Anda di halaman 1dari 132

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/344352857

KUMPULAN CERPEN MASA PANDEMI

Book · September 2020

CITATIONS READS

0 31,190

1 author:

Rustam Efendy Rasyid


Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang
7 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

HOTS dan CAI dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia View project

Metode Lekat dalam Pembelajaran Menulis Puisi View project

All content following this page was uploaded by Rustam Efendy Rasyid on 23 September 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


DOKTER SUDAH PULANG
“RF”

Hari itu senin tanggal 02 maret 2020, Novita yang


masih berusia 10 tahun, yang masa kecilnya di habiskan untuk
bermain dan belajar di rumah. Sore itu Novita yang sedang
bermain dilapangan yang tidak jauh dari tempat tinggalnya
bersama teman-teman sebayanya. Kesokan harinya Novita
merasa tidak enak badan tubuhnya lemas dan terserang oleh flu
dan batuk. Novita yang merasa tidak enak badan itu langsung
beristirahat di kamarnya karena Novita sudah tidak kuat Novita
merasa hanya kecapean setelah bermain seharian dengan teman
temannya di lapangan temapt tinggalnya. Ibu Novita kemudian
begegas keluar untuk mebelikan obat untuk Novita di apotik
yang tidak jauh dari rumahnya itu. Tak lama itu Ibu Novita
memberikan obat itu kepada Novita agar memakannya. Dan
menyuruhnya untuk istirahat yang cukup dan tidak boleh keluar
rumah untuk bermain sebelum keadaanya kembali pulih seperti
biasanya.
Ibu Novita yang sedang menonton tv di kamarnya
melihat kabar berita yang sekarang merajalela yaitu virus
corona atau covid 19 yang mematikan yang belum di dapatkan
obatnya yang bermula dari china dan sekrang sudah masuk di
Indonesia. Pemerintah Indonesia kini waspada memutus rantai
penyebaran virus covid 19 itu. Ibu novita pun melihat dan
medengar di dalam berita gejala gejala sesorang terkena virus
covid 19. Hal ini membuat ibu Novita kaget dan sedikit
khawatir dengan keadaan anaknya itu.
Hari demi haripun keadaan Novita belum saja
membaik demam yang bertambah panas serta flunya yang tak
kunjung berhenti membuat keadaan Novita yang semakin
memburuk. Ibu Novita cemas melihat keadaan anaknya itu. Ibu
Novita segera menelpon suaminya yang sedang bekerja di
sebuah perusahaan industri. “Ayah kamu harus pulang lebih

1
awal anak kita Novita panasnya semakin tinggi dan flunya tak
kunjung sembuh rasanya kita harus membawa novita ke rumah
sakit untuk memeriksakan keadaanya” cemas ibu Novita
dengan raut muka yang kebinungan “ baik, Ayah akan pulang
secepatnya, jaga Novita yah” sahut ayah dengan nada cemas.
Setelah Ayah Novita pulang dari tempat kerjanya
Novita pun akan segera di bawah ke rumah sakit untuk
melakukan pemerikasaan keadaan. Novita dengan raut wajah
yang pucat serta panasnya yang semakin tinggi membuat
tubuhnya lemas tak berdaya membuat orang tua Novita juga
ikut cemas melihat keadaan anaknya yaitu Novita serta keadaan
sekarang banyaknya virus covid19 yang tersebar. Setelah
sampai di rumah sakit Novita langsung di tangani oleh dr.Ratihi
Purwarini yang masih terbilang muda itu berserta suster yang
ramah yang telah menggukan busana APD yang cukp bikin
gerah dan melelahkan.
Kini Novita dalam tahap pemeriksaan rapid tes karena
memiliki suhu badan yang tinggi membuat Ibu dan Ayah novita
sangat khawatir akan keadaan anaknya itu. Setalah bebrapa hari
hasil ripet tes Novita pun keluar Novita di nyatkan postif covid
19 yang di katakan oleh dr.Ratihi Purwarini hal itu membuat
orang tua Novita sangat sedih “ mengapa harus anak ku yang
terkena virus mematikan ini” tak kuasa air mata ibu Novita
menetes membasahi pipi dan raut wajah ayah Novita sangat
sedih. “Kita harus kuat dan semanagat untuk melawan virus
covid 19 ini” kata dr.Ratihi Purwarini dengan raut wajah yang
sedih. “ kini ibu dan bapak termasuk dalam orang dalam
pantauan karena sudah berinteraksi langsung dengan Novita
yang sudah postif covid 19. Ibu dan ayah Novita akan di
lakukan repit tes agar mengertahui apakah ibu dan Ayah
Novita positif dan negatif. Hal ini membuat ibu dan ayah
Novita semakin sedih karena harus di isolasi mandiri dan tidak
dapat bertemu dengan Novita.
Kini Novita menjalani proses kesembuhannya dengan
berada di rumah sakit.Novita merasa tidak nyaman berada

2
dirumah sakit Novita merasa heran tak seorangpun keluarganya
melihatnya di rumah sakit novita merasa asing dan aneh
melihat dokter dan perwat berpakian aneh seluruh dan dan
wajahnya ditutupi. Hari demi haripun berlalu kini kondisi
novita cukup mengekhawatirkan. “Bagaimana dek Novita,
kabarnya? Sapa dr. Ratihi Purwarini. Sambil mengamati bekas
medis pasien di tangannya. “ masih sesak dok” sahut novita
dengan napa tersengal-sengal. Di wajahnya melekat alat bantu
pernafasan serta di tanganya terdapat infus yang terus mengalir
yang masuk kedalam tubuh Novita. “Sabar yah dek Novita.
Semangat berjuang untuk sembuh” ucap dr. Ratihi Purwarini
sambil menempelkan stetoskop pada tubuh pasien yang masih
berusia 10 tahun itu.
Keduanya bercakap cakap dengan akarb. “Dok Novita
rindu orang tua Novita sudah lama Novita tidak betemu Ibu
apakah orang tua Novita baik baik saja dok?” pertanyaan yang
seketika muncul dari mulut Novita. “ orang tua Novita baik
baik saja. Mereka di larang keluar rumah karena banyak virus
yang menyebar jadi orang tua novita harus tinggal di rumah
untuk isolasi mandiri. Sahut dr. Ratihi Purwarini dengan
senyuman untuk meyakinkan novita. “ dok apakah Novita akan
sembuh? Novita yang kembali menayakan hal ini kepada dr.
Ratihi Purwarini “pasti dong, kamu harus semangat tetap kuat
untuk sembuh dan jangan lupa untuk selalu berdoa kepada allah
untuk di berikan kesembuhan dan semoga virus ini cepat di
atasi” kembali untuk meyakinkan Novita agar tetap semangat
untuk sembuh dari virus covid 19 ini. Sejak saat itu dr. Ratihi
Purwarini dan Novita semakin akrab. Terkadang lelucon
menghibur keluar dari mulut dokter itu. dr. Ratihi Purwarini tak
pernah lelah terus menyemangati para pasien yang berada di
bangsal itu.
Setiap hari dr. Ratihi Purwarini berkeliling mengecek
perkembangan para pasienya. Terkadang bekerja hingga pukul
3 pagi. Sampai berjam-jam tak pernah lepas dari busana APD
yang cukup bikin gerah dan melelahkan. Tapi itu bukan

3
masalah untuk dr. Ratihi purwarini yang harus menjadi garda
terdepan untuk menginginkan kesembuhan semua pasiennya.
Itulah yang sangat penting bagi semua tenaga medit terkhusus
dr. Rathi Purwarini.
Hari demi hari keadaan Novita berserta pasien yang
lain cukup memabaik. Setiap hari dr Ratihi Purwarini mengcek
keadaan Novita dan selalu memberikan obat untuk di makan. “
Novita sudah di makan obatnya? Sahut dr. Ratihi purwarini
sembari senyum kepada Novita “ sudah dong dok. Novita
menjawab dengan semangat. “ aduh.. mantap dong nanti
Novita bakal cepat sembuh dan dapat bertemu berkumpul
bersama ayah dan ibu serta keluarga lainya jadi Novita harus
tetap semangat dan harus melawan virus ini yah. Sembari
mengepalkan tangan dan memberikan dukungan kepada
Novita. Kemudian dr. Ratih Purwarini bersama susternya
melangkah meninggalkan ruangan yang di dalamnya terdapat
seorang anak yaitu Novita.
Di dalam ruangan Novita setiap hariya hanya baring,
beribadah dan berdoa untuk di berikan kesembuhan dari virus
ini dan semoga semuanya kembali membaik dan normal
kembali. Itulah yang sering membuat Novita meneteskan air
matanya untuk di berikan kesembuhan dan dapat berkumpul
kembali bersama keluarga tercintaya terutama ayah dan ibu
Novita
Hari demi telah di lalui novita dalam keadaan melawan sakit
akibat virus dan juga lemah akibat rindu terhadap kedua orang
tuanya.
Dr. Ratihi Purwarini selalu menghibur Novita agar tidak
merasa bosan bahkan stres. Masa kecil Novita yang seharusnya
bermain di luar sana direbut paksa oleh penyakit yang
mengharuskan dirinya berada di dalam ruangan tanpa teman
bahkan tanpa kehangatan dari ayah bunda. Novita yang
malang.
Perjuangan Novita ingin sembuh bisa dikatakan sangatlah luar
biasa dan juga tentunya kesembuhan datang dari sang pencipta.

4
Setelah 2 bulan lebih melawan penyakit yang ada dalam
dirinya. Dr. Ratihi Purwarini mengumumkan kesembuhan anak
kecil itu dan sudah bisa pulang bertemu dengan keluarganya.
Dr. Ratihi pun menelpon ibu Novita. "Halo, saya dokter Ratihi
yang merawat anak ibu. Dengan rasa syukur dan bahagia, saya
ingin menyampaikan kepada ibu bahwa Novita anak ibu telah
sembuh dari penyakitnya. Ucap Dr Ratihi Purwarini dengan
rasa senang dan bersykur.
Tangis ibu Novita pun pecah sembari mengucapkan
ALHAMDULILLAH YA ALLAH. Terima kasih banyak atas
kesembuhan anakku. Ibu Novita pun berteriak memanggil
suaminya . Paaaa. Paaaa. Paaaa cepat paaaa, anak kita sudah
sembuh paaaa, ucap ibu Novita. Ayah Novita pun turut bahagia
dan sujud syukur mendengar kabar bahwa anaknya sudah
sembuh..
Alhamdulillah, jadi dok kapan kami bisa bertemu dengan anak
kami, ucap ibu Novita. Besok pagi kami akan antar anak ibu
menuju rumah ibu, jawab dr. Ratihii Purwarini .Terima kasih
banyak dok, terima kasih banyak, ini juga termasuk kerja keras
dokter, kata ibu Novita kepada dr. Ratihi Purwarini
Iya ibu, itu sudah menjadi tugas saya. Sekali lagi selamat yah
ibu, pak ucap dokter Ratihi sambil meneteskan air matanya
yang tak bisa ia bendung. Terima kasih banyak dok ucap ibu
dan ayah Novita lagi. Sama sama jawab dr.Ratihi Purwarini .
Dr. Ratihi purwarini pun menutup telponnya sambil
mengucapkan ALHAMDULILLAH YA ALLAH. Engkau
telah memberikan kesembuhan kepada Novita. Pada malam
hari, dr. Ratihi Purwarini masuk ke dalam ruangan Novita.
Halooo Novita, bagaimana perasaan kamu nak, sapa dr.Ratihi
Purwarini . Baik bu dokter jawab Novita.
Nak, besok kamu sudah boleh ketemu dengan ibu dan Ayah
Novita.Dan selamat juga atas kesembuhan kamu yah nak, ucap
dr ratihi sambil memeluk Novita. Novita pun tak bisa berkata
apa apa selain meneteskan air matanya. Tangis pun pecah di
ruangan itu, tiba tiba suara Novita terdengar, Terima kasih

5
telah merawat Novita. Terima kasih telah menemani Novita
Terima kasih telah jadi teman NovitaTerima kasih kasih atas
segalanya yang ibu dokter lakukan kepada Novita. Novita
sayaaaangg ibu dokter. Mendengar Novita mengucapkan
kalimat itu, Dr. Ratihi nangis sejadi jadinya. Ingat yah nak,
kamu harus rajin cuci tangan, jaga kesehatan dan mainnya di
dalam rumah aja dulu yah nak, ucap dr.Ratihi Purwarini
Novita pun mengangguk pertanda setuju dengan apa
yang diperintahkan oleh dr.Ratihi Purwarini yang telah
menghibur dan merawatnya selama ini. Tidurlah nak, besok
kamu akan pulang ke rumah. Novita pun baring dan
memejamkan mata.
Hari esokpun tiba, Novita sudah siap untuk di antar pulang
oleh petugas yang telah di tugaskan. Novita mencari cari
dr.Ratihi Purwarini tapi tidak muncul muncul. Novita pun kini
bertanya kepada salah seorang petugas. Pak, ibu dokter mana?
Petugas itu hanya diam. Tiba tiba suster yang selalu bersama
dr.Ratihi Purwarini datang.Pertanyaan yang samapun
dilemparkan oleh Novita kepada suster itu. Ibu suster, Ibu
dokter mana? Suster itupun diam. Kecurigaan diwajah Novita
mulai muncul. Ibu dokter mana saya ingin pamit dengan
dr.Ratihi Purwarini saya ingin mengucapkan terima kasih
sebelum saya pulang atas jasanya karena pernah merawat saya
Tanya Novita kembali kepada suster. Mata suster berembundan
bibitnya tiba tiba kelu kemudian suster pun angkat bicara dan
menjawab pertanyaan Novita, Ibu dr.Ratihi Purwarini sudah
pulang nak. Suara suster sedikit gemetar. Allahmdulillh titip
salam yah sust buat dr.Ratihi Purwarini mungkin saya gak akan
ketemu lagi dengan dr.Ratihi Purwarini lagi ujar Novita. Novita
memang gak akan bertemu lagi dengan ibu dr.Ratihi Purwarini
karena dr.Ratihi Purwarini telah di panggil Allah SWT ke
sisinya ujar suster sambil menahan air matanya dengan raut
wajah yang sangat sedih.
Novita pun terkejut dan langsung menangis mendengar
berita itu. Novita yang tak terima dengan berita itu langsung

6
lari ke dalam rumah sakit, namun sebelum sampai ke dalam,
Novita dikejar dan di tangkap oleh suster itu. Jangan menangis
nak, kalau kamu nangis, ibu dokter juga akan menangis di
sana. Jangan masuk ke dalam, nanti kamu terkena virus lagi.
Ucap Suster mencoba menguatkan Novita yang sangat sedih
karena kehilang seorang dokter yang sangat berjasa unutuk
hidupnya.
Novita pun kini di hibur oleh suster. Novita jangan nangis yah.
Pukul 02:15 Dr. Ratihi Purwarini menghembuskan nafas
terakhirnya akibat terinfeksi Virus Corona, namun sebelum
menghembuskan nafas terakhirnya, Dr. Ratihi Purwarini
menitipkan boneka untuk Novita. Boneka itu pun langsung di
berikan kepada Novita, suster berkata kepada Novita, ini
boneka dari ibu dokter nak. Katanya kamu harus selalu sehat,
ceria dan jaga baik baik boneka itu yah. Novita menerima
boneka itu lalu memeluknya sambil menangis.
Novita mengingat semua kenangan bersama dr.Ratihi
Purwarini saat melihat boneka itu Yang telah memberikan
kehidupan baru untuk Novita. Sambil meneteskan air matanya.
Kini Novita melangkah kan kaki nya untuk keluar dari rumah
sakit yang sekian lama mereka tempati untuk kesembuhan
Novita dengan mengenal sosok dr.Ratihi Purwarini yang
sangat baik. dr.Ratihi Purwarini sudah sangat berjasa bagi
semua paduan yang ada di dalam rumah sakit. Semoga dokter
di terima di sisi Allah .
Kaki Novita kini berjalan menuju pintu keluar rumah sakit
bersama tenga medis yang bertugas untuk mengantar Novita
pulang kerumah. Setelah di dalam mobil ambulans kemudian
mobil yang baru saja melaju meninggalkan rumah sakit dan
menuju ke lokasi rumah Novita . Dalam perjalanan Novita terus
saja menangis mengingat dr.Ratihi Purwarini yang telah
pulang . Novita tidak melepaskan boneka pemeberian dr.Ratihi
Purwarini dari pelukanya karena ini adalah satu satunya
kenangan dr.Ratihi Purwarini yang tlah di berikan kepadaku.

7
Novita tidak tahu harus bagaimana Sekarang apakah
lebih tahu harus senang sembuh dari penyakit yang mematikan
ini bisa bertemu kembali bersama orang tua Novita ayah dan
ibu Novita atau di atas kehilangan orang yang sangat berjasa
dan memberikan kehidupan baru buat Novita. Novita hanya
bisa menangis untuk semua ini. Tak lama kemudian setelah
beberapa menit kini Novita telah sampai di rumahnya Novita
melihat sepanjang lorong memasuki rumahnya warga
menggunakan masker berdiri di pinggir jalan memberikan
tepuk tangan kepada Novita serta senyum karena bahagia
melihat Novita yang sudah berjuang melawan virus yang
mematikan ini. Tak lupa pula orang tua Novita telah menunggu
Novita yang akan pualng dari Rumah sakit tangis haru pun
seketika membolak keadaan . Orang tua Novita sangat
bersykur atas kepulangan Novita dari Rumah sakit yang
berjuang kuat melawan virus corona ini.
Ibu dan ayah Novita sangat bahagia dan mengucapakan Novita
Hebat sembari memeluk anaknya :)

KISAH PAK AMAT PENJUAL MIE AYAM


“AW”

Berita tentang virus Corona sudah sampai ke berbagai


daerah. Memang awal virus ini berasal dari china, dan telah
menyebar di seluruh dunia. Walau di sana sudah diantisipasi

8
warganya , tentu penyebarannya tak bisa dielakan karena
mobilitas manusia yang begitu cepat di area modern ini. Dan
banyak berita yang simpang siur tentang virus ini membuat
banyak masyarakat bingung . Karena entah berita mana yang
benar dan mana yang salah.
Entah mengapa di saat penyakit ini menyebar berita
bohong banyak beredar. Ini yang membuat suasana kampung
pak amat tak stabil . Sedikit orang batuk, langsung mereka di
curigai terkena corona, tak boleh keluar jika tidak ada urusan
yang penting. Pokoknya masarakat sana sudah dilanda
kekhawatiran. Pak amat selalu berdoa ketika beribadah agar
virus korona tidak ada lagi.
Kekhawatiran itu membuat masyarakat jarang berbelanja
makanan siap saji suasana pedagang makanan yang warungnya
sepi jarang pembeli. Semua orang saling mencurigai satu sama
lain, kalau ada yang batuk atau sesak nafas. Aktivitas mereka
sehari-hari selalu menggunakan masker. Bahkan ketika
mereka ke pasar, menggunakan masker.
Pada dasarnya sebagaian anggota masyarakat yang
bekerja di sektor perkantoran merasa bosan, tetapi di sisi lain
justru lalu lintas yang dulunya padat kini tak sepadat pada masa
pandemi corona ini, pemukiman memang tidak sepi tapi
kebersamaan antar keluarga menjadi lebih erat karena mereka
beraktivitas di rumahnya.
Namun dampak lainnya bagi masyarakat kelas menengah yang
harus berjuang mencari nafkah, kondisi ekonominya berbeda
dari dulu ,ekonomi mereka kini mulai rendah saat masa
pandemi corona, tetapi walau mereka khawatir mengenai virus
corona namun mereka tetap beraktivitas seperti biasa agar
kehidupannya dapat terus berjalan. Seperti pak amat dia adalah
seorang pedagang mie ayam ia juga khawatir mengenai corona
,namun dia tetap berjualan mie ayam untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi kelauarganya.
Dulu pak amat berjualan mie ayam di warung
rumahnya dan dagangannya cukup laris tapi semenjak

9
meluasnya berita virus corona masyarakat jarang lagi yang
berbelanja ke warung mie ayam pak amat ,bahkan terkadang
juga tidak ada lagi yang belanja di sana, sejak bebarapa waktu
warung pak amat tampak sepi , beberapa meja makan yang di
sediakan tak satupun pembeli di sana, walaupun belum ada
masyarakat yang terkena covid 19 tapi mereka semua sangat
khawatir mengenai itu, rata rata omset pedagang makanan di
sana menjadi rendah, kini masyarakat lebih memilih di
rumahnya saja, mereka jarang membeli makanan jadi , bahkan
ada juga yang memesan barang melalui online, tapi karena
warungnya sepi demi memulihkan ekonomi pak amat ia pun
harus menutup warungnya dan memilih berjualan mie ayam
dengan menggunakan gerobak untuk mengelilingi kampung. Ia
berjualan mie ayam untuk sementara waktu saja selama
warungnya tidak ada pembeli.
Selain itu anak pak amat bernama rangga kini hanya
bersekolah atau melalukan pembelajaran secara online dengan
tetap di rumah saja selama masa pandemi covid masih
berlangsung.
Kadang istri pak amat mengelauh ketika pulang dari pasar
karena bahan makanan dan kebutuhan pokok yang harganya
melonjak naik, tidak seperti biasanya, dan ketika perjalanan
pulang kerumahnya biasanya bu erla bertegur sapa dengan
masyarakat sekitar, namun kini berbeda, mereka nampak saling
menghindar ketika bertemu di jalan , mereka yang lewat
berjalan dan menggunakan masker, nampak sekali bahwa
mereka sangat takut akan virus korona, ketika bu erla menyapa
warga lainnya dengan iseng menanyakan kabar mereka hanya
menjawab dengan singkat dan berlalu saja
Percakapan atara warga sekitar
"Kapan sih penyakit ini hilang. Lama sekali. Tahu gak uangku
lama-lama habis tapi modal ngga ada lagi.
"Iya, semua takut kena corona ."
"Tapi apa benar berbahaya kan katanya gejalanya hanya mirip
flu biasa?"

10
"Lah , katanya berita sih begitu, memang berbahaya kan flunya
sebagai tanda penyakit corona tapi bukan flu aja demam juga
sesak nafas dan lainnya .
“ waduh kok gejalanya banyak ya “
“ ya begitulah Baca saja di media online itukan sudah ramai di
perbincangkan."
"Aduh, kalau begini terus ekonomi kita bagaimana ?"
“ tapi kini tokoh sudah bayak yang tutup, terus kita belanjanya
lumayan sulit”
“ mending ngga usah beli makanan jdi, kali semua masak saja
makannya sendiri di rumah kalian”
Iya juga itu solusi bagus, tapi walaupun kita tidak beli makanan
jadi, tapi kan bahan makannya juga di beli kita juga beli sayur
dan lain lainnya untuk kebutuhan sehari hari, yang pentingkan
kita bisa jaga kebersihan”
“ itu dia, tapi mending kita wapada saja, jaga kesehatan jangan
keluar rumah kalau tidak penting, aku takut deh karena katanya
kalau terkena korona diisoalsi”
“ mending kita ngga usah belanja makanan jadi, takutnya kan
makanannya yang di jual itu kena virus korona”
“ ya pinter aja pilih makanannya , jangan yang tidak tertutup
yang bersih dan higenis aja.
“ bukan hanya makanan, kan korona bisa menempel di barang
juga, jadi kalau beli barang baju atau apa di usahakan di
somprot dulu handtinitizer”
“ tapi memangnya handtinitizer itu di jual di mana ? kok ngga
ada di tokoh kampung bahkan di sebelah kampung juga ngga
ada yang ada hanya masker dan alat pelindung wajah.
“ iya, sekarang tuh susah cari handtanitizer kalau ke kota juga
kan jalan lagi di tutup sementara karena lagi lok down
Begitulah semua warga merasa kebingunan
dengan menyebarkan berita virus Corona ini. Mereka takut
dengan apa yang diberitakan di tv dan berbagai media online.
Beberapa orang yang terkena batuk sudah diisolasi. Beberapa
sembuh tapi yang batuk semakin banyak. Ini meresahkan

11
warga. Banyak toko yang menutup tokohnya untuk sementara
waktuu ,mulai dari yang berjualan makanan ,pakaian ,dan lain
lain.
Jakarta (ANTARA) - Merebaknya jumlah yang
terinfeksi pandemi COVID-19 di Indonesia direspon oleh
beberapa kepala daerah dengan mengeluarkan kebijakan untuk
meliburkan sekolah sebagai bagian dari jaga dan jarak
fisik. Ketika pak amat menonton berita tersebut di Tv ,pak
amat sangat khawatir dengan rangga , pak amat menunggu
rangga pulang sekolah. Selain itu pak amat juga mencemaskan
arsyi putri sulungnya yang tengah berkuliah di surabaya, arsy
kuliah jurusan kesehatan kini ia telah smester akhir dan tinggal
menunggu kabar untuk wisudanya.
Sesampainya rangga di rumahnya
Rangga : assalamu alaikum pak
Pak amat : wa alaikum salam nak, kamu sudah pulang,
bagaimana pelajaranmu di sekolah ?
Rangga : baik pak, tadi rangga belajar matematika, bahasa arab,
dan bahasa inggris.
Pak amat : baiklah nak
Pak amat : ibu di dapur lagi memasak makanan
Rangga : kalau begitu rangga mau mengerjakan pr rangga
Pak amat : apa kamu tidak libur, bapak khawatir kalau kamu
masih sekolah di saat wabah corona ini , tadi bapak menonton
tv corona itu sangat berbahaya dan virusnya sangat mudah
menyebar luas, kalau begini kan bapak khawatir .
Rangga : tadi di sekolah sudah di umumkan pak bahwa mulai
besok sudah libur sekolah selama masih ada pandemi corona
Bu erla : jadi kamu belajarnya bagaimana ?
Rangga : nah sekarang semuanya serba online ibu Selain
sekolah, kampus juga banyak diliburkan. Libur dalam arti
bukan untuk liburan melainkan mengganti proses belajar yang
biasanya dilakukan dengan cara konvensional, diganti dengan
belajar daring.

12
bu erla : kalau begitu baguslah nak ibu dan bapak sekarang
tidak terlalu khawatir
Pak amat : belajar online sepertinya bagus juga Jangan sampai
siswa diliburkan namun tidak pernah mempelajari pelajarannya
di rumah. bu telfon arsy dulu bapak khawatir bagaimana kabar
arsy di surabaya , apalagi kini kabar menyebarnya virus corona
semakin membuatku khawatir
Bu erla : tunggu sebentar pak, aku akan menelfon asry
Percakapan antara bu erla dan arsy di telfon
“ assalamu alaikum nak’’
Arsy : wa alaikum salam ibu apa kabar ?
Bu erla : iya nak alhamdulillah ibu sehat
Arsy : bapak dan rangga mereka sehat juga kan
Bu erla : alhamdulillah sehat, keadaan kuliah kamu bagaimana
nak, kamu kira kira libur tidak ? terus kamu pulangnya kapan
Arsy : kuliahnya berjalan dengan baik bu, semua tugasku
selesai tepat waktu dan setelah menyusun skripsi kini tinggal
menunggu wisuda saja bu, tapi aku akan pulang kampug besok
bu, karena lagi libur kuliah, dan bisa kuliah secara online juga,
lagi pula aku sangat rindu dengan keluarga kita terutama ibu,
tadinya si aku mau menelfon ibu, eh tapi ibu sudah menelfon
aku duluan jadi sekalian memberi tahu ibu.
Bu erla : wah ibu senang sekali mendengarnya nak, apalagi
kamu mau pulang , ibu akan beritahu kabar ke bapak dan
rangga kalau kamu mau pulang besok
Arsy : iya bu
Bu erla : baikalah nak assalamu alaikum
Asya : iya bu , walaikum salam
Bu erla sangat senang endengar arsy akan pulang
kerumahnya, dia lalu memberi tahu ke pak amat dan rangga
Bu erla : pak arsy besok akan pulang jadi kita harus
mempersiapkan semuanya pak, aku akan memasak mie ayam
untku arsy ketika dia tiba di sini
Pak amat : kan perjalannannya cukup jauh jadi butuh behari
hari perjalanannya

13
Setelah dua hari kemudian arsy sampai di kampungnya
arsy sambil berjalan menuju rumahnya, masyarakat melihat
asry menyapanya
Sesampainya arsy di rumahnya
Arsy : assalamu alaikum bu, pak
Bu erla : wa alaikum salam nak, wah arsy sudah sampai di
rumah
Pak amat : bergegas menemui arsy, puriku arsy akhirnya kamu
pulang juga nak
Arsy : rangga mana pak ?
Pak amat : itu si rangga selalu belajar , tugas sekolahnya
menumpuk, dan dia belajar online, dia hanya memperhatikan
handpondnya berjam jam, kadang dia kelelahan mengerjakan
semua tugasnya.
Arsy : menghampiri rangga, kamu sibuk sekali ya rangga ,
kakaknya pulang tidak di perhatikan
Rangga : kakak, maaf aku tadi tidak mendengar kakak, aku lagi
kerja tugas aku kak
Arsy : tapi kamu harus beristirahat juga jangan terlalu capek,
kenapa sih guru kamu selalu kasih kamu soal tugas, bisa saja
kan dia menjelaskan materi pelajarannya lebih rinci tanpa
memberi terlalu banyak tugas
Rangga : begitulah kak
Arsy : bu, pak aku bawain oleh oleh nih
Bu erla : apa itu nak
Arsy : untuk ayah baju muslim dan ibu bajuuntu ibu , ini juga
aku beliin rangga buku, hanya ini tapi semoga bermanfaat saja
Bu arsy : kamu pulang saja nak kami sudah senang , kami tidak
berharap untuk di bawaain oleh oleh
Arsy : aku kangen banget sama ibu, bapak dan adek bungsu ku
ini yang sabar banget, si rangga
Bu erla : ya sudah kamu makan ya, terus istirahat saja
Arsya : baikalah bu
Bu erla : ragga dan bapak ayo kita makan siang dulu,
makanannya sudah ada di meja

14
Rangga : baiklah bu, sambil menaruh tasnya di meja
Bu erla : kini kita bisa membantu rangga saat di belajar di
rumah siapa tau dia punya tugas yang dia kurang mengerti kita
bisa bantu menjawabnya
Rangga : memangnya bapak juga paham pelajaranku
Pak amat : jangan salah nak, beginipun bapak mengerti
berbagai pelajaranmu sebab bapak dan ibu itu tamat sekolah
sma
Rangga : jadih kisah ibu dan bapak di mulai semasa SMA yah,
sambil tertawa
Pak amat : ibumu dulu itu siswa tercantik di sma selain itu dia
juga sangat pintar kadang dia mengikuti berbagai lomba
olimpiade di sekolah dan dia selalu juara , saat ayah ikut
olimpiade olahraga dan ibumu olimpiade bahasa inggris di
sanalah kami mulai mengenal secara lebih dekat
Rangga : kok bisa yah ? rangga heran kenapa ibu dan bapak
baru akrab ketika bersama sama ikut olimpiade kan ibu dan
bapak satu sekolah di SMA , apa ibu dan bapak jarang saling
sapa ya
Bu erla : sambil tertawa, bapakmu itu dulu orangnya pendiam,
jarang bergaul jadi bagaimana caranya dia mau pendekatan
sama ibu kalau begitu
Rangga : begitu pak , (rangga tertawa)
Bu erla : kamu fokus de sama tugasmu jagan bahas itu terus
Rangga : baiklah pak, bu terima kasih atas perhatiaanya ke aku
Bu erla : iya sama sama nak
Pak amat : kamu nanti segerah belajar dan kerjakan pr mu, jika
ada yang perlu di bantu bilang ke ibu dan bapak jangan sungkan
Rangga : iya pak
Rangga pun tidak luput dari kebahagiaan karena ternyata
ia lebih gembira saat belajar dia rumah bersama orang tuanya
ia tertawa dengan bahagia ketika mendengar cerita ayah dan
ibunya semasa SMA dulu, rangga menganggap orang tuanya
sebagai gurunya di rumah

15
Ke esokan harinya pak amat mengingatkan rangga agar selalu
menjaga kebersihannya seperti saat dia keluar rumah atau pun
juga di rumah dengan menjelaskan berbagai cara menjaga
kebersihan agar rangga dapat menerapkannya, rangga duduk
bersama ibunya mendengarkan ayahnya menjelaskan itu
berdasarkan apa yang dia nonton dari tv
Salah satu cara menjaga kebersihan yaitu

1. Cuci tangan sesering mungkin


Cuci tangan secara teratur dan sesering mungkin dengan sabun
dan air atau bahan mengandung alkohol akan membunuh virus
yang mungkin ada di tangan kamu.

2. Terapkan social distancing.


Jaga jarak minimal 1 meter dengan mereka yang batuk atau
bersih. Alasannya, ketika seseorang batuk atau bersin bersin,
mereka menyemprotkan dari hidung atau mulut yang mungkin
mengandung virus. Jika terlalu dekat, kamu bisa menghirupnya
yang di takutkan apabila bersinnya mengandung virus covid-
19.

3. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut


jangan menyentuh barang sembarangan, mungkin virus
menempel di sana. Setelah terkontaminasi, tangan dapat
memindahkan virus ke mata, hidung, atau mulut kamu.
4. Aturan bersin yang benar
Pastikan kamu, dan orang-orang di sekitar untuk selalu
menutupi mulut dan menutupi hidung dengan tangan yang
ketika batuk atau bersin .
Rangga : wah rangga belum sempat nonton di tv atau mencari
tahu di internet mengenai itu pak , soalnya tugas rangga
menumpuk dan setiap hari sekolah online.
Bu erla : iya pak kalau bapak berjualan makanan bapak juga
harus memperhatikan kebersihan agar tetap sehat

16
Pak amat : itu dia bu kita semua harus menerapkannya menjaga
kebersihan agar kita semua tetap sehat
Bu erla : ibu juga kalau mau memasak makanan semua bahan
makanan yang di beli dari pasar tetap di cuci bersih sebelum di
masak, agar debu dan virus yang menempel hilang
Pak amat : makanan yang ku jual juga selalu ku tutupi ketika
belum ada pembeli agar tidak ada debu yang menempel saat
berjualan mie ayam
Bu erla : begitupun makanan yang bapak jual bahannya ku cuci
bersi sebelum di olah menjadi mie ayam dan di jual.
Pak amat : kalau begitu bapak mau pergi beli masker dulu
Rangga : iya pak, hati hati di jalan
Pak amat : iya nak
Saat pak amat melewati tokoh penjual masker tokohnya
tertutup, pak amat pun bergegas mencari masker ke warung
sekitar tapi semua masker sudah habis laris terjual sebab
masker di cari masyarakat untuk di gunakan agar terhindar dari
debu.
Pak amat lalu bergesas pulang, sesampainya di rumah
Rangga : bagaimana pak, maskernya sudah ada ? (tanya
rangga)
Pak amat : tokoh penjual maskernya tertutup dan warung
sekitar juga maskernya sudah habis terjual
Rangga : mungkin di kampung sebelah masih ada yang menjual
masker
Pak amat : besok bapak ke kampung sebelah mencari
maskernya, sebab masker itu mau bapak pakai saat berjualan
mie ayam
Ke esokan harinya di pagi hari pak amat mengambil
sepedanya
Bu erla : eh pagi begini bapak kok sudah ambil sepeda sih
Pak amat : bapak mau ke kampung sebalah mencari masker,
karena tokoh sekitar kampung tertutup dan masker di warung
juga sudah habis terjual

17
Bu erla : oh iya pak , selain membeli masker kalau bapak
melewati warung beli juga bahan untuk membuat mie ayam
Pak amat : memangnya bahan mie ayam sudah habis
Bu erla : iya pak semua bahan mie ayam sudah habis tapi kalau
bahan makanan sehari hari masih banyak dan cukup
Pak amat : iya bu
Sesampainya di tokoh sebelah kampung pak amat
mencari masker dan akhirnya dia berhasil mendapatkan masker
dan setelah membeli masker pak amat bergegas pulang dan di
perjalanan dia membeli bahan mie ayamnya termasuk sayuran.
Dan setelah itu dia pulang ke rumahnya
Bu erla : eh bapak sudah pulang, baimana pak sudah beli
masker ?
Pak amat : iya bu maskernya sudah bapak beli
Bu erla : kalau bapak tidak pagi pagi ke sana mungkin saja
maskernya habis lagi terjual
Pak amat : iya bu, ini maskernya ibu kasih juga ke rangga dan
arsy
Arsy : maaf bu aku lupa beliin kalian masker waktu pulang
Bu erla : ngga apa kok, kamu pulang dalam keadaan baik baik
saja kami sudah bersyukur
Arsy : jika masker di sini laku terjual berarti penjual maskernya
untungnya meningkat, karena kan saat pandemi korona semua
orang khwatir akan virus ini, jadi mereka mebeli maskar untuk
mereka gunakan saat keluar rumah, kalau begitu sepertinya aku
ingin berbisnis jual handsinitizer
Bu erla : memangnya kamu tahu cara membuat hantinitizer
Arsy : ini pernah menjadi pelajaran kami bu dengan membuat
handtinitizer menggunakan bahan pelengkap , tapi itu btuh
waktu bu karena bahannya baru mau di beli dulu
Pak amat : kamu mau jual handtinitizernya di mana
Arsy : di rumah saja pak, nanti kalau handtinitizernya sudah
mencukupi untuk di jual , kan kalau bapak berjualan mie ayam
di kampung sekitar bapak bisa bilang ke masyarakat sekitar
kalau arsy jual handtinitizer, sebab di kampung ini masih jarang

18
yang menjual handtinitizer, handtanitizernya juga aman kok
pak, sebab hantanitizer kami pelajari sangatlah di teliti agar
tidak ada kesalahan
Pak amat : baiklah nak
Pada hari minggu pak amat pergi ke pasar untuk menjual
mie ayamnya, sejak PSBB (pembatasan soaial berskala besar )
hanya pedagang sayuran yang masih banyak menjual di pasar,
sedangkan pedagang makanan rata rata sudah menutup
warungnya, ia pun khawatir terpapar covid 19 tetapi
kekhawatirannya ia lawan demi mencukupi kebutupan
kelaurganya, awalnya dia mengira banyaknya penjual
makanan yang menutup warungnya maka mie ayamnya akan
laris sebab kini sangat jarang di pasar yang berjualan makanan
, namun ternyata tidak ada stupun yang membeli mie ayam pak
amat, dagangannya nampak sepi dari pembeli, orang orang
jarang yang membeli makanan jadi, sebab mereka takut akan
virus corona, orang di pasar hanya melintasi dagangannya, kini
sangat jarang orang yang berbelanja makanan karena mereka
takut bila penjual makanannya terkena corona dan makanannya
pun bervirus, pak amat menyeru “ mie ayam ‘’ beli dapat
diskon, namun orang di pasar tidak mempedulikannya. Pak
amad pun pulang di perjalanan ia melintasi restoran yang
pembelinya tidak banyak namun lumayan katanya jika masih
ada pembeli yang mau membeli makanannya setidaknya dia
masih punya modal untuk melanjutkan usahanya, dia lalu
pulang ke rumahnya sesampainya di rumah , dia murung
meratapi nasibnya bagaimana kini mie ayamnya sama sekali
tidak laku dari pada terbuang sia sia pak amat pun membagikan
ke sekitar rumahnya. Mereka bertanya
Bu endah : kok pak amat bagi- bagiin mie ayamnya secara
gratis itukan dagannya
Pak amat : mie ayamnya tidak laku bu, jadi dari pada sia sia
dan mubasir mending di bagikan saja.

19
Bu endah : mungkin pak amat menjual mie ayamnya jangan di
pasar saja coba berjualan di kampung sekitar siapa tau ada yang
mau beli dagangannya.
sudah hampir seminggu lamanya sejumlah sekolah di kegiatan
belajar mengajar secara langsung/tatap muka tidak berlangsung
sebagai antisipasi penyebaran virus corona atau (Covid-19),
sesuai instruksi pemerintah. Dan para guru dan sisiwa
menggelar kegiatan belajar mengajar di rumah mareka masing
masing dengan memanfaatkan teknologi digital.
Ketika pak amat pulang dan sampai di rumahnya ia melihat
rangga yang belajar namun ia terihat lelah
Pak amat : kamu sedang belajar pelajaran apa
Rangga : aku lagi belajar bahasa inggris pak, dan banyak
pelajaran lainnya
Pak rangga : pantas kamu terlihat lelah, kamu istirahat saja
kamu harus tetap jaga kesehatan jagan sampai kamu sakit
Rangga : tugas ini mau di kumpul besok
Pak amat : secara online kan
Rangga : iya pak, Tugasnya dalam sehari bisa empat sampai
lima mapel (mata pelajaran). Setiap mapel dikasih tiga sampai
lima soal tapi dalam bentuk esai ataupun pilihan ganda”

pak amat : besok kan bapak tidak pergi menjual makanan jadi
besok saja kamu kerja tugasnya dan ibu dan bapak juga akan
membantu kamu
Rangga : iya pak
Ke esokan harinya bu erla bertanya ke rangga
Bu erla : amu mau kerja tugas
Rangga : iya bu
Bu erla : kamu memangnya mulai belajar online mulai jam
berapa
Rangga : mulai dari pukul 08.00-9.40 , kemudian di lanjut
pelajaran lain mulai pukul 9.40- 11 30 WIB. Tugas yang
diberikan oleh gurunya pun bermacam-macam pelajaran

20
Bue erla : aplikasi pembelajarannya apa
rangga : ada yang memanfaatkan video conference, dialog
interaktif melalui grup WA, classroom.
Bu erla : kalau aplikasinya ibu kurang mengerti
Rangga : terus ibu bantuin rangga kerja tugasnya bagaimana
Bu erla : begini, kamu buka aplikasinya nanti kita baca sama
sama soalnya terus ibu bantu kamu menjawab
Rangga : dan ada pula yang hanya menugaskan tanpa
memberipenjelasan
bu erla : memang pemberian tugas bagi siswa itu bagus untuk
melatih siswa rajin belajar dan mengerti materi
pembelajarannya, tapi kalau gurunya tidak menjelaskan lalu
memberi tugas siswanya kan tidak paham sebab materinya
belum di pelajari jadi tidak di mengerti, seharusnya kan
gurunya mengajar menjelaskan agar siswanya lebih paham
materi pelajarannya
rangga : penyebab rangga kesulitan mengerjakan tugas rangga
yang terlalu banyak
bu erla : sini ibu bantu kerja tugasnya , pelajaran bahasa arab
dulu ya
rangga : iya bu

bu erla dan pak amat membaca soal tugas rangga dan


membantu rangga menjawab soalnya,
setelah itu di lanjut pelajaran yang lain
bu erla : nah tugasnya sudah selesai dan jawabannya kamu
kirim saja di aplikasi belajarmu
rangga : iya bu, wah ternyata hasilnya jawabannya memuaskan
bu, ternyata ibu dan bapak pintar juga mengenai pelajaranku
bu erla : kan itu dulu sudah di pelajari ibu dan bapak sewaktu
sekolah
pak amat : dan bapak dan ibu dulu termasuk siswa yang pintar
sebab ibumu rangking satu bapak ragking dua dan dulu kami
satu sekolah di SMA

21
rangga : ibu dan bapak hebat, mantap (sambil tersenyum)
rangga memuji ibu dan ayahnya, terima kasih ya bu dan bapak
karena membantu rangga mengerjakan tugas
bu erla : iya sama sama
Kini ekonomi pak amat sekeluarga pun semakin rendah,
dia mau usaha lan tapi modalnya kurang dia sangat bingun
kemudian ke esokan harinya ia mulai mencoba beerjualan di
kampun sekitar
Pak amat : mie ayam ayo beli mi ayamnya dapat diskon
Masyakatat yang lewat tidak merespon
tiba tiba ada orang yang bilang emang mie ayamnya higenis
pak amat : sayurannya di cuci bersih beserta bahan lainnya
bu lilis : terus mie ayamnya nggak pake formalin kan
pak amat : tidak bu mie ayam yang saya jual tidak pake
formalin menggunakan bahan yang bersih dan segar
bu lilis : kan dagangan pak amat tidak laku dari kemaring jadi
wajar dong kalau saya bertanya
pak amat : bu , dagangan saya memang tidak laku dari
kemaring tapi saya tidak pernah curang dalam berdagang saya
takut dosa , bahkan mie ayam yang tidak laku sebagian di
bagikan ke masyarakat sekitar agar tidak mubasir dan bukan
untuk dia olah kembali, kalau bu lilis tidak percaya silahkan
pergi bertanya di sana.
Bu lilis : santai aja dong pak saya kan Cuma bertanya
Pak amat : saya ngga marah bu, kan saya juga hanya menjawab
pertanyaan dari ibu, supaya ibu tidak salah paham, yah kalau
begitu saya mau lanjut jualin mie ayam saya bu.
Pak amat kemudian kembali mendorong gerobaknya
untuk menjual mie ayamnya, terkadang ia singgah duduk di
pinggir jalan sambil beristirahat karena lelahnya mendorong
gerobaknya.
Tiba tiba ada pengemis yang lewat di dekatnya pak amat
merasa kasihan melihat pengemis yang sedang kelaparan itu
kemudian pak amat meberikan beberapa bungkus mie ayam
kepada pengemis itu, pengemis tersebut berterimah kasih

22
kepada pak amat dan mendoakannya agar mie ayamnya dapat
laris. Waktu menjelang sore dagangan pak amat pun tak
kunjung laku dia pun pulang ke rumahnya.
Sesampai dia di rumah rangga melihat pak amat
kelelahan dari menjual mie ayam
Rangga : bapak sepertinya kelelahan
Pak rangga : iya nak, dagangan mie ayamnya tidak laku karena
masyarakat jarang membeli makanan jadi meraka takut korona
Rangga : bapak yang sabar ya ,aku akan memijit kaki bapak
Pak amat :kamu memang anak shalih baik, kamu sangat
meyanyangi ibu dan bapak
Bu erla : ini air minumnya pak, setelah ini bapak makan dan
istirahat saja
Pak amat : iya bu
Setelah pak amat makan dia bertanya ke rangga
Pak amat : tugas kamu sudah selesai
Rangga : tadi rangga sudah menyelesaikan tugasnya. Sebab,
tugas yang diberikan pada hari itu harus langsung
dikumpulkan, jika tidak maka akan menumpuk keesokan
harinya
Pak amat : tapi kamu juga istirahat kalau lelah kerja tugasnya
Rangga : iya pak
ke esokan harinya pak amat pergi lagi berjualan mie
ayam, mie ayamnya sudah ada yang laku, tapi belum selaris
dulu, dan tetap saja itu belum cukup untuk memulihkan
modalnya, meski begiti dia tetap bersemangat berjualan mie
ayam, dia tidak ingin jika ekonominy semakin terpuruk, dia
selalku bersemangat, dia ingin mengatasi ekonominya, namun
tak pernah sekalipun di benak pak amat untuk ingin berjulan
curang, dia tidak ingin menjual mie ayam berformalin, sebab ia
takut akan merugikan.
Bue erla ingin membuka usaha lainnya dengan menjual
makanan di rumahnya seperti gorengan, jalangkote, bakwan,
dan lainnya, dan ketika bu erla memulai usahanya awalnya
tidak ada pembeli dan ketika rangga memberi tahu temannya

23
bahwa ia menjual gorengan di rumahnya teman rangga
membeli dagangannya, karena gorengan harganya lumayan irit
menurut mereka, tak jarang ada juga masyarakat sekitar yang
membeli dagangan bu erla namun mereka jarang yang mebeli
makanannya karena mereka lebih memilih makanan yang
mereka kira lebih higenis seperi di retoran kota . Padahal
makanan bu erla juga higenis, hanya saja kekhawatiran
masyarakat tidak yakin dengan semua makanan yang di
dagankan di warung. Rangga juga bersemangat membantu
ibunya menjual gorengan, kesulitan ekonomi keluarganya
membuat rangga berusaha membantu usaha orang tuanya,
meski sulit namun ia tidak mengeluh, jika tugas sekolahnya
selesai ia langsung bergegas membantu ibunya, penghasilan
dari hasil berjualan gorengan tidaklah besar, namun ibunya
menggunakannya untuk mencukupi kebutuhannya dan
sebagian ia tabung untuk modalnya berjualan gorengan, pukul
5 subuh bu erla selalu bangun dan mulai mambuat
gorengannya, dan ia pun membantu pak amat membuat mie
ayam untuk di jualnya, rangga tak diam saja ia dan kakaknya
arsy juga membantu ibu dan ayahnya, bu erla tak pernah
menyerah untuk berusaha ia ingin membantu pak amat untuk
memulihkan kembali ekonomi keluarganya, awalnya ia ragu
tapi sebab ia mengatakan mie ayam pak amat tidak laku ia
khawatir dengan gorengannya jika tidak laku juga, namun rasa
ragunya ia singkirkan, dia sempat kesulitan dalam mengatur
keuangan modal usahanya, sebab sebagian hasil penjualan mie
ayam, dan gorengan, di jadikan sebagai modal usaha ia
kembali, selain itu sebaian modalnya juga di gunakan untuk
membeli kebutuhan sehari hari.
Di pagi hari rangga mulai membantu ibunya berjualan
gorengan
“ gorengan gorengan ’’ teriak rangga
Masyarakat yang lewat memperhatikannya
Bu lilis : eh rangga jualan gorengan, aku mau beli dong
bakwannya, 5000 aja dulu

24
Rangga : sambil membungkus gorengannya, gorengannya yang
pedas ngga ? tanya rangga
Bu lilis : engga usah, yang biasa aja
Rangga : iya ini gorengannya
Bu lilis : kenapa bu erla jualan gorengan kan dulu Cuma jualan
mie ayam
Bu erla : untuk memulihkan modal usaha, di rumah saja bukan
berarti hanya diam saja, kita juga harus mencari usaha lainnya
Bu lilis ; kan pak amat tetap menjual mie ayam
Bu erla : tapi mie ayamnya ngga selaris dulu lagi
Bu lilis : terus , kenapa pak amat tidak menjual mie ayamnya
di warung saja, dia menjual mie ayamnya keliling kampung,
kan gerobaknya itu berat.
Bu era : kan warungnya sepi pembeli jadi dia menjual mie
ayamnya keliling kampung menggunakan gerobak, tapi untuk
sementara saja
Bu lilis : ini uang gorengannya rangga, kemudian bu lilis
memakan gorengannya beberapa menit kemudian bu lilis
menjerit kalau gorengannya membuatnya sakit perut, bu lilis
menuduh rangga dan bu erla menggunakan bahan pengawet di
gorengannya
Bu erla : gorengan ini baru di goreng dan bukan bahan basi
yang di beri pengawet agar tahan, bu lilis jangan asal ngomong
yah
Bu lilis : terus kenapa gorengannya lembek begitu, kalau engga
basi
bu erla : kan gorengannya dingin jadi lembek bukan basi
masyarakat memperhatikan pertengkaran mereka, bu erla
membela dirinya agar masyarakat tahu bahwa ia bukanlah
pedangang curang
bu lilis : ngga usah banyak alasan deh
bu erla : ini bukan alasan, tapi kamu saja yang asal ngomong,
kalau ngga mau beli gorengannya ngga usah, tapi jangan asal
menuduh dong, disini tidak ada kecurangan, semuanya higenis

25
“ masyarakat tidak mempercayai apa yang bu lilis tuduhkan,
mereka membela bu erla karena mereka tahu bahwa bu erla
orang yang baik tidak mungkin ia curang”
“ eh bu lilis jangan asal tuduh, bu erla ngga mungkin curang
kami tahu dia orang baik, kata masyarakat lainnya , bu lilis juga
menuduh pak amat menggunakan formalin di mie ayamnya
terus menuduh bu erla pake bahan pengawet gorengan, jangan
asal ngomong”
Bu lilis : susah deh menjelaskan sama kalin ngga mau percaya
dia itu pake pengawet di gorengannya. Sambil marah karena
tidak ada yang percaya dengan perkataan bu lilis dia pergi
berjalan menjauhi rumah bu erla, sebab masyarakat tidak
mempercayainya.
Rangga : bu yang sabar ya kebohongan pasti akan terungkap ,
kejahatan pasti akan kalah bu.
Bu erla : iya nak, ibu berusaha sabar, tapi perkataan bu lilis itu
kelewatan

Ke esokan harinya bue erla dan rangga saat pagi hari


menyiapkan dagangan gorengannya di depan rumahnya,
dinginnya angin mengeringkan kulit mereka, tetapi tak
mengurangi semangat rangga untuk membantu ibunya, ketika
berjualan gorengan terkadang ia melihat temannya lewat
bermain sepeda, sedangkan ia hanya fokus belajar dan
membantu orang tuanya, dengan cara membantu ibunya
berjualan gorengan, ketika belum ada pembeli gorengan,
terkadang ia duduk sejenak sambil membaca bukunya dari tas
yang selalu ia bawa di punggungnya.
“Temannya terkadang berkata rangga jangan kelamaan
membaca nanti kamu di juluki kutu buku sambil tertawa” tetapi
rangga tidak mempedulikannya.
Rangga sangat pengertian ke ibunya dia tidak ingin jika ibunya
kecapean menjual gorengan, jadi dia membantunya menjual
gorengan.

26
Ketika bu lilis melintas dan hampir saja terserempet
motor rangga langsung berlari mendorongnya ke pinggir jalan,
sehingga motor tersebut tidak menyerempet meraka, bu lilis
kaget, karena yang menolongnya adalah rangga yang telah dia
tuduh berjualan gorengan berpengawet, dia juga mengingat
saat menuduh pak amat berjualan mie ayam menggunakan
bahan formalin, namun mereka tidak dendam dan tetap
bersikap baik terhadapnya, dia sadar bahwa dia salah karena
menuduh mereka, bu lilis langsung menghampiri bu erla dan
meminta maaf kepada bu erla dan rangga ia juga mengatakan
ke bu erla untuk menyampaikan maafnya ke pak amat karena
dia dulu menuduhnya berjualan mie ayam dengan formalin.
Dan bu lilis mengatakan kepada warga sekitar bahwa
sebenarnya dia hanya berpura pura sakit perut ketika makan
gorengan bu erla, dia hanya ingin jika tidak ada yang membeli
gorengan bu erla, dan bu erla rugi, tapi bu lilis salah karena itu
ia meminta maaf dan menjelaskan itu ke masyarakat sekitar.
“ memang kami tidak percaya dengan perkaan bu lilis, kata
salah satu masyarakat ’’
Kemudian telfon rangga berbunyi dan yang
menelfonnya anti teman sekelasnya
Anti : halo rangga apa kabar
Rangga : alhamdulillah kabar baik
Rangga : kamu bagaimana
Anti : iya alhamdulillah kabar baik
Rangga : ada apa kamu menelfon
Anti : hanya ingin bertanya tugas bahasa arab kamu sudah
selesai atau tidak
Rangga : iya sudah selesai
Anti : aku mau bertanya tugas kamu nilainya bagus kan
Rangga : iya bagus karena ibu dan bapakku yang mengajariku
mengerjakan tugas ku
Anti : ibu dan bapak kamu pintar ya
Rangga : iya terima kasih atas pujiannya, bagaimana dengan
nilaimu ?

27
Anti : alhamdulillah nilainya bagus juga ibu aku juga dan
bapakku yang mengajariku mengerjakan tugas
Rangga : wah ibu dan bapakmu pintar juga
Anti : iya terima kasih pujiannya
Rangga : sama sama
Anti : aku lebih senang jika belajar di rumah walaupun tugas
banyak tapi aku bisa bersama keluarga
Rangga : iya
Anti : eh jaringan hp kamu bagus ngga di situ
Rangga : terkadang jaringannya kurang bagus
Anti : kamu tau ngga tugas itu tuh susah banget ya, gurunya
ngga menjalaskan lebih detail materi pelajarannya terus tugas
aja, tugas ini menumpuk kalau tidak di kerja, ada juga guru
yang tidak menjelaskan materinya terus tugas lagi
Rangga : soalnya juga terlalu berbelat belit
Anti : oh iya kok hp kamu online terus , kamu memangnya main
game online
Rangga :tidak kan aku kerja tugasnya jadi hpku ku aktifkan,
supaya jaringannya bagus, aku itu tidak suka main game online
Anti : iya
Rangga : baguslah kalu begitu
Anti : eh iya ragga ada lomba menuli novel, kamu mau ikut
nggak, hadiahnya lumayan loh kalau juara
Rangga : kamu memangnya mau ikut lomba
Anti : ngga sih aku kan ngga suka menulis novel, Cuma aku
memberitahu kamu informasi ini karena kamu penulis novel,
kamu mau ikut lomba tidak ?
Rangga : sebenarnya aku ngga punya kesempatan untuk itu
karena aku bantuin ibuku jualan gorengan, untuk membantu
ayah dan ibu memulihkan ekonomi
Anti ; kamu rajin banget ya, tapi kan kakak kamu itu sangat
pintar menulis novel, kan sayang jika bakatmu di sia siakan,
menurutku kamu ikut saja lombanya, kan ngga ribet Cuma
lewat online saja, kamu juga bisa mengembangkan potensimu,
mungkin saja kan kamu bisa menjadi penulis novel yang hebat.

28
Rangga : aku tidak tahu deh
Anti : ya kalau begitu terserah kamu saja, itukan Cuma saran
saja, lagi pula aku tahu kamu itu ngga suka pamer bakat kamu
Rangga : aku ngga bisa
Anti : ya sudah, kamu tahu kan tugas bahasa inggris itu susah,
terus kamu kerja tugasnya pake google ngga
Rangga : ya nggalah
Anti : kamu memang pinter rangga
Rangga : aku ngga bisa ikut lomba menulis novelnya
Anti : ya sudah aku mau lanjut kerja tugas lain
Rangga : iya

Selesei menelfon Bu erla bertanya


Bu erla : siapa itu yang menelfon nak
Rangga : anti bu, teman sekelasku
Bu erla : ibu erla pun selalu menasihati untuk tidak berlama
lama dengan handphone
Rangga : iya baik bu
Ke esokan harinya rangga keluar rumah dan temannya
meneriakinya dan mengajak rangga bermain monopoli tapi
rangga menolak karena ia ingin fokus belajar, rangga cuek dari
segala permainan, dia pun sangat tidak meyukai game,
mungkin teman temannya hoby bermain monopoli ataupun
bermain game di hp mereka tapi rangga sama sekali tidak
terpengaruh, sebab ia tahu game itu hanya menyebabkan
seseorang bermalas malasan, dan dia sangat menghindari itu,
sebab ia tidak ingin menjadi pemalas.
Ke esokan harinya pak amat mulai berdagang lagi di
kampung sebelah Panasnya siang meletihkan pak amat.
Keringat mengalir di sela-sela topinya. Pak Amat memegang
ujung handuknya untuk mengelap keringatnya. Ia mendesah
melihat gerobak mi ayamnya. Gulungan mi yang berada di
baskom baru berkurang dua. Biasanya saat makan siang,
gulungan mi itu sudah hampir habis.

29
Sudah seminggu ini dagangannya sepi. Sejak masa virus
corona perlahan dagangannya menjadi sepi. Semakin hari
semakin berkurang pembelinya. Pintu-pintu gang menuju
kampung lain sebagian tertutup semenjak di berlakukannya
lock down . pemberlakuan lok down sebagai upaya mencegah
laju penyebaran virus corona, dengan adanya lok down
masyarakat hanya di rumah saja, sebagian jalan menuju antar
desa di tutup kemudian ada seseorang yang lewat
menyemprotkan desimpektan pak amat pun langsung menutup
panci mie ayamnya dan metutup kaca gerobak mie ayamnya
agar Semprotan disinfektan tidak menempel di mi atau
sayurannya. Terkadang pak amat ingin berenti berjualan mie
ayam untuk sementara karena dia juga takut akan virus korona
tapi ia harus tetap berjualan mie ayam agar tetap bisa
memenuhi kebutuhan keluarganya, dia ingin bisnis lain tapi
modalnya kurang jadi dia hanya menjual mie ayam. Dulu
dagangan mie ayamnya lumayan laku terjual dan terkadang
juga habis terjual namun semenjak pandemi virus corona orang
jarang membeli mie ayamya ,ia hanya berhadap semoga virus
conona cepat hilang, karena wabah corona sangat meresahkan
warga sekitar selain berdampak bagi pendidikan juga
berdampak ke ekonominya, pak amat berkata tidak tahu
bagaimana corona tiba tiba muncul di indonesia padahal dulu
virus corona tidak pernah ada, apakah virus itu di ciptakan
manusia atau virus itu muncul bagaimana ia heran, tapi ia
berkata bahwa orang yang meyebabkan atau menciptakan virus
corona adalah orang yang berdosa. Terkadang ia jengkel karena
banyak orang yang menjual masker dengan harga yang
melonjak padahal dulu saat keadaan stabil masker hanya murah
tidak semahal itu, sepertinya pedagang itu mengambil
keuntungan dari penjualan masker, tapi kan itu merugikan bagi
pembeli maskernya.

Terlalu panas, katanya. Ia melihat sebuah pos ronda dan


dengan cepat melaju ke arahnya. Ia duduk dan mengeluarkan

30
sebotol air minum. Aduh, sampai kapan harus begini? katanya.
Ini satu-satunya mata pencahariannya. Apa yang harus ia
lakukan jika PSBB benar-benar diterapkan di kotanya. Otaknya
seperti tak bisa berhenti berpikir mencari jalan agar ia dan
keluarganya tetap bisa mempertahankan ekonominya selama
wabah corona ini.
Tiba-tiba ada sebuah motor yang mendekati gerobak mi
ayamnya. "Pak, beli, Pak. Empat bungkus ya," katanya.

"Komplit ya?" tanya Pak Amat.

"Iya, Pak. Ekstra pangsit ya, Pak."

Salah satu anak yang duduk di boncengan mendekati


gerobak mi ayam. "dagangan mie ayamnya Sepi ya, Pak."

"Iya, mas. Tapi alhamdulillah masih ada yang beli kok,"


kata Pak Amat tersenyum. Tapi padahal maksudnya mie
ayamnya hanya sedikit yang beli.

"Terus, kalau sisa, mie nya diapakan, Pak? Bukannya mi


hanya bisa bertahan sehari saja, Pak?"

"Sisanya dimakan sendiri, Mas. Ya mau bagaimana lagi,


daripada terbuang sia-sia." Dan rejeki kan harus di syukuri

"Apa tidak bosan makan mi ayam setiap hari, pak?" tanya


salah seorang anak yang lain.

"Ya tidak Mas. Tapi rangga Anak saya sampai bilang


mukanya sudah mirip gulungan mie katanya ." (Pak Amat
sambil tertawa). Tapi terkadang jika mie ayamnya tidak laku
juga di bagikan di masyarakat sekitar.

31
Kedua orang itu terdiam melihat Pak Amat menyiapkan
pesanan. "Yang sabar ya, Pak. Kalau nanti coronanya sudah
pergi, pasti orang-orang jadi shopping. Setiap ada penjual
makanan lewat pasti ingin dibeli."
“ dulu si semenjak belum ada virus korona dagangan mie
ayamnya cukup laris, tapi semnjak berita virus korona orang
orang tidak mau membeli mie ayam atau dagangan makanan
yang siap jadi, sebab mereka takut jika makannya terkena debu
sehingga virusnya menempel di makanan, padahahal mie ayam
ini kan tetap higenis.
"Iya, Pak. Bapak sebaiknya di rumah saja bila
semakin sepi, Pak. Bapak juga harus menjaga kesehatan agar
nanti bisa jualan lagi setelah situasi membaik, Pak," kata yang
lainnya.

"Betul, Pak. Daripada rugi juga, Pak, sudah mengeluarkan


modal dan harus makan mi ayam setiap hari."

Pak Amat terdiam mendengar saran kedua orang itu. Ada


benarnya juga kata mereka. Ia terdiam sambil terus
menyiapkan pesanannya.

"Ini, Mas," kata Pak Amat sambil memberikan bungkusan


pesanannya.

"Harganya sama kan, Pak? Untuk Bapak saja


kembaliannya," kata salah satu orang menyerahkan uang
seratus ribuan.

"Ini banyak sekali, Mas," kata Pak Amat terharu.

"Kita juga jarang jajan kok, Pak," kata orang itu


tersenyum. "Yang sabar ya, Pak. ALLAH tidak akan pernah
menguji kita jika kita tidak mampu menghadapinya."
Dan Mereka pun berlalu.

32
Pak Amat terduduk lemas di pos rendah. Tiba-tiba
airmatanya mengalir pelan. astagafirullah, kenapa aku harus
mencemaskan hal-hal yang seharusnya tidak aku pikirkan
karena Engkau pasti menjamin rejekiku, katanya di dalam hati.
Ia menunduk agak lama di pos ronda itu. Setelah agak tenang,
ia mendorong gerobaknya pelan, menuju ke rumahnya.
Sasampainya di rumahnya istri pak amat bu erla
meyiapkan makanan untuknya
Bu erla : dagangannya ada yang laku nggak
Pak amat : ada yang beli tadi empat bungkus mie ayam bapak
Bu erla : oh iya pak jadi mie ayam besok yang ingin di jual
besok porsinya di kurangi atau bagaimana , tanya bu erla
Pak amat : jangan bu porsi mie ayamnya seperti yang baiasanya
saja
Bu erla : baiklah
Kemudian rangga berkata
Rangga : muka ini hampir mirip gulungan mie selalu makan
mie
Bu erla : eh kamu tidak boleh bilang begitu kita harus selalu
bersyukur atas rejeki yang di berikan kepada kita jangan
mengeluh , kerana jika kita rajin berusaha dan berdoa kepada
sang maha kuasa pasti ada kemudahan. Kata bu erla sambil
menasehati rangga, dan pekerjaannya kan yang penting halal.
Rangga : iya bu, maaf ya bukannya bermaksud mengeluh tapi
hanya bercanda, kata rangga sambil tersenyum
Pak amat : kita harus tetap selalu bersyukur jangan pernah
mengeluh
Arsy : tapi mie ayamnya mantap pak, ibu memang pandai
memasak mie ayam
Rangga : ibu itu terhebat deh
Arsy : iya

Pak amat merasa sedih karena ekonomi keluarganya yang


semakin rendah, dia mengingat saat dia melewati restoran yang
pembelinya lumayan ramai, dia pun berfikir bahwa jika

33
makanan restoran itu laku mungkin karena masyarakat mengira
di sana itu higenis, jika begitu mungkin ini juga dapat dia
terapkan ketika berdagang mie ayam. Pak amat menceritakan
itu ke arsy bu erla dan rangga, kemudian asry memberi saran
ke pak amat dia mengatakan walau hanya menggunakan
gerobak tapi kan yang penting higenis dari dulu mie ayam yang
bapak jual kan higenis tetapi untuk meyakinkan masyarakat
bahwa dagangan mie ayam itu bersih dan higenis sepertinya
bapak saat menjual mie ayam harus memakai masker dan alat
pelindung wajah dan juga kos tangan katika menjual mie ayam
Ke esokan harinya arsy pergi ke tokoh sebelah kampungnya
membeli bahan bahan untuk membuat handtanitizer selain itu
arsy juga membeli pelindung wajah dan juga kaos tangan
ketika pulang dan sampai di rumahnya arsy lalu membuat
handtinitizer untuk di gunakan pak amat ketika berjualan mie
ayam
Arsy sangat teliti dengan memilih takaran bahan untuk
handtanitizernya, kemudian ketika hantinitizernya sudah jadi
arsy memberikan itu ke pak amat untuk bapaknya gunakan
ketika menjual mie ayam di pasar.
Ke esokan harinya pak amat mulai berjualan lagi di pasar
dengan menggunakan APD lengkap masker, alat pelindung
wajah dan menggunakan kaos tangan, bahkan dia telah
menyiapkan hand sanitizer untuk mencuci tangannya. Dan pak
amat juga menyiapkan sabun untuk mencuci tangan bagi para
pembeli mie ayamnya. Masyarakat yang lewat di sekiat
gerobak mie ayam pak amat memperhatikan gerobak mie
ayamnya yang higenis. Tak lama kemudian pembeli mie
ayamnya pun berdatangan untuk membeli mie ayamnya. Saat
mie ayamnya pak amat laku pak amat juga memberi tahu ke
masyarakat sekitar bahwa putrinya arsy menjual handtinitizer
bahwa jika ada yang mau membeli handtinitizernya jangan
ragu sebab arsy sangat teliti dalam membuat handtinitizernya
apalagi arsy juga telah mempelajari seputar kesehatan sebab dia
jurusan kesehatan, Pak amat sangat senang ketika melihat mie

34
ayamnya laku, orang membeli mie ayam pak amat karena
mereka mengatakan mie ayam pak amat higenis, para pembeli
antusias membeli dagangan mie ayam pak amat. Beberapa jam
kemudian mie ayamnya sudah habis tetapi masih ada juga yang
ingin membeli mie ayam pak amat, pak amat mengatakan mie
ayamnya sudah habis. Pak amat pun membereskan barang dan
dagangannya lalu ,mendorong gerobaknya dan bergegas
pulang ke ruamahnya. Sesampainya ke rumahnya pak amat
meneriaki bu erla dan menceritakannya kepada bu erla dan
rangga dan arsy bahwa dagangan mie ayamnya laku habis, erla
tersenyum senang dan bersukur karena akhirnya dagangan mie
ayam pak amat laku .
ke esokan harinya pak amat bu erla dan rangga pagi pagi
menyiapkan dagangan mie ayam pak amat dengan porsi yang
lebih banyak lagi ,arsy juga ikut membantu membuat mie
ayamnya, setelah itu pak amat pergi berjualan mie ayam di
kampung sekitar dengan tetap menjaga kebersihan dan higenis
pak amat juga menggumakan masker, alat pelindung wajah,
kaos tangan , hand sinitizer, sabun untuk mencuci tangan,
kemudian masyarakat pun mebeli mie ayam pak amat. Mie
ayamnya laku dan habis terjual masih ada yang ingin membeli
mie ayamnya tapi mie ayamnya sudah habis. Kemudian banyak
yang memesan mie ayam pak amat karena mereka tak mau ke
habisan mie ayam lagi.
Pak amat pun pulang dagangan mie ayamnya laku lagi dan
habis terjual, pak amat menceritakannya ke bu erla dan rangga
dan arsy mereka pun merasa senang karena mie ayam pak amat
laku, hari demi hari dagangan pak amat laku . dan modal pak
amat pun semakin puli bahkan semakin meningkat.
Arsy kemudian mengatakan ke ayah dan ibunya bahwa
sebentar lagi dia akan di wisuda pak amat senang karena arsy
sudah hampir selesai kuliah, ia berharap nilai arsy bagus, arsy
juga selalu menyelesaikan tugasnya tepat waktu, arsy berkata
sepertinya jika ia selesai wisuda ia akan meneruskan usaha
ayahnya, namun pak amat menyarankan arsy untuk membuka

35
apotik kesehatan saja di kampung sebab dia memang jurusan
kesehatan, arsy lumayan paham mengenai obat obatan.
Pak amat semakin bersemangat berdagang mie ayamnya,
ketika berdagang di pasar dia bertemu dengan bu lilis dan bu
endah
Bu enda : dagangan mie ayam pak amat semakin laris saja
Pak amat : iya bu
Bu enda : aku mau beli mie ayamnya dong pak
Pak amat : berapa bungkus bu
Bu enda : mie ayamnya 10 bungkus dan ekstra pedas,
sayurannya di perbanyak
Pak amat : baik bu, kok ibu beli mie ayamnya banyak sekali ya
Bu enda : mie ayamnya enak, terus higenis juga
Bu lilis : aku juga pesan mie ayamnya 2 bungkus
Pak amat : mie ayamnya pedas juga ya
Bu lilis : ngga usah pedas, mie ayamnya yang biasa aja pak
Pak amat : iya bu
Bu lilis : aku mau minta maaf karena dulu menuduh pak amat
berjualan mie ayam formalin
Pak amat : oh, bu erla juga sudah menyampaikan itu
Bu lilis : pak amat dan bu erla sekeluarga baik banget ya, pantas
dagangannya laris, inilah hasil kesabaran dan kebaikan pak
amat. Pak amat tidak pernah mencari keuntungan dengan
curang dia selalu menjual mie ayam dengan jujur.
Bu enda : jadi kalian ngga marahan lagi
Bu lilis : ngga pernah marahan kok, cuman dulu salah paham
saja.
Bu enda : katanya arsy sudah mau wisudah ya
Pak amat : iya bu
Bu enda : selamat ya pak, sudah berhasil mendidik arsy
mencari cerdas, baik ramah, tapi dia tidak pernah bersikap
sombong, dan ku dengar arsy dari awal kuliah sampai wisuda
nilainya selalu bagus, pasti nilainya juga nanti bagus
Pak amat : semoga saja

36
Bu lilis : handtinitizer arsy juga laris, dan jualan gorengan bu
erlah juga semakin laris, sepertinya ekonomi pak amat
meningkat
Bu enda : iya pak
Bu lilis : lebih baik pak amat membuka kembali warung mie
ayamnya biar pak amat ngga jualan mie ayam keliling lagi,
terus pak amat dan bu erla bisa mengembangkan warungnya di
situ, tapi saran kalau pak amat berdagang mie ayam warung
lebih baik jika penerapan kebersihan ini tetap di terapkan agar
tetap higenis.
Pak amat : betul juga bu, oh iya ini pesanan mie ayam bu endah
dan ini pesanan mie ayam bu lilis
Bu enda : ini uang mie ayamnya
Bu lilis : ini juga uang mie ayamnya
Bu enda : kami mau beli sayur dulu pak
Pak amat : iya bu

Ke esokan harinya ada bebarapa masyarakat yang datang


membeli handtinitizer arsy dan mengatakan bahwa di kampung
sebelah hanya menjual masker dan alat pelindung wajah tapi
belum menjual handtinitizer jadi mereka membeli handtinitizer
di arsy, lalu arsy mengatakan ke pembeli bahwa jika ada yang
mencari handtinitizer dia akan membuat handtinitizer dalam
jumlah yang banyak.
Ke esokan harinya pembeli handtinitizer arsy meningkat,
mereka mengatakan mereka kesulitan jika harus ke kota
mencari handtanitizer sebab jalan sebagian tertutup karena
PSBB, mereka juga memuji arsy karena kreatif membuat
handtinitizernya, dengan bisnis handtinitizernya arsy berharap
dapat meningkatkan kembali ekonomi keluarganyanya
Pak amat menabung uangnya untuk modal berjualan
mie ayamnya. Pak amat ingin mengembangkan usahanya
dengan cara hanya berjualan mie ayam di rumah saja. Dia pun
berjualan mie ayam di warung makannya lagi. di depan
rumahnya warung tersebut tetap higenis karena tetap

37
menerapkan kebersihan, bu erla membantu pak amat menjual
mie ayam di rumahnya bu erla selalu mencuci bersih bahan
yang akan di gunakannya dalam membuat mie ayam, tak hanya
bahan barang barang pun selalu di cuci bersih dengan sabun,
terkadang rangga pun membantu bu erla dan pak amat
berjualan mie ayam ,dan mie ayam pak amat laku dan habis
terjual, bahkan ada juga yang memesan mie ayam mereka.
Beberapa bulan kemudian warung pak amat semakin laris
pembeli mie ayam, pak amat pun mengembangkan usahanya
dengan tidak hanya menjual mie ayam tapi juga dengan
makanan lain seperti bako, gorengan, martabat,nasi kuning ,
ayam goreng . pak amat dan bu erla berbisnis makanan secara
langsung dengan menjual makanan secara langsung tidak
secara online, namun dagangannya tetap laris, dan semakin
berkembangnya usaha pak amat sehingga warungnya menjadi
tokoh makanan, dan kini mereka menjadi sukses.
Pak amat selalu bersyukur atas rejeki yang ia dapat dia
sangat bahagia ketika usahanya maju, kini pak amat di kenal
sebagi pengusaha bisnis makanan tersukses di desanya, sebab
kini ia membeli jaringan wifi untuk rangga agar rangga tidak
kesulitan dalam mengerjakan tugasnya, sebab terkadang saat
rangga mengerjakan tugasnya ia terkendala oleh jaringan
sehingga tugasnya lambat terkirim, pak amat menyarangkan
untuk membuka warnet tapi rangga tidak mau sebab dia tidak
mau jika modal hasil usaha mie ayam pak amat di jadikan
modal warnet sebab ia mengatakan belum tentu bisnisnya
berkembang, sebab banyak warga yang memililih membeli
kartu internet meski jaringannya terkadang jelek, tapi ia hanya
ingin memanfaatkan wifinya untuk keperluannya saja.
Namun bu erla menyarankan agar rangga membuka warnet
walaupun usahanya awalnya hanya kecil kecilan tapi bisa
berkembang, kemudian warnet pun ia bangun, ia tidak
menyediakan komputer, tapi yang ingin menggunakan wifi di
sana cukup membawa hp mereka dan leptopnya untuk di
sambungkan ke perangkat jaringan wifi, beberapa siswa yang

38
mau mengerjakan tugasnya juga berdatangan ke warnetnya
sebab harganya cukup terjangkau dengan 5000 rupiah saja
dalam 1 jam dan di sana juga higenis sebab pak amat selalu
menyediakan handtinitizer di meja, dan sabun cuci tangan, ada
lagi teman rangga yang menyarankan untuk membuka situs
game di warnetnya, tapi rangga menolak sebab ia tidak mau
mempergunakannya dengan cara yang salah.
Anti : wah rangga aku dengar kamu punya bisnis warnet ya
Rangga : iya kan bisa membantu siswa di kampung jika ada
yang jaringannya kurang bagus, kan bisa ke warnet ini, tapi di
sini tidak tersedia situs game
Anti : ya baguslah kalau begitu, sepertinya kamu sudah
berpeluang untuk menjadi pengusaha warnet, maksudku
pengusaha muda ( sambil tersenyum)
Rangga : kamu kenapa ya
Anti : seperti yang ku katakan jaringan hpku kan terkadang
jelek, padahal tugas lagi menumpuk, sebenarnya aku mau
menyelesaikan tugasku tapi jaringan kurang bagus
Rangga : ya sudah kamu kerja tugasnya di sini saja
Anti : ini uangnya rangga membayar jaringan wifinya
Rangga : engga usah di bayar
Anti ; kok gitu ngga de kamu kan nanti rugi
Rangga : ya ngga lah, anggap aja ini diskon kamu kan baru saja
datang ke warnetku
Anti : rangga kamu baik banget
Rangga : kamu kerja cepat tugasmu ya selesaikan jangan
menumpuk soalnya kamu nanti pusing kalau tugasnya semakin
banyak jadi tidak tahu tugas yang mana yang mau di kerja
Anti : oke
Anti : wah kini bisnis keluarga kamu semakin maju
Rangga : alhamdulillah
Arsy : rangga ini teman kamu ya
Rangga : iya kak, ini teman sekelasku arsy dia tinggal di desa
ini juga kok, dia ini selalu menyemangatiku kak
Asy : kalian pacaran ya

39
Rangga : tidak kak, aku hanya bersahabat dekat dengannya anti
ini orangnya baik, ibu juga kenal ko sama dia
Arsy : serius sekali kamu menjawabnya dek, padahal kakak
Cuma bercanda
Anti ; iya kak, lagi pula aku juga ngga kepikiran untuk pacaran
kak, kita kan harus fokus ke pelajaran
Arsy : ya begitu fokus di tujuanmu di pelajaran agar menjadi
pintar jangan terkecoh
Anti : baik kak
Asy : kakak simpan handtanitizernya di meja
Anti : kak tunggu, aku mau bertanya handtinitizernya masih
ada ngga kak yang di jual
Arsy : ya masih ada tapi ngga banyak karena sudah terjual
Anti : tapi hantinitizernya masih ada kan kak
Arsy : handtinitizernya masih ada
Anti : kakakku pesan handtinitizernya 2 botol tapi yang
ukurannya besar
Arsy : oh iya tunggu kakak ambil handtinitizernya dulu
Anti : iya kak
Rangga : anti kamu belum menyelesaikan tugamu tapi kamu
malah keasyikan berbicara terus dengan kak arsy
Anti : oh iya , aku akan menyelesaikan tugasku kak
Arsy : iya
Setelah lima menit arsy pun membawakan anti handtinitizernya
Arsy : ini handtinitizernya
Anti : harga hamdtinitizernya berapa kak
Arsy : handtinitizernya dua botol 50 ribu
Anti : ini uang handtinitizernya kak
Arsy ; iya, semgat ya belajarnya
Anti : iya kak
Anti : kamu ngga kerja tugas kamu rangga
Rangga : tugasku sudah selesai
Arsy : ini anti dan rangga gorengannya silahkan di coba
kebetulan masih hangat baru di goreng
Anti : kok ada gorengan kan anti ngga pesan gorengan

40
Arsy : ngga apa, ini kamu makan saja gorengannya
Anti : wah bakwannya kriuk ngga keras ngga lembek pokoknya
pas, harga gorengannya berapa
Arsy : hari ini gorengannya gratis
Anti : nanti kakak rugi
Arsy : nggak kok
Rangga : gorengan ini enak saat masih hangat
Anti : tugasku belum ku kerja tapi gorengan menghampiri , jadi
ngga fokus deh kerjain tugasnya ( sambil tertawa)
Rangga : setelah itu kan kamu bisa kerja tugasmu
Bu erla : eh anti, apa kabar nak
Anti : baik bu
Bu erla : kamu pasti mau kerja tugas ya
Anti bu : iya bu, jaringan hpku kurang bagus dan aku dengar
rangga baru buka warnet jadi aku ke sini bu
Bu erla : tidak apa apa nak, silahkan dilanjutkan kerja tugasnya
Anti : iya bu, dan terima kasih ya kak arsy
Arsy : iya sama sama
Anti kemudian mengerjakan tugasnya setelah beberapa
jam kemudian tugasnya selesai anti pung pulang
Rangga mengingatkan ke orang yang berada di warnetnya agar
tetap menjaga jarak duduk mereka
Rangga : mas maaf jaga jarak duduknya agar tetap memtuhi
aturan terhindar dari corona
“ tapi kan ini di kampung rangga dan belum ada yang terkena
corona kok kamu khawatir banget’’
Rangga : kan kita harus tetap menjaga jarak mas, dulu corona
itu Cuma ada di cina mas tapi kan virus itu terlalu cepat
menyebar kini seluruh dunia terkena dampaknya termasuk
indonesia walau di desa kita belum ada corona sedidaknya kita
juga bisa mencegahnya dengan cara menjaga kesehatan ya juga
dengan jaga jarak, kita ngga boleh anggap remeh sebab corona
itu berbahaya.
“ handtinitizer di meja ini boleh di gunakan kan rangga, soalnya
aku mau menyemprot tanganku agar bebas virus”

41
Rangga : handtanitizer di meja itu memang untuk orang yang
datang ke warnet mas , yang datang di warnet harus
menyemprotkan tangannya dengan handtinitizer yang ada di
meja, atau jika tidak cuci saja tangannya menggunakan sabun.
“wah warung pak amat dan bu erla higenis, warnet rangga
higenis, semuanya bersih sebab menerapkan kebersihan”
Rangga : untuk mengindari corona, mas jaringannya ada
kendala tidak
“ jaringannya tidak ada kendala kok rangga”
Rangga : kalau ada kendala di laporkan ke aku nanti
jaringannya di perbaiki, kemudian rangga mengingatkan ke
lainnya juga untuk menjaga jarak ketika duduk.
Tiba tiba ada pengunjung yang berkata bahwa dia lapar,
ketika rangga mendengarnya ia mengatakan
Rangga : kamu lapar
“ iya, tapi lagi di warnet”
Rangga : tunggu ya, aku panggilkan kakak ku, dia jualan
gorengan, di depan rumah
“iya, memang ngga apa kalau makan gorengan di warnet?
(tanya dia), sebenarnya sih aku mau ke warung depan karena
jaraknya juga dekat dari warnet Cuma aku lagi kerja tugas ku,
dan tugasnya harus segera di kirim , jadi aku belum sempat ke
sana langsung ke warnet dan ketika aku kerja tugas ternyata aku
mulai lapar.
Rangga : ngga apa kok, tunggu aja aku mau bilang ke kak arsy
“ iya”
Rangga : tapi kamu mau pesan gorengannya berapa
“ 10 ribu aja ya terus gorengannya yang pedas ,dan ini uang
pembeli gorengannya”
Rangga : iya
Kemudian rangga menuju warung depan yang tidak jauh dari
warnetnya
Rangga : kak arsy, ada yang lagi pesan gorengan, dia lagi lapar
dan engga sempat ke warung sebab dia kerja tugasnya dan
kepepet mau di kumpul katanya

42
Arsy : oh tunngu ya, gorengannya baru mau di goreng tadi
gorengannya habis, supaya gorengannya kriuk juga, dia pesan
gorengannya berapa
Rangga : ini uang pembeli gorengannya kak 10 ribu dan
katanya gorengannya yang ekstra pedas
Arsy : oh iya
Kemudian rangga kembali ke warnetnya dan mengatakan
ke orang itu jika arsy baru mau menggoreng gorengannya
Beberapa saat kemudian arsy datang membawa gorengan ke
warnet rangga
Arsy : ini gorengannya, loh arya kamu kok di sini
“ jadi maksud rangga arsy kamu, ya ampun aku ngga nyangka
ternyata yang masyarakat bilang bisnis keluarganya
berkembang itu kamu”
Arsy : iya, terus kenapa kamu di desa ini
Arya : aku dari mengunjungi sepupu ku di desa, dan kebetulan
aku juga KKN dulu di desa ini
Arsy : oh iya, kabar keluarga kamu bagaimana ibu bapakmu
Arya : baik
Arsy : iya, terus kamu kok bingung?
arya: ini tugasnya banyak yang sulit
arsy : coba sini soalnya ku baca dulu, mungkin saja nanti aku
paham
arya : iya, susah banget tugasnya
arsy : pelajaran ini aku tahu sebab pernah di pelajari di kelasku,
(kemudian arsy membantunya mengerjakan sebagian soal
tugasnya ) ini jawabannya
arya : kamu pintar banget ya arsy, baru baca soalnya langsung
tahu jawabannya, tanpa buka google lagi.
Arsy : sebenarnya tugas ini pelajarannya kan pernah di jelaskan
di kelasku jadi aku tahu mengenai pelajaran ini, katanya kamu
lapar makan aja gorengannya mumpung masih hangat dan
kriuk, kan tugasnya juga hampir selesai
Arya : sekalian tugasnya ku selesaikan dulu
Arsy : baiklah

43
Arya : tugasnya sudah selesai
Arsy : ya sudah aku mau ke warung dulu bantu ibu membuat
gorengan lagi
Arya : jangan bilang warung dong, kan warungnya sudah
semakin besar dan maju dan menjadi tokoh istilahnya kan
restoran
Arsy : sudah terbiasa bilang warung
Arya : iya

Ketika sore hari rangga kembali pulang ke rumahnya


Pak amat : rangga sudah pulang, bagaimana warnetnya
Rangga : warnetnya ramai pengunjung dan laku pak, ternyata
bisnis ini bisa maju juga
Pak amat : jaringan wifinya tidak terkendala kan
Rangga : tidak ada kendala di jaringan wifinya
Bu erla : jangan bicara terus ini makanannya sudah siap, kamu
dan bapak makan dulu, bilang juga ke arsy
Rangga : iya bu, kak arsy ayo makan , makanannya sudah siap
di meja
Arsy : tunggu rangga
Rangga : ini kak nasinya tunggu aku ambikan lauknya
Arsy : kakak kan bisa ambil sendiri rangga, kamu ini baik
banget
Rangga : kan kakak aku ini capek dari jualan gorengan
Arsy : ngga kok rangga, oh iya semakin hari gorengan ibu
semakin laku, mie ayam bapak semakin laris dan bukan hanya
itu saja menu makanan lainnya juga laris, bahkan habis terjual
Bu erla : ini juga berkat bantuan kamu nak, kamu selalu
membantu ibu berjualan makanan , dulu si rangga yang bantu
menjual gorengan, tapi dia kan juga harus mengelola bisnis
warnetnya, dan rangga walau kamu punya warnet jika kamu
punya tugas sekolah kerjakan tugas kamu karena jaringannya
kan sudah bagus, dan jangan bermain game.
Rangga : rangga ngga suka bermain game ( kata rangga sambil
tertawa ), banyak si teman yang menyarankan katanya kalau

44
mau untung warnetnya di buka situs game juga, biar mereka
bisa main game, tapi rangga ngga mau menerima untung
dengan cara yang salah, rangga juga ngga mau terpengaruh
dengan game.
Bu erla : kamu memang pintar dan pengertian, menurut dengan
saran orang tua, tapi kan saran itu juga untuk kebaikanmu nak
Rangga : iya bu, terimakasih atas sarannya
Bu erla : sama sama
Setelah selesai makan rangga lanjut membaca buku
Arsy : kok kamu ngga ikut lomba menulis novel
Rangga : ngga berminat kak
Asy : tapi kan kamu pinter tulis novel, memangnya teman kamu
anti ngga ikut lomba
Rangga : anti ngga ikut lomba, sebenarnya dia menyarankanku
ikut lomba tapi aku menolaknya
Arsy : kalau kamu ikut lomba kan kamu bisa mengembangkan
bakatmu menulis novel
Rangga : tapi aku ngga berminat ikut lomba kak
Arsy : eh kamu ngga punya tugas sekolah
Rangga : semua tugas sudah selesai ku kerja
Arsy : rajinnya adek kakak
Rangga : iya dong ( rangga sambil tertawa)
Arsy : kamu rangga ceria banget
Rangga : selamat ya kak sebentar lagi kakak wisuda
Arsy : iya, tapi kakak mau melanjutkan usaha ibu dan bapak
membantu mereka semakin memajukan usahanya, tapi bapak
menyarankan setelah wisuda, kakak bagusnya buka apotik
kesehatan katanya
Rangga : kan usaha handtinitizer kakak juga cukup laku jadi
usahanya juga bisa kembangkan kak
Arsy : begitulah
Rangga : kamu baca apa rangga
Rangga : buku cerita
Arsy : semakin berkembang usaha bapak dan ibu kini keuangan
keluarga kita semakin meningkat, dan juga usaha handtinitizer,

45
dan usaha warnetmu, ternyata usaha kita untuk membantu
ekonomi ibu dan bapak bisnisnya semakin maju, dan juga
warnet kamu baru buka saja terus laris pengungung.
Rangga : awalnya aku kira usaha warnet ngga berkembang itu
sebabnya aku menolak ketika bapak ingin membangun warnet,
tapi ibu menasehatiku sehingga aku yakin bahwa usaha
warnetnya pasti berkembang, dan ternyata bisnisnya memang
semakin hari semakin berkembang terus.
Arsy : baguslah kalau begitu, eh pelajaran bahasa arab kamu
katanya nilainya bagus
Rangga : iya karena ibu dan bapak membantuku mengerjakan
soal tugasku
Arsy : aku sangat bangga dengan ibu dan bapak mereka selalu
berjuang untuk membahagiakan kita, dulu saat bapak awal
menjual mie ayamnya ngga laku dia ngga putus asa, dia selalu
berjuang sehingga kesabaran dan kebaikannya yang pantang
menyerah hasilnya kini usahanya sukses
Rangga : iya kak aku juga sangat bangga ke ibu dan bapak
Beberapa bulan kemudian arsy pun di wisuda.

46
PERJUANGAN DI SAAT SEKOLAH
“NL”

Semasa aku sma hidup ku terasa bahagia .karena aku


bisa berkumpul bersma kedua orang tuaku dan sanak
saudaraku. Saya dan keluarga tinggal ddi desa terpencil. Hari-
hari aku lalui bersama keluarga di kampung. Di sela kesibukan
aku luangkan waktu untuk membantu orang tua. Di saat saya
berumur 12 tahun kedua orangtuaku mendaftarkan saya di
sekolah menengah pertama, Di saat saya pergi mendaftar hati
ku senan dan ahirnya orang tuaku masi bisa menyekolahkan
aku. Ke esokan harinya aku pergi sekolah jalan kaki. Meskipun
rumah ku jauh dari sekolah aku tetap semangat, demi mencapai
cita-citaku.
Hari itu aku sangat senang , aku punya teman baru.
Semenjak saya duduk di bangku sma ,aku sangat bahagi karena
aku di sekeliling teman teman yang baik ,aku punya teman
sebangku ku namanya ayu "...dia orang sangat cantik, baik hati
Dan penuh perhatian ,setiap hari kami selalauh main bersama,
kerja tugas pun selalauh bertanya ,dia ke sekolah naik motor,
sesuatu hari dia bertanya kepada ku "..ina kamu naik apa
pulang...? Aku jawab.. "Aku jalan kaki Ayu.. "...Ayu lagi
bilang sama aku, nanti saya bonceng kalau pulang ""...aku
jawab ok say, makasih sebelumnya ya...?lonceng sudah
berbunyi aku dan ayu masukan buku di dalam tas, siap untuk
pulang,, baru berapa langkah menuju pintu keluar,, ada teman
ku namanya Nurul teriak memanggil nama ku

47
""....risnaaaa..., aku kaget mendengarnya ,karena dia memangil
namaku dengan keras,, aku bertanya kepadanya, ada apa
nurul....? Nurul jawab.. tunggu aku, aku takut sendiri,,,aku
jawab, OK cepat, tak Lama kemudian kami bertiga pergi
ditempat parkir untuk ambi lmotor...?
Setelah ambil motor ahirnya kami pulang ke rumah ,,ayu
mengantarku sampai di deoan rumah ku,.. Saat aku turun dari
motornya aku tidak lupa untuk terimah kasih kepadanya, ayu
pun langsung pulang ke rumahnya... Sampai aku di dalam
rumah semua orang rumah pada tidur siang ,aku pun ikut tidur
siang,,... Ke esok harinya aku siap "ke sekolah lagi
walaupunaku jalan kaki, aku tak pernah menyerah..
Sampai aku di sekolah,, semua ruangan mash terkunci,,
tak Lama kemudian yg memegang kunci sekolah pun datang
buka pintu ,,Dan aku langsung masuk kelas untuk belajar,
beberapa menit kemudian ayu dantang,,, ayu bertanya kepada
ku ""....risna kamu udah dari tadi...? Aku menjawab ...iya ayu
udah dari tadi ko.... "Ayu jawab oh...
Semua siswa datang suasana kelas pun begitu rame,,
tiba"guru datang kami semua la hsung diam... Tidak lama kami
belajar ,lonceng pun berbunyi, tanda jam istrahat, semua siswa
keluar dari kelas, aku pun ikut keluar..
1 tahun kemudian ,tak terasa kami sudh mau kelas 3 , aku
sama ayu tetap 1 bangku
setiap hari selaluh bersama, canda tawa, senang atau sedih pun
kami selalauh bersama.......

Hari berganti hri, bulan berganti bulan dan bulan berganti tahun
hidupku sama sepertiyang slalu kujalani, namun aku ingin
perubahan dalam hidupku ini.
Masa SMA ku sudah selesai.. Selamat tinggal putih abu
abu.

48
ENTAH SAMPAI KAPAN
“ASY”

Kita nggak tahu sampai kapan. Itu juga yang


sebenernya bikin khawatir, karena kita nggak tahu sampai
kapan lockdown ini akan selesai," aku, yang sedang menjalani
pendidikan bahasa Indonesia
Wabah mematikan itu terjadi saat China merayakan
salah satu tanggal terpenting dalam kalendernya, yaitu Tahun
Baru Imlek.
Akibat lockdown, transportasi umum tidak berjalan di
kota itu. Lebih lagi, penggunaan kendaraan yang tidak penting
juga dilarang di pusat kota kami
Aku, yang tinggal di di maiwa berjarak sekitar dua
kilometer dari asrama kampus di mana memilih untuk jalan
kaki untuk berkunjung ke rumah rekannya itu di kampus.
Image copyright GETTY IMAGES Wuhan
Image caption Seorang pria berjalan sendirian di kota Wuhan,
China (27/01).
Sepanjang jalan, Eva menghitung kira-kira ada delapan toko
yang sudah buka.
Ia menjelaskan bahwa memang biasanya toko-toko tutup saat
liburan Imlek. Hanya kali ini, tambahnya, kebanyakan toko
tampaknya belum mulai beroperasi seperti saat perayaan-

49
perayaan sebelumnya, dan jalanan pun sepi akibat wabah
corona.
"Ada aktivitas di luar, tetapi tidak sepadat seperti
biasanya. Biasanya kan kalau udah hari ke berapa Imlek ini
sudah mulai rame nih. Tapi karena virus ini, epimedik ini,
jadinya memang lebih hati-hati dan memilih untuk tinggal di
dalam rumah," ujar mahasiswi yang tinggal di Wuhan sejak
2016 itu.
Lebih dari 100 orang - kebanyakan di Wuhan - kini
telah meninggal dunia di China akibat wabah yang telah
menyebar ke seluruh negara itu.

Beberapa negara lain juga telah mengkonfirmasi kasus


pasien yang terjangkiti novel coronavirus, termasuk
diantaranya Amerika Serikat, Prancis, Jepang, Thailand,
Australia dan Singapura.
'Rasa horor' melihat jalanan kosong
Kota Wuhan kini secara efektif terisolasi, dengan pembatasan
pada perjalanan masuk dan keluar, dan opsi transportasi umum
dari bus hingga pesawat dibatalkan.
Hal ini juga membuat sebagian warga negara Indonesia di kota
itu khawatir soal pasokan kebutuhan sehari-hari, termasuk
pangan.
Saat mendapat kabar mengenai lockdown , Rio Alfi,
35, seorang mahasiswa strata dua di China University of
Geosciences , mengaku ia belanja stok makanan lebih dari
biasanya agar memiliki persiapan hingga sekitar satu pekan.
Rio tinggal bersama istri dan anak perempuannya di asrama
kampus. Istrinya pun juga sedang menjalankan pendidikan di
universitas yang sama.
Mereka selama beberapa terakhir ini memilih untuk tidak
keluar dari rumah sama sekali dan masih belum memutuskan
kapan akan keluar untuk belanja makanan lagi.

50
Rasa ketakutan itu, kata Rio, dipicu oleh jalanan yang tampak
sepi, sehingga menimbulkan kekhawatiran bahwa masih ada
bahaya.
"Saya agak horor juga sih keluar, karena dilarang
kampus kan, karena masker saya masker untuk yang dokter
pake operasi itu, masker bedah. Seharusnya pakai yang N95
sih, lebih aman," kata Rio melalui sambungan telepon.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan dan
Manusia, Muhadjir Effendy, menyatakan pemerintah Indonesia
akan terus memantau kondisi di Wuhan, serta memastikan
kebutuhan logistik para WNI yang berada di Wuhan terpenuhi.

Hal itu ia utarakan seusai rapat tingkat menteri yang ia


pimpin pada hari Selasa (28/01)untuk membahas penanganan
wabah virus corona, termasuk perhatian terhadap WNI di yang
berada di China, terutama Wuhan.
Saat ini, menurut data pemerintah, terdapat 243 WNI
yang berada di daerah karantina di Provinsi Hubei dan 100
diantaranya berada di kota Wuhan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah
mengatakan bahwa perwakilan Indonesia di China terus
membangun komunikasi yang intens dengan WNI di provinsi
Hubei, khususnya di Wuhan.
"Dari komunikasi tersebut, kita mengidentifikasi
kebutuhan apa yang mereka perlukan. Sejauh kebutuhan itu
bisa diperleh ditempat - dan saya garis bawahi, pemerintah
setempat pun menjamin bahwa kebutuhan itu bisa didapatkan
di tempat - maka kita dahulukan memperolehnya melalui pasar
atau toko setempat.
Dalam hal mereka menghadapi kendala keuanganan,
nanti juga akan dibantu oleh pemerintah," ujar Faizasyah
melalui sambungan telepon.
Pada setiap pintu masuk desa, orang yang baru diwajibkan
melapor dan bahkan bisa berujung larangan masuk. Hal ini
mengherankan karena setiap warga desanya yang merantau di

51
kota-kota besar justru diperbolehkan masuk meskipun
mendapat gelar dadakan sebagai ODP (Orang Dalam
Pengawasan).
Lantas kenapa orang-orang yang jelas memiliki
riwayat berpergian jauh seperti rantauan tersebut justru boleh-
boleh saja masuk.
Sementara para pedagang keliling yang mungkin
berasal dari beberapa desa tetangga justru banyak yang
mendapat penolakan atau kesulitan untuk masuk karena
jalannya dipagari rentetan bambu sedang atau besar yang
memblokade jalan.

Rasa lelahnya tidak boleh sia-sia. Ia harus pulang dengan


membawa rupiah. Hanya itu yang ada dalam benak pak tumin.
Tapi sayang, raga rentannya justru tak sepaham dengan
inginnya. Kakinya mulai lelah mengayuh. Ia berhenti di sebuah
warung kopi kecil pinggir jalan.

Pak Tumin: Punten bu ngiring calik.


Ibu warung: Mangga pak.

Perutnya yang belum terisi sedari pagi sedikit memprotes


keberadaannya. Ia bingung, mengingat belum sepeserpun uang
yang ia dapat.

Mata sayunya sesekali melirik hamparan ubi goreng dan aneka


gorengan lainnya. Tapi apa daya, ia harus mengubur dalam rasa
inginnya. Melihat gelagat pak tumin seperti itu, si ibu pemilik
warung tersebut mengerti dan merasa iba

Ibu warung: Pak silahkan ambil saja pak


Pak tumin: Ah terimakasih bu, saya hanya numpang duduk saja

Karena merasa malu, tak berapa lama pak tumin pamit

52
Pak tumin: Ibu terimaksih
Ibu warung: Tunggu dulu pak! ini saya bungkuskan beberapa
gorengan untuk bapak
Pak tumin: Tapi bu, saya tidak punya uang, dagangan saya
belum laku sama sekali
Ibu warung: Tidak usah pak, saya ikhlas, ini buat bapak di
jalan, saya tahu bapak lapar, dari tadi saya tidak sengaja
mendengar suara perut bapak hehe

Pak Tumin: Ah terimaksih bu terimakasih…


Ibu warung: Sama-sama pak
Pak tumin: Kalau begitu saya pamit bu

Wajah pak tumin sedikit sumringah melihat beberapa


gorengan yang dibungkus koran tersebut. Sebenarnya bisa saja
ia memakan dagangannya sendiri untuk sekadar memuaskan
rasa laparnya.
Tapi ia berpikir bahwa jika cilok-cilok itu berhasil ditukar
dengan uang, maka ia bisa merasakan rasa kenyang dan rasa
bahagia itu bersama anak dan istrinya juga.
Tak jauh kemudian ia berhenti untuk menyantap
gorengan pemberian tadi. Ternyata di dunia ini masih ada
orang-orang yang baik pikirnya. Ia kembali menyetandarkan
sepedanya, lalu duduk di batu pinggir jalan.
Ia membuka bungkusan itu, terlihat ada 5 buah gorengan yang
sudah dingin. Ia melahap satu buah gorengan ubi sambil
membaca tulisan yang ada dalam koran pembungkus tersebut.
Ia menjumpai sebuah puisi yang berbunyi seperti ini

Tuhan Mengajarkan Melalui Corona


Karya KH Mustafa Bisri

Vatikan sepi
Yerusalem sunyi
Tembok ratapan Dipagari

53
Paskah tak pasti
Ka’bah tutup
Shalat jumat dirumahkan
Umroh batal
Shalat tarawih ramadhan mungkin juga bakal sepi

Corona datang
Seolah-olah membawa pesan bahwa ritual itu rapuh
Bahwa “hura-hura” atas nama tuhan itu semu
Bahwa simbol dan upacara itu banyak yang hanya menjadi
topeng dan komoditi dagangan saja.

Ketika corona datang


Engkau dipaksa mencari tuhan
Bukan di Basilika Santo Petrus
Bukan di Ka’bah
Bukan di dalam Gereja
Bukan di Masjid
Bukan di Mimbar Khotbah
Bukan di Majelis Taklim
Bukan dalam misa Minggu
Bukan dalam sholat jumat

Melainkan,
Pada kesendirianmu
Pada mulutmu yang terkunci
Pada hakikat yang senyap
Pada keheningan yang bermakna.

Corona mengajarimu
Tuhan itu bukan (melulu) pada keramaian
Tuhan itu bukan (melulu) pada ritual
Tuhan itu ada pada jelan keputusasaanmu dengan dunia yang
berpenyakit.
Corona memurnikan agama

54
Bahwa tidak ada yang boleh tersisa.
Kecuali Tuhan itu sendiri!
Tidak ada lagi indoktrinasi yang menjajah nalar.
Tidak ada lagi sorak sorai
memperdagangkan nama Tuhan.

Datangi, temui dan kenali DIA di dalam relung jiwa dan hati
nuranimu sendiri
Temukan DIA di saat yang teduh di mana engkau hanya sendiri
bersamaNya.

Sesungguhnya kerajaan Tuhan ada dalam dirimu


Qolbun mukmin baitullah.
Hati orang yang beriman adalah rumah tuhan.

Biarlah hanya Tuhan yang ada.


Biarlah hanya nuranimu yang bicara.
Biarlah para pedagang, makelar, politikus dan para penjual
agama disadarkan oleh Tuhan melalui kejadian ini.
Semoga kita bisa belajar dan mengambil hikmah dari kejadian
ini.

55
BINTANG BULAN RAMADHAN
“RF”

Aku, duduk di samping jendela di bawah sinar lampu


yang temaram. Aku memandang langit yang gelap, hanya ada
rembulan yang memantulakn sebagian dari cahaya matahari.
Tak ada bintang yang terlihat, semua tersebunyi dibalik awan,
barangkali malu untuk kulihatnnya. Katanya’ dalam hati terasa
tersenyum. Angin malam berhembus sepoi-poi, seolah-olah
menghembuskan udara pada wajahnya yang lembut. Awan pun
bergerak perlahan-lahan yang memberikan seni tersendiri di
kegelapan malam yang sunyi. Ah, seandainya kita membuka
jendela. Aku Memandang langit dan menemukan bintang
kemudian dia tak mencoba menatap awan tapi menutup jendela
kembali, dia tak akan menemukan bintang yang tersebunyi di
balik awan tersebut.
Seperti bintang dikegelapan malam ,terkadang kita tak
menyadari ada cahaya kecil dalam malam yang gelap yang kita
berinama “bintang” . betapah indahnya cahayaa itu walaupun
tak bisa menerangi malam. Tapi,lain halnya bahwa ketika kita
melihat ada setitik noda diatas kain putih yang membentang.
Kita justru terfokus kepada noda yang kecil dan seolah-olah
aku lupa betapa bersihnya kain itu terlepas dari titik noda yang

56
ada. Ya mungkin bisa hilang hanya dengan sedikit deterjen
pemutih. Itulah hidup, kadang- kadang kita lupa untuk
memandang sesuatu dari sisi lain yang dimiliki .
Reaksi berbeda yang kita berikan ketika kita memandang
bintang di kegelapan malam atau setitik noda di selembaran
kain putih yang ternyata akan memberikan hasil yang berbeda
pula. Hidup ini indah. Cobalah kita memandang sesuatu dari
sisi yang lain, maka yang tampak bukan hanya sekedar 2
dimensi. Bukankah lebih seruh ketika kita film 3 dimensi.
Suasana pagi tampah pun mulai sepi, semua kegiatan
banyak untuk dihentikan. Ya sejak munculnya covid 19 di
Indonesia dan diberbagai daerah bahkan di seluruh pelosok
negeri mulai menerapkkan peraturan untuk menggelakkan
gerakan dirumah saja. Banyak kegiatan yang diliburkan, baik
swasta maupun instansi pemerintah menggelakkan work from
home untuk pekerjanya. Sehingga membuat ruang gerak
masyarakat semakin berkurang. Sehingga semua kegiatan
dapat dilakukan secara online(daring). Nyatanya pandemi ini
bukan hanya menggerogoti manusia saja, akan tetapi sektor
ekonomi pun hingga pendidikan juga ikut merakasan dampak
covid-19 tersebut.
Udara yang berhembus hari ini terasa sangat lembut
menyentuh kulit. Saat wabah ini mendunia dan kegiatan
banyak diberhentikan. Aku melihat berbagai jenis berita
mengenai kualitas udara di dunia semakin meluas di tengah
wabah virus Covid-19 “mungkinkah” ini waktu bagi alam
berusaha untuk memulihkan diri????
Dalam kebijakan pemerintah. Seluruh instansi pendidikan di
indonesia merombak metode kegiatan belajar mengajar tatap
muka dengan metode online(Daring). Sama halnya pada
seluruh perguruan tinggi di Indonesia yang melakukan kuliah
online setelah surat edaran Rektor disampaikan pada masing-
masing perguruan tinggi.
Rekasi mengenai metode pembelajaran online dapat di
lontarkan kepada Mahasiswa seperti halnya Mahasiswa

57
program studi pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas
Muhammadiyah Sirap. Banyak mahasiswa yang merasa tidak
masalah dengan metode kuliah daring tersebut. Bahkan mereka
menganggap kuliah daring lebih menyenangkan dibandingkan
dengan kuliah tatap muka di kelas. Mereka menilai bahwa
jadwal saat pelaksaan kuliah daring tersebut dapat lebih
longgar dibandingkan dengan kuliah tatap muka. Karena
Mahasiswa dapat mengakses materi yang diberikan oleh Dosen
melalui berbagai macam Platform pendidikan seperti Zoom,
grup whatsApp, Google classroom tanpa adanya batasan
waktu. Berbeda dengan kelas tatap muka dengan pemberian
materi di kelas berupa power poin yang durasinya mengikuti
pada jam mata kuliah tersebut. Beberapa hal yang harus
dilakukan dalam pencegahan virus ini menurut (Kementerian
Dalam Negeri, 2020) yaitu melakukan kebersihan tangan
menggunakan hand sanitizer jika tangan tidak terlihat kotor
atau cuci tangan dengan sabun jika tangan terlihat kotor,
menghindari menyentuh mata, hidung dan mulut, terapkan
etika batuk atau bersin dengan menutup hidung dan mulut
dengan lengan atas bagian dalam atau tisu, lalu buanglah tisu
ke tempat sampah, pakailah masker medis jika memiliki gejala
pernapasan dan melakukan kebersihan tangan setelah
membuang masker, menjaga jarak (minimal 1 m) dari orang
yang mengalami gejala gangguan pernapasan
Dari balkon rumahku, aku menatap langit yang hitam dengan
hamparan bintang berkelap-kelip, terang berbinar jernih. Tak
ada kepedihan tampak di sana. Semua ceria menyinari bumi.
Dunia pastinya berputar sebagaimana mestinya, mengikuti arah
rotasi yang oleh para ilmuwan itu memang terjadi, bumi tidak
datar. Ketenangan bumi berbanding terbalik dengan apa yang
aku rasakan.
Rasa cemas semakin menggerogoti perasaanku,
membentur-bentur dinding hatiku. Malam ini, aku menengadah
menatap langit dengan air mata mengambang di pelupuk mata.
Aku sangat takut. Ya secara manusia dan kedaginganku, aku

58
ingin memaki dan berteriak sekencang-kencangnya, tetapi
kepada siapa? Pada mahluk laknat jahat yang tak terlihat yang
menyamar bersama angin, menempel di tiap logam, bereaksi
dengan cepat pada batuk dan riak serta bersin-bersin yang
keluar secara alami tanpa bisa ditahan? Aku meradang, delusi
dan paranoidku membuat tubuhku bergetar. Sisi
kemanusiaanku berperang hebat dengan beragam cerita
imajinatif yang menggiring tubuh dan jiwaku pada rasa cemas
yang luar biasa.
WhatsApp itu bagai peringatan tersamar yang membuat rasa
takutku semakin membuncah. Aku seperti berperang dengan
musuh tanpa wujud bahkan tanpa bayangan. Dan kini hampir
tiga hari dia tidak pulang. Berita tentang dua pasien positif
covid-19 yang baru meninggal lagi lalu dimakamkan secara
tertutup oleh rumah sakit tempatnya bertugas, membuat aku
ingin berteriak sekuatnya. Ya, di tengah kerumuman para
pasien yang mencari kesembuhan, di tengah mereka yang
terpapar virus Covid-19 itu. Dia bagai ayam mentah yang siap
dipanggang di atas bara yang sangat panas.
“Itu artinya kita mengorbankan dia hanya demi tugas yang
sudah diucapkannya melalui sumpah sebagai dokter? Ini tidak
adil Ibu. Tidak adil. Hatiku remuk, benar-benar remuk. Aku
seperti tidak akan bertemu lagi dengan Ibu . Berita tentang
rumah sakitnya yang kekurangan masker, seragam bebas
kuman dan had sanitiser untuk membersihkan setiap ruangan
dan pingsannya beberapa tenaga medis serta meninggalnya dua
orang dokter yang ada di sana, membuat air mataku tak
berhenti menggenangi pipiku. Tangisku sebagai perempuan
dewasa bukan lagi cerminan dari sisi cengeng bahwa aku
terbenam di dalam ketidak berdayaanku. Tapi lebih dari itu.
Kekuasaan virus covid-19 bukan saja mematikan sistem imun
di segenap sel-sel umat manusia, Akan tetapi juga
menciptakan ketakutan psikologis yang menyebabkan manusia
dapat terserang skizofrenia atau sakit jiwa akibat depresi
berkepanjangan. Ditambah dengan berita yang entah HOAX

59
atau bukan tentang bertambahnya manusia yang terkapar dan
akhirnya benar-benar mati setelah makhluk tanpa bayangan itu
merangsek dan memakan semua organ penting tubuh manusia,
membuat aku bagai sosok paranoid yang berada di dunia Alien.
Setelah itu hari ketujuh tetap tak ada kabar. WA pun mati.
Perkembangan tentang ganasnya sang virus kian membuat
tensi darahku naik perlahan-lahan. Dan situasi yang ada, carut-
marut dengan berlombanya berita-berita dari media dot com
yang menyuguhkan opini entah benar atau rekayasa untuk
menjaring subscribe sama ganasnya seperti virus itu sendiri.
Lockdown belum dilakukan secara penuh. Masyarakat sekitar
ada yang masih menganggap remeh penyakit itu. Pemerintah
menjadi tertuduh dengan tidak menangani virus ini secara
serius. Aneka opini membaur dalam imaji-imaji para
pengambil keuntungan dari datangnya sang virus. Jika situasi
bertambah parah maka bisa saja jiwa massa berkembang dan
merunut pada peristiwa chaos yang berimbas pada penjarahan,
perampokan hingga pembunuhan yang terjadi pada 1998. Ini
sungguh bukan lagi mimpi buruk, namun kenyataan yang
mengerikan. Sang pengendali kuda troya mulai memainkan
perannya, kebencian masa lalu bisa berkamuflase ke dalam
punggung virus covid-19. Permainan dadu mulai dijalankan.
Skak mat sang pemimpin dilaksanakan oleh para bidak melalui
strategi jitu yang berada pada para Sengkuni dan Durna dan
bersembunyi di balik selimut musang berbulu domba. Itu opini
yang bersembunyi di dasar tulang tengkorak para penyusun
skenario terselubung, ganasnya mereka sama seperti sang
virus, musuh tanpa bayangan.
Udara angin. cukup dingin untuk berdiri bulu roman. Tapi tak
cukup untuk mendinginkan suasana percakapan di angkiringan.
Belum tengah malam.tetapi cukup malam untuk disebut makan
disaat yang tepat kelewat malam untuk bisa dikategorikan
makan sehat.
Kini aku selaku mahasiswa sekarang menjadi insan-insan yang
manja. Manusiah serba praktis yang ingin segala sesuatunya

60
berhasil dengan baik tanpa proses sekalipun. Membentuk
mahasiswa yang bermental tempe dan gampang menyerah”
mulai ada penenkanan bahwa pada kata-kata yang
diucapkannya. Sedikit lebih tinggi dari pada kalimat dia
membuka pembicaraan.
Suhu udara yang cenderung sejuk membuat puasa terasa lebih
ringan karena perkuliahan dilakukan secara online (daring)
dengan menggunakan aplikasi yang telah ditujukan dalam
setiap dosen selama pandemi covid-19 ini. Setiap hari orang
sibuk dengan segalah aktifitasnya masing-masing. Pembatasan
sosial/menjaga jarak yang dilakukan untuk mencegah
penularan COVID-19 agar tidak menyebar luas di Negara
Indonesia. Social Distancing sangat berpengaruh untuk
menghambat penyebaran COVID-19. Dampak dari adanya
COVID-19 tersebut, menyebabkan perekonomian di Indonesia
menjadi merosot, menjatuhkan nilai tukar rupiah, harga barang
naik, terutama alat-alat kesehatan. Hal ini juga berdampak pada
sistem pendidikan di Indonesia. Hasil keputusan dari menteri
pendidikan bahwa seluruh kegiatan pembelajaran baik di
sekolah maupun perguruan tinggi dilaksanakan di rumah
masing-masing melalui aplikasi yang tersedia.
Model pembelajaran ini memanfaatkan teknologi
terutama dalam membantu dosen dan mahasiswa terutama pada
pengelolaan kegiatan pembelajaran. Dengan teknologi
informasi ini dapat berperan sebagai media yang menyediakan
antara mahasiswa dan dosen, sumber belajar dan sarana untuk
meng-efesiensikan evaluasi pembelajaran. Proses
pembelajaran dengan menggunakan SDL dianggap berhasil
jika pebelajar telah mampu mengarahkan proses belajarnya
tanpa adanya bantuan dari pembelajar.
Kebijakan yang dibuat oleh pimpinan Universitas
muhammadiyah sidrap disini dilakukan agar mengurangi
grafik penyebaran COVID-19 yang semakin hari semakin
bertambah angka kematian maupun yang tertular. Berdasarkan
hal tersebut peneliti ingin meneliti bagaimana dampak COVID-

61
19 terhadap pembelajaran online di Universitas
Muhammadiyah Sidarp ini. Sedangkan menurut mahasiswa
pembelajaran online dilakukan untuk menyelesaikan
perkuliahan yang belum selesai, namun pembelajaran online
belum cukup efektif karena penyampaian materi dan
pemahaman beberapa mahasiswa kurang memperdalam
sehingga mahasiswa sulit untuk memahami maksud akan
tugas. Karena kendala koneksi internet.
Setiap hari hujan turun begitu deras. Sederas air mata yang
jatuh di kedua pipiku. Entah mengapa seakan hidup ini begitu
melelahkan untuk dijalani, tapi kaki ini masih bisa untuk terus
melangkah. Begitu bosan telinga ini mendengar ocehan kedua
orang tua yang selalu menuntutku untuk melakukan ini dan itu,
dengan alasan yang selalu sama. Ya, Demi masa depanku. Apa
mungkin ini sebuah keegoisanku? Aku tak pernah mau tahu
dengan apa yang diinginkan oleh kedua orang tuaku
terhadapku. Namun di dalam hatiku aku selalu berkata dan
berjanji, “Bersabarlah kakek dan nenekku, aku sedang
berusaha meraih cita-citaku dengan caraku sendiri. Aku
membangkang kepada kalian bukan karena aku tak patuh, tapi
aku ingin menunjukkan kepada kakek dan nenek bahwa aku
ini akan sukses untuk membanggakan kalian dengan caraku
sendiri.” Ku langkahkan kaki ini pergi meninggalkan rumah,
untuk menenangkan hati dan pikiranku.
Terkadang aku bingung dengan apa yang ku lihat. Orang jahat
selalu bahagia, kenapa orang baik tidak? Orang jahat selalu di
atas, kenapa orang baik ditindaskan? Apa hidup tak seadil yang
aku kira? Hidup ini memang sulit. Ya, sulit bila kita terus
mencari sebuah keadilan. Bukankah kita hidup memang untuk
melewati semua kesulitan itu? Tuhan tahu bagaimana karakter
kita. Bersabarlah, itu kuncinya. “Sabar itu bukan hal yang
mudah!” mungkin itu yang selalu aku dengar dari orang-orang
di sekitarku, “Memang benar, sabar itu tidak mudah. Tapi
selagi kita masih sanggup untuk bersabar kenapa tidak? Ya,
kan!” Gerutuku dalam hati.

62
Sabar itu ibaratkan pohon, biarpun angin terus merontokkan
daunnya namun pohon tak menyalahkan angin dan masih kuat
untuk menjulang tinggi. Biarpun kita terus-terusan disakiti,
ikhlaslah karena Tuhan maha mengetahui segalanya, semua
ada waktunya ketika burung hidup dia makan semut. Tetapi
ketika burung mati, burung itu akan habis oleh semut. Satu
buah pohon bisa membuat jutaan korek api, tapi satu batang
korek api bisa membakar jutaan pohon. Bukankah itu sudah
adil? Kita hadir di bumi ini sebagai pemain dan Tuhan-Lah
yang menyutradarainya. Jalan saja sesuai jalan yang ingin kita
lalui. Selagi itu benar jalannya, jika pun jalan yang telah kita
lalui itu salah maka pasti ada cerita tersendiri nantinya.
Mungkin inilah yang dinamakan nilai dari Sebuah Kehidupan.
Sebaik apa pun hati kita, bila kita tidak pernah memberikan
kebahagiaan untuk orang lain maka, percumalah semuanya.
Ketika kita lahir, kita menangis dan orang-orang di sekeliling
kita tersenyum. Maka, jalanilah hidup kita sebaik mungkin
sehingga pada waktu kita meninggal nanti, kita tersenyum dan
orang-orang di sekeliling kita menangis. Pagi yang cerah dan
menyenangkan bagiku Wabah covid-19 atau masyarakat
dengan sebutan wabah coron ini banyak membawa dampak
sosial yang luar biasa. Diman tata sosial masyrakat dengan
budayanya yang luar biasa, sudah diobrak abrik oleh si corona
tersebut. Virus covid-19 adalah virus yang sangat menyerang
sistem pernapasan. Penyakit yang di timbulkan karena infeksi
ini disebut dengan Covid-19 virus ini dapat juga menyebabkan
gangguan sistem pernapasan, pneumonia akut, sampai dengan
kematian.
Virus covid-19 ini adalah jenis penyakit baru corona
virus yang menular ke manusia. Virus ini dapat menyerang
siapa saja,baik orang dewasa,lansia,ibu hamil, ibu menyusui,
anak-anak, bahkan bayi. Virus ini disebut dengan covid-19.
Virus ini menular sangat cepat dan telah menular ke wilayah
lain di chinah bahkan di bebetapa negara lain termasuk Arab
saudi dan negara Indonesia. Hal inilah yang membuat beberapa

63
negara di luar Negeri menerapkan kebijakan untuk
memberlakukan Lockdown dalan rangka untuk mencegah
wabah penyebaran virus corona ini.
Hal ini juga di dukung dengan kebijakan setiap kepalah
daerah di antaranya dapat meliburkan sekolah dan menutuo
sementara tempat wisata dan meliburkan pabrik untuk
sementara waktu, untuk mencegah/menghambat penyebaran
wabah virus covid-19 ini. Lockdown adalah dapat membatasi
satu wilayah daerah dan memiliki implikasi ekonomi, Sosial
dan keamanan. Maka dari itu kebijakan untuk menerapkan
Lockdown ini belum bisa di terapkaan saat ini. Namun
sebagian sekolah, tempat parawisata, dan pabrik untuk ditutup
sementara.
Akibat dari penyebaran virus tersebut para pelajar dan
Mahasiswa dapat di belajar rumahkan sampai waktu yang telah
ditentukan, para pelajar dan Mahasiswa tersebut tidak semata-
mata diliburkan karena mereka juga diberikan kewajiban untuk
belajar dirumah. Mereka ini di berikan tugas drmah dan belajar
daring/online. Hal ini dapat menjadi tugas tambahan bagi para
orang tua, karena harus memantau perkembangan belajar anak
dirumah.
Dampak dari penyebaran Covid-19 ini juga berdapak
terhadap perekonomian masyarakat, contohnya kunjungan
para konsumen ke pusat perbelanjaan menjadi menurun
sebagian konsumen lebih memilih unutk menghindari
penyebar covid-19 ini. Akibat pasar dab pusat perbelanjaan
menjadi sepi dari pengunjung.
Para ahli kedokteran penyebaran virus covid-19
sangatlah cepat menyebar, karena penularan virus covid-19
sering tidak sengaja dilakukan,contoh penuluarannya melalui
benda merupakan media yang bisa menjadi cara penularan
yang masif. Menurut penelitian covid-19 dapat bertahan hidup
selama 3 hari dengan menempel pada permukaan benda.
Belajar dari rumah telah menjadi bagian ‘new normal ‘
warga indonesia dalam menjalani kehidupan di tengha pandemi

64
virus Covid-19 . Namun kendala infrastruktur dan teknologi
membuat adanya kesenjangan pendidikan antar daerah. Selain
harus belajar dengan metode online sebagai Dosen di
Universitas muhammadiyah Sidrap ia juga harus mendampingi
kedua anaknya belajar dari rumah.
Jika hanya lebih separuh murid-muridnya yang memiliki
ponsel, sehingga masalahnya tidak hanya sampe disitu. Anak-
anak yang berasal dari keluarga ekonomi ke bawah, jadi meski
punya Hp tapi tidak punya paket internet. Kadang-kadang hari
ini aku di berikan tugas kepada dosen hanya dapat di balas
besok atau lusa atau bahkan minggu depan setelah aku dapat
punya paket internet tambahan.
Ketika datang musibah seperti pandemi virus Covid-19
kini aku bisa mengetahui ada sedikit kesenjangan dalam
pendidikan. Dalam layanan pendidikan Indonesia belum
menjadi perhatian utama dalam situasi Covid-19 seperti saat
ini. Menurut para guru metode tatap muha yang dulunya siswa
lebih fokus dan mudah dalam memahami pelajaran dan
sekarang prosess belajar mengajar yang dijalankannya selama
kurang lebih tiga bulan belakangan ini tidak maksimal karena
hanya bisa memberikan dua mata pelajaranper harinya.
Meski dalam proses pembelajaran dapat disampakain lewat
daring dan bantuan teknologi kadang kalah ada masalah dalm
teknis misalnya gangguan pada jaringan. Ataukah gagguan
lainya seperti situasi rumah yang tidak ideah untu mencerna
pada pembelajaran.
Hal ini merasa sangat banyak tantangan terbesar saat
ini sehingga dapat bagaimana kami menjaga semangat para
mahasiswa dalam kondisi yang tidak ideal ini.
Seiring virus corona gencar-gencarnya mengintai dan
menghatam tubuh dan psikis masyarakat. Akupun cemas.
Terkadang berhalusinasi tidak karuan. Meskipun sudah
ada himbawan penguasa negeri untuk tetap tenang dan
berdiam diri dirumah agar aman.

65
Khayalku bukan kecemasan atau ketakutan akan kematian
karena virus corona. Melainkan asa cinta larangan yang tak
tahu mengapa terjadi dan harus diapakan. Rasa cinta itu sangat
kuat, terkadang menyesakan dada. Ingin rasanya aku terabas
akar, lalang yang menghadang, meskipun aku tahu itu mustahil
dilakukan.
Aku sadar, akar dan lalang itu tak dapat aku terabas.
Karena itu memasuki hutan larangan. Meskipun nekad
keinginan itu wujudkan, akupun tak punya alat untuk
membabat itu semua. Inilah yang terjadi pada cintaku. Aku
dilanda rasa cinta pada Sehati, gadis Dusun Raja Larangan
yang masih milik orang lain. Sama pada diriku juga masih
milik orang lain. Tapi harus bagaimana lagi, ini soal rasa
cinta. Soal misterius problem yang hingga jutaan tahun umur
dunia ini, belum juga mendapat jawaban akan kemisteriusan
akan rasa cinta itu.
“Apakah aku nafsu? Rasanya tidak juga. Aku hanya inginkan
Sehati dan hanya Sehati”. Ungkapan itu acap kali di
khayalku. Bukannya tak ku coba untuk mencari jawaban,
kenapa rasa cintaku ke Sehati itu harus ada. Bukankah
kembang tidak setangkai? Renunganku hingga musim virus
corona kian melanda Negeri Bengkulu ini, belum juga
menemukan solusi dan konklusi.
Akhir-akhir ini aku sempat tertawa sendiri dalam hati,
kenapa hantaman rasa cintaku pada Sehati ini mirip dengan
dampak virus corona. Soal ini aku ceritakan pada Bedi
temanku. Bukannya malah simpati, tapi tawaan terbahak-bahak
yang kuterima saat Bedi yang bertandang pagi ini kerumahku,
mendengar cerita soal rasa cinta mirip dengan dampak virus
corona saat ini.
Aku yakin tak ada maksud dari temanku Yusyin mengejek.
“Ada-ada saja kamu ini Yus. Masa rasa cinta pubertas kedua
Bro ini mirip virus corona? Kalau itu benar, Bro bisa di
lockdown”, katanya sembari tertawa terbahak-bahak. Hampir

66
tumpah secangkir kopi hitam diatas meja berenda rumah karena
kegeliannya.
“Sumpahlah Yus. Itulah yang kupikirkan, setelah aku hubung-
hubungkan antara kisah cintaku dengan kondisi yang menerpa
saat ini”, jelasku sembari memandangi potret Sehati yang lagi
sumringah menggoda.
“Gimana tu persamaannya?”
“Coba kamu fikir Yus. Aku setiap hari dalam benakku terlintas
nama Sehati. Sementara aku tak bisa berbuat apa-apa, karena
rasa cinta itu terbentur halangan dan larangan. Rasa cinta itu
terus saja mengarungi fikiranku disetiap waktu. Sedangkan
solusi hingga kini belum aku temui, selain diam, bertahan dan
tahankan entah sampai kapan”.
Curahan hatiku pada Yus membuatnya kembali ketawa sambil
berkata, “Ini konyol...Ini konyol. Sehati itukan milik orang lain.
Bro mencitainya tanpa sebab musabab. Ini merupakan
irrasional yang memerlukan kajian khusus Aku”.
Perbincangan mendadak berhenti, saat melihat isteriku pulang
dari pasar bersama kedua putriku. Berkilah, kamipun pura-pura
bercakap soal bisnis tempuyak, sebagai makanan khas
Bengkulu yang belum di boomingkan oleh pemerintah daerah.
“Ibarat pepatah anak Wanita zaman dahulu Yus, tempuyak dari
Bengkulu. Celana koyak tampak bulu”, sembari kami tertawa
menghilangkan kecurigaan isteri yang tampak sumringah
masuk kedalam rumah.
Dalam perjalanan, kisah cintaku dengan Sehati kembali
kubahas. Bedi hanya menanggapi dengan tersenyum. Dia
hanya berharap aku segera melupakan rasa cinta larangan itu.
Karena itu sulit dan tidak mungkin terwujud. Apalagi kisah
cinta itu tidak jelas, diluar kesadaran.
“Kitakan sudah sama-sama pengalaman soal rasa cinta Aku”.
“Tapikan tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini Bed!
Semua kisah yang ada itu mungkin adanya”, jawabku ala
berfilsafat.

67
“O ya...Betul itu”, tegur Yus sembari menyetir mobil. “Apakah
Aku lupa dengan kata Aku dulu. Kan Aku pernah bilang, bila
ingin tahu indahnya cinta, jangan diakhiri dengan perkawinan”.
“La itu konteksnya beda. Kalau sama Sehati ini aku serius dan
akan kuduakan Yus”, celetukku, sembari menujuk kiri jalan,
tempat profesor itu menginap.
Pertemuan kami dengan kerinduan. Panjang lebar kami
bernostalgia saat masih kuliah dulu. Hingga akhirnya gayung
bersambut, kisahpun bersahut. Cerita cintaku mendapat sedikit
pencerahan. Profesor tua itupun sebelum berpisah, sempat
memberikan paparan kajian ilmunya, seperti kebiasaanya saat
dulu dibangku kuliah. Kami sembari melongo tapi serius
mendengarkannya.
Jidat kami mulai berkerut. Ingin permisi balik, takut kualat.
Enggak sopan memutuskan pembicaraan saat guru sedang
bicara. Angguk-anggukan saja kepala membuat suasana tetap
sopan.
Mendengar prolog awal, pikiranku terusik dan mencoba
menghubungkan dengan kisah rasa cintaku dengan Sehati yang
bertepuk sebelah tangan. Aku mencintai Sehati, sedangkan
Sehati sendiri tak pernah merasakan, apalagi tahu akan adanya
rasa cinta itu.
Orang mungkin percaya pada sesuatu karena pengaruh intuisi.
Mengurangi banyak alternatif yang masuk akal. Tidak ingin
mengakui yang terjadi karena sebab akibat. Untuk menyikapi
ini agar dapat dimengerti, haruslah konsepsi tentang realitasnya
harus cocok.
“Aku sudah ketemu jawabannya”, teriakku yang membuat
Yus kaget.
“Ah gila kamu Kamu......Bikin kaget aja”.
Kuceritakan kesimpulanku berdasarkan hal yang tak masuk
akal,. Aku ketemu jawabannya, kenapa aku punya rasa cinta
pada Sehati? Itu karena terpesona akan getaran suaranya, cara
berfikirnya dan sikapnya selama beberapa kali pertemuan.

68
Itulah kenapa diriku jatuh rasa cinta, yang bukan berlandaskan
nafsu belaka.
“Pertanyaannya, lantas setelah Aku tahu, terus mau apa dengan
kerisauan yang Aku alami ini?” Tanya Yustin.
“Karena aku sudah tahu, maka aku tahu apa yang aku mau.
Karena ada larangan yang menghadang, sementara
kemampuan untuk itu tak mungkin dilampaui, maka
jawabannya tahankan perasaan ini sebaik-baiknya, sembari
menanti takdir, bila memang ada saatnya tiba”.
Yustin tampak menggeleng-gelengkan kepalanya. Namun kali
ini ia tak berkomentar banyak. “Rasa cinta menimbulkan
lamunan. Dalam lamunan akan terlitas nafsu. Lantas
kemanakah nafsumu pada Sehati itu harus labuhkan Inn?”
“Kan ada orang rumah”, kataku.
“Nah.....Itulah namanya berselingkuh di dalam khayal sembari
berharap takdir menjelang. Bila perselingkuhan khayal itu
terkuak sama orang rumah, maka dampaknya memang persis
dampak dari virus corona. Bila pertahanan tubuh kuat, maka
kamu akan hidup. Bila tidak, maka kematian cepat menjelang”,
celetuk Bedi sembari bercanda.
Kata-kata Yustin membuat aku terhenyak dan diam. Tapi
karena mengunakan analoginya virus corona, maka agar tak
terkuak sama orang rumah, kan ada disinfektan. Bila terjangkit,
kan bisa berobat intensif. Bila tak sembuh dan harus mati, itu
namanya takdir. Soalnya rasa cinta itu datang sendiri dan terus
berkecamuk di dalan hati.
“Yustin, menurut kamu bila aku rindu dan terus memikirkan
Sehati itu, apakah ada kontak bathin dengan dia?”
“Bisa Innah, bila Innah dan Sehati sama sama menguasai ilmu
telepati”.
Aku terdiam hingga tiba dipintu gerbang rumah. Kamipun
berpisah pulang kerumah.
Hari-hariku di kampus di penuhi dengan kegiatan. Ditambah
dengan jadwalku memberi les. Semua terasa berat, ingin
rasanya aku memiliki satu hari yang khusus dihadiahkan

69
untukku. Agar aku bisa beristirahat. Sedikit menghirup udara
segar dan terbebas dari rutinitas dunia kampus. Aku adalah
mahasiswi kos di dekat kampus. Rumahku yang jauh
membuatku selalu rindu dengan kedua orang tuaku. Terutama
ibu. Kini, aku belajar mengatur rumah kecil, dapur dan
keuanganku.
Otak seperti dikuras habis untuk memikirkan kuliyah,
organisasi, les, kebutuhan, tugas dan seabrek catatan-catatan
hidupku yang harus aku pikirkan. Seolah-olah, otak ini sudah
mendidih. Layaknya satan kelapa, yang masih saja dipaksa
diambil santannya. Seperti aku yang selalu memaksa otakku
untuk terus berpikir dan berpikir. Bagaimana hidupku terus
berjalan dan maju ke depan.
Rasa capek dan bosan sering membuat sikap malas
menghinggapiku. Tapi, aku selalu mencoba menepisnya. Aku
tak ingin perjuangan orang tuaku di desa dengan bekerja keras
sia-sia hanya karena sikap malasku. Aku ingin kuliah dengan
benar, dan sungguh-sungguh. Aku tak ingin mengecewakan
mereka.
Aku lantas beranjak dari tempat tidur dan bergegas
menuju kamar mandi. Aku sambar handuk diatas kasur, dan
dengan menarik napas dalam-dalam aku berkata. “Aku harus
semangat..! Kamu tidak boleh malas, Innah.” Kataku sendiri
mencoba untuk menyemangati.
Aku buka buku yang terlihat besar dan lebih lebar dari bukuku
yang lain. Aku mencoba melihat pekerjaanku kemarin.
“Huft…, apanya yang salah, ya?!” Tanyaku yang bingung
sekali. Beginilah pekerjaanku sebelum hari rabu tiba.
Mengerjakan tugasku . Karena aku mengambil prodi
Pendidikan Bahasa Indonesia , mau tidak mau aku harus
bergelut dengan kata-kata yang aku sendiri tak tahu. Untuk
melakuka mpenulisan Cerpen,puisi, dan sebagainya.
Aku terkadang berfikir, bagaimana jika pekerjaan seorang guru
yang aku kerjakan ini benar-benar ada untungnya . Niscaya aku
akan bingung bukan kepalang Meskipun begitu, Bahasa

70
Indonesia adalah mata pelajaran yang aku sukai ketika aku
masih di bangku SMA Oleh karena itu, aku ingin melanjutkan
pengetahuanku mengenai Bahasa Indonesia di jenjang
perguruan tinggi ini. Aku merasakan kesenangan tersendiri
dengan kumpulan kata-kata dan penulisan yang menarik itu.
Mudah sekali mempelajari Bahasa Indonesia . Saat kita
mengerjakan, anggap saja perusahaan itu adalah milik kita. Dan
saat mengerjakannya, anggap pula kita sedang mengerjakan
laporan perusahaan kita sendiri. Dengan begitu, belajar akan
lebih menyenangkan. Jika kamu mendapati ketidak
seimbangan pada kalimat , lebih baik lanjutkan pekerjaannya
esok hari. Sungguh, aku akan malas untuk melanjutkan
pekerjaanku jika kalimat yang tidak saya mengerti. Bukan
bermaksud menunda-nunda. Tapi aku ingin mengistirahatkan
pikiran aku . Berharap, esok pikiranku akan segar kembali. Dan
bisa meneliti pekerjaaanku.
Salah satu kelemahanku adalah, kurangnya ketelitian dan
kecermatan dalam mengerjakannya. Meskipun aku memahami
materinya, kecermatan sangat penting dalam mengerjakannya.
Mataku pun sudah mulai membengkak karena kelelahan aku
ajak begadang. “Lebih baik, aku selesaikan besok malam saja.”
Kataku sambil menutup buku. Aku langsung membaringkan
tubuhku di atas ranjang.
“Innah, kalimat apa yang belum kamu mengerti?” Tanya
Yustin . “Aku belum selesai, Yustin.” Jawabku setelah
menyedot es teh yang ada dalam gelas plastik. “Ngapain sih,
rame-rame?” Tanya Nana Risna . “Risna , soal pada kalimat
ini Bu ” Tanya Yustin Ia adalah temanku yang kurang begitu
paham dengan pelajaran Bahasa Indonesia . Tapi aku salut
dengan semangatnya. Ia selalu bertanya padaku, jika ia selesai
mengerjakannya. Berusaha untuk mencocokkan, dan jika
jawabannya berbeda dan salah. Ia akan segera membenahinya.
Pernah suatu kali, ia datang pagi-pagi ke Rumah untuk
mencocokkan pekerjaannya yang salah. Sekarang ia tampak
kebingungan sekali. Yang ngerti Bahasa indonesia saja belum

71
selesai mengerjakannya. Aku bisa melihar raut wajah
kepanikan dari sikapnya. “Jangankan mengerjakannya, soalnya
saja aku tidak tahu…,” Jawab Risna dengan santai dan terlihat
tanpa beban. Tapi, mereka adalah teman-teman yang selalu
memberiku semangat. Teman-teman yang selalu membuatku
tersenyum. Mengobati kerinduanku terhadap ibu dan bapak.
Usai mengerjakan soal Bahasa Indonesia, aku
membereskan buku-buku di rak yang berantakan. Akupun
memasukkannya ke dalam kardus agar rakku tidak penuh
dengan buku. Tiba-tiba aku menemukan kotak berwarna
cokelat. Aku ingat, ini adalah kotak kue yang dulu pernah aku
berikan untuk ibuku. Tepat di hari ibu dan di hari ulang tahun
ibuku. Aku langsung menuju kalender yang menempel di
dinding kamarku. Mataku terus berjalan mencari bulan,
kemudian mencari hari. Mataku pun kemudian berjalan menuju
Kotak yang bertuliskan angka. Tampak angka 12. Kurang
sepuluh hari adalah hari ibu dan tepat ulang tahu ibuku.
Aku kemudian duduk di atas kasur. Aku terus
mengamati kotak kue dari kardus itu. Aku sengaja menghias
kotak itu dengan kertas dan daun kering, agar terlihat cantik
dan menarik. Seperti membuat herbarium, waktu aku masih
SMP dulu. Tugas biologi mengeringkan daun atau
mengawetkannya. Aku menata daun-daun kering itu dan
menempelkannya pada kardus. Sangat cantik dan cukup
mebuat ibuku tersenyum senang dan bahagia. “Ingin sekali aku
melihat senyum dan kebahagiaan itu kembali dari raut
wajahnnya.” Kataku yang mulai sedih terbawa suasanya.
Aku sudah lama tidak pulang ke rumah. Tugasku memberi les
dan kegiatan di organisasi cukup membuatku kualahan. Antara
tanggungjawab dan kerinduan teramat dalam pada kampung
halaman. ‘Aku ingin pulang, ibu.., bapak..,’ Teriakku tertahan.
Aku peluk kotak itu erat-erat. Kotak cinta untuk ibu yang
mungkin akan aku buat lagi di tahun ini. Kotak Cinta yang
selalu aku buat khusus untuk ibuku. Di hari ibu dan dihari ulang
tahunnya.

72
Malam minggu ini, langit begitu cerah. Ramai dengan bintang
bertebaran di langit. Hamparan luas bintang terasa kurang
lengkap tanpa hadirnya bulan. Seperti kehidupanku. Banyak
teman disekelilingku, tapi kehadiran ibukulah yang paling
berharga dalam hidupku. Membuat hidupku jauh lebih lengkap.
Angin malam menerpa kulitku, terasa dingin hingga menusuk
tulang. Seketika bulu-bulu di kaki dan tanganku langsung
berdiri, meski berbalutkan jaket dan rok panjang. Aku lantas
menarik resleting jaketku ke atas. Agar dinginnya angin malam
tidak mengusikku.
Aku mulai berpikir untuk memberikan sesuatu yang
berkesan di hati ibuku. Momen yang aku nanti-nantikan. Aku
ingin memberikan kotak cinta itu untuk ibu. “Kira-kira, aku
ingin mengisi kotak itu dengan apa, ya?” pikirku. “Innah,
ngelamun apa, sih?” Tanya Yustin. “Ah.., tidak, Yustin. Aku
tidak melamun, kok.” Jawabku. Dibilang kaget, aku jawabnya
juga santai. Dibilang tidak kaget, masih mikir juga untuk
menjawab pertanyaan Rini.
“Sabtu depan pulang, kan?” Tanya Yustin . “Insya Allah..,
semoga di kampus tidak ada acara dan kegiatan. Aku ingin
pulang, Yustin. Aku kangen ibu dan bapak. Terutama Risna
adikku. Sudah lama aku tidak pulang dan berkumpul mereka.”
Kataku berbagi beban di pundak ini pada sahabatku. “Aku tahu,
Innah. Kalau kamu mau, kamu pakai saja uangku dulu untuk
pulang.” Yustin menawarkan bantuan. “Tidak usah, Yustin.
Kamu kan juga butuh uang untuk pulang.” Aku berusaha
menolaknya. “Tidak apa-apa, Innah. Aku sabtu depan ada acara
di kampus. Jadi, aku tidak pulang.” Yustin menjelaskan.
Aku pun terdiam sejenak untuk memikirkan tawaran
Yustin. Antara senang dan perasaan tidak enak pada Yustin .
Senang karena aku bisa pulang dan bertemu dengan ibu, bapak,
dan Risna . Tapi, Yustin sudah terlalu banyak menolongku.
“Bagaimana, Innah ?” Tanya Yustin kembali, meminta
kepastianku. “Iya, Yustin .” Aku pun menerima bantuan itu.
Karena aku ingin sekali bertemu dengan ibu.

73
Hari ini, aku pulang dengan hati yang berkecamuk perasaan
sedih. Mukaku terlihat nanar, dan air mata sudah mengumpul
di ujung mata. Aku tak bisa pulang sabtu depan. Ada kegiatan
organisasi yang harus aku selesaikan. Penggalangan dana
untuk saudara-saudara yang sedang tertimpa masalah di
Bantaeng , akan diadakan sabtu depan. Dengan perasaan sedih,
aku harus mengikhlaskan.
Aku sebagai penanggung jawab, tidak mungkin lari
begitu saja. Dimana integritasku jika aku pergi meninggalkan
tanggungjawab itu? Dimana, Inn. Aku mengambil kotak cinta
itu. “Ibu, Selimut ini tidak akan datang di hari ulang tahun ibu.”
Aku memandangi kotak yang berisikan selimut berwarna biru.
Aku ingin ia menemani malam-malamnya. Aku ingin
kehangatan melindungi tubuhnya. Aku ingin selalu ada di
dalam mimpi-mimpinya.
Aku tutup kembali kotak itu, dan kusimpan kembali dalam
lemari. “Apa itu, Innah?” Tanya Yustin , heran terhadap kotak
itu. “Ini hadiah ulang tahun ibuku” Jawabku dengan nada
parau. “Aku tahu, kamu tidak bisa pulang sabtu depan. Kamu
sabar, ya..!” Rini menepuk bahuku. “Iya..” Jawabku dengan
senyum yang sedikit aku paksakan.
Usai melakukan penggalangan dana, aku langsung
pulang. Dari pagi, aku dan teman-teman sudah terjun di
jalannan. Membagi-bagikan bendera dan brosur, di tengah terik
matahari yang cukup panas. Kepalaku pusing, akibat terlalu
lama berada di bawah terik matahari. Kakiku terasa sakit dan
memerah. Kakiku juga melepuh dan berair. Karena tadi siang
aku lupa memakai kaos kaki. Aku langsung membaringkan
tubuhku di atas ranjang.
Aku merasakan timangan kasur nan empuk di
kamarku. Perlahan-lahan, diriku dibawa terbang ke awan.
Menyusuri pulau nan indah bersama ibuku. Kami sekeluarga
terlihat gembira dan begitu menikmati. Aku melihat senyum
yang begitu natural, senyum yang terpancar dari hati. Sesuatu
yang ibu ekspresikan dengan tulus. Aku begitu senang melihat

74
ibu bahagia. “Buatlah ibu bangga, Nay. Jangan biarkan orang
lain merendahkan dan meremehkan kita. Aku yakin kamu pasti
bisa membuat ibu tetawa dan bahagia lebih dari hari ini.” Kata
ibu memegang telapak tanganku. Tangannya begitu hangat.
Aku hanya memandang senyum yang masih merekah dari
kedua bibir ibuku. Tatapanku penuh tanya, dan otakku terus
berpikir. Bukankah aku melihat tawa yang begitu lepas. Tapi
ibu menginginkan kebahagian yang lebih dari hari ini. ‘Aku
memang belum bisa membahagiakanmu, Bu. Engkau selalu
berbohong dibalik senyummu. Seolah-olah, engkau sudah
merasa bahagia dengan apa yang ada. Tapi, kebohongan yang
engkau sembunyikan terlihat nyata. Engkau selalu merasa
gembira, untuk menyembunyikan kesedihan. Engkau merasa
sehat dengan menyembunyikan sakitmu. Aku ingin engkau
bahagia, lebih dari hari ini, hari esok, dan hari esoknya lagi.’
Kata hatiku.
Aku akan membahagiakanmu selamanya, bu. Ingin
sekali senyum itu nyata dari hatimu, tanpa ada yang engkau
sembunyikan. Perlahan-lahan genggaman ibu merosot dari
genggamanku. Aku merasa kebingungan, dan mencoba
menahannya. Tapi, ujung jariku sudah menyentuk kukunya.
Dan tiba-tiba tangan ini sudah tak menggenggam tangannya
lagi. “Ibu….,!” Teriakku terkejut. Aku mencoba mengatur
nafas dan mencoba memasuki duniaku yang sebenarnya. Lelah
dan kerinduan telah mengantarkanku pada mimpi bertemu
dengan ibu. Dan kotak itu secara tiba-tiba melintas di dalam
pikiranku dan hinggap di sana.
Hari ini, bulan terlihat diantara bintang-bintang.
“Andaikan aku ada disamping ibu, aku akan sangat bahagia.”
Kataku sambil memandangi langit. Aku buka kotak yang ada
di pangkuanku. Ternyata, selimut ini tak bisa menghangatkan
malamnya hari ini. Hari ulang tahunnya, dan hari ibu. Bagiku,
hari ibu ada di setiap hari dalam hidupku. Seperti hari-hari yang
selalu ada do’a untuku, anaknya.

75
Aku menarik selembar kertas dari bukuku. Tanganku dengan
lincah menari-nari di atas kertas itu, merangkai kata-kata.
Padahal aku bukan seorang pujangga. Tak perlu menjadi
seorang pujangngga. Hanya karena cinta, kata-kata indah akan
tercipta dengan sendirinya. Meskipun kata-kata cinta untuk ibu
tidak seindah kata-kata cinta kahlil gibran, dan tak seindah
syair-syair Chairil anwar. Aku yakin, ibu bisa merasakan
betapa aku sangat mencintainya.
“Aku berjanji, Bu. Meski ibu mengucapkannya dalam mimpi.
Aku yakin, itu adalah apa yang selama ini ibu harapkan. Apa
yang selama ini ibu tunggu-tunggu. Aku akan membuat ibu
bahagia. Lebih dari hari ini dan hari selanjutnya. Selimut ini
akan menghangatkan malam-malam ibu. Jika Innah pulang
nanti, bawalah ia untuk menemani tidurmu, Bu. Hanya ini yang
bisa Innah berikan. Tak sebanding dengan kehangatan cinta ibu
yang selalu menghangatkanku.” Aku menitikkan air mata, dan
jatuh dalam kotak itu.
Air mataku semakin mengalir deras. Mengingat perjuangan,
kasih sayang dan cintanya selama ini. Sekelebat kenanga-
kenangan bersama ibu secara bergantian melintas di
hadapanku. Seperti diputarnya film yang dipertontonkan
untukku. Tapi sayang, air mata yang menetes banyak di dalam
kotak tak akan meninggalkan bekas. Andaikan ia bisa berubah
menjadi kristal putih nan cantik, pancarkan keindahan seperti
kasih sayangnya selama ini. Aku akan menyertakannya di
dalam kotak itu dan menghadiahkannya untuk ibu.
Tapi, air mataku tak bisa kusulap menjadi butiran kristal.
Hanya ada selimut berwarna biru di dalam kotak. Kotak cinta
yang akan aku persembahkan untuk ibuku saat aku pulang
nanti. Hanya itu yang bisa aku berikan. Uang dari honor
menulis cerpenku. Cerpen yang baru pertama kali diterima oleh
redaksi. Untukmu,Bu.., untukmu.
“Tunggulah sampai anakmu pulang, Bu. Innah di sini baik-
baik saja. Semoga ibu dapat tersenyum untuk selamanya. Innah

76
berjanji, Bu.” Aku menghapus air mataku. Aku harus
semangat, semangat!
Aku menutup kotak itu dan kubawa kedalam kamar.
Aku memasukkannya dalam lemari. “Tinggallah di sini
sementara, kotakku. Sebentar lagi engkau akan bertemu dengan
ibu. Aku tahu, engkau pasti tidak sabar bertemu dengan ibu.”
Aku kemudian mengambil hp yang ada di tasku, hp lama
pemberian dari keponakan ibu. Tak apalah, dengan hp ini aku
bisa mendengarkan lagu ‘Mother How Are You Today’.
Setidaknya, lagu ini bisa menjadi penenang jiwaku. Lagu yang
ingin aku sampaikan pada ibu. “Tunggu aku pulang, Bu. Aku
sangat mencintaimu” Kataku dengan tersenyum di balik
kerinduan yang teramat dalam.
Aku punya satu kupu-kupu, Parasnya sangat indah.
Karena aku hanya memiliki satu kupu-kupu, maka kupu-kupu
itu sangat berharga bagiku. Parasnya memang sangat cantik,
tetapi dia lemah, dia selalu ingin pergi terbang jauh, dia juga
ceria.
Aku selalu menyamakan Teman ku dengan kupu-kupu. Selain
karena ia sangat menyukai Kupu-kupu, Ia juga tak kalah
cantiknya dengan kupu-kupu. Rumah belakang kami terdapat
Yustin Risna biasanya menangkap kupu-kupu disana. Aku
takut dengan kupu-kupu, karena sewaktu kecil seekor kupu-
kupu masuk ke dalam hijabku itulah sebabnya mengapa aku
sangat takut.
Kota ini sedang dilanda hujan tatkala ketika aku sedang
mengumpulkan berbagai cara untuk menghilangkan rasa
rinduku padamu. Diiringi dengan jatuhnya air hujan ke
permukaan bumi, udara dingin perlahan menusuk pori-pori
kulitku. Kugosokkan kedua telapak tanganku lalu kutempelkan
ke pipi untuk sekadar menghangatkan tubuh. Memandangi
rinai hujan yang begitu indah menumpahkan segala isinya
dengan percuma, aku kembali memikirkanmu. Alam pun
menjadi saksi bisu antara rinduku padamu yang tak jua
berujung pada titik temu. Dan hujan ini akan menjadi jembatan

77
penghubung antara aku dan kamu. Mungkin hujan ini akan
menjadi indah setelah kamu berada di sisiku saat ini.
Kembali teringat waktu pertama kali kita bertemu tanpa
sengaja di sebuah kedai kopi. Waktu itu, pesanan kopi kita
tertukar. Tanpa sengaja kamu minum kopi punyaku, begitupun
sebaliknya. Lalu, aku menghampirimu dan mengatakan bahwa
pesanan kopi kita tertukar. Tapi kamu yang keras kepala tetap
saja kekeuh mengatakan bahwa pesanan kopi kita tidak
tertukar. Sampai akhirnya aku geram, tak bisa menahan
emosiku pada saat itu, kutumpahkan gelas kopi punyaku ke
bajumu. Aku menyeringai. Dan lihat, kamu memarahiku di
depan orang banyak. Aku terkekeh saat mengingat kejadian
tersebut. Kami benar-benar seperti anak kecil saja,
membesarkan masalah kecil padahal kami sama-sama dewasa.
Dari kejadian di kedai kopi tersebut, kami jadi sering
bertemu tanpa disengaja. Aku baru tahu bahwa kamu satu
kampus denganku. Kamu juga aktif dalam kegiatan kampus,
aku pun begitu. Kami jadi lebih sering bertemu dalam setiap
acara kampus. Kami selalu terlihat bersama.
Mungkin memang benar, kami ditakdirkan untuk bertemu
bukan untuk bersatu. Entah bagimana perasaan ini tumbuh
menjadi sesuatu yang bermakna dalam hidupku. Aku tidak tahu
apakah kamu memiliki rasa yang sama seperti yang kurasakan.
Lebih baik aku memendam rasa itu daripada hubungan kami
semakin menjauh setelah kamu mengetahui perasaanku yang
sebenarnya.
Hari itu tiba. Hari di mana kami bertemu untuk yang
terakhir kalinya. Di kedai kopi ini, tempat di mana kami
bertemu, kamu mengakhiri semuanya. Tanpa sebuah kepastian.
Aku bisa apa saat kamu mengatakan semua itu? Toh, kami
tidak terikat hubungan apapun. Jadi untuk apa aku kecewa?
Untuk apa aku marah?
Aku mengembuskan napas perlahan, berusaha mengusir
bayang-bayangmu dari pikiranku. Sungguh aku merindukan
saat-saat kita menghabiskan waktu bersama. Semoga kamu

78
juga merindukanku. Hanya dengan doa yang bisa kupanjatkan.
Doa rinduku padamu.
Bulan Ramadhan kali ini sangatlah berbeda dengan
bulan Ramadhan sebelumnya. Semua masjid akan lockdown
untuk tidak menyelenggarakan salat berjamaah termasuk salat
tarwih yang biasanya dilakukan sepanjang Ramadhan.
Kegiatan lain seperti kajian Al-qur’an, iktikaf dan aktifitas
keagamaan yang banyak dilakukan selama ramadhan pun tidak
banyak ditemukan. Tidak terihat pedagang yang menjuak
makana untuk berbuka puasa dan sahur atau relawan yang
membaagikan takjil. Tidak ada lagi acara buka pusa bersama
biasanya digelar oleh beragam instansi pemerintah,swasta
ataupun organisasi lainya .
Semua berubah karena kedatangan makhluk yang di berinama
Covid-19. Sejak pemerintah mengumumkan denag adanya
kasus positic covid-19 di Indonesia , praktis kehidupan tidak
lagi sama. Pada awalnya masyarakat relatif tenang. Namun arus
informasi tentang virus itu yang tak terbendung membuat
respon masyarakat terutama kelas menengah atas semakin
eskalatif.
Panik bunying sempat terjadi. Mulai dari hand
sanitizer,Tissue masker sampai makana pokok pun sulit di cari
di gerai pertokoan atau supermarket. Tanpa aku sadari bahwa
perilaku tersebut telah mengorbankan orang lain panic buying
membuat harga melambung tinggi serta kekosongan stok
barang tersebut. Kalau toh ada, harganya pun sudah
melambung diatas harga biasanya. Pemerintah yang mencoba
bersikap tenang justru dinilai lamban .
Kepanikan masyarakat juga mendorong mereka
mengkampanyekan Lockdwon dan sosial . seolah-olah
pemerintah menerapkan Lockdwon maka covid-19 akan
selesai. Jika lockdwon di terapkan maka merkan akan merasa
aman dan tenang dari potensi penularan virus tersebut aman
juga dari kebutuhan logistik. Karena dengan sumber daya yang
dimiliki mampu memborong kebutuhan bahan pokok dan

79
menimpannya. Aman juga untuk mencari nafkah karena dapat
bekerjah dari rumah. Masih punya waktu juga membuat status
di media sosial, mengkampanyekan lock down, stay at home
atau berdebat soal bedanya pulang kampung atau mudik.
Mereka lupa bahwa masih banyak anggota masyrakat
lainnya yang tidak beruntung secara sosial ekonomi. Bahkan
sebelum corona datang, sudah harus berjuang di luar rumah
untuk mencari nafkah dan bertahan hidup. Kondisi sakit juga
tetap harus keluar rumah untuk bekerja. Karena memang
pekerjaannya tidak bisa dilakukan di rumah, seperti tukang
becak, ojek, pedagang keliling dan sebagainya. Karena itu,
kampanya lockdown tidak terlalu laku dikelompok masyarakat
bawah.
Sebagian diantaranya mungkin beranggapan virus ini
lebih banyak berjangkit di kalangan menengah atas yang
mobilitasnya tinggi dan interaksi sosialnya jauh melampui
batas yang kelas bawah miliki. Keputusan pemerintah untuk
tidak menerapkan lockdown sangat tepat dan menggantinya
dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang
berlaku di beberapa daerah sudah tepat. Keputusan lainnya
seperti larangan mudik tapi mengijinkan pulang kampung,
serta peluncuran program bantuan sosial, juga patut diapreasisi.
Karena isu sosial seperti kemiskinan dan penggangguran
dipastikan meningkat sebagai dampak perusahaan yang
menghentikan operasi dan merumahkan pekerjanya. Jika di
PHK, tentu tidak ada pilihan lain bagi kelas pekerja tersebut
untuk pulang ke kampungnya.
Kembali bicara Ramadhan, apakah corona membuat puasa
berubah? Secara substansi sih tidak. Hukumnya puasa dan salat
tetap sama. Hal yang sedikit beda misalnya; dari semula salat
tarawih berjamaah di masjid, berganti menjadi salat sendiri
atau berjamaah dirumah, itu saja.
Apalagi jika ibadah dimaknai bagian dari spiritualitas, tentu
substansinya tidak berubah. Namun rasa batinnya dapat
berubah karena spiritualitas itu bersifat dinamis. Spiritualitas

80
itu suatu ruang batin sekaligus sebuah perjalanan. Bukan
tempat pemberhentian, bukan pula tempat yang akan dituju.
Spiritualitas tidak hanya memberikan pengalaman rohani dan
hubungan yang paling dekat antara manusia dan pencipta Nya,
namun juga dalam konteks manusia dan kehidupan sosialnya.
Karena itu, beribadah di rumah bukan berarti
meneguhkan langkah sunyi menggapai kenikmatan ibadah
untuk dirinya sendiri. Beribadah di rumah justru harus semakin
membuat daya lenting kesalehan sosial kita semakin kuat.
Karena yang dapat bekerja dan beribadah di rumah di rumah
adalah orang-orang yang lebih beruntung dari yang lain, yang
masih harus berjuang di luar rumah.
Saat ini memang banyak yang beribadah untuk
menggapai kenikmatan sendiri sehingga cenderung bersikap
egois, selayaknya hendak memonopoli surga. Saya pun
mengalaminya, saat Tuhan memberi kesempatan untuk umroh.
Egoisme saya muncul saat berebut tempat di Raudhatul Jannah,
tempat berdoa paling mujarab, berdesakan untuk menyentuh
Ka’bah atau mencium Hajar Aswad. Bahkan tanpa kita sadari,
ungkapan seperti nikmat sekali ketika umroh, mudah terhanyut
menjadi egoisme spiritual untuk mencapai kenikmatan sendiri.
Dalam Islam Bergerak, ibadah-ibadah tersebut terjatuh hanya
sebatas kenikmatan yang tak jauh bedah dengan rekreasi. Jika
merujuk pada istilah hedonisme dalam terminologi non-
filsafat, yang menyamakan kebahagiaan dengan kenikmatan
dan menempatkannya sebagai tujuan hidup. Maka laku ibadah
kita pun dapat terjebak ke dalam hedonisme spiritual.
Nah, apakah ibadah puasa kita dimasa pandemi corona ini,
masih akan egois? Jika kita mengkampanyekan stay at home,
beribadah di rumah dan sebagainya, tapi lalai dengan saudara-
saudara kita yang tidak beruntung secara sosial ekonomi, maka
sangat mungkin laku ibadah kita masuk dalam kategori
hedonisme spiritual.
Apakah dengan menyantuni kaum miskin sudah cukup dalam
ibadah? Laku keagamaan yang bersifat membebaskan, tidak

81
hanya berhenti pada menyantuni orang miskin atau bicara
kekafiran, surga dan neraka. Namun lebih dari itu, sebagaimana
dikutip dari beberapa tokoh pemikir Islam seperti Hasan Hanafi
dalam jurnal Al-Yasar Al-Islami, atau Asghar Ali Engineer,
menafsirkan Islam sebagai teknologi pembebasan. Salah satu
caranya, mengartikulasikan agama berkelindan dengan situasi,
sejarah dan keprihatinan terhadap kaum miskin dan tertindas.
Meskipun hal itu juga tidak mudah dan beresiko. Selamat
menjalankan ibadah puasa Ramadan 1441 H.

HARGA SEBUAH GADGET


“GM”

Bangun! Berangkat sekolah! Teriak mama di


kupingku. Ayo cepat bangun sekarang sudah pukul 06.00.

82
Mandimu saja berjam jam belum lagi dandannya ntar di tinggal
ayah loh. " celoteh mama berlalu menuju ke dapur.
Sesegera mungkin kubuka mataku, ku lirik jam weker di
sampingku dan segera berlari ke kamar mandi. Seperti biasanya
ada berbagai ritual yang ku lakukan di kamar mandi itu
sebabnya aku di beri gelar ratu wc oleh mama. Selesai ritual
pertama ku lanjutkan pada ritual ke 2 yaitu dandan(hahaha),
iyalah emang ada cewek yang bisa hidup tanpa dandan. Berkali
kali ku lihat diriku di cermin, untuk memastikan semuannya
selesai aku pun turun kebawah untuk sarapan.

Pagi ayah, sambil mencium pipi kirinya


Pagi sayang. Mau makan nasi goreng atau roti selai kacang?
Tanya ayah
Nasi goreng dong yah. Sambil mengambil piring kemudian
diisi nasi goreng oleh ayah.

Mama baru saja kembali dapur dengan setoples kerupuk udang


di tangannya. Mama kemudian ikut bergabung bersama kami
menikmati nasi goreng hangat pagi ini. Setelah selesai sarapan,
aku beranjak ke dapur mengambil bekal yang telah dsediakan
mama. Yah bekal roti selai kacamg untuk seseorang yang
istimewah. Aku kemudian berpamitan sama mama, dan
berangkat ke sekolah bareng ayah.
Walaupun berangkatnya menggunakan motor butut ayah, kami
tidak pernah terlambat sampai di sekolah. Oiyah ayahku
merupakan seorang guru BP di sekolahku. Kata teman temanku
ayah ku itu ornagnya baik, lemah lembut, walaupun mereka
sering keluar masuk BP mereka tetap hormat dan santun pada
ayahku.
Sesampainya di sekolah, aku langsung berlari ke kelas. Aku
lupa kalau hari ini adalah hari piketku. 30 menit lagi bel akan
berbunyi. Sebisa mungkin aku berlari menaiki tangga menuju
ke ke kelasku. Sesampainya di kelas kudapati riris sedang
menyapu di depan kelas.

83
Hai ris, maaf aku terlambat. Sapaku sambil masuk ke ruang
kelas dan menyimpan tas.
Yah santai saja, kamu lanjut pel saja. Jawab riris.
Ku ambil pel yang berada di pojok kelas dan memulai
mengepel kelas bagian depan.
Oiyah ris, kamu sudah sarapan? Tanya ku.
Belum. Aku tidak sempat serapan tadi, buru bur kejar angkot.
Hehehheh. Katanya.
Kebetulan sekali aku bawa bekal untukmu. Buruan cuci tangan
dan makan bekalnya. Kataku.
Riris yang baru saja selesai menyapu langsung mencuci
tangannya di keran depan kelas. Langsung melahap roti selai
kacang yang bawakan. Oiyah Riris adalah sahabatku sejak dari
sd. Dia merupakan anak yatim dari 3 bersaudara. Hidupnya
memang tidak seberuntung diriku yang serba berkecukupan.
Tapi jangan salah dia merupakan siswa paling pintar di kelasku.
Karena dia pintar ia mendapatkan beasiswa berprestasi di
sekolah. Yah lumayanlah untuk memenuhi kebutuhan sehari
hari dan untuk biaya sekolahnya. Sedangkan ibunya hanya
seorang penjual kue keliling. Terkadang aku sering terkagum
kagum padanya. Selain sekolah riris juga selalu membantu
ibunya bikin kue bahkan jual kue keliling tanpa rasa malu
sedikit pun.
***
Bel sekolah pun berbunyi pertanda jam pertama dimulai. Kami
segera masuk ke kelas dan duduk dengan rapi. Belum lama
pelajaran berlangsung tiba tiba ayah datang meminta ijin pada
guru untuk memanggil riris ke ruang BP untuk pencairan
beasiswanya.
Terlihat jelas raut wajah riris yang sangat bahagia
mendengar beasiswanya segera cair. Ada banyak harapan yang
sudah dirancangnya ketika sudah menerima beasiswanya.
Salah satunya adalah ia ingin sekali membeli tas sekolah karena
tasnya sekarang ini sudah banyak jahitannya dan sebagian buku

84
paketnya hanya tenteng. Riris segara bangkit dari tempat
duduknya dan ikut berjalan ke ruang BP. Beasiswa yang
diterima kali ini senilai 1 juta.
Riris kemudian ikut belajar bersama kami walaupun sudah jam
terakhir. 20 menit lagi bel pulang akan berbunyi. Karena ibu
gurunya lagi keluar. Seperti biasanya kelas akan ramai bahkan
mengalahkan keramaian tanah abang.
Ehh guys.. Anak anak smk sudah libur loh gara gara covid 19.
Kata wana yang heboh.
Iya sma 2 juga sudah libur mulai senin kemarin. Tambah fira.
Kita kapan yah liburnya, aku sudah nggak sabaran nih. Kata
wana lagi.
Woii woi diam, ibu guru sudah ada di depan kelas. Kata ferdi
Serentak semuanya langsung diam dan pura pura menulis.
Setelah ibu guru masuk kami di perintahkan untuk merapikan
buku dan bersiap untuk pulang. Namun, sebelum pulang ibu
guru memberikan informasi bahwasanya pelajaran tatap
mukanya berakhir hari ini, kemudian dilanjutkan belajar di
rumah via daring. Menggunakan beberapa aplikasi
smartphone. Selama 14 hari mulai besok dan seterusnya. Pesan
ibu guru tetap semangat belajarnya jaga kesehatan dan tetap
menerapkan pola hidup sehat. Teman teman yang lain
kegirangan mendengarkan berita ini namun riris terlihat cemas.
Kecemasannya ini bisa ku tebak. Pasti riris cemas karena belum
memiliki smartphone.
Sepulang sekolah aku lebih memilih berjalan kaki
sama riris. Melewati beberapa kompleks dan merupakan jalan
pintas untuk sampai di rumah riris. Sepanjang jalan riris hanya
diam memikirkan bagaiamana ia bisa memiliki smartphone
untuk di pakai belajar selama di rumah aja.
Aku pun mulai menghibur riris dengan mengingatkan kejadian
kejadian lucu yang sering kami alami. Namun cara itu tidak
mempan juga. Akhirnya ku beranikan diri untuk mengajak riris
ke toko airis celuler untuk mengecek harga smartphone di
ujung jalan patriot. Riris kemudian mengangguk menandakan

85
setuju. Namun kata riris bagaiamana kalau dia tidak dapat
membelinya atau kemahalan. Tidak ada salahnya jika kita
hanya tanya tanya harga dulu jika pas di kantong yah di belilah,
kataku. Atau kita dapat membandingkan harganya di toko lain,
sambungku.
Sesampainya di toko kami langsung menanyakan harga
smartphone paling murah. Kata mbak cantiknya yang paling
murah itu Vivo Y51 seharga 1,3 juta gratis kartu data selama
sebulan. Setelah mendengar penjelasan mbak nya, aku mulai
menawar smartphonenya seharga 1juta. Namun, kata mbaknya
nggak bisa itu sudah pasnya.
Riris kemudian menarikku keluar dari toko tersebut. Dia
bingung bagaimana ia bisa mendapatkan uang 3 ratus selama
sehari. Ia tidak ingin menceritakan pada ibunya. Karena takut
membebani pikiran ibunya. Disinilah aku kadang iri padanya,
karena kalau aku yang membuhkan sesuatu aku akan merengek
seperti anak kecil pada ayahku atau mogok makan agar aku di
belikan. Mereka memanjakan ku karena aku hanya putri semata
wayangnya. Dari ririslah aku belajar sebuah perjuangan,
keikhlasan, dan masih banyak lagi.
Aku kembali mengajak riris untuk melihat smartphone
ke toko sebrang jalan masuk ke rumahnya. Ia sempat menolak
karena takut kecewa untuk yang kedua kalinya. Setelah
kubujuk akhirnya dia nurut juga. Kami pun berjalan
menyebrangi jalan patriot dan masuk ke toko tersebut.
Permisi mba, kami ingin melihat smartphone yang paling
murah. Kataku
Ini dek xiomi note 4 seharga 1,8 juta. Jawab penjaga toko.
Apa masih ada harga di bawa 1,8 atau ada harga 1 juta mbak.
Tanyaku lagi.
Waduh cari harga yang 1 juta yah dek. Baru saja di beli oleh
ibu tadi. Kata penjaga toko.
Barangnya sudah habis dek, mungkin akan ready bulan depan
dek. Tambah penjaga toko.

86
Waduh masih lama kak, mana mau di pakai belajar besok. Oiya
terima kasih kak. Kataku.
Kami pun keluar dari tokoh, dan memilih pulang. Ku
lihat jelas riris sedang sedih karena tidak bisa ikut belajar
besok. Aku mulai menenangkannya. Ku beli es krim rasa coklat
di warung mbok mini tempat ibu riris sering menitip kue. Ku
berikan satu pada riris, selesai makan ice cream ku tawarkan
untuk datang ke rumahku saja belajar bersama denganku. Aku
mempunyai komputer yang jarang di pakai ayahku, mungkin
itu bisa kamu gunakan belajar untuk sementara waktu. Riris
pun mengangguk pelan dan memelukku erat. Berterima kasih
padaku.
Kami pun segera beranjak dan pergi ke rumah riris. Rencanaku
ke rumah riris adalah untuk beli kue yang di pesan ayah
sekaligus makan bakwan yang krenyes. Sesampainya di rumah
ku dapati ibunya sedang menggoreng bakwan.
Ehh kalian sudah pulang, tumben telat. Sapa ibu riris.
Iya tan, kami tadi jalan kaki, kami ketinggalan angkot tan.
Jawabku
Yah sudah ayo makan siang dulu. Tawar ibu riris.
Nggak usah tan, aku langsung pulang saja. Oiya pesanan kue
ayahku mana tan?. Tanyaku
Iya ada di bawa tudung nasi, sengaja ku simpan di situ agar
tidak di kerumuni semut. Kata ibu riris.
Riris tolong ambilkan pesanan kue nya. Teriak ibu riris.
Iya mah sebentar. Kata riris.
Setelah ganti pakaian riris menuju ke meja makan dan
membuka tudung sajinya dengan maksud mengambil pesanan
kue. Namun setelah dibuka yang ia temui bukanlah sekotak kue
namun smartphone baru. Riris kemudian melompat lompat
kesengan dan berlari memeluk ibunya. Ternyata ibu riris telah
membelikannya smartphone tadi di toko yang sudah di datangi.
Itu adalah hasil jeripayahnya berdagang kue keliling komplek
selama setahun. Riris kemudian memyerahkan uang
beasiswanya kepada ibunya untuk disimpan dan digunakan

87
untuk keperluan sehari hari. Akhirnya riris mendapatkan
smartpohe baru dan dapat mengikuti pelajaran seperti biasanya
walaupun di tengah pandemi covid 19 ini.

KISAH KEHIDUPAN DITENGAH COVID-19


“RF”

Saat libur awalnya aku senang. Saat belum ada


himbauan, dan saat sidrap belum termasuk zona merah. Tapi
setelah itu paradoks, semuanya pun menyesuaikan. Ditambah

88
tugas yang terus menerus berdatangan, tugas diluar
pemahaman dan tugas yang menyulitkan bagiku.
Ceritaku saat libur, hanya dirumah namun sesekali kumpul
bareng teman yang dekat dan bisa dijangkau serta masih steril
dari penyebaran virus. Sesekali pula keluar rumah tuk mencari
udara yang segar itupun hanya sebentar. Banyak rencana yang
sudah aku persiapakan untuk libur namun hampir semuanya
dibatalkan karena untuk membantu pemerintah dalam
menangani penyebaran covid -19.
Saat dirumah, banyak pula pekerjaan rumah yang harus aku
selesaikan. Dengan orang tua yang kurang paham dengan tugas
tugas yang diberikan dosen kepadaku. Walau serasa sering
rebahan namun tak tenang bila terus mengerjakan tugas, tak
fokus dengan orang tuas yang selalu menasihati untuk tidak
berlama lama dengan handphone bahkan berlama lama diam di
luar rumah. Aku tak keseringan diam dirumah dan tak jarang
main keluar rumah. Mulai dari kepentingan rumah, pribadi
bahkan tugas.
Di suatu malam aku duduk didepan teras rumah sambil main
Hp. Malam itu begitu gelap dan jernih,bintang pun
bermunculan di atas awan biru.Suasana yang sepi dan
mencengkramkan. Tiba-tiba handphone ku bunyi, ternyata
yang menelpon sahabat -ku. Akupun angkat telfon darinya,
dengan suara yang keras dia memanggil namaku.
Hallo Tasya ; apa kabar kamu malam ini ?
Iya, puji Tuhan baik. Kamunya? ( aku menjawab dengan nada
pelan).
vera ; aku sih, fine-fine aja. Ngomong -ngomong kenapa suara-
mu menghilang gitu? Kamu sakit atau ada masalah?
Sebenarnya, ada sesuatu yang sangat penting yang ingin aku
katakan.
aku mau berhenti kuliah,"
"Kenapa," vera terkejut sekaligus tidak percaya dengan
keputusan ku barusan.

89
"Aku capek ver, dengan tugas yang banyak dan kuliah ini
membutuhkan biaya yang tak sedikit, aku sudah tak mampu".
"Apa sudah kamu pikirkan baik-baik, ini tinggal setengah
perjalanan lo," kamu harus pikir dulu sebelum mengambil
keputusan.
"Ya setelah aku timbang untung ruginya. Aku sudah
memutuskan untuk berhenti. Setelah dipikir-pikir kuliah tak
menjaminku mendapatkan pekerjaan yang layak.
Tasya, kamu kan bisa usaha," kamu terus berusaha
menyakinkan untuk berjuang.Demi orang tua dan keluarga-mu
, emang kamu tidak kasihan sama orang tua-mu? Mereka susah
payah membiayai kulia.
"Aku sudah lelah dengan semua ini, aku ingin berhenti.
"Jika itu keputusanmu aku tak bisa apa-apa. Aku selalu
mendoakan apa yang terbaik untukmu," Tiba-tiba vera
mematikan telfon tanpa pamit denga saya.
Malam itu aku tidak bisa tidur, entah kenapa? Aku memikirkan
lagi dengan keputusanku tadi. Tiba-tiba teringat, bagaimana
aku susah payah untuk melanjutkan kuliah. Betapa egoisnya
diriku, yang bersikeras untuk menentang keputusan. Dengan
beraninya aku mengatakan yang dapat merubah diriku
hanyalah aku dan kuliah adalah salah satu jalan untuk
menggapai mimpiku. Hari ini semangatku mulai hilang.
Aku mulai ragu dengan keputusanku dulu melanjutkan kuliah
yang ternyata tak semudah yang terbayangkan tapi aku takut
untuk mengatakan berhenti. Aku takut semua orang kecewa
dengan diriku. Aku takut dicap sebagai sesorang yang hanya
ingin keinginannya dituruti tanpa mau berusaha. Dan hal yang
paling aku takutkan disaat orang-orang yang mengatakan
diriku pasti gagal bersorak gembira dengan keputus.
"Walau aku tak pernah ditakdirkan sebagai seorang pemenang,
setidaknya bukan seorang yang lari dari cobaan, ini salah satu
cobaan yang harus dijalani bukan dihindari," tiba-tiba ada yang
berbisik ditelinga ku.

90
Tak terasa jam pukul 02 : 43 , aku belum juga tidur,aku masih
memikirkan keputusan yang tadi. Dari situlah timbul pikiran
yang membuat aku terhangut seakan tak bisa bangkit lagi.
Belum juga memikirkan dengan keadaan bumi yang kurang
membaik. Mau sampai kapan bumi ini jadi seperti ini.
Di tengahnya malam, aku berfikir apa yang telah melanda
bumi ku ini, dunia ini mati seketika. Manusia dibumi pun
seketika dibuat nya bungkam tanpa berkutik apapun,kendaraan
maupun pelayanan di kota pun seketika mati semati, bagaikan
dunia ini sudah tak bernyawa lagi.
Covid-19 kian menjadi virus paling mematikan di seluruh
dunia,bahkan virus tersebut telah menjalar seluruh dunia
ini.Hari-hariku bisa menghabiskan waktu di rumah, membantu
kakak-ku untuk mengerjakan pekerjaan rumah,belum lagi
tugas yang diberikan dari kampus. Mana tidak bisa kerja, takut
tertular virus. Mau sampai kapan menjalani wabah virus corona
ini? Penghasilan sehari. Saja tidak cukup untuk makan
sekelurga,belum juga membiyai kebutuhan lainnya.
Pada suatu hari aku dan adik- ku ke pasar, sesampai
digukan banyak cara, aku masak air sampai mendidih lalu aku
kompres di tubuhku. Selang berapa menit keadaanku
membaik,tapi kak lama kemudian tiba-tiba draktis
kembali.Aku bingung harus bagaimana lagi,tak ada orang yang
menghiraukan dengan keadaanku, itu susahnya kita tinggal
jauh dari orang tua tak bisa apa-apa.
Malampun tiba, aku masih terbaring ditempat tidur.
Sepulang kerja kaka-ku menanyakan saya sama adikku."
Tasya mana? Kok tidak kelihatan, " adikku menjawab kak
tasya di kamar katanya kurang enak badan. Kakaku membuka
pintu kamarku, kamu sakit apa? " Tiba-tiba dari tadi sore aku
kurang enak badan". Bangun makan dulu baru minum obat,
akupun bangun. Aku coba untuk makan tapi bernafsu.
Keesokan harinya, keadaanku tetap draktis. Hari itu juga
kakaku mulai khawatir dengan kaedaanku, dia membujuk saya
untuk ke dokter tapi aku tidak mau. Kakaku sampai marah, mau

91
sampai kapan kamu seperti ini? Kamu mau sembuh tidak!
(Dengan suara yang lancang). Aku hanya bisa menangis, aku
tak tau harus bagaimna lagi? Semua orang dalam rumah ini
khawatir dengan keadaanku.
Di hari yang ketiga keadaanku makin draktis lagi,tanpa pikir
panjang lagi kakaku membawa saya ke rumah sakit. Sesampai
di rumah sakit, aku disuruh untuk baring diatas roda. Yang
paling menakutkan aku dokter mengambil jarum suntik,enta
siapa yang mau di suntik? " saat itu aku mulai tegang karena
aku sangat takut yang namanya suntik, aku hanya brdoa smoga
aku tidak di suntik ya Tuhan". Ternyata apa yang aku takutkan
tadi tidak terjadi sama saya. Beberapa menit kemudian datang
lagi dokter, untuk memeriksa aku. Dokter itu menanyakan ke
saya" kamu sakit apa dek? Aku, Dok sudah tiga hari
belakangan ini demamku tidak turun-turun. Setelah hasil di
periksa dokter ternyata aku hanya demam biasa. Dokter
menyuruh aku untuk rawat dirumah karena kondisi bumi
sekarang tidak membaik.
Keesokan harinya, aku dapat kabar dari kampung. Bahwa
covid 19 surah merajalela di kampungku. Disisi memikirkan
keadaan ku sekarang, aku juga memikirkan keadaan orang
tuaku di kampung. Aku takut mereka kenapa- napa, mereka
adalah satu-satu yang aku miliki sekarang. Aku menceritakan
keadaanku sekarang, setelah aku menceritakan itu malah orang
tuaku menyuruh aku untuk mudik. " Nak alangkah sebaiknya
kamu pulang, kami disini sangat khawatir dengan keadaanmu,"
Aku, tapi ayah bagaimana aku bisa pulang kampung uang tiket
tidak ada. Biaya untuk makan untuk seharian saja susah.
Ayah; oke nak, kamu jaga diri baik-baik disana,tidak boleh
keluar rumah,kuliahnya yang rajin.
Aku ; iye yah. Kalian juga disana jaga kesehatan. Setelah aku
menutupi pembicaraan sama ayah, Aku lansung kekamar.
Sesampai dikamar tiba-tiba air mataku mebasahi pipiku dan
dalam hati aku berkata mau sampai kapan bumi ku melanda
musibah ini.liburan kali ini aku pengen pulang kampung,aku

92
rindu suasan rumah. Dan hingga saat ini vaksin tuk
penyembuhan pun belum dapat ditemukan , sebab dari itu kita
harus waspada dan tanpa harus panik,ikutilah peraturan
pemerintah Indonesia ini,supaya dapat mengurangi terjadinya
wabah penyakit Covid-19, dengan cara Belajar,Bekerja, dan
beribadah, Dirumah aja.
Bosan! Setelah biasanya aku beraktivitas di luar rumah, tiba-
tiba karena dipaksa keadaan harus berdiam diri terus di dalam
rumah atau ruangan. Satu jam dua jam masih betah, satu hari
dua hari masih berusaha bertahan. Tapi lambat laun rasa bosan
dan jenuh mulai menghinggapi.
Hari-hari kuhabiskan waktu bersama keluarga, selain belajar
online aku juga membaca status di medsos malah bikin bingung
dan panik, karena isi perbincangan di media sosial di jejali
dengan ribuan informasi tentang wabah corona tiada henti. Bila
tidak bijak dan berhati-hati menyikapinya malah menimbulkan
ketakutan dan kekhawatiran baru.
Bingung mau ngapain? Sementara kita tidak tahu sampai kapan
keadaan akan kembali normal, dan kita bisa kembali
beraktivitas seperti sedia kala. Bekerja di kantor atau di mana
saja, olah raga, piknik,kegiatan sosial dengan orang banyak,
bertemu teman dan sahabat sambil membahas banyak hal dan
persoalan. Sebuah kerinduan yang kadang terasa sesak di
perasaan.
Hmmzt… gak tau kenapa liburan kulia kali ini aku terasa
sangat membosankan, yahh… gimana enggak..? Selama
liburan aku gak pernah ke luar rumah alias jalan-jalan. Aku
tanya temanku, kenapa kita gak berlibur di luar rumah, seperti
pergi ke pantai atau tempat-tempat wisata lainnya..?, yustin
cuma jawab kalau aku harus sabar, lagi pula kondisi bumi
sekarang tidak baik , aku berusaha menutupi kesedihanku di
depan temanku, sebenarnya aku pengen jalan-jalan untuk
membuang rasa jenuku. Tapi apa boleh buat, gara wabah virus
corona semuanya batal.

93
Pagi berganti malam, malam kembali berganti pagi, di
rumah lagi di rumah lagi aku menghabiskan waktu libur
kuliahku. Cuma tv dan hp yang aku mainkan saat aku merasa
bosan. Sistem pendidikan online pun tidak mudah. Di samping
disiplin pribadi untuk belajar secara mandiri, ada fasilitas dan
sumber daya yang mesti disediakan.seperti halnya
menyediakan perangkat belajar seperti ponsel dan laptop
maupun pulsa untuk koneksi internet. sistem pembelajaran
online ini berpotensi membuat kesenjangan sosial ekonomi
yang selama ini terjadi, menjadi makin melebar saat pandemi.
Dengan tetap berada di rumah, aku bisa melakukan pekerjaan
yang dahulu tertunda. kamu mungkin tidak sempat melakukan
hobi memasak. Sekarang, dengan banjirnya waktu luang
dirumah, opsi untuk menunda hal-hal tersebut menjadi
menipis. Dan juga, dengan menjalankan hobi yang disenangi,
aku menjadi lebih riang dan lebih sehat yang bisa berdampak
baik bagi imunitas tubuh.
Tiba saatnya penagihan uang final. Aku bingung harus
cari uang dimana? Mana tidak ada kerjaan, penghasilan dapat
dari mana coba. Mau menelpon orang tua di kampung tapi tidak
ada pulsa, aku merasa hidup ini tak ada gunanya lagi. Aku
sangat bosan dengan kondisi bumi sekarang, yang hanya diam
dirumah terus. Hari itu aku tak semangat sama sekali, tiba-tiba
handphone ku bunyi.
Ndrrrrrrr,, aku malas untuk mengangkat telvon itu, tapi hati
berkata lain. Aku beranjak dari kasur menuju hp ku yang
bunyi.ternyata yang menelfon orang tuaku, aku sangat senang
ternyata yang aku tunggu-tunggu ahirnya tercapai juga.
Akupun mengangkat telfon tersebut.
" Aku, hallo selamat siang ayah.
" siang juga nak, apa kabar kamu hari ini? Kamu baik-baik saja
kan,
" puji Tuhan baik yah,aku disini sehat kok. Bagaimana dengan
kalian disana yah?

94
Ayah; Kami disini sehat nak, justru kami disini sangat
khawatir dengan kamu. Lagi- lagi ayah menanyakan
perkuliahan ku. Nak, bagaimana dengan kuliamu selama covid
-19 ini? Yah, sekarang itu kami mengikuti kulia online, ada
baiknya juga si ayah tidak mengeluarkan uang ojek.
"Ayah; Syukur kalau begitu nak, terus kapan kamu ujian?
" Aku ; Ohhh iya ayah aku sampai lupa. Tadikan ada informasi
dari kampus, kalau minggu ini harus membayar uang ujian.
" Ayah ; Bagaimana caranya nak, ayah tidak ada uang. Kamu
kan tahu kondisi sekarang, penghasilan tak ada, kami disini
juga susah cari makan nak.
Aku; Terus bagaimana denganku ayah, kalau tidak membayar
kah uang ujian yang pasti tidak ikut ujian.
Ayah; Tanya dulu sama kakakmu, siapa tau dia ada uang.
Aku ; iya ayah nanti saya tanyai,semoga saja ada. Sampai disini
dulu telfonnya ayah, masih banyak tugas kampus ku kerja.
Ayah ; iya nak, kamu tetap semangat, jangan lupa berdoa.
Aku ; oke ayah, titip salam buat orang-orang dirumah.
Akupun mengakhiri pembicaraanku sama ayah dan aku
mematikan handphone. Setelah itu, aku lanjut mengerjakan
tugas kuliah ku. Selama aku mengerjakan tugas tersebut, hati
dan fikiran tak tenang. Aku memikirkan bagaimana aku bisa
melunasi uang ujian ku besok. Dibalik ada rasa kejenuhanku,
aku membuat segelas kopi untuk menghilangkan rasa jenuhku.
Setelah aku mengerjakan tugas, aku istirahat sejenak. Akupun
berbaring ditempat tidurku yang keci. Tak sadar jam pukul 17:
01. Aku bergegas dari tempat tidur dan membereskan rumah.
Sesudah itu aku masak nasi untuk makan mala.
Malampun tiba,aku duduk didepan tv sambil main hp. Dan aku
menunggu kakak ku pulang kerja, tiba-tiba ada bunyi klakson
motor di depan rumah ku. Akupun membuka pintu
rumahku,ternyata itu kakak ku baru pulang kerja.
Aku ; Kak, ada mau kutanyakan sama kakak.
Kaka; iye tanya apa?

95
Begini kak, tadikan ada informasi dari kampus menyangkut
uang ujian. Minggu ini seharusnya aku harus pergi
membayar,karena ujian sudah dekat. Kalau sampai tidak
membayar kah nanti uang final yang pasti tidak bisa ikut ujian.
Kakak; berapa memang uang final mu?, dengan suara yang
halus, aku menjawab 400 ribu kak.
Tadi pagi aku telfon sama ayah. Aku sempat minta
uang sama mereka, tapi ayah tidak menyimpan uang. ( Dengan
muka memerah kakak membentak aku), sudah ku bilang dari
kemarin-kemarin tidak boleh minta uang sama mereka. Kamu
tau sendirikan mereka sudah tua, tidak bisa kerja, apa salahnya
kamu minta sama saya. Malam itu kakaku sangat marah
denganku. Dalam hati aku " ya Tuhan, apa aku salah minta
uang sama mereka? Inikan tanggung jawab mereka untuk
membiyai kuliah ku. Coba dulu kalau mereka tidak menyuruh
aku untuk kulia semua pasti tidak terjadi begini. Yang aku
rasakan malam itu hanya ada rasa sedih dan kesel. Aku sudah
cape dan lelah dengan keadaan ku sekarang, mana memikirkan
dengan kondisi bumi sekarang.Enta Kapan berahirnya? Malam
itu aku tidak bisa tidur, memikirkan bagaimana aku bisa ujian
kalau tidak ada uang untuk membayar final. Pukul 23:00, aku
belum juga tidur.
Pagi itu cuaca sangat mendung, meskipun cuaca
kurang membaik aku tetap semangat. Aku yakin semua ini pasti
ada jalan keluarnya. Karena tidak diizinkan keluar rumah, aku
hanya bisa beraktifitas di dalam rumah,seperti biasanya aku
membersikan rumah dan memberes di dapur. Setelah selesai
membereskan rumah aku langsung mandi. Selesai mandi, aku
menunggu jamnya untuk mengikuti kulia online.Meskipun
begitu banyak cobaan yang aku hadapi selama ini, semangatku
tidak hilang. Beberapa menit kemudian aku mengikuti kulia,
pada mata kuliah pertama semuanya pada lancar,tak ada
kendala sama sekali. Tapi yang paling menyebelan aku, pada
saat mata kuliah yang kedua. Tiba-tiba saat itu hp ku eror, mati
hidup begitu terus sepanjang kuliah berlangsung. Dengan rasa

96
sebel dan tak sadar aku banting hp di lantai, lagi-lagi cobaan
datang. Pagi itu aku hanya bisa menangis, aku masuk dikamar
sambil menangis.
Enta kenapa begini ya Tuhan? Mengapa hp ku rusak saat-saat
aku kuliah. Tiba-tiba kakak masuk dikamarku, " Tasya bangun,
makan siang dulu.
(Aku hanya menjawab sambil menangis) , aku belum lapar kak.
Kaka: kamu kenapa? Ada masalah atau bagaimana? Cerita
sama kaka, kamu tidak usah tutup-tutupin dari kaka.
Aku :Tidak ada masalah kok kak, aku cuman kecapaian dan
bosan di rumah terus.
Kaka : kamu nggak usah bohong sama kaka? Kaka tau kamu
pasti memikirkan omongan semalam kan? Besok ku kasih uang
untuk membayar final.
Dengan tak sadar aku bangun dan menuju kaka. Ini tidak
bercanda kan kak?
Kaka: iya,, untuk apa aku berbohong. Inikan kewajiban saya
untuk membiyai kuliahmu. Seharusnya kamu fokus saja
dengan kulia tidak usah memikirkan siapa yang membiyai
kuliamu.
Aku: makasi ya kak.
Kaka: iya sama-sama. Ingat harus rajin pergi kulia dan
mengerjakan tugas.
Hari itu kesedihanku ditutipi dengan rasa senang.Aku bahagia
banget, akhirnya aku bisa juga mengikuti ujian. Kegelisahanku
selama dua hari berturut-turut sudah dimusnakan dengan
kebahagian. Hari itu juga aku janji pada diriku, meskipun
kondisi dunia skarang tidak membaik dan memtikan manusia
aku tetap semangat untuk menggapai impianku. Aku tidak mau
mengecewakan keluargaku yang mati-matian membiyai
kuliahku,aku harus semangat demi membahagiakan mereka.
Mereka rela membanting tulang demi membiyai
kuliahku.walaupun peraturan pemerintah di anbjurkan untuk
tidak keluar rumah selama covid 19 tapi mereka tetap kerja.

97
Mereka tak peduli dengan kondisi sekarang, itu semua demi
membiyai kuliah ku.

PENDIDIKAN DITENGAH MARAKNYA WABAH COVID 19


“AW”

Awal tahun 2020, seluruh dunia tengah berduka,


berduka dengan kondisi yang tak bisa dibayangkan bahkan di
pikirkan sedikitpun, kondisi yang membuat kita menjadi
terpuruk akan kejadian yang telah menimpa dunia. Sebuah
virus yang sedang mengepung dunia tanpa menyisahkan 1 titik
. Dengan penyebaran yang masif dan relatif cepat membuat
orang-orang ciut .
Saat ini umat manusia tak bisa berbuat apa-apa, semua aktivitas
terhenti, apapun yang dilakukan harus di lakukan dirumah akan

98
tetapi bisa keluar jika urusannya sangat penting. Bukan hanya
negara kita yaitu Indonesia yang merasakan dampak dari
musibah ini tapi negara lainpun merasakan dampak dari virus
ini, virus yang sangat mematikan bagi dunia.
Belum cukup, sekolah dan kampus ikut didaringkan.
Lengkap sudah, virus corona juga memberikan dampak serius
di sektor pendidikan, baik di Indonesia maupun secara global.
Dan kini dunia pendidikan kemudian, ‘terpaksa’ putar haluan
untuk mengubah cara belajar berbasis perjumpaan tatap muka
menjadi pembelajaran daring. Transformasi digital secara
terpaksa ini adalah cara yang paling aman untuk memutus
penyebaran wabah akibat virus corona. Sebab, hak para siswa
untuk mendapatkan pendidikan tetap menjadi prioritas tanpa
mengabaikan kesehatan dan keselamatan jiwa.
Dengan menggunakan sistem pembelajaran secara
daring ini, terkadang muncul berbagai masalah yang dihadapi
oleh siswa dan guru, seperti materi pelajaran yang belum
selesai disampaikan oleh guru kemudian guru mengganti
dengan tugas lainnya. Hal tersebut menjadi keluhan bagi siswa
karena tugas yang diberikan oleh guru lebih banyak.
Satu per satu manusia di bumi harus jatuh demi melawan virus
ini meskipun mereka tau apa yang mereka lawan itu tetapi
mereka terus berjuang demi keselamatan dunia. Pandemi
dengan situasi yang genting seperti ini, aktivitas yang bernilai
positif dapat digalakkan untuk membentuk pribadi yang
produktif. Tidak boleh terpuruk dengan kondisi, manfaatkan
sisi positif dari situasi untuk menumbuhkan jati diri.
Tingkatkan ibadah kepada Allah Swt, panjatkan doa agar
wabah ini cepat berakhir dan keadaan akan pulih seperti sedia
kala. Isolasi diri dengan menikmati waktu bersama keluarga,
membatasi ruang gerak kecuali untuk keperluan yang sangat
penting. Bagi pekerja yang harus melakukan aktivitas di luar
rumah, tetap jaga kesehatan dan menjaga diri.
Aku kadang berfikir " Apakah semua ini terjadi karena ulah
kami yang terlalu rakus akan kekayaan, makanan dan lain

99
sebagainya biarpun itu makanan haram kami tetap makanan
meskipun sudah tau itu haram" ? , dan inilah akibat dari apa
yang kita lakukan selama ini kasus yang menimpa dunia yang
awalnya berasal dari Wuhan, Cina yaitu virus corona.
Aku pernah melihat di berbagai berita setiap harinya orang
terpapar virus ini semakin bertambah entah kapan ujung dari
musibah ini? entah kapan kami bisaa mulai melakukan
aktivitas seperti biasanya? .
Tapi hingga saat ini vaksin tuk penyembuhan pun
belum dapat ditemukan , sebab dari itu kita harus waspada dan
tanpa harus panik,ikutilah peraturan pemerintah Indonesia
ini,supaya dapat mengurangi terjadinya wabah penyakit Covid-
19, dengan cara Slogan pemerintah Belajar,Bekerja, dan
beribadah Dirumah aja.
Kini aku pun sudah dewasa,dalam hal menanggapi
semua kisah kematian dunia ini, aku pun berkata dalam sebuah
doa "Apakah tuhan memang maha adil dan maha kasih jika ia
membiarkan umatnya mati suri dengan musibah ini ? Allah
Maha adil iya tidak akan memberikan umatNya cobaan kita
umatnya tidak mampu menghadapi cobaan itu.
Pemerintah kini mencoba menerapkan New Normal Era setelah
lockdown selama kurang lebih 3 bulan. New Normal
diterapkan oleh pemerintah karena keadaan keuangan negara
yang sangat menipis, apabila keadaan lockdown diteruskan
kemungkinan besar akan membuat negara bangkrut. Aku
belum beradaptasi dengan New Normal yang diterapkan oleh
pemerintah karena berbeda dengan keadaan normal
sebelumnya, New Normal saat ini kita dianjurkan untuk
mengikuti protokol kesehatan yaitu menggunakan masker,
sering mencuci tangan dan lain sebagainya.
Dari musibah yang terjadi saat ini banyak orang yang
manfaatkan waktunya yang #dirumahaja dengan berbisnis
online, kuliah online salah satunya adalah aku, Aku mencoba
mempromosikan usaha yang digeluti oleh orang tuaku

100
sehingga aku tak bosan untuk melakukan berbagai hal dan tidak
melanggar peraturan yang diberikan oleh pemerintah.
Meskipun dimasa pendemi ini kami harus tetap bertahan akan
setiap situasi yang kita alami akan banyak hikmah diantaranya,
siswa maupun guru dapat menguasai teknologi untuk
menunjang pembelajaran secara online ini. Di era disrupsi
teknologi yang semakin canggih ini, guru maupun siswa
dituntut agar memiliki kemampuan dalam bidang teknologi
pembelajaran. Penguasaan siswa maupun guru terhadap
teknologi pembelajaran yang sangat bervariasi, menjadi
tantangan tersendiri bagi mereka.
Banyak orang yang sangat menderita dengan keadaan
sekarang ini , masyarakat terus mengeluh dengan apa yang
terjadi padahal mereka belum merasakan apa yang di rasakan
orang orang yang berjuang demi kesembuhan banyak orang. Ini
sungguh tragis dengan tingkah laku mereka yang tak
memikirkan nasib orang lain, cuma bisa bersenang-senang
diatas penderitaan orang lain. Aku sangat kasihan dengan
melihat tingkah laku merasa yang asik liburan tanpa
memikirkan keselamatan mereka sendiri bahkan orang yang
ada di sekitarnya padahal mereka tidak tau apakah orang yang
ada di sekitarnya itu sedang baik-baik saja atau dia tengah
terjangkit penyakit mematikan ini.
Semoga seluruh dunia bisa mengerti dengan situasi atau
kondisi yang tengah dunia hadapi tidak hanya diam di rumah
tetapi juga membantu mereka yang berjuang dengan banyak-
banyak berdoa kepada Allah SWT untuk membuat dunia
seperti sedia kala agar kita bisa menjalani rxkehidupan dengan
rasa tenang dan aman.

101
HUBUNGAN DAN JARAK
“RF”

Besok, hari dimana lembaran kehidupan baru ku


dimulai karna aku telah masuk SMA. Bagi seorang gadis tentu
saja hari pertama haruslah sangat berkesan agar aku
mendapatkan banyak teman, oleh karna itu aku telah
menyetrika baju baru ku, menyiapkan tas ku, sepatu dan semua
barang yang akan ku perlukan untuk besok,aku sangat senang,
sakin senangnya sampai tak bisa tidur, hingga malam semakin
larut dan membawa kesadran ku.
Esok harinya aku terbangun, kesadaran ku kembali,
tapi yang benar saja ketika aku melihat hp ku sekarang sudah

102
jam 07.01 kurang dari 15 menit sebelum gerbang sekolah
ditutup. Untungnya aku hany tinggal mandi dan memakai
pakaian ku, kembali aku melihat jam hp ku setelah aku
memakai pakaian ku, 07.12 tinggal 3 menit lagi, aku terburu-
buru memakai sepatu untungnya mama telah siap untuk
mengantarku “ ayo cepat ma, 3 menit lagi bakal telat!” jarak
antara sekolah dan rumah ku tidak terlalu jauh 3 menit ini ku
rasa cukup untukku sampai disekolah dengan gerbang yang
masih terbuka, namun di perjalanan mama menceramahi ku,
intinya dia mengatakan aku sangat ceroboh. Dan yang benar
saja 10 meter dari gerbang sekolah mama menyuruhku untuk
turun dari motor katanya dia malu mengantar ku kesiangan, jadi
aku harus berlari sekuat tenaga namun, pada akhirnya tepat 2
langkah lagi gerbang telah ditutup, inilah kesialan ku pada hari
pertama masuk sekolah impian yang kudamba-dambakan
hilang bersama separuh jiwa ku yang kelelahan.
Setelah upacara pertama selesai aku yang menunggu
sampai pintu gerbang dibuka bagi siswa yang terlambat
akhirnya dibuka, bersama dengan siswa- siswi lainnya kami
masuk, seorang guru berjalan kearah kami setelah kami disuruh
untuk berbaris, saat ini aku sanagat lesuh separuh jiwaku masih
belum kembali, sampai guru itu tiba dihadapan ku tepat
dihadapan ku dan menanyai ku “kamu siswa baru?” tergagap
aku menjawab “i..iya bu..”, “hahaha.. tadi malam pasti gugup
meyambut hari ini, makanya telat, iyakan?”, “hehehe” aku
hanya tertawa malu mendengar yang guru ini katakan memang
benar adanya. “kalau begitu hari ini karna hari pertama kalian
tidak akan saya hukum silahkan mencari kelasnya bagi siswa
baru, dan bagi siswa lama bersihkan toilet sekolah”, mendengar
guru itu mengatakan seperti itu membuat berfikir bahwa dia
adalah seorang malaikat sebelum dia mengatakan “tapi... lain
kali kalau terlambat lagi, baik yang masih baru atau lama akan
mendapatkan hukuman yang sama, nah sekarang silahkan
pergi!” sepertinya guru ini juga memiliki sisi iblis, atau

103
mungkin sisi tegas namanya, karna katanya dia adalah guru
BP/BK.
Akhirnya aku ke kelas juga, sedikit memalukan
terlambat dihari pertama tapi kejadian ini harus terbayar
dengan mencari teman dekat, aku tak sabar melihat teman-
teman baru yang akan ku jumpai, namun begitu sampai didepan
pintu kelas, pemandangan yang sangat menyayat hatiku karna
ternyata semua orang telah membuat kelompok-kelompok
kecil, berbicara dan tertawa, ah... hari ini hari kehancuran ku,
begitulah aku menanggapi awal hariku sebagai sisiwa SMA
yang mendapatkan kesialan dua kali berturut-turut, aku hanya
menghela nafas dan berjalan ke bangku yang paling belakang,
bahkan aku harus duduk dibangku paling belakang sendirian
ditengah kelas, begitu duduk aku memperhatikan semua orang
yang asik mengenalkan diri mereka di kelompok yang mereka
buat masing-masing, aku bisa saja datang ke sana bergabung
bersama mereka tapi aku tak ingin kesialan hari ini menimpa
ku untuk ke tiga kalinya, maka dari itu kuputuskan tuk tak
berbuat apa-apa untuk sekarang ini. Aku hanya
menyembunyikan wajahku pada meja dan kututupi dengan
kedua tangan ku. Sungguh hari yang melelahkan memikirkan
awal hari ini membuatku menutup mataku, aku hampir tertidur
tapi kesadaranku kembali karna seorang meletakkan meja di
samping meja ku yang suara meja yang ia letakkan itu
membuatku terkejut, begitu aku melihat orang yang
melatakkan meja itu ternyata seorang lelaki mungkin ia juga
teman sekelas ku, saat memasuki kelas aku tak melihatnya,
mungkin ia juga terlambat sama sepertiku, anehnya aku tak
mengalihkan pandangan ku darinya karna sepertinya pikiran ku
sedang menilainya, ia seprtinya lumayan tampan, tinggi, tapi
rambutnya acak-acakan sepertinya dia ngebut kesekolah karna
telat. Lalu pikiran ku terpotong karna dia yang tiba-tiba
menatap balik. Aku refleks mengalihkan pandangan ku dan
merasa sedikit malu-malu.

104
Tak berselang beberapa lama guru wali kelas akhirnya
datang dia adalah seorang laki-laki wali kelas ku, tampangnya
nampak bersahabat dia duduk dam memperkenalkan dirinya
dan lanjut menyuruh kami untuk memperkenalkan diri masing-
masing, “baik dimulai dari siswi yang dibelakang!” wali kelas
menunjukku aku sedikit malu dan gugup karna belum
mengenal siswa satupun di kelas ini, “emm perkenalkan nama
saya Zila, teman-teman boleh panggil Zila atau Ila terimakasih”
untungnya berhasil ku lalui tanpa ada kesalahan, “lanjut yang
meja selanjutnya” kata bapak wali kelas, ya.. selanjutnya
adalah lelaki yang duduk di samping meja ku, akupun
penasaran siapa namanya. “perkenalkan saya Yul Anggara,
panggilan Yul” setelah itu dia duduk, dilihat dari sifatnya
sepertinya dia tipe orang yang cuek, begitu pendapatku tentang
dirinya tapi teman-teman perempuan yang lain
menganggapnya keren, “Zila..Zila.. tukar tempat dengan aku
dong.. mau ya..” “aku!aku! Zilaa tukar tempat dengan aku..!”
aku senang mereka memanggil nama ku, tapi mereka panggil
aku cuma untuk turar tempat haaah.. ini sedikit pedih, “husss..
tenang-tenang lanjut baris selanjutnya yang disana” kata bapak
wali kelas yang menghentikan kebisingan kelas.
Tahap perkenalan kelas selesai “Baik, karna semua
sudah perkenalan, kita lanjut pemilihan ketua kelas, sekertaris
dan bendahara, yang berminat acungkan tangan ya.. kita mulai
dari ketua kelas yang minat siapa?” kata bapak wali kelas.
Sebenarnya aku mau aja jadi ketua kelas tapi sepertinya teman-
teman perempuan sudah punya pilihan masing-masing “Yul
pak.. Yul..” “Aku juga pilih Yul” “Aku juga... Yul”, mereka
bersorak untuk membuat Yul jadi ketua kelas, kalau
suasananya seperti ini aku jadi takut untuk mengangkat tangan,
disisi lainteman-teman laki-laki malah memiliki pilihan sendiri
juga “Apaan Yul.. jangan pak, hari pertama aja udah telat, kasi
ke Eza aja pak!” “ iya pak Eza aja” “Eza!..Eza!..
Eza!..Eza!”,Eza adalah anak yang berkaca mata duduk di depan
barisan pertama laki-laki, mungkin laki-laki iri karna Yul

105
populer dikalangan teman-teman perempuan oleh karna itu
mereka merekomendasikan Eza karna katanya dia memakai
kacamata sungguh alasan yang tak logis, tapi seperti itulah
pikiran lelaki dikelas ku. Sepertinya kelas ini terbagi menjadi
dua kubuh perempuan dan laki-laki, perempuan memilih Yul
dan laki-laki memilih Eza, kalau di suruh voting sih tentu saja
Yul yang akan jadi ketua kelas karna jumlah perempuan sedikit
lebih banyak dari laki-laki, tiba-tiba Yul mengacungkan
tangan, teman-teman perempuan sepertinya merasa sangat
senang karna tindakannya, “saya tidak bisa jadi ketua kelas,
kasi Eza aja pak. Sekian” dengan nada cueknya begitulah kata
Yul, Sepertinya hati dan semangat teman-teman perempuan
patah mereka tak bergeming setelah mendengar perkataan Yul
“yahh... sayang banget, keren sih tapi cuek” “ iya.. orangnya
dingin banget” begitu pendapat mereka tentang Yul, dilain sisi
Eza justru setuju untuk menjadi ketua kelas dan teman-teman
laki-laki, mereka tertawa karna merasakan kemenangan.
“hahaha.. teman-teman terimakasih karna menaruh
kepercayaan kalian pada ku tenang saja, aku akan mengabdikan
diri untuk menjadi ketua kelas yang baik” Eza mengacungkan
jempol setelah berbicara dengan percaya dirinya. Melihat Eza
membuatku berfikir bahwa dia memang tipe orang yang dapat
menjadi ketua kelas dan dilain sisi pula teman-teman
perempuan malah balik mendukung Eza. lanjut pemilihan
sekertaris dan bendahara, meski sudah mencalonkan tapi aku
tetap tak terpilih sungguh hari ini bukanlah hari ku.
Hari-hari pun telah berlalu, sudah dua minggu sejak
hari pertama ku di sekolah ini, ku rasa aku sudah lumayan dekat
dengan teman-teman sekelasku meski aku tak mendapatkan
teman yang merupakan teman sebenarnya. Dibandingkan aku
Yul justru cepat akrab dengan teman-teman sekelas, dan juga
dia bahkan punya teman dari kelas lain sepertinya itu karna dia
bergabung dengan beberapa klub olahraga, karna itu dia juga
berteman dengan kakak kelas, aku sangat iri padahal awalnya
dia tipe orang yang cuek tapi bisa dapat teman, sedangkan aku

106
sampai sekarang hanya begini-begini saja sendirian tanpa
teman dekat, tapi anehnya aku merasa nyaman-nyaman saja
dengan kesunyian ini, mungkin aku akan seperti ini sampai
lulus SMA.
Setiap kali pembelajaran dimulai, Yul selalu
merapatkan mejanya didekat mejaku awalnya aku terkejut dan
merasa agak canggung tapi lama kelamaan menjadi biasa itu
karna Yul tak pernah membawa buku paketnya, sering kali aku
risih karna harus berbagi buku paket dengannya, kenpa harus
aku? Tanya hatiku, tentu saja karna teman laki-laki lainnya pun
hanya minjam buku di teman perempuan jawab situasi kelas.
Setiap kali aku berbagi buku beberapa perempuan yang duduk
didepan selaluh menoleh ke arahku dengan tatapan sinisnya,
aahh ternyata mereka cemburu mungkin karna inilah aku tak
memiliki teman dekat satupun. Tapi lain keadaan aku justru
mulai dekat dengan Yul meski hanya sebagai teman pembagi
buku paket. Ketika kami berbagi buku paket lagi tampa pikir
panjang aku bertanya padanya “kamu kenapa ngak pernah
bawa buku paket?” dia melihat ke arahku dengan tangannya
yang menopang dagunya sambil tersenyum dia mengatakan
“kan kamu bawa, kalau kamu bawa buat apa aku bawa”
begitulah jawaban Yul , ketika mendengarnya dan mata kami
saling menatap aku langsung mengalihkan pandangan ku, aku
terdiam wajahku memerah jantungku berdetak kencang, aku
mendengarnya tertawa kecil kupikir dia sedang mengodaku,
tapi jujur yang aku rasakan saat ini sangat aneh.
Pelajaran terakhir untuk akhir ini telah berakhir, hari
ini adalah jadwal piket ku, lima orang diantaranya adalah aku,
Yul, Eza, Risa dan Mimi, aku dan Risa sibuk menyapu, Mimi
dan Eza sibuk membersihkan cermin dan Yul memungut
sampah, “ahh.. akhirnya selesai juga.. kalau begitu aku
duluannya teman-teman” “aku juga..” “aku juga” kata Eza,
saat Yul pergi membuang sampah di belakang sekolah,
pekerjaan yang lain telah selesai tak mau berlama-lama teman-
teman yang lain ingin segera pulang, akupun sebenarnya mau

107
begitu juga, tapi sangat tidak sopan meninggalkan Yul yang
sedang pergi, “aku beresin buku ku dulu” begitu kata ku
padahal sebenarnya aku ingin menunggu Yul, “kalau begitu
kami duluan yaa” kata Eza dan mereka beranjak pergi, “iya
hati-hati”. Tak lama kemudian Yul datang meletakkan tempat
sampah disudut kelas “semuanya udah beres, teman-teman
yang lain juga udah pulang, kalu begitu aku duluan ya, jangan
lupa pintunya ditutup” kata ku yang beranjak pulang “iya, hati-
hati” kata Yul yang tersenyum pada ku, senyumnya itu
membuatku merasa aneh di perjalanan menuju pintu gerbang
aku selalu memikirkannya, kenapa dia tersenyum pada ku?,
apaka dia memang seperti itu pada semua orang atau hanya
pada ku? Tampa ku sadari aku masih memikirkan hal itu
sampai digerbang sekolah, “ahhh.. kepala ku pusing, mama
kenapa belum datang” karna trauma pernah nabrak kucing pas
belajar naik motor jadi sampai sekarang aku masih diantar
jemput oleh mama, karna ku rasa sudah lama menunggu jadi
aku menelfonnya, disekolahku siswa diperbolehkan membawa
hp tapi hanya boleh digunakan selama tak mengganggu
pembelajaran. “halo, ma kenapa belum datang jemput?”
“tunggu dulu yaa.. mama lagi dirumah tante Tamara lagi arisan
20 menit lagi mama jemput, daahh” mama langsung
mematikan telfonnya mungkin karna tak ingin mendengar
omelanku yang kesal karna disuruh menunggu, tapi apa boleh
buat aku hanya bisa menghela nafas dan menunggu sendirian
di depan sekolah, lalu pandangan ku teralihkan oleh Yul yang
menaiki motornya lewat didepan ku tiba-tiba dia berhenti,
“kenapa belum pulang?” tanya Yul yang menoleh melihat ku,
“nunggu mama” jawabku yang terkejut “udah ditelfon?”tanya
Yul lagi, “iya ka..katanya tunggu 20 menit” ku jawab dengan
malu “20 menit, kalu gitu masih lama dong, ya udah naik gih...
aku antar sampai rumah, rumah mu dimana?” mendengarnya
mengajakku naik berboncengan dengannya membuatku
jantungku bedetak dengan kencang, aku hanya menunjuk arah
rumahku karna tak bisa berkata-kata saking gugupnya, “kalau

108
nunjuk doang ngak bakal keliatan, buruan naik” Yul tertawa
ringan melihat tingkah konyol ku yang gugup karna ditawari
tumpangan pulang, aku segera duduk di jok motornya, jujur
saat ini emosi ku tidak bisa ku atur, aku bahagia, gugup, malu-
malu, dan jantungku berdetak kenjang, tapi aku masih harus
menyadarkan diri ku “ehemmm” kataku yang tengah
menyadarkan diri ku, saat ini sepertinya Yul sedang tersenyam-
senyum, ini dapat ku kurasakan karna mendengar suaranya
ketika menanyakan arah pada ku “kanan atau kiri” katanya,
“kiri, untuk saat ini lurus aja” kata ku, saat ini suasanany
canggung banget, aku ngak bisa ngobrol dengannya karna
jantungku sampai saat ini masih berdetak kencang, tapi tiap kali
ada percabangan jalan Yul selalu menanyakan “Belok ngak ni?
Hehe..” sambil ada terdengar tawa kecil, “belum jawab ku”
sampai kami menemui pecabangan jalan lagi “belok nih?”
“jangan! Masih didepan lagi!” jawab yang tertawa ringan karna
merasa pertanyaanya itu merupakan candaan, sepertinya begitu
caranya mencairkan situasi yang canggung tadi, rasanya saat
ini situasnya sudah mencair, aku juga sudah luamayan tenang,
“depan belok kanan, perempatan pertama belok kiri” kata ku
“siap” jawaban singkatnya membuatku tersenyum, setelah
belokan itu akhirnya kami sampai “okey stop” Yul berhenti dan
aku bergegas turun dari motornya, “makasih atas
tumapngannya” kata ku “iya, nagak ngajak singgah nih?”
mendengar itu membuat ku kembali merasa canggung “aaa...
mungkin lain kali aja ha..ha..ha soalnya ngak ada orang
dirumah” jawabku, “hahaha iya, aku cuam bercanda kok, o iya
ternyata rumah kita hampir searah sih, kalau aku lurus dari sini
tembus jalan utamakan!”, “iya, tinggal lurus aja” “ kalau gitu,
aku pergi dlu.. dah”, “iya, hati-hati” Yul pergi dengan senyum
diwajahnya, dan aku masih memperhatikannya sampai dia tak
terlihat dikejauhan, hari ini sungguh mendebarkan bahkan
jantungku masih berdetak tak beraturan mungkin ini cinta pikir
ku yang tersenyum sendiri, tiba-tiba hp ku bergetar ternyata itu
telfon dari mama “aku udah dirumah ma, ngak usah dijemput”

109
kujawab dan kututup, saat masuk rumahpun aku tak bisa
berhenti tersenyum karna memikirkan hari ini.
Semenjak hari itu kurasa kami makin dekat, seperti
biasa hari ini kami berbagi buku paket lagi, dan celakanya
pembelajaran hari ini aku tak bisa fokus perhatianku selalu
ditarik oleh Yul, wajahku merona karnanya, sampai dia
menyadarinya “kamu kenapa? Sakit!” dai menempelkan
telapak tanyannya di dahiku, aku malah salah tingkah wajahku
semakin memerah “kayak kamu demam, ku antar ke UKS
mau?” tanyanya lagi, “aku tak nagak apapa, mungkin karna
cuaca, hehehe.. hari ini kayaknya kelasnya panas” kata ku, Yul
tertawa ringan mendengar perkataan ku “yaudah, kalau ngak
papa, kalau nagak enak badan bilang ya”, “i..ya” heee! Apa dia
menghawatirkan ku, aku makin salah tingkah mendengar
perkataannya, tak terasa bel istirahat berbunyi, guru
pembelajaran mengakhiri pelajarannya, tiba-tiba Yul
menunjukan hpnya pada ku, aku yang polos lalu
memandangnya dan mengatakan “emm kenapa?”, “nomor WA
kamu... aku minta, ini” dia mengacukan hpnya dan wajahnya
seperti tersipu malu, “ehhh” aku heran dan sedikit terkejut lalu
ku ambil hpnya dan mengetik nomor ku “ini”, “okey.. mau ke
kanti?” tanyanya yang tersenyum girang “tidak.. aku bawa
bekal hari ini” kata ku “ya udah..” dia pergi bersama teman-
teman laki-laki lainnya, aku mengeluarkan bekal ku dari dalam
tas sambil memikirkan kenapa dia meminta nomor ku, apa dia
suka sama aku, aku langsung merasa malu-malu
memikirkannya, tapi dari tadi aku merasakan hawa-hawa yang
aneh tak kusangka dari tadi ternyata teman perempaun
sekelasku memperhatikan ku, mereka merasa iri dengan ku
karna mulai lebih dekat dengan Yul, aku langsung bertingkah
seperti biasa, seolah tak terjadi apa-apa.
Hari ini pembelajaran berakhir, Yul yang duduk di
kursinya berdiri dan mengatakan “hari ini aku antar pulang lagi
ya..” dia tersnyum, dan aku mengangguk yang berarti iya. Tak
seperti kemarin ketika dia mengantarku hari ini kami

110
mengobrol selama di perjalanan, ternyata dia adalah orang
yang asik ditemani berbicara, dan dari hari ke hari sepertinya
sudah menjadi kebiasaan kami pulang bersama, “Zil.. pulang
yuk” begitu caranya memanggilku ketika dia mengajakku
untuk pulang bersama “iya” jawabku selalu ketika ia
mengatakan itu.
Malam ini aku sedang mengerjakan tugas sekolahku,
namun ada sesuatu yang mengusik pikiranku yaitu Yul yang
pernah meminta nomor ku, semenjak aku memberikan nomor
ku padanya sejak hari itu dia tak pernah menghubungi ku,
rasanya aneh dia meminta nomor ku tapi tak pernah
menghubungi ku, aku bisa saja bertanya padanya ketika kami
pulang bersama tapi aku memikirkan kalau aku yang berapa
diposisinya mungkin aku akan malu dan canggung berada di
dekatnya, tak ingin mendalami maalah ini aku kembali fokus
mengerjakan tugas ku.
Pagi harinya jam 05.30 alaramku berbunyi, aku
membuka hp ku mematikannya, dan melihat chat masuk dari
nomor baru hari ini aku jemput jangan telat, ttd. Yul. Save
nomor ku begitu bunyinya aku heran dan tersipu malu, aku
membalas cahatnya dengan mengatakan iya aku buru-buru
mandi dan bersiap-siap ke sekolah tak terasa ini sudah jam
06.33 aku masih duduk di meja makan sambil menunggunya,
mama yang tau aku akan dijemput telah pergi bersiap untuk
mengantar ku melihatnya pergi aku lalu menghentiakannya,
“ma.. hari ini aku dijemput temanku, jadi ngak usah diantar”,
mama ku heran, “ada yang jemput?! Teman yang selalu antar
kamu pulan?” tanya mama, “iya” tak lama setelah aku
mengobrol dengan mama Yul akhirnya datang dijam 06.44, dia
membunyikan klakson motornya dan aku buru-buru keluar,
mama ku yang penasaran juga ikut keluar melihatnya “aaa..
kamu orangnya, hati-hati dijalan ya...” kata mama ku yang
tersenyam senyum, “iya tante, saya akan hati-hati” kata Yul,
“aa mama bikin malu aja, aku berangkat dulu assalamualikum”
aku mencium tangan mama dan Yul turun dari motornya dan

111
ikut mencium tangan mama ku, “Saya permisi dulu tante” kata
Yul, mama tersenyum dan menatapku aku jadi malu-malu
karna tatapan mama pada ku. “Yul buruan nanti telat” kataku
yang terburu-buru karna tidak mau diejek oleh pandangan
mama. Yul menyalakan motornya, kami berangkat “dah ma..”
Yul membunyikan klaksonnya dan kami pergi, diperjalanan
aku memberanikan diri dan menanyakan sikap Yul padanya
“kamu kenapa jemput aku?” Yul yang selalu memgajakku
pulang bersama sampai saat ini aku sudah terbiasa, tapi tiba-
tiba dia berangkat ke sekolah bersama sungguh aneh rasanya,
tapi membuatku bahagia, ku akui aku sepertinya menyukainya
Yul aku menyukainya, melihat punggungnya saat kami berdua
berboncengan membuatku merasa bahagia, awalnya mungkin
aku malu-malu dan canggung tapi kini rasanya berbeda
sepertinya sekarang aku mulai tenang bahkan ketika
mendengar suaranya, “aku ingin semakin dekat aja” pada saat
aku memikirkan perasaan ku, dia mengatakan itu membuatku
merasa yakin mungkin dia juga merasakan yang sama.
Kami tiba di sekolah, Yul menurunkan ku di depan
gerbang dan mengatakan “kita kekelas barengan, aku parkir
motor dulu, tunggu di sini yaa” kujawab iya dan menunggunya.
Karna memikirkan situasiku dengan Yul sepertinya aku tak
sadar dengan situasi di sekitarku, sepertinya orang-orang
sedang membicarakan kami, aku sih tidak terlalu terkejut akan
hal ini karna teman-teman sekelas ku juga bersikap yang sama
ketika Yul selalu mengajak ku untuk pulang bersama,
menghadapi situasi ini untuk kedua kalinya aku tetap bersikap
seperti biasa, aku masih menunggu tampa memperhatikan
tatapan orang lain kepada ku ketika mereka melewati ku
sampai Yul datang dan mengajakku ke kelas “sorry nunggu,
ayo ke kelas”, “iya” Yaa.. selama melihat Yul yang yang
berjalan didepan ku, kurasa semua akan baik-baik saja untuk
sekarang ini.
Hari-hari Yul dan aku menjadi semakin dekat kami
pergi kesekolah bersama, pulang besama, dan terkadang ketika

112
jam istirahat makan pun kami bersama aku membawakan
bekal untuknya karna ibuku yang memaksa dan
membuatkannya, aku malu mengatakan ini tapi ketika
melakukan kegiatan bersamanya aku sangat bahagia, entah
kapan perasaan ku padanya mulai tumbuh, mungkin ketika
jadwal piket kita bersama, atau mungkin ketika kami berbagi
buku paket untuk pertama kalinya.
Kini sudah akhir semester telah usai, bulan depan nanti
aku sudah kelas dua SMA dan mulai besok sekolah akan
diliburkan, anehnya yang ku pikirkan hubungan ku dengan Yul,
akhir-akhir ini aku sering memikirkan itu karna semua tindakan
yang dia lakukan sangat aneh rasanya jika hanya sebatas ini,
bukannya aku tidak senang menjadi seorang teman yang selalu
bersamanya dimasa-masa SMA ini, tapi bagi seorang
perempuan bukannya salah kalau aku berharap lebih dari
sebuah hubungan pertemanan saja, namun sangat melelahkan
memiliki perasaan ini jika aku yang mengaku pertama
kepadanya akan sangat memalukan kalau ternyata Yul memang
hanya menganggapku seorang teman, dan tindakan ku itu akan
menjadi boomerang yang akan merusak hubunganku
dengannya, perasaan ini seakan menggantung ku.
Libur akhir semester sudah berlalu 3 hari lalu saat ini
aku hanya dirumah saja, tak ada kegiatan pasti paling aku
hanya meladeni chat digrup-grup SD, SMP ku dan juga chat
dari Yul yang menanyakan kegiatan ku, disaat aku sedang
menonton tv hp ku berbunyi, ternyata itu Lili sahabatku saat
SMP “halo?” tanya ku “Halo.. kepantai yuk, aku udah siap nih
udah didepan rumah mu” serentak aku heran dan membuka
pintu rumahku setelah mendengar perkataannya, herannya aku
ketika melihat Yul juga ada didepan rumah ku, aku terdiam
menatap Yul sambil masih memegang hpku didekat telinga,
lalu Lili mendorongku menarikku naik ke kamar, “Ayo..
buruan siap-siap! Yul tunggu di bawa aja”kata Lili, namun aku
masih tertegung pikiran ku dipenuhi pertanyaan kenapa Yul
bisa bersama Lili, saat aku berduaan dengan Lili di kamar aku

113
menanyakannya karna jangan sampai pemikiran burukku
ternyata benar yaitu Lili memiliki hubungan khusus dengan
Yul “Lii...? , kamu udah lama kenal sama Yul” tanyaku yang
agak terpukul mengatasi keadaan ini dan pikiran ku yang
dipenuhi pikiran negatif, “Aaa Yul.. ia aku udah lama banget
kenal ama dia, buruan cari bajunya”, aku yang berdiri di depan
lemariku bermaksud mencari baju yang akan ku kenakan,
namun hanya terdiam menatap lantai kamarku karna
mendengar jawaban dari Lili “kamu ada hubungan apa dengan
Yul?” tak terasa pertanyaan itu langsung keluar dari mulutku,
aku tak berpikir panjang karna saat ini aku merasa seperti
perasaan ku untuk Yul yang sangat kuhargai dan kujaga
ternyata sia-sia. “Hubungan? Hubungan kami sangat dalam..”
jawab Lili aku tau saat ini sepertinya dia sedang tersenyum
sepertinya dia sedang bahagia hal ini dapat ku rasakan dari
caranya berbicara yang ringan. “Ahh” kata ku karna merasa aku
hampir merusak hubungan sahabat baikku dengan Yul, bagi ku
aku bisa saja merelakan semua perasaan ku terhadap Yul untuk
Lili karna Lili sudah seperti saudari bagi ku, hubungan ku
dengannya sangat dalam meski kami tidak sekolah di SMA
yang sama tapi dia sering mengunjungi rumahku dan akupun
sering mengunjungi rumahnya, dia tipe orang yang sangat
mudah berteman seperti Yul namun Lili memiliki sifat yang
sangat ceria dia pernah mengatakan kepada ku mencari teman
itu mudah tapi mengubah hubungan teman menjadi sahabat itu
yang susah aku tak mungkin mengabaikan perkataan itu hanya
karna perasaan ku pada Yul. “ Yaudah.. aku tunggu di bawah
ya.. cepetan jangan lama-lama”kata Lili dan beranjak pergi
keluar kamar ku, aku langsung ke kamar mandi dan membasuh
wajah ku untuk menyadarkan ku.
Setelah berganti baju dan bersiap-siap tentu saja aku
membuang jauh-jauh perasaan yang membuatku gelisah ini dan
turun ke bawah dengan senyum lebar, akhirnya kami berangkat
sebelumnya Yul sudah meminta izin pada mama ku,
sebenarnya saat ini aku sangat tak ingin pergi kemana pun, Yul

114
mengemudi dan Lili memilih duduk dibelakang, dia
menyuruhku duduk didepan katanya dia ingin duduk di tempat
yang luas, di perjalanan aku tak terlalu banyak berbicara dan
mengganggu pembicaraan antara Yul dan Lili, Yul mungkin
menyadari tingkah ku yang tak saat ini sangat pendiam dia
bertanya pada ku “Zil.. kamu ngak papa? Hari ini kayaknya
kamu pendiam banget”, “ngak papa, aku mau istirahat dulu”
aku hanya mencari alasan untuk tak terlalu terlibat denga Yul
dan Lili hari ini karna lain sisi aku masih berusaha mengontrol
perasaan ku.
Setelah beberapa jam akhirnya kami tiba di pantai saat
ini sudah jam 15.44, “wah.. akhirnya sampai juga, kita makan
dulu bentar nanti pas sunset baru kepantai” kata Lili “ehmm”
kata ku yang menyatakan setuju, kami pergi duduk di gazebo
pantai sambil menunggu makanan yang dipesan datang, sambil
melihat ke arah laut yang berwarna biru memancarkan sinar
matahari yang menyilaukan mataku ditemani angin sepoi-sepoi
membuat ku merasa lebih baik dari pada yang tadi, memang
kalau sedang patahati sebaiknya datang kepantai sambil
menghirup udara aku mengatakan “pemandangan ini
menenagkan” mereka berdua hanya tersenyum lebar
mendengarku mengatakan itu, sedikit membuatku malu-malu,
tak lama setelahnya makanan yang kami pesan akhirnya datang
juga, kami langsung meyantapnya, tak lama setelah kami
makan yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga yaitu sunset
sekarang sudah jam 17.03, Lili menarikku ke pinggir bibir
pantai untuk berfoto, dan Yul mengikuti kami dari belakang
dan meneluarkan hp untuk memfoto kami, sesaata aku
melupakan pemikiran yang dari tadi mengusikku karna
disibukkan oleh Lili yang membuat ku mengikuti posenya.
“rasanya fotonya udah banyak” kata ku, “Maaf ya...” kata Lili
aku sedikit heran dengan balasan perkataannya, lalu dia
beranjak pergi mengambil hp yang dipegang oleh Yul seakan
ingin memfoto kami, Yul berjalan kearah ku, aku yang tak tau
harus apa juga beranjak kedekat Lili lalu ketika kami

115
berpapasan Yul mengapai tangan ku, aku langsung bebalik
mehadapnya dan kami bertatapan, “mau ngak kamu jadi pacar
ku? Ehmmm” kata Yul yang kutatap sedang merasa malu
badannya yang menghalagi sinar sunset membuatku melihat
jelas ekspresi yang sedang tergambar di wajahnya, “piuuu...
piuuu.. Zill..zila.. jawab” kata Lili yang motong keterdiamanku
“Aaa.. iya.. (tampa sadar ku jawab karna moment ini adalah
moment yang sudah lama ku nanti. Namun..) ehh.. tapi.. kamu
dan Lili?”, Alis Yul terangkat serasa heran mendengar
perkataanku “aku dan Lili? Kami keluarga Lili sepupuku,
memangnya kamu pikir apa!?” Yul tertawa ringan seakan
bahagia dan menaruh telapak tangannya diatas kepala ku, aku
yang mendengarnya perkataannya pun langsung berseri-seri
dan tersenyum. Sedangkan Lili yang sedang merekam kami
menagatakan “Yee.. Selamat aku orang pertama yang
ngucapinnya kan, hahaha, yang tadi pas dikamar maaf yaa.. “
kata Lili, kini aku paham maksud dari kata maaf yang ia
lontarkan tadi, “awas yaa kamu... hahaha.. tapi makasih
banget” akupun memeluk Lili serasa melampiaskan perasaa
yang dari tadi mengusikku ternyata hanya akal-akalan Lili yang
sudah tau akan ada moment seperti ini. “Yaudah buruan pose
gih, sebelum sunsetnya habis” kata Lili, aku dan Yul lalu
berpose dan sepertinya kebahagian, dan perasaan malu-malu
saat ini sedang meluap-luap di antara kami berdua. Sinar senja
yang menyaksikan tindakan kami bertiga akhirnya lenyap
tertelan malam, kami akhirnya bergegas untuk pulang.
Akhirnya kami pulang dengan selamat, setelah
beberapa jam sampainya aku dirumah, aku jadi salah tingakah
dikamar ku sendiri, aku sedang menunggu chat dari Yul, lalu
hp ku berbunyi tanda chat masuk aku buru-buru membukanya
dan ternyata benar itu dari Yul dia mengirimkan ku foto dan
sebuah video yang direkam oleh Lili tadi aku tak tau harus
membalasnya seperti apa, lalu seuah foto screenshot
dikirimnya ternyata itu adalah foto yang membuktikan dia telah
menambah tanda love di belakang nama ku pada kontak hpnya,

116
aku buru-buru melakukan hal yang sama, tak kurasa hanya
sebuah tindakan kecil yang dilakukan bersama dapat
membuatku sebahagia ini. Setelah hari ini, kami sering bertemu
di cafe atau Yul yang mendatangi rumah ku ataupun aku yang
mendatangi rumahnya, dan tak lupa Lili yang selalu menemani
ku di hari-hari libur ku, tak terasa libur ini akan berakhir esok
harinya.
Esok paginya Yul datang menjemput ku, kami
berangkat kesekolah bersama seperti biasa, dan karna terbiasa
sepertinya kamipun juga terbiasa dalam menanggapi hubungan
kami dalam artian kami ingin hubungan yang lebih dewasa
bukan yang ke kanak-kanakan yang selalu tersipu malu dalam
setiap tindakan awalnya kami memang seperti itu tapi setelah
kami saling berbicang-bincang tentang hubungan kami, kami
sepakat untuk selalu bersikap dewasa dalam menaggapi suatu
hal.
Salah satunya hari ini, teman-teman sekelas ku
sepertinya tau kalu kami telah berpacaran, saat aku dan Yul
masuk kedalam kelas mereka memperhatikan kami, kami
langsung beranjak kebangku belakang kelas, lalu Yul
mengatakan “aku ke Eza dan teman-teman lainnya dulu ya”
“ehmm” kata ku sambil mengangguk, Yul pergi dengan teman-
teman laki-laki lainnya yang berada di teras kelas asik duduk
dan berbincang-bincang, aku duduk di kelas sambil
memperhatikan hp ku, saat ini kami berada di kelas berbeda
karna kami sudah kelas dua, tapi susunan bangkunya tetap
sama disaat kami kelas satu sku sih inginnya berda dibangku
yang agak tengahan karna ku rasa akan lebih dekat dengan
teman-teman yang lain, “ahhh.. penasarannya..!” kata Risa
yang teriak lalu berdiri dan mendatangiku, “aa.... ada apa?” aku
panik karna dia mendatangi ku setelah teriakannya. “kalian
beneran udah pacaran, foto yang diposting Yul beneran”, kata
Risa sambil memperlihatkan hpnya yang berisi postingan foto
ku dan Yul “I..iya..” jawabku gugup “ma maaf yah..” kata ku,
karna aku tau kalau sebenarnya teman-teman yang lain juga

117
menyukai Yul. “haaahhh... ngak usah minta maaf juga sih.. tapi
ceritain dong gimana awalnya bisa pacaran sama Yul, terus
gimana rasanya penasaran banget...” kata Risa, lalu teman-
teman yang lain mendekat rasanya aneh dikerumuni dan
menjadi pusat perhatian tapi aku senang cerita hubungan ku
dengan Yul membuat ku merasa dekat dengan mereka, akupun
menceritakan kronologi kami bisa berpacaran dari awal ketika
Lili datang kerumah ku bersama Yul sampai saat senja yang
tertelan malam, rasanya agak menggelikan dan malu-malu
menceritakan kisah itu pada mereka dan melihat ekspresi wajah
yang serasa iri, cemburu, tersenyum dan tertawa yang
tergambar diwajah mereka ketika aku bercerita dan saat aku
selesai menceritakannya aku memperlihat kan foto-foto ku dan
Yul yang menjadi bukti dari moment berharga itu. “aaa irinya...
kalau begitu kami serahkan Yul ke kamu... sebenarnya Yul itu
maskot kelas kita tapi karna dia milih kamu, mau gimana lagi
hahaha...” begitulah kata Risa pada ku dan teman-teman yang
lain yang menepuk punggung ku serasa memberiku tugas dan
semangat.
Setelah hari aku menceritakan kisah ku kepada mereka,
mereka justru lebih dekat dengan ku, seperti halnya dengan hari
ini kami sedang berolahraga pembelajaran olahraga kali ini
kami disuruh untuk berlari mengelilingi lapangan basket yang
berada di tengah-tengah sekolah dengan waktu yang akan
dihitung menggunakan stopwatch yang berada ditangan guru
olahraga, untuk yang pertama dilakukan oleh tim perempuan,
saat ini adalah giliran ku aku tak terlalu mahir dalam
pembelajaran olahraga tapi aku akan berusaha sebaik mungkin
setelah sampai dititik awal ku, sangat disayangkan rekor
waktuku tak terlalu baik tapi aku telah berusaha, “Zil.. sini-sini
istirahat disini” Mimi memanggilku untuk duduk didekatnya,
dan aku berjalan ke arahnya lalu teman-teman yang lain
menyusul duduk bersama didepan tersa kelas, kelas kami
berada dilantai satu dan tepat didepannya adalah lapangan
basket oleh karna itu setiap teman-teman perempuan yang

118
selesai berlari langsung duduk didepan teras kelas, “ahhh..
capeknya” kata Risa yang baru saja selesai berlari, aku dan
mimi tersenyum menanggapi perkataan Risa. Setelah semua
tim perempuan selesai berlari lanjut tim laki-laki, tak salah lagi
kalau dalam bidang olahraga laki-laki pasti selalu menjadi
sorotan, apalagi saat Yul yang berlari semua perhatian menjadi
miliknya bukan hanya aku dan teman sekelasku tapi semua
orang yang berada di luar kelas, dan saat aku tersadarkan diri
oleh teman-teman sekitarku yang memperhatikannya
pandangan mereka membuat ku sedikit cemberut lalu ketika
Risa dan aku bertatapan ia mengatalkan “ aaaah... jangan
cemberut dong Zil.. ini tuh akibatnya kalau pacar kamu punya
banyak penggemar, hahahaha” Risa tertawa “haaahh....” kataku
yang menghela nafas dan mereka semua malah tertawa dan
akupun juga tertawa.
Setelah itu kami memperhatikan lagi Yul yang masih
berlari dipinggiran lapangan, “Tapi kamu tau ngak Zil rumor
yang beredar tentang Yul?” kata Mimi yang agak serius
“Rumor? Rumor apa” kata ku, “katanya di anak kelas satu ada
yang terang-terangan mengatakan menyukai Yul, aku pun tak
tau siapa orangnya sih tapi mungkin anak-anak kelas satu tau,
kamu mau cari tau ngak?” kata Mimi “iya aku juga pernah
dengar rumor itu, belum lama ini sih” kata Risa, “menurutku,
kalau dia suka sama Yul aku ngak papa sih, soalnya itukan
perasaan dia suka-suka dia aku ngak terlalu mau mencampuri
urusan yang seperti itu, ooiya kaliankan juga sama Yul, iya
kan? hahaha” kata ku yang agak serius tapi akhirnya bercanda
karna tak ingin terlalu menanggapi rumor yang kami bicarakan
“Yaaa.. kalau kami sih memang suka hahaha... tapi ujungnya
Yul milih kamu mau gimana lagi hahaha” kata risa, kami
semua tertawa dengan pembicaraan ini, dan pembimbicaan ini
berakhir denga guru olahraga yang memperbolehkan kami
untuk berganti pakaian disisi lain ternyata tim laki-laki ternyata
telah selesai berlari tapi mereka masih memiliki tenaga untuk
bermain basket dan kami memutuskan untuk pergi berganti

119
pakaian, setelah itu kami kembali duduk didepan teras sambil
memandagi laki-laki bermain basket, tentu saja Yul menjadi
primadona dimata ku dan tentu saja dimata teman-teman yang
lainnya karna Yul telah menjadi pemain inti tim basket di
sekolah kami. “aahhh.. senangnya punya pacar kaya Yul” kata
Risa yang iri, menanggapi perkataannya kami hanya tertawa.
Lalu Yul dan yang lainnya berjalan ke kelas sepertinya
mereka telah selesai bermainnya, aku langsung masuk kedalam
kelas untuk mengambilkannya handuk dan air minum, begitu
mengambil air dan handuk aku lalu berjalan menuju pintu
untuk memberikannya ke Yul, saat berjalan teman-teman
didepan membuat kebisingan seperti terkujut akan suatu hal
aku lalu berlari karna tertari dengan suara mereka yang
langsung menghilang, saat aku tiba didepan pintu kelas aku
melihat seorang gadis yang agak pendek dariku memberikan
sebotol minuman dingin yang disukai oleh Yul kepadanya,
semua mata tertuju pada Yul dan gadis kecil itu, “kak ini...!”
kata gadis kecil itu “aaah makasih” kata Yul yang langsung
mengambil minuman dingin itu dari tangan gadis kecil itu, lalu
semua mata justru tertuju padaku, gadis kecil itu lalu pergi
memandangku dengan sinis, aku justru gugup karna
dipandangi oleh teman-teman, lalu aku memberikan handuk
yang ada ditanganku ke Yul, Yul yang sedang minum
mengambilnya, lalu semua teman-teman perempuan berdiri
lalu menyeretku masuk kedalam kelas memojokkanku
dikursiku, “nah pasti itu Zil.. anak itu!” kata Risa, “sudah pasti
dia punya maksud pdkt ama Yul!” kata Mimi, “iya pasti begitu
berani banget dia menunjukkan taringnya didepanmu yang
jelas-jelas pacar Yul” kata Risa “kita harus memberikannya
pelajaran” kata Mimi “iya betul” “betul..” “betul” mengikut
teman-teman lainnya yang menyetujui tujuan Mimi, “ehh...
ngak usah.. makasih udah menghawatirkan ku, tapi sepertinya
aku ngak papa, aku hanya agak terkejut tadi” kataku yang tak
ingin melibatkan teman-teman ku dalam urusan hubunganku
dengan Yul “aku tau kekhawatiran kalian, akupun juga

120
sebenarnya khawatir tapi lebih baik aku bicarain persoalan ini
dengan Yul aja, ngak perlu ambil tindakan kekerasan hehehe”
kataku yang sedang mencairkan suasana karna emosi teman-
teman. “Ya udah kalau kamu bilang begitu, apapun yang terjadi
kami pasti ada dipihak mu!” kata Risa yang memberiku
semangat, mereka semua memberiku semangat dan
menghawatirkan ku aku terharu melihat mereka semua seperti
ini ternyata rasanya memiliki hubungan baik dengan teman-
teman sekelas, mereka ada untuk menyemangatiku disaat
mereka tau kalau aku mungkin akan tersakiti oleh situasi yang
dibuat oleh gadis kecil itu.
Bel pulang sekolah berbunyi Yul dan aku pulang
bersama, diperjalanan aku terdiam memikirkan peristiwa yang
terjadi didepan kelas tadi, karna sudah merasa terusik aku
menanyakannya pada Yul “Yul?” “iya..” kata Yul yang sedang
berkendara “Yul, gadis kecil yang tadi memberikan mu minum
siapa?” tanya ku gugup “aaa.. dia, namanya Mei, dia anak beru
yang masuk di klub basket, jadi aku agak kenal dia sih” kata
Yul yang memberhentikan motornya tepat didepan pintu
gerbang rumah ku, lalu aku turun dari motor dan Yul juga ikut
turun “aku ngak ada apa-apa kok dengan dia, kamu jangan
mikir yang aneh-aneh ya... senyum dong” kata Yul yang
menyemangatiku dan menyentuh kepalaku untuk membuat ku
merasa lebih baik, “emm..”kataku yang langsung tersenyum
setelah dia menyentuh kepalaku, Yul kembali menunggani
motornya “hati-hati” kata ku, “iya aku pergi dulu” Yul pergi
dan aku melambaikan tangan kepadanya, meski sudah
mendapatkan penjelasan dari Yul tapi wajah gadis kecil itu
masih terbayang dipikiran ku, terutama saat dia memandangku
tadi, aku tau saat itu dia serasa menanamkan perasaan
kebenciannya padaku, tapi aku tak terlalu ingin memikirnya
lebih jauh karna itu bisa mempengaruhi emosiku kapanpun.
Sulit untuk melupakan kejadian kemarin tapi aku kini
tak terlalu khawatir karna Yul selalu ada bersama ku ia datang
menjemputku untuk berangkat kesekolah bersama, dengan

121
senyumnya saja bisa mengalihkan perhatian ku dari
kekhawatiran yang mencengkam pikiran ku, “assalamualikum,
selamat pagi..” kata Yul yang tersenyum ramah pada ku,
“waalaikum salam, pagi” balasku, sambil menaiki motornya
kami berangkat ke sekolah. Saat jam istirahat, sku mengambil
bekal yang ada didalam tas ku, teman perempuan sekelasku lalu
mengerumuniku, “kita makan bareng Zil!!” kata Risa
“ahh..i..iya” kata ku terkejut karna dia datang tiba-tiba, “kalau
begitu aku makan dikanting bareng Eza” kata Yul yang
sepertinya terusik karna banyaknya teman perempuan
mengerumuni ku untuk makan bersama, “ehmmm” kataku
dengan mengangguk. Begitu batang hidung Yul menghilang
Risa langsung berkata “jadi kamu udah bicarain masalah
kemari dengan Yul!? Apa katanya?” kata Risa yang sangat
semakat ingin mendengar perkataan ku dan teman-teman yang
lainnya yang juga penasaran akan hal itu. “iya aku udah
bicarain dengan Yul kemarin, katanya ngak papa aku ngak
perlu khawatir” kataku yang tersenyum biasa, “ehheee.. meski
begitu...” “tenang saja, aku percaya kok sama Yul” kata ku
untuk membuang kekhwatiran Risa pada ku, “terus gadis itu
siapa?” kata Mimi “emm.. kata Yul namanya Mei, dia anak
kelas satu yang bergabung diklub basket, mungkin mereka
cukup dekat karna mereka satu klub, Yul memang
menghawatirkan ku sama seperti kekhawatiran kalian padaku,
terimakasih untuk itu tapi tenang saja aku baik-baik saja....
kalau begitu ayo makan, nanti jam istirahat habis!” kata ku
untuk mencairkan suasana dan hati teman-teman yang sedang
khawatir.
Ternyata menghabiskan waktu dengan teman-teman
yang mendukungku memang sangat menyenangkan, bel masuk
berbunyi Yul datang bersama Eza, teman-teman perempuan
yang berada di dekatku menyadari kedatangan Yul berdiri dan
beranjak ke bangku mereka masing-masing, Yul datang duduk
di kursi dan meletakkan sebuah kotak yang dibungkus rapi di
meja ku “apa ini?” kataku, “itu coklat” kata Yul “wah, dapat

122
dari mana?” tanya ku yang menggenggan coklat itu. “aaah.. itu
pemberian dari Mei” dengan santain dan tersenyum Yul
mengatakan itu, teman-teman perempuan dikelasku yang
mendengar perkataan Yul lalu menatapku, mendengarnya
perkataannya membuatku merasa terluka, kecewa, dan
emosiku negatif sedikit mempengaruhi ku, aku langsung
berdiri meletakkan coklat itu di meja “aku ke toilet dulu” kata
ku yang ingin pergi dari situasi ini. Aku lalu berjalan dengan
cepat langkah kaki ku terasa berat, Risa lalu berjalan di
hadapanku kami berpapasan tapi dia justru berjalan kearah Yul
aku tersentak berhenti dipertengahan kelas Risa yang berdiri
didepan Yul yang sedang bingung dan terkejut lalu menjitak
kepalanya “bodoh!!!” kata Risa, “aa ah.. apaan sih Ris” kata
Yul yang memegang kepalanya karna kesakitan aku
melanjutkan langkahku meski dengan air mata yang mengalir
dipipi ku, seakan tau kejadian ini akan terjadi.
Mei gadis kecil itu ia menghadang ku di pertengahan
jalan, “kenapa kamu lakuin ini?” kata ku yang saat ini sedang
menahan emosiku memutuskan untuk berpikir dewasa dan
mendengar penjelasan darinya. “karna aku menyukai kak Yul,
kak Yul terlalu baik untukmu, tiap hari kau hanya
merepotkannya dan memanfaatkannya, kau menjadikannya
bahan untuk berteman, kau terlalu menyedihkan dasar tak tau
malu!” perkataan yang tegas dari gadis kecil itu membuatku
merasa yang dia katakan memang benar aku hanya
memanfaatkan hubunganku dengan Yul tapi sebenarnya tak
begitu... “tidak..! bukan begitu..” kataku, tampa kusadari Yul
berada dibelakang ku begitupun dengan teman-teman lainnya,
dan gadis itu berbicara dengan suara yang agak kecil seakan
hanya aku yang ingin dia perdengarkan perkataannya “apanya
yang bukan begitu, aku tau kau adalah orang yang terkucikan
dikelasmu, kau selalu menempel padanya untuk mendapatkan
ketenaran yang sama, menjijikkan.. enyahlah gadis murahan”
saat dia mendengar hal itu hargadiri dan perasaanku sangat
terluka, emosi seakan memakanku, pikiranku kosong tampa ku

123
sadari tanganku bergerak dengan sendirinya dan menampar
gadis kecil itu sampai dia terjatuh, Yul lalu berlari tapi
seharusnya dia beraada disisiku bukannya menolong gadis itu,
Yul justru memegangi gadis itu aku tau kalau dia adalah
juniornya di klub basket tapi aku kan pacarnya “kenapa?
Kenapa kamu menolongnya, Yul! Dia itu jahat, dia tau ini akan
terjadi, kamu jangan mau dibodohi olehnya!” kataku dengan
tegas pada Yul, lain sisi emosi ku saat ini sangat tak bisa ku
kontrol “kamu ngomong apaan sih Zil, justru kau yang jahat,
tega banget kamu nampar dia sampai terjatuh,” kata Yul yang
membuat gadis keci itu berdiri “ayo ku antar ke uks, maafin
Zila, dia ngak tau kalau coklat itu pemberian dari mu” dari
perkataan Yul sangat jelas bahwa ternyata coklat itu memang
buat ku dari gadis keci itu, tapi itu justru lebih memperkuat
bahwa dia memang telah mengatur semua ini. Yul pergi
mengantar gadis itu, aku ambruk, terjatuh lalu Risa
menghampiriku memegangi dan menghawatirkan ku, “Yul
yang kau tolong seharusnya Zila!” kata Risa, tapi Yul
mengabaikannya “Yul, jangan melangkah lagi... atau kita
putus!” entah apa yang kukatakan saat ini, perkataan yang
langsung keluar dari mulutku tampa berpikir dampak yang
akan kutimbulkan dari kalimat ini. “haah.. kepalaku sangat
sakit” kata gadis kecil itu, sangat licik terdengar air mata ku
kini tak terbendung, Yul yang sempat berhenti melanjutkan
kembali langkahnya karna gadis itu. “hai Yul!!” kata Risa yang
memanggil Yul untuk kembali, namun kuhentikan karna aku
sudah tak sanggup lagi “aku mau pulang” kataku aku berdiri
dan ditopang oleh Risa, Yul dan Mei juga pergi,
Aku pulang lebih awal kali ini, Risa yang mengantarku
pulang, “terima kasih sudah mengantarku” kata ku pada Risa,
“iya , kamu yang tegar, aku tau Yul mengkhawatirkan mu,
kalau kalian memang jodoh pasti semua akan baik-baik saja,
fighting!” kata Risa yang menyemangatiku, “emm..
terimakasih” tapi kata-kata yang ia lontarkan tak bisa langsung
menyembuhkan ku, hari ini adalah hari terburuk dalam

124
hidupku, disaat aku membutuhkan Yul yang seharusnya
memihakku malah dia yang meninggalkan ku, mungkin inilah
akhir dari hubungan kami.
Setelah kejadian itu aku terbaring lemah dikamarku,
demamku sangat tinggi dan sekolah saat ini diliburkan akibar
pandemi corona yang sedang merembak didunia, duniaku
dengan Yul juga saat ini semakin merenggang dia kami tak
pernahsaling berkomunikasi semenjak hari itu, tak ada
kepastian dalam hubungan kami, terkadang teman-teman
sekelasku datang mengunjungiku saat mendengar ibuku yang
mengatakan mereka datang aku sangat berharap Yul juga
datang tapi hanya dia yang tiada, saat itu aku senang teman-
teman datang mengunjungiku tapi disisi lain hatiku menangis
karna tak adanya keberadaaan Yul, bahkan disaat kami
mengobrol tak ada satupun teman-teman yang menyinggung
tentang Yul, mungkin mereka telah merancang hal itu, lalu hari
ini Lili datang mengunjungi ku ku kira Yul juga akan datang
tapi dia tak ada, dia seakan menghilang kabarnya tak ada,
seakan ditelan bumi, “Zil aku datang.. kamu masih demam?”
kata Lili yang memegangi keningku, “emm masih, tapi tak usah
khawatir, aku baik-baik saja” kata ku, “emm...” balas Lili.
Suasana lalu terasa hening, tiada dari kami yang memulai
pembicaraan sampai beberapa saat “begini..” kami berdua
bersamaan mengatakan hal yang sama, “ahh.. kamu duluan
aja!” kata ku, “emm.. jadi sebenarnya kamu ada apa, dengan
Yul?” tanya Lili dengan nada khawatir, suasana kembali
hening untuk beberapa saat, “aku.. ngak tau status hubungan ku
dengan Yul sekarang apa?” lalu aku menceritakan semua
kejadian pada hari yang buruk itu. Setelah aku menceritakan
semuanya “menurut mu tindakan ku salah pada saat tu? Aku
hanya ingin dia tau kalau gadis itu yang merancang kejadian
itu!, aku hanya ingin dia tau hal itu!, tapi malah dia membela
gadis itu kata-kata yang kulontarkan saat itu hanya sebuah
peringatan untuk menghentikannya, tapi situasinya malah
menjadi kacau, kini aku tak tau lagi, kami bahkan tak pernah

125
berhubungan sejak saat itu” aku menangis karna sadar bahwa
akulah yang menjadi gunting pemutus tali hubungan kami,
“emm.. saat itu perkataanmu sepertinya memang salah,
seemosinya dirimu seharusnya kamu tak boleh melontarkan
kata putus, karna itu juga pasti melukai hati Yul” kata Lili, aku
memikirkan perkataannya ya.. memang benar akulah yang
salah pada saat itu “lalu aku harus apa sekarang aku ngak mau
putus sama Yul, aku ngak bisa lupain dia, saat aku menutup
mataku meski terlelah akibat demam tinggi bayangannya selalu
tergambar, apa semuanya tak bisa sama lagi..? Li.. semuanya
tak bisa seperti biasa lagi..? paling tidak.. aku ingin mendengar
suaranya...” suaraku semakin melemah hingga aku terlelap
karna demam tinggi yang melahap kesadaranku, sepertinya saat
itu Lili panik dan memanggil mama ku.
Beberapa hari berlalu aku masih saja terbaring
ditempat tidur, suhu badanku kini tak terlalu tinggi, karna ada
mama yang selalu mendampingiku, bahkan terkadang ia tidur
bersama ku dikamar menjangaku siang dan malam, aku sadar
yang kubutuhkan memang kehadiran Yul tapi yang menetap
disisi ku adalah mama dia adalah anugrah yang paling terindah
bagiku, karna dia disisiku aku mulai sadar bahwa kekhawatiran
akan hubungan ku dan Yul tak sebanding dengan kekhwatiran
mama terhadapku, aku mulai membaik karna menghawatirkan
mama yang selalu merawatku dari pagi hingga malam bahkan
ketika ku tertidur masih terasa belaian tangan dinginnya
menempel didahiku, aku sangat beruntung dianugrahi mama
yang penyayang.
Hari mulai gelap, malam kini datang aku tidur lebih
cepat karna pengaruh obat yang membuatku cepat terlelap,
mama mematikan lampu kamar ku beberapa saat setelah
pengararuh obat itu mulai bekerja dia keluar dari kamar aku
mulai terlelap tapi beberapa saat kemudian pintu kembali
terbuka mungkin itu adalah mama yang kembali mengecekku,
tapi sepetinya orang lain, ini Yul aku sangat yakin Yul yang
datang karna menghawatirkan ku, begitu Yul memegang

126
dahiku membelai pipiku membuatku sangat yakin ini adalah
tangannya, tapi tubuhku saat ini sangat lemah untuk membuka
matakupun terasa sangat berat, kini sepertinya dia mulai berdiri
dia akan pergi tampa berbicara sepatah katapun, aku
mengerahkan tanganku akhirnya tanganku menggapai
tangannya tapi tak bertahan beberapa detik hingga
cengkramanku hilang tenaga, Yul memasukkan tanganku
dibalik selimut dan pergi, mengapa harus malam ini dia datang,
mengapa disaat aku tak bisa apa-apa dia justru datang, aku
memang menantikannya tapi pemilihan waktu saat ini sangat
salah kita bahkan tak bisa berbicara, banyak penyesalan yang
ingin kusampaikan padanya tapi justru ketika dia datang
penyesalanku justru bertambah, hingga aku tertidur.
Paginya aku bertanya pada mama “ma.. tadi malam
yang datang siapa?” kataku dengan semangat “tadi malam tak
ada siapa-siapa...”kata mama yang bahkan tak menatap ku,
“tidak ma.. tadi malam ada orang yang memegang pipi Zila..
dan..” lalu mama memotong perkataan ku “tidak ada siapa-
siapa... begitu maunya Yul kalau kamu bertanya pada mama..
tapi maunya mama bilang tadi malam Yul datang” begitu kata
mama yang membelai rambutku dan memelukku, “sudah cepat
hubungi gih.. supaya cepat sembuh” kata mama yang mencium
keningku dan meninggalkan kamarku dengan senyum
hangatnya.
Hari itu mama menyuruhku untu menghubungi Yul
tapi tak segampang itu, meski hp telah ku genggam tapi aku
gugup untuk berbicara dengannya hari-hari berlalu setelahnya,
seperti hari ini aku hanya menggenggam hpku aku masih
memikirkan untuk menghubungi Yul, namun banyak pikiran
yang selalu menghalagiku untuk menelfonnya, tib-tiba hpku
berbunyi itu adalah telfon dari Yul aku sangat terkejut dan
heran tapi aku langsung mengangkatnya “ha..halo..” aku sangat
canggung berbicara dengannya “emm.. Zila.. keadaan mu
sekarang gimana?” tanya Yul “a..aku sekarang sudah sehat”
jawab ku kecanggungan berbicara menyelimuti kami berdua

127
“bisa nanti kita bertemu?” tanya Yul, mendengar dia berkata
seperti itu membuat dunia ku seakan dipenuhi bunga-bunga
yang bermekaran aku sangat senang “i..iya bisa” jawab ku
malu-malu. “kalau gitu nanti di cafe biasa..” kata Yul, “iya...”
kata ku “kalau begitu sampai nanti” kata Yul “emm... “ setelah
bebrapa saat barulah Yul menutup telfonnya, aku sangat senang
ini adalah hari-hari yang sangat ku nantikan, aku segera
mencari baju yang akan ku kenakan rasanya seperti kencang
pertama, rasanya aneh. Lalu Lili datang kerumah aku bertanya-
tanya kenapa dia datang kerumah ku, Lili lalu ke kamarku “ada
apa Li? Kenapa datang?” tanya ku yang penasaran dan tak ingin
membuang waktu untuk bersiap-siap bertemu Yul, “iih..
memangnya kenapa kalau aku datang, aku dilarang datang nih?
Aku pulang aja kalau gitu!” kata Lili yang agak ngambek “ehh..
ngak gitu bukannya dilarang.. aku sekarang mau keluar, jadi
ngak bisa ladeni kamu” kata ku yang sibuk memilih baju, “ooo
gitu.. mau kemana memangnya?” tanya Lili “mau ke cafe”
jawabku “ketemu siapa?” tanya Lili “hehehe.. mau ketemu
Yul” jawabku malu-malu, “aaa.. mau ketemu Yul pantesan
senang banget, terus kesananya pake apa?” tanya Lili lagi, “ya
pake motorlah!” jawabku yang agak kesal karna sedang sibuk
bersiap-siap dan ditambah pertanyaan yang tak hentinya
dilontarkan Lili “aaa.. pake motor, kamu udah bisa
berkendara?” begitu Lili menanyakan hal itu aku lalu
menghentikan kesibukan ku “aaa.. iya.. aku lupa, kalau aku
ngak bisa pake motor!” jawabku menatap Lili, lalu kami
tertawa bersama karna sikap dan jawaban ku yang agak bodoh,
“hahaha.. Yul yang suruh aku jemput kamu, makanya aku
datang kesini, ya udah cepat gi.. aku tungguh dibawah aja” kata
Lili “emm..” kataku mengangguk dan tersenyum, ternyata Lili
sudah tau kalau aku akan pergi bertemu dengan Yul hari ini dan
dia masih sempatnya memanas-manasiku dengan pertanyaan
konyol yang dia sendiri pun tau jawabannya.
Sorenya Lili dan aku pergi ke kafe Yang biasa ku
kunjungi bersama Yul, dan disaat aku datang aku melihat motor

128
Yul yang terparkir aku dan Lili masuk kedalam dan Yul sudah
duduk disalah satu kursi yang ada di kafe itu, tapi tak hanya
Yul yang duduk disitu ada orang lain juga yang duduk didepan
Yul, karna posisi duduk yang membelakangi pintu aku tak tau
siapa dia, tapi entah kenapa saat ini firasatku sedang tak baik
ketika melihat orang lain itu bayangannya mengingatkan ku
dengan gadis kecil itu Mei, dan saat aku dan Lili mulai
mendekat Yul berdiri dan orang itu juga berdiri membalikkan
badannya, ternyata benar itu benar Mei gadis kecil itu, “aku
mau pulang!” kata ku pada Lili yang berada di depan ku, saat
ini seakan tak ada harapan lagi, melihat gadis itu saja sudah
membuatku merasa terpukul “ayo Li..!” kata ku menggenggam
tangan Lili dan menariknya keluar, dan saat itu Yul berlari
kedepan ku untuk menghentikan langkah ku, “Tunggu dulu..
ini ngak seperti yang kamu liat Zil.. tunggu dulu yah.. yah..”
kata Yul yang memegang pundakku dan meyakinkanku, “iya
Zil.. tunggu dulu yah...” kata Lili yang juga membujukku aku
akhirnya luluh dan duduk didekat Yul dan Lili sedangkan Mei
duduk di depan kami bertiga, “haaah... menyusahkan banget
ada disini, untung lagi pandemi jadi ngak banyak orang, mau-
maluin aja” katanya yang sepertinya sangat tak senang hati
“jadi disini Mei mau lurusin semuanya, Mei ayo bicara!” kata
Yul. “iya, aku ditolak ama kak Yul, untuk hari itu aku juga
minta maaf karna semuanya memang udah aku rencanain,
udahkan kak, aku mau pulang buang-buang waktu aja disini”
kata Mei dengan nada yang menyebalkan, dia pergi
meninggalkan kami bertiga “hemmh.. dasar gadis cebol itu
ngak punya sopan santun... emm.. kalau gitu aku juga pulang
ya..” kata Lili, “ehh.. kenapa?” kata ku, “aku kan cuman
disuruh buat ngantar kamu, hehehe.. fighting!” lalu dia pergi
meninggalkan ku dengan Yul, begitu mereka pergi suasana jadi
hening dan canggung, “emm... begini.. Zil.. aku minta maaf,
karna waktu itu ninggalin kamu, seharusnya saat itu aku tetap
bersama mu, seharusnya aku yang ada disamping mu bukannya
orang lain, aku benar-benar minta maaf, aku ngak bermaksud

129
menyakiti mu, rasa frustasi yang mendorongku untuk
ngelakuin itu, aku tau tindakan ku saat itu sangat menyakiti mu,
apapun akan ku lakukan tapi aku mohon kita jangan putus” kata
Yul “aku juga minta maaf saat itu kata-kata ku pasti sangat
menyakiti mu, aku juga ngak bermaksud putus waktu itu, aku
termakan emosi jadi aku juga minta maaf, tolong lupain aja
sikap ku yang waktu itu, aku terlalu bodoh sampai tak bisa
menahan emosi, jujur aku ngak mau kehilangan kamu, selama
ini aku merindukan kamu, maafkan sikap ku yang melukai mu,
saat itu aku cemburu melihat kamu berada disampingnya.. maaf
yah..” kata ku yang sangat menyesal “kalau begitu mari berjanji
kejadian yang saat itu kita lupain aja hehehe” kata Yul yang
mengacungkan jari kelingkingnya aku pun melakukannya juga
“emm...” kami mengakhirnya dengan mengikat jaji jari
kelingking bersama.
Layaknya cahaya fajar hubungan kami sepertinya
kembali dimulai ku harap ini akan bertahan sampai selamanya,
tapi masalah yang sekarang mengusik kami adalah pandemi ini,
aku dan Yul tak bisa bertemu seperti dulu, kami hanya
berkomunikasi lewat hp saja, bisa saja aku dan dia keluar
bertemu seperti waktu itu, tapi mama saat ini sangat ketat
dalam menghindari covid ini, aku dikurung dikamar, padahal
aku sangat merindukan Yul entah kapan kita bisa bertemu,
“haaah... dasar covid ini...!!!” kata ku yang menjadi akhir dari
cerita ini, terimakasih telah membacanya.

130
131

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai