PENDAHULUAN
Berdasarkan uraian atau penjelasan pada bagian latar belakang ada beberapa
masalah yang dapat di rumuskan sehubungan dengan isolek bahasa jawa di
kabupaten pemalang pesisir dan pegunungan yaitu.
a. Apa saja perbedaan bunyi fonologi dalam isolek bahasa jawa pemalang pesisir dan
pemalang pegunungan
b. Apa saja perbedaan semantik dalam isolek bahasa jawa pemalang pesisir dan
pegunungan
c. Apa saja perbedaan leksikon dalam isolek bahasa jawa pemalang pesisir dan
pegunungan
1.3 Tujuan Penelitian
Manfaat penelitian terdiri atas manfaat teoretis dan praktis. Manfaat teoretis yang
pertama adalah untuk menambah referensi, khususnya penelitian yang berhubungan
dengan variasi fonologis dan leksikal pada masing-masing isolek. Kedua, menambah
inventarisasi penelitian yang berkaitan dengan judul penelitian ini. Ketiga,
menambah wawasan pengetahuan baik bagi penulis maupun pembaca dalam bidang
linguistik. Manfaat praktis penelitian ini yang pertama, yaitu memberikan informasi
kepada masyarakat tentang hasil penelitian yang berkaitan dengan deskripsi keadaan
umum daerah penelitian, keadaan kosa kata di daerah penelitian, dan variasi
fonologis dan leksikal yang terdapat dalam isolek Jawa pemalang pesisir dan isolek
Jawa pemalang pegunungan . Kedua, memberikan informasi kepada masyarakat
tentang peta bahasa untuk variasi fonologis dan leksikal yang terdapat dalam isolek
Jawa pemalang pesisir dan isolek Jawa pemalang pegunungan.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Di dunia, ada banyak bermacam-macam dialek. Dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok
penutur yang jumlahnya relatif, yang berbeda dari satu tempat wilayah atau area tertentu (Chaer,
2010:62-63). Sedangkan menurut bahasa yunani dialek disebut dialektos yang berarti varian dari
sebuah bahasa menurut pemakai. Pemberian dialek berdasarkan factor geografi dan social.
Dialek dibedakan berdasarkan kosa kata, tata bahasa, dan pengucapan. Jika pembedaannya hanya
berdasarkan pengucapan, maka disebut aksen. Beberapa contoh dialek yaitu dialek pegunungan
Pemalang pesisir dan dialek Pemalang Pegunungan. Masyarakat pegunungan yang berada di
Pemalang kebanyakan bermata
pencaharian sebagai petani. Pekerjaan yang membutuhkan ketekukan, kesabaran, dan kerja
keras. Dataran tinggi ini biasanya mempunyai mata air langsung dari perut bumi, air tersebut
digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Udara di pegunungan yang sejukdan nyaman membuat
suasanya hati dan
pikiran menjadi rileks. Dari beberapa keadaan itu membuat sifat rata-rata orang pegunungan
yang serius, sifatnya mengalir seperti air, berkulit putih atau kuning langsat, suaranya yang
cenderung halus dan pelan.
Berdasarkan perhitungan dialektometri 200 kosa kata dasar Swadesh yang dilakukan secara
terbatas dengan memakai dua narasumber dari pesisir dan pegunungan di Pemalang. Hasil status
kebahasaan kedua isolek tersebut adalah dianggap tidak berbeda. Namun, berdasarkan penutuan
kedua
narasumber diketahui bahwa ada beberapa hal yang berbeda ketika berbahasa Jawa. Hal ini
disebabkam oleh perhitungan dialektrometri yang memakai instrumen penelitian yang berupa
kosakata dasar Swadesh, sedangkan percakapan sehari-hari tidak cukup dengan kosa kata dasar
tetapi dengan
kosa kata budaya yang berlaku pada saat ini. Berbeda dengan masyarakat pesisir. Keadaan yang
panas dan dekat
dengan laut ini membuat masyarakatnya kuat, lebih tahan banting, kulit hitam atau sawo
matang, dan suaranya cenderung keras, lantang, dan cepat. Ini diibaratkan seperti ombak yang
menggulung lidahnya ke bibir pantai dan terik panas matahari yang dekat dengan kulit manusia.
Dari beberapa perbedaan antara masyarakat pesisir dan pegunungan bisa dilihat dari beberapa hal
sebagai berikut.
Berdasarkan contoh di atas perbedaan yang diangkat pada segi fonetik atau dari segi perbedaan
fonologis. Perbedaan tersebut berdasarkan penentuan suatu isolek atau subdialek tertentu. Dari
contoh di atas, terdapat perbedaan secara fonetis.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik metode simak dan cakap. Peneliti melakukan dengan
cara menyimak, ikut berdialog, dan menyimak isi pembicaraan dan informan langsung. Analisis
data menggunakan metode analisis data padan intralingual, yaitu metode analisis dengan cara
menghubungkan-bandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual, baik yang terdapat dalam satu
bahasa maupun dalam beberapa bahasa yang berbeda. Berdasarkan data yang telah terkumpul,
peneliti melakukan analisis dengan cara membandingkan data-data tersebut baik secara bentuk,
bunyi, dan makna. Dalam penelitian yang telah dilaksanakan dengan adanya data- data yang
sudah terkumpul dan sudah dianalisis bentuk, bunyi, dan maknanya peneliti melakukan
penyajian data hasil analisis tersebut sesuai data dikontraskan dan dikategorisasikan. Penyajian
hasil analisis data menggunakan metode informasi yaitu penyajian hasil analisis dengan
menggunakan kata-kata dan tidak menggunakan lambang atau simbol langsung (Sudaryanto,
2015:141). Metode penyajian hasil analisis data ini, maka peneliti dengan mendeskripsikan atau
memaparkan hasil penelitian.
1) Berusia 24 tahun
2) Berpendidikan S1
3) Berasal dari desa atau daerah penelitian,
5) Lahir dan dibesarkan serta menikah dengan orang yang berasal dari daerah
penelitian, Memiliki alat ucap yang sempurna dan lengkap,
Menurut Ayatrohaedi (1983:9), untuk memperoleh hasil yang memuaskan,
daftar pertanyaan yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Daftar pertanyaan dapat menampilkan ciri-ciri istimewa dari daerah yang
diteliti,
2) Daftar pertanyaan harus mengandung hal-hal yang berkenaan dengan sifat dan
Susunan daftar pertanyaan penulis terdiri atas kosakata dasar dan kosakata budaya
yang telah disesuaikan dengan budaya daerah penelitian. Daftar pertanyaan disusun
Metode yang digunakan dalam penyediaan data adalah metode simak dan cakap.
Metode simak adalah metode penyediaan data yang dilakukan dengan cara menyimak
tuturan dari penutur. Menurut Surdayanto (2015:203), metode simak memiliki dua
teknik dalam pemakaiannya, yaitu teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar
yang digunakan adalah teknik sadap. Penelitian ini akan dilakukan dengan cara
menyadap penggunaan isolek Jawa Pemalang pesisir dan isolek Jawa Pemalang
pegunungan , yang dituturkan oleh 2 orang informan pada masing-masing titik
pengamatan. Teknik lanjutannya adalah teknik simak libat cakap, dan teknik catat.
Teknik simak libat cakap digunakan karena penulis akan terlibat dalam dialog dengan
informan atau ikut serta dalam pembicaraan ketika sedang menyadap atau menyimak
tuturan informan. digunakan untuk mendengarkan kembali hasil penelitian. Teknik
catat digunakan untuk mencatat semua data yang diperoleh dari informan. Pencatatan
dilakukan dengan transkripsi fonetis.
Metode cakap atau percakapan karena memang berupa percakapan dan terjadi
kontak antara peneliti dengan informan (Sudaryanto, 1993:137). Metode cakap juga
memiliki dua teknik, yaitu teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasarnya adalah
teknik pancing. Teknik pancing digunakan karena penulis akan memancing informan
untuk berbicara dan mengeluarkan data yang diharapkan oleh penulis. Teknik
lanjutan yang digunakan adalah teknik cakap semuka, dan teknik catat. Teknik cakap
semuka digunakan karena penulis akan bertatap muka secara langsung dan bercakap-
cakap dengan informan untuk memperoleh data. teknik catat penerapannya sama dan
teknik catat pada metode simak.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum.Jakarta: Rineka Cipta.
___________. 2009. Fonologi. Jakarta: Rineka Cipta.
___________. 2010. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta.
Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Metode Linguistik: Ancangan Metode
Penelitian dan Kajian. Bandung: Eresso.
George,Yule. 1964. Analisis Semantik dan Pragmatik. Jakarta: Pustaka
Pelajar.
Mahsun. 1995. Dialektologi Diakronis Sebuah Pengantar. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
______. 2014. Metode Penelitian Bahasa.Mataram: PT Raja Grafindo
Persada.
Tarigan, Henry Guntur. (2009). Pengajaran Semantik.Bandung: Angkasa
Bandung Pateda.
Zulaeha, Ida. (2010). Dialektologi.Yogyakarta: Graha Ilmu