deras, misalnya di pinggiran sungai atau danau. Ikan ini dapat
hidup baik di ketinggian 150 – 600 m di atas permukaan laut dan pada suhu 25 – 30 o C.
Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan koi kadang – kadang juga ditemukan di perairan
payau atau di muara sungai dengan kadar garam 25 – 30 %.
Ikan koi tergolong jenis omnivora, yaitu ikan yang dapat memangsa berbagai jenis
makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik. Namun, makanan
utamanya adalah tumbuhan dan binatang yang terdapat di dasar dan di tepi perairan.
Namun untuk mendapatkan koi yang sehat dengan warna memikat, kita perlu memberi
koi dengan pakan buatan. Pakan buatan tersebut merupakan campuran berbagai bahan
nabati dan hewani yang ditambah vitamin. Pakan buatan ini sangat posiitf untuk
pertumbuhan warna badan koi. Selain pakan buatan, koi juga memerlukan pakan alami
seperti udang – udangan, cacing tanah, kepiting, dan siput. Perbandingan bahan nabati
dan bahan hewani berkisar 6 : 4.

2.2. Pembenihan Ikan Koi


Berikut merupakan kegiatan dalam pembenihan ikan koi:
1.Persyaratan Lokasi
Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam memilih lokasi budidaya adalah
sebagai berikut :
a)    Faktor teknis
1)  Lahan harus mempunyai sumber air yang terjamin sepanjang tahun, tapi bukan daerah
banjir.
2)  Kualitas air terjamin dan terhindar dari polutan yang dapat menyebabkan air kolam
tercemar.
3)  Kesuburan tanahnya cukup.
b)    Faktor sosial
1)  Sumber daya lingkungan sekitar mendukung kegiatan usaha.
2)  Lingkungan hidup dan kelestarian alam tetap terjaga.
3)  Kegiatan budidaya harus dapat memberdayakan manusia disekitar lokasi kegiatan
usaha.
4)  Keamanan lokasi budidaya tetap terjaga.
5)  Budidaya harus memberikan dampak positif terhadap lingkungan, terutama
masyarakat sekitar lokasi usaha.
c)    Faktor ekonomi
1)    Lokasi usaha dekat dengan pasar.
2)    Sarana produksi mudah diperoleh dan tersedia.
3)    Sarana Transportasi terjamin dan adanya jalan.
4)    Sarana komunikasi lancar.

2. Persiapan Kolam
Kolam yang digunakan untuk kegiatan pemijahan adalah kolam beton yang berada di
pekarangan rumah. Kolam berukuran 1,5 m x 6 m ini disikat dan dibilas sampai bersih.
Pencucian bak pemijahan ini tidak menggunakan desinfeksi apapun. Setelah dibilas
hingga bersih, kolam dikeringkan selama 1 – 2 hari. Kolam pemijahan harus mempunyai
pintu pemasukan dan pintu pengeluaran air tersendiri.Selain itu.
Luas kolam pemijahan bervariasi. Untuk kolam sempit dapat menggunakan kolam seluas
3-6 m2 dengan kedalaman 0,5 m. Lokasi kolam cukup mendapatkan sinar matahari, tidak
terlalu ribut, terlindung dari jangkauan anak-anak dan binatang peliharaan lain.
Jika mungkin, sediakan juga kolam penetasan telur dan perawatan benih. Kolam
penetasan, bentuknya bisa persegi panjang atau bulat. Kalau kolam bulat, diameternya
antara1,5-2 m.

3. Persyaratan Kualitas Air


Untuk media pemijahan dan pemeliharaan larva ikan koi, dibutuhkan air yang jernih
Karena air sangat mempengaruhi penetasan telur dan warna pada ikan koi. Adapun
kualitas air yang digunakan pada pembenihan ikan koi ini adalah suhu 25oC – 28oC dan
pH 7 – 7,5.
Kualitas air untuk budidaya ikan koi ini harus benar – benar diperhatikan karena bisa
mempengaruhi warna koi. Adapun caranya adalah membersihkan kotoran – kotoran di
dalam kolam, seperti daun – daun yang berguguran di kolam. Alatnya berupa seser untuk
menyeser daun – daun kering. Selain itu, melakukan sistem pergantian air, yaitu
membuang air sebanyak 30% kemudian menambahkannya lagi sebanyak itu. Adapun
pergantian ini dilakukan setiap 2 hari sekali. Air yang masuk ke kolam pemeliharaan
sebalumnya harus disaring dan diberi obat untuk menghilangkan kandungan klorin
dengan menggunakan Rid All. Air yang digunakan sudah cukup untuk persyaratan dalam
pemeliharaan larva ikan koi. digunakan pula sistem aerasi untuk suplai oksigen dalam
pemeliharaan ikan koi ini. Selain menggunakan aerasi, kolam pemeliharaan larva juga
diberi tanaman air berjenis enceng gondok dan kabomba. Tanaman air ini dibersihkan
apabila banyak lumpur yang menempel pada tanaman ini.

4. Pemeliharaan Induk
Induk ikan koi betina yang berumur lebih dari 2 tahun, dipelihara pada kolam tanah
berukuran 40 m x 20 m dengan tinggi air 60 cm dan kepadatan 42  ekor ikan koi.
Sedangkan induk jantan yang berumur lebih dari 1 tahun dipelihara pada kolam beton
berukuran 10 m x 8 m dengan ketinggian 60 cm dan kepadatannya 22 ekor ikan.
Pemeliharaan induk juga dapat dilakukan di dalam bak beton berukuran 3 x 6 x 1,2
m.  Pakan yang diberikan untuk ikan koi ini adalah pakan buatan atau pelet yang
berdiameter ± 3 mm. Frekuensi pemberian pakannya adalah 2 kali dalam sehari, yaitu
setiap pagi dan sore hari. Adapun dosisnya diperkirakan berdasarkan pengalaman petani,
yaitu 2 gelas takar (1 gelas = 250 gram) atau 0,5 kg setiap 1 kali pemberian pakan.Air
yang digunakan untuk pemeliharaan induk diperoleh dari sumber air irigasi tanpa
melalui treatment terlebih dahulu. Air yang digunakan air yang mengalir atau
bersirkulasi dengan debit 1 L/menit. Hal ini untuk menjaga agar kadar oksigen
terlarutnya stabil dalam pemeliharaan induk. Banyak hama yang mengganggu pada
induk koi, yaitu keong, ular, katak, ikan nila, dan ikan seribu. Sedangkan penyakit yang
ditemui pada pemeliharaan induk adalah jamur yang membuat tubuh ikan koi gatal –
gatal, sehingga menyebabkan ikan koi meloncat – loncat keluar kolam dan mati. Ciri –
ciri ikan koi yang gatal – gatal tubuhnya adalah sering menggesek – gesekkan badannya
ke dinding kolam dan sering meloncat – loncat ke permukaan kolam. Hal ini dikarenakan
air yang masuk ke dalam media pemeliharaan tanpa melalui treatment terlebih dahulu.

5. Persyaratan Induk
Induk koi yang matang gonad, biasanya berumur minimal 1,5 tahun. Induk diletakkan
terpisah antara jantan dan betina. Hal ini agar koi tidak melakukan pemijahan di kolam
pemeliharaan induk. Ciri – ciri induk yang baik adalah :
1. Umur sekitar 1,5 – 3 tahun. Induk tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Jika induk
terlalu tua, dikhawatirkan mempengaruhi kualitas telur.
2. Tidak cacat tubuh. Jika induk cacat, akan mempengaruhi keturunan ikan tersebut.
3. Tidak lemas, lincah, dan tubuh ideal.
4. Lubang urogenitalnya berwarna merah.

6. Seleksi Induk Matang Gonad


Pada seleksi induk, tidak dipilih induk yang berwarna paling baik, namun dipilih induk
yang sedang – sedang warnanya (tidak terlalu cerah dan tidak terlalu pucat). Menurut
pembudidaya, induk yang paling baik, belum tentu warna keturunannya juga baik
semua.  Tujuan lainnya adalah untuk semakin banyak mendapatkan  keturunan yang
beraneka ragam dan lebih bervariasi.  Dalam 1 kali seleksi, diambil induk sebanyak 3 – 4
buah, yaitu 1 induk betina dan 2 atau 3 induk jantan yang telah matang gonad. Induk
yang matang gonad ini kemudian akan diambil dari kolam pemeliharaan dan dicampur
pada kolam pemijahan untuk mendapatkan keturunan.
Adapun ciri – ciri induk matang gonad adalah :
Induk jantan Induk betina
Umurnya lebih dari 1 tahun Umurnya lebih dari 2 tahun
Bobot 0,5 – 1,5 kg Bobot antara 2,0 – 4 kg
Bentuk tubuh pipih, perut tidak Perut lebih besar dari kepala dan
lebih besar dari kepala. punggung.
Jika perut ditekan, akan Jika perut ditekan, akan mengeluarkan
mengeluarkan cairan sperma ovum.
Gerakannya lincah. Gerakannya tidak terlalu lincah.
Tutup insangnya kasar Tutup insangnya halus

7. Proses Pemijahan
Kolam pemijahan ini diisi air hingga mencapai kedalaman 50 cm. Air ini berasal dari
tandon yang ada di sekitar kolam pemijahan. Air yang digunakan untuk proses
pemijahan meskipun demikian tidak di treatment sama sekali. Air yang masuk ke dalam
kolam ini adalah air yang relatif bersih dan jernih. Air di isikan pada pagi hari dan induk
dimasukkan pada sore hari. Hal ini bertujan agar sinar matahari bisa masuk ke kolam
pemijahan dan suhu kolam pemijahannya cukup tinggi agar mempercepat proses
pemijahan. Setelah air diisi ke kolam pemijahan, diletakkan enceng gondok sebagai
kakaban. Induk ini dimasukkan ke dalam kolam pemijahan dengan perbandingan 1 : 2
atau 1 : 3.. Hal ini bertujuan untuk semakin banyak mendapatkan  keturunan yang
beraneka ragam dan lebih bervariasi. Induk yang matang gonad ini kemudian akan
diambil dari kolam pemeliharaan dan dicampur pada kolam pemijahan untuk
mendapatkan keturunan.  Jika induk yang dimasukkan ke dalam kolam pemijahan belum
matang gonad, maka tidak akan dihasilkan keturunan, dan proses pembenihan akan
gagal. Untuk perbandingan induk 1 : 3, 1 induk betina dan 3 induk jantan diberikan
enceng gondok sebanyak 25 buah. Posisi enceng gondoknya adalah dengan kondisi akar
yang tenggelam di dalam air, agar telur ikan koi dapat menempel dengan baik pada akar
– akar enceng gondok ini. Induk yang telah dipilih kemudian dimasukkan ke dalam
kolam pemijahan pada sore hari, antara pukul 16.00-17.00, saat kondisi udara sejuk
(tidak terlalu panas) dan biasanya induk akan memijah pada saat maghrib atau menjelang
tengah malam (antara pukul 22 malam) hingga fajar (sekitar pukul 4 sampai 5 pagi).
Sejak induk dimasukkan ke dalam kolam pemijahan, induk jantan akan langsung
mengejar-ngejar dan menempelkan badannya pada induk betina. Induk betina yang
memiliki respons baik, saat pemijahan akan berenang ke arah kakaban sambil
melepaskan telurnya, lalu diikuti induk jantan di belakangnya sembari mengeluarkan
sperma. Telur yang keluar tadi akan menempel pada kakaban. Kejar-kejaran ini
berlangsung terus hingga pemijahan selesai, sekitar pukul 4 sampai 5 pagi. Induk yang
selesai memijah akan berhenti berkejar-kejaran dan berenang ke tepi kolam. Kolam akan
berbau amis hasil dari pemijahan. Perut induk betina juga akan terlihat mengempis.
8. Penetasan Telur dan Perawatan larva
Setelah memijah pada malam harinya, esok harinya induk dipindah dan dikembalikan ke
kolam pemeliharaan induk. Hal ini agar telur – telur yang telah dihasilkan tidak dirusak
oleh induk koi. Telur menetas pada hari ke – 3 setelah proses pemijahan. Menurut
pembudidaya ikan koi, diperlukan suhu yang stabil pada saat proses penetasan telur. Jika
cuacanya tidak mendukung, yaitu setelah hujan panas atau sebaliknya, telur tidak akan
menetas optimal agar menetas dengan baik, telur harus selalu terendam dan suhu air
konstan. Jika suhu terlalu dingin, penetasan akan berlangsung lama. Selain itu, aerasi
harus selalu dipasang untuk menjaga kadar oksigen terlarut dalam hari. Telur yang
dibuahi sempurna adalah telur yang berwarna putih bening, sedangkan apabila telur itu
berwarna putih susu, telur tersebut tidak dibuahi atau disebut telur bonor. Setelah telur
menetas,enceng gondok tidak dipindahkan, dibiarkan disitu sebagai tanaman air. Adapun
larva yang baru menetas adalah masih bersembunyi dibalik enceng gondok. Koi yang
baru menetas ini masih berwarna kuning keemasan keseluruhannya, dan saat berumur
waktu tertentu akan berubah warnanya masing – masing.
Larva yang baru menetas umumnya tidak diberi pakan hingga 3 hari sesudahnya. Larva
ini dipelihara di kolam penetasan telur selama 14 hari sebelum dipindah ke kolam sawah
atau disebut juga pendederan. Selama masa pemeliharaan larva tersebut, hendaknya
kontrol kualitas air, pakan selalu diperhatikan, karena larva yang baru berumur 7 hari
adalah larva yang masih rentan.
Kebersihan kolam dan air juga harus dijaga. Aerasi yang diberikan selalu dikontrol agar
suplai oksigen untuk pemeliharaan larva yang masih rentan ini tetap optimal. Adapun
pengukuran kualitas air selama 14 hari dapat dilihat pada Lampiran 1. Suhu media
pemeliharaan larva selama 14 hari berkisar antara 25 – 27 oC. Sedangkan pHnya normal
dan stabil yaitu 7.
 Fluktuasi suhu pada air media pemeliharaan larva ikan koi, tidak terlalu mencolok.
Hanya pada hari ke – 11, suhunya mencapai 25 oC. Hal ini tidak mempengaruhi tingkat
kehidupan larva koi, karena suhu yang optimal untuk pemeliharaan larva adalah berkisar
adalah 25 – 28 oC.  pH pada air media larva ikan koi tidak mengalami fluktuasi. Air pada
pemeliharaan larva ikan koi ini sangat baik dan optimal untuk pemeliharaan ikan koi.
Pada pemeliharaan larva ini diperlukan pengawasan yang ekstra, karena apabila tidak
dilakukan pengawasan ekstra akan banyak yang mati.Pada hari ke – 14, larva yang telah
tumbuh menjadi benih ini akan dipindah ke kolam pendederan. Pendederan dilakukan di
kolam beton yang terletak di sawah. Saat berumur 2 – 3 minggu ini, koi belum layak
untuk diseleksi. Seleksi pertama dilakukan ketika koi berumur 1,5 bulan. Cara panen dari
kolam pendederan sama seperti pada kolam pemeliharaan larva, yaitu air disurutkan, dan
pada saluran air diberi waring, kemudian pada kolam diserok. Panen pada kolam
pendederan, akan dilanjutkan dengan seleksi pertama. Ukuran benihnya antara 4 – 6 cm.

9. Pengelolaan Pakan
Pakan adalah komponen yang penting dalam menghasilkan warna koi yang bagus selain
air. Kualitas pakan sangat menentukan tampilan warna sebagai daya tarik ikan koi
sendiri.Adapun pakan yang diberikan yaitu, pada umur 4 hari, koi diberi pakan kuning
telur bebek yang telah dilarutkan dalam air. Setiap pemberian pakan, telur bebek
diberikan 4 butir. Pemberian pakan telur bebek ini diberikan selama 3 hari kedepan,
setiap pagi dan sore. Selanjutnya koi diberi pakan cacing sutra sebanyak 4 kaleng cacing
sutra dalam sekali pemberian pakan (1 kaleng = 240 gram). Pakan cacing ini diberikan
selama 7 – 8 hari dan diberikan pada pagi hari saja. Cacing sutra ini didapatkan dari toko
di sekitar wilayah budidaya. Setelah benih dideder pada kolam pendederan, selama 1
minggu benih tidak diberi pakan. Hal ini dilakukan untuk penyesuaian benih terhadap
lingkungan sekitar. Namun selama satu minggu tersebut, benih ikan koi mendapatkan
pakan dari plankton yang telah ditumbuhkan ketika persiapan kolam pendederan. Setelah
1 minggu, benih baru diberikan pakan berupa tepung udang. Adapun pemberiannya yaitu
125 gram per hari. Frekuensi pemberiannya adalah 2 kali sehari.   Sedangkan untuk
pakan induk, diberikan pellet berukuran 3 mm. Pellet yang diberikan khusus ikan
koi.induk diberi pakan setiap 2 kali sehari, yaitu setiap pagi dan sore.

2.3 Analisis Usaha


2.3.1 Investasi
Peralatan  Harga 
pengadaan bibit ikan koi  Rp.     2.193.000
Jaring  Rp.        237.000
 selang dan paralon  Rp.            76.500
pembuatan kolam ikan koi  Rp.     2.821.500
sewa lahan  Rp.     2.280.000
pompa air  Rp.        451.000
Terpal  Rp.          125.800
Drum  Rp.          222.900
peralatan pembersih kolam  Rp.          45.000
 Timba  Rp.          34.600
wadah dan jerigen  Rp.          82.500
 Peralatan tambahan yang lainnya  Rp.          75.000
 Jumlah Investasi  Rp.  8.644.800
 
2.3.2 Biaya Operasional per Bulan
 Biaya Tetap  Masi
 Penyusutan pengadaan bibit ikan koi 1/62 x Rp 2.193.000  Rp.            35.371
 Penyusutan jaring 1/62 x Rp 237.000  Rp.               3.823
 Penyusutan selang dan paralon 1/62 x Rp. 76.500  Rp.              1.234
 Penyusutan pembuatan kolam ikan koi 1/62 x Rp 2.821.500  Rp.            45.508
 Penyusutan sewa lahan 1/12 x Rp. 2.280.000  Rp.       190.000
 Penyusutan pompa air 1/62 x Rp 451.000  Rp.               7.274
 Penyusutan terpal 1/44 x Rp. 125.800  Rp.               2.859
 Penyusutan drum 1/44 x Rp. 222.900  Rp.               5.066
 Penyusutan peralatan pembersih kolam 1/44 x Rp.45.000  Rp.               1.023
 Penyusutan timba 1/44 x Rp. 34.600  Rp.                824
 Penyusutan wadah dan jerigen 1/62 x Rp. 82.500  Rp.               1.331
 Penyusutan peralatan tambahan 1/44 x Rp.75.000  Rp.               1.210
 gaji karyawan  Rp.      1.400.000
 Total Biaya Tetap  Rp.   1.695.522
 
Biaya Variabel
Pakan  Rp.   62.000  X 30  =  Rp.    1.860.000
pakan apung  Rp.    45.000  X 30  =  Rp.     1.350.000
pakan tambahan  Rp.    21.500  X 30  =  Rp.      645.000
bahan lainnya  Rp.    18.500  X 30  =  Rp.         555.000
obat-obatan  Rp.    21.800  X 30  =  Rp.       654.000
vitamin  Rp.    27.000  X 30  =  Rp.       810.000
pengemas  Rp.    16.500  X 30  =  Rp.       495.000
biaya angkut dan transportasi  Rp.   28.000  X 30  =  Rp.       840.000
 air dan listrik  Rp.   42.000  X 30  =  Rp.    1.260.000
 Total Biaya Variabel  Rp.   8.469.000
 
Total Biaya Operasional
 Biaya tetap + biaya variabel =  Rp.  10.164.522

Pendapatan per Bulan


 harga ikan koi
12 ekor  x  Rp. 40.000  =  Rp.      480.000
Rp. 480.000  x    30  hr  =  Rp. 14.400.000
 
Keuntungan per Bulan
 Laba  = Total Pendapatan – Total Biaya Operasional
Rp 14.400.000 –  10.164.522  = Rp. 4.235.478

Lama Balik
Modal
Total
 8.644.80
Investasi / Rp.  :  4.235.478 =    2 Bln
0
Keuntungan
Dari analisa di atas dapat disimpulkan apabila bisnis budidaya ikan koi sangat
menguntungkan dimana modal Rp 8.644.800 dengan kentungan per bulan Rp 4.235.478 dan
balik modal dalam 3  bulan.
BAB III
PENUTUP

Ikan koi (Cyprinus carpio) adalah salah satu jenis ikan hias air tawar yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi, karena jenis ikan ini sangat digemari keindahan fisik dan tingkah lakunya
oleh masyarakat sehingga harga jualnya di pasaran relatif stabil. Keuntungan yang bisa
didapatkan dari usaha bisnis ikan koi ini yaitu 4.235.478 dengan lama balik modal hanya 3
bulan.

Anda mungkin juga menyukai