Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia tidak akan lepas dengan bahasa. Bahasa adalah hal yang penting di
kehidupan manusia. Bahasa adalah hal yang kontruksi tanpa objek tetapi sangat melekat
pada diri seseorang pemakai bahasa. Dalam sebuah proses komunikasi secara primer
seseorang kepada orang lain menggunakan symbol atau lambang bunyi/tulisan sebagai
media. Lambang sebuah.
Komunikasi adalah bahasa, isyarat,gambar,warna, dan sebagainya. Dalam bahasa
menyimpan sebuah gagasan, ide, pokok pikiran yang akan di sampaikan antara
komikator dan komunikan. Bahasa sangat lekat dengan dialek dan logat, semua itu
dipengruhi oleh beberapa faktor seperti dialek bahasa jawa pesisir lingkungan,
kemampuan berbahasa dan lain sebaginya. Dialek ada dua yaitu dialek geografi dan
dialek sosisal. Dialek geografi adalah dialek cabang linguistik yang bertujuan mengkaji
semua gejala kebahasaan secara cermat yang disajikan berdasarkan peta bahasa yang
ada. (Keraf, 1996:143), sedangkan dialek sosial adalah ragam bahasa yang
dipergunakan oleh kelompok masyarakat tertentu yang membedakannya dari kelompok
masyarakat lainnya (Zulaeha,2010: 29). Dialek geografi merupakan bahasa yang erat
dengan letak geografi, sedangkan dialek sosial adalah bahasa yang erat dengan
sekelompok orang tertentu. Biasanya kelompok ini terdiri atas usia, kegiatan, jenis
kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, dan lain sebagainya. Sebuah dialek ini
mengalami sebuah perkembangan (merata dan meluas). Perkembangan sebuah dialek
dapat dikelompokkan menjadi dua arah, yaitu perkambangan kea rah positif dank e arah
negatif. Dialek yang cukup mengundang perhatian ialah dialek ngapak. Dialek ngapak
biasanya digunakan oleh beberapa wilayah di jawa tengah seperti
Brebes.Tegal,Pemalang,Banyumas, Cilacap, Bumiayu,Puwokerto, Purbalingga, dan lain
sebagainya. Salah satu di jawa tengah yaitu pemalang mempunyai dua daerah yaitu
pemalang pesisir (pantura) dan pemalang pegunungan. Dalam hal ini akan membahas
empat sub pokok yaitu makna, bentuk, fungsi dan pemakainnya. Ada hal unik yang satu
sama lain tidak diketahui, yaitu bahasa yang hanya digunakan oleh daerah tersebut dan
ada beberapa kata yang fonemmya berubah tapi maknanya sama antara pemalang pesisir
(pantura) dan pemalang pegunungan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian atau penjelasan pada bagian latar belakang ada beberapa
masalah yang dapat di rumuskan sehubungan dengan isolek bahasa jawa di
kabupaten pemalang pesisir dan pegunungan yaitu.
a. Apa saja perbedaan bunyi fonologi dalam isolek bahasa jawa pemalang pesisir dan
pemalang pegunungan
b. Apa saja perbedaan semantik dalam isolek bahasa jawa pemalang pesisir dan
pegunungan
c. Apa saja perbedaan leksikon dalam isolek bahasa jawa pemalang pesisir dan
pegunungan
1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelian ini :


a. Mendeskripsikan variasi fonologis yang ditemukan dalam isolek bahasa jawa
kabupaten pemalang pesisir dan pegunungan
b. Mendeskripsikan variasi leksikal yang ditemukan dalam isolek bahasa jawa
kabupaten pemalang pesisir dan pegunungan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian terdiri atas manfaat teoretis dan praktis. Manfaat teoretis yang
pertama adalah untuk menambah referensi, khususnya penelitian yang berhubungan
dengan variasi fonologis dan leksikal pada masing-masing isolek. Kedua, menambah
inventarisasi penelitian yang berkaitan dengan judul penelitian ini. Ketiga,
menambah wawasan pengetahuan baik bagi penulis maupun pembaca dalam bidang
linguistik. Manfaat praktis penelitian ini yang pertama, yaitu memberikan informasi
kepada masyarakat tentang hasil penelitian yang berkaitan dengan deskripsi keadaan
umum daerah penelitian, keadaan kosa kata di daerah penelitian, dan variasi
fonologis dan leksikal yang terdapat dalam isolek Jawa pemalang pesisir dan isolek
Jawa pemalang pegunungan . Kedua, memberikan informasi kepada masyarakat
tentang peta bahasa untuk variasi fonologis dan leksikal yang terdapat dalam isolek
Jawa pemalang pesisir dan isolek Jawa pemalang pegunungan.
2
BAB II
LANDASAN TEORI

Di dunia, ada banyak bermacam-macam dialek. Dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok
penutur yang jumlahnya relatif, yang berbeda dari satu tempat wilayah atau area tertentu (Chaer,
2010:62-63). Sedangkan menurut bahasa yunani dialek disebut dialektos yang berarti varian dari
sebuah bahasa menurut pemakai. Pemberian dialek berdasarkan factor geografi dan social.
Dialek dibedakan berdasarkan kosa kata, tata bahasa, dan pengucapan. Jika pembedaannya hanya
berdasarkan pengucapan, maka disebut aksen. Beberapa contoh dialek yaitu dialek pegunungan
Pemalang pesisir dan dialek Pemalang Pegunungan. Masyarakat pegunungan yang berada di
Pemalang kebanyakan bermata
pencaharian sebagai petani. Pekerjaan yang membutuhkan ketekukan, kesabaran, dan kerja
keras. Dataran tinggi ini biasanya mempunyai mata air langsung dari perut bumi, air tersebut
digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Udara di pegunungan yang sejukdan nyaman membuat
suasanya hati dan
pikiran menjadi rileks. Dari beberapa keadaan itu membuat sifat rata-rata orang pegunungan
yang serius, sifatnya mengalir seperti air, berkulit putih atau kuning langsat, suaranya yang
cenderung halus dan pelan.
Berdasarkan perhitungan dialektometri 200 kosa kata dasar Swadesh yang dilakukan secara
terbatas dengan memakai dua narasumber dari pesisir dan pegunungan di Pemalang. Hasil status
kebahasaan kedua isolek tersebut adalah dianggap tidak berbeda. Namun, berdasarkan penutuan
kedua
narasumber diketahui bahwa ada beberapa hal yang berbeda ketika berbahasa Jawa. Hal ini
disebabkam oleh perhitungan dialektrometri yang memakai instrumen penelitian yang berupa
kosakata dasar Swadesh, sedangkan percakapan sehari-hari tidak cukup dengan kosa kata dasar
tetapi dengan
kosa kata budaya yang berlaku pada saat ini. Berbeda dengan masyarakat pesisir. Keadaan yang
panas dan dekat
dengan laut ini membuat masyarakatnya kuat, lebih tahan banting, kulit hitam atau sawo
matang, dan suaranya cenderung keras, lantang, dan cepat. Ini diibaratkan seperti ombak yang
menggulung lidahnya ke bibir pantai dan terik panas matahari yang dekat dengan kulit manusia.
Dari beberapa perbedaan antara masyarakat pesisir dan pegunungan bisa dilihat dari beberapa hal
sebagai berikut.

2.1 Perbedaan Bunyi (Fonologi)


Dalam sebuah hierarki kajian linguistik fonologi adalah urutan yang paling dasar. Fonologi
adalah bidang yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa sebagai satuan terkecil dari ujaran beserta
“gabungan” antar bunyi yang membentuk silabel atau suku kata serta dengan unsur-unsur
suprasegmantal, seperti tekanan, nada, hentian dan durasi (Chaer, 2009: 5). Sebuah perbedaan
fonologi dapat dikelompokan atas 4 kelompok, yaitu
perbedaan yang berupa korespondensi vokal, variasi vokal, korespondensi konsonan, dan variasi
konsonan seperti pembagian dalam jenis-jenis perubahan bunyi (Mahsun,1995: 51). Subdialek
Pemalang pesisir dan Pemalang pegunungan juga mempunyai perbedaan alofonis sebagai
berikut.
N INDONESIA PESISIR PEGUNUNGAN
O
1 PERGI KLINTONG KLINTUNG
2 KAIN PANJANG LENDANG SLENDANG
3 BIJI TUMBUHAN WENIH WINIH

Berdasarkan contoh di atas perbedaan yang diangkat pada segi fonetik atau dari segi perbedaan
fonologis. Perbedaan tersebut berdasarkan penentuan suatu isolek atau subdialek tertentu. Dari
contoh di atas, terdapat perbedaan secara fonetis.

2.2 Korespondensi Vokal


Penurunan bunyi pada suku kata tertutup, seperti:
NO INDONESIA PESISIR PEGUNUNGAN
1 PERGI KLINTONG KLINTUNG
2 BIJI TUMBUHAN WENIH WINIH

2.3 Penghilangan, seperti:


Penghilangan konsonan pada suku awal, seperti:
NO INDONESIA PESISIR PEGUNUNGAN
1 KAIN PANJANG LENDANG SLENDANG

2.4 Perbedaan Semantik


Sematik adalah salah satu cabang linguistik yang membicarakan tentang makna. Menurut George
(1964:1) bahwa ilmu yang menelaah mengenai makna. Semantik menurut George merupakan
jawaban yang kurang memuaskan. Menurut Tarigan (2009:3) semantik adalah hubungan
tanda-tanda dengan objek-objek yang merupakan wadah penerapan tandatanda tersebut. Dalam
hal ini semantik dibagi menjadi dua yaitu semantic dalam
arti luas dan semantik dalam arti sempit. Di dalam semantik ada delapan pembagian tipe makna.
Salah satu
contoh kata yang ada di daerah Pemalang pesisir dan Pemalang pegunungan
masuk dalam tipe pertama yaitu “kol”.
Pemalang Pesisir Pemalang Pegunungan
1. Kol : kendaraan umum Kol: sayuran
Berdasarkan contoh di atas dapat digolongkan masuk pada tipe 1
Pemalang Pesisir Pemalang Pegunungan
Benda : mobil Benda : sayur
Perbuatan : dikendarai Perbuatan : dimakan
Sifat : dapat bergerak Sifat : mudah hancur
Jumlah : banyak Jumlah : banyak
2.5 Perbedaan Leksikon
Istilah kata merupakan hal yang sering kita dengar. Kata adalah hal yang sering digunakan dalam
kegiatan setiap hari. Menurut Chaer (2007:162) Para tata bahasa aliran tradhisional biasanya
memberikan pengertian kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian; atau kata
adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi, dan mempunyai satu arti. Leksikon itu
berasal dari bahasa Yunani yaitu, lexikon atau lexikos. Arti kata tersebut adalah perihal kata.
Leksikon adalah sekumpulan leksem dalam sebuah bahasa. Di daerah Pemalang pesisir dan
Pemalang pegunungan juga mempunyai perbedaan secara leksikon. Ada beberapa kata yang
hanya diketahui dan digunakan oleh wilayah tertentu itu. Ini disebabkan beberapa
hal karena wialayahnya semakin meluas dan penggunaan bahasa dialek
ngapak yang beraneka ragam. Perbedaan leksikon itu dapat dilihat dari

contoh sebagai berikut.


Pemalang Pesisir Pemalang Pegunungan
1 Njongkot = duduk Njagong /
jagong
= duduk
2 Encit = kain sisa Serbet = kain sisa
3 Kenyas = tape (makanan
dari singkong
dicampur ragi)
Tape = tape (makanan dari
4 Meyeg = pusing Senud = pusing
5 Lampar = main yang tidak
memperhatikan
waktu
singkong dicampur ragi)
Mayeng = main yang tidak
memperhatikan waktu
Berdasarkan contoh di atas ada beberapa kosakata yang berbeda di daerah pemalang pesisir dan
pemalang pegunungan. Dari kosakata itu hanya umum digunakan di daerah tertentu.

2.6 Perbedaan Semantik (Ungkapan)


Manusia menggunakan bahasa ketika sudah diungkapakan. Bahasa mampu untuk
mengungkapkan sesuatu hal agar mudah dipahami dan dimengerti oleh lawan bicara. Beberapa
orang menggungkapan sesuatu dengan gaya, dialek, dan logatnya yang khas. Ungkapan adalah
beberapa kata yang disusun menjadi sebuah kalimat yang digunakan untuk mengucapkan atau
mengkiaskan keadaan dan peristiwa tertentu. Setiap orang mengungkapkan sesuatu hal sesuai
dengan kebiasaan dan terkadang dilakukan secara spontan. Di daerah Pemalang pesisir dan
Pemalang pegunungan mempunyai
sebuah ungkapan khusus apa bila menemukan suatu kejadian seperti tekejut, memuji, marah,
mengkspresikan sebuah harapan, dan bahkan utnukmenentukan sebuah nama makanan.

Pemalang Pesisir Pemalang Pegunungan


“Tai kucing” “Tai kucing”
“Kalung usus” “Kalung usus”
Kalimat-kalimat tersebut merupakan kalimat yang digunakan untuk
353. Jurnal Bahasa Lingua Scientia, Vol. 9, No. 2, November 2017
mengkiaskan suatu keadaan maupun harapan tertentu
Pemalang Pesisir
a. “Tai kucing” : sebuah makanan
b. “Kalung usus” : memberikan ungkapan pujian kepada seseorang apabila
Pemalang Pegunungan
menggunakan baju apapun pantas dan enak untuk dilihat.
a. “Tai kucing” : kotoran kucing
b. “Kalung usus” : berharap untuk mempunyai kesabaran yang lebih tinggi
/banyak
BAB III
METODE PENELITIAN

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik metode simak dan cakap. Peneliti melakukan dengan
cara menyimak, ikut berdialog, dan menyimak isi pembicaraan dan informan langsung. Analisis
data menggunakan metode analisis data padan intralingual, yaitu metode analisis dengan cara
menghubungkan-bandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual, baik yang terdapat dalam satu
bahasa maupun dalam beberapa bahasa yang berbeda. Berdasarkan data yang telah terkumpul,
peneliti melakukan analisis dengan cara membandingkan data-data tersebut baik secara bentuk,
bunyi, dan makna. Dalam penelitian yang telah dilaksanakan dengan adanya data- data yang
sudah terkumpul dan sudah dianalisis bentuk, bunyi, dan maknanya peneliti melakukan
penyajian data hasil analisis tersebut sesuai data dikontraskan dan dikategorisasikan. Penyajian
hasil analisis data menggunakan metode informasi yaitu penyajian hasil analisis dengan
menggunakan kata-kata dan tidak menggunakan lambang atau simbol langsung (Sudaryanto,
2015:141). Metode penyajian hasil analisis data ini, maka peneliti dengan mendeskripsikan atau
memaparkan hasil penelitian.

Masing-masing TP diambil 1 orang informan dengan persyaratan sebagai berikut:

1) Berusia 24 tahun
2) Berpendidikan S1
3) Berasal dari desa atau daerah penelitian,
5) Lahir dan dibesarkan serta menikah dengan orang yang berasal dari daerah
penelitian, Memiliki alat ucap yang sempurna dan lengkap,
Menurut Ayatrohaedi (1983:9), untuk memperoleh hasil yang memuaskan,
daftar pertanyaan yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Daftar pertanyaan dapat menampilkan ciri-ciri istimewa dari daerah yang

diteliti,

2) Daftar pertanyaan harus mengandung hal-hal yang berkenaan dengan sifat dan

keadaan budaya daerah penelitian, dan

3) Daftar pertanyaaan berkemungkinan untuk dijawab langsung dan spontan.

Penelitian ini menyediakan 20 daftar pertanyaan untuk diajukan kepada informan.

Susunan daftar pertanyaan penulis terdiri atas kosakata dasar dan kosakata budaya
yang telah disesuaikan dengan budaya daerah penelitian. Daftar pertanyaan disusun

atau dikelompokkan sesuai medan maknanya.

Table 3.1 Daftar Pertanyaan

N INDONESIA PESISIR PEGUNUNGAN


O
1. PERGI KLINTONG KLINTUNG
2. KAIN PANJANG LENDANG SLENDANG
3. BENIH BIJI WENIH WINIH
TUMBUHAN
4. MELIHAT NDELOK NDLENG
5. MASUK KE JEBUR JEGUR
DALAM AIR
6. IKAN IWAK IWAK
7. GANTENG KENTENG KENTENG
8. BAJU SANDHANGAN SANDHANGAN
9. MAKAN MANGAN MANGAN
10. BINATANG KEWAN KEWAN
11. BURUK ALA ALA
12. BURUNG MANUK MANUK
13. BANYAK KATHAH KATHAH
14. CELANA CELONONE CELONONE
15. BERLARI MLAKU MLAKU
16. KAKAK SEDULUR SEDULUR
17. NENEK SIMBAH SIMBAH
18. ADEK CEKAP CEKAP
19. TIDUR KANGGO KANGGO
20. MANDI SIRAM SIRAM
3.4 Metode dan Teknik Penyediaan Data

Metode yang digunakan dalam penyediaan data adalah metode simak dan cakap.
Metode simak adalah metode penyediaan data yang dilakukan dengan cara menyimak
tuturan dari penutur. Menurut Surdayanto (2015:203), metode simak memiliki dua
teknik dalam pemakaiannya, yaitu teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar
yang digunakan adalah teknik sadap. Penelitian ini akan dilakukan dengan cara
menyadap penggunaan isolek Jawa Pemalang pesisir dan isolek Jawa Pemalang
pegunungan , yang dituturkan oleh 2 orang informan pada masing-masing titik
pengamatan. Teknik lanjutannya adalah teknik simak libat cakap, dan teknik catat.
Teknik simak libat cakap digunakan karena penulis akan terlibat dalam dialog dengan
informan atau ikut serta dalam pembicaraan ketika sedang menyadap atau menyimak
tuturan informan. digunakan untuk mendengarkan kembali hasil penelitian. Teknik
catat digunakan untuk mencatat semua data yang diperoleh dari informan. Pencatatan
dilakukan dengan transkripsi fonetis.
Metode cakap atau percakapan karena memang berupa percakapan dan terjadi
kontak antara peneliti dengan informan (Sudaryanto, 1993:137). Metode cakap juga
memiliki dua teknik, yaitu teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasarnya adalah
teknik pancing. Teknik pancing digunakan karena penulis akan memancing informan
untuk berbicara dan mengeluarkan data yang diharapkan oleh penulis. Teknik
lanjutan yang digunakan adalah teknik cakap semuka, dan teknik catat. Teknik cakap
semuka digunakan karena penulis akan bertatap muka secara langsung dan bercakap-
cakap dengan informan untuk memperoleh data. teknik catat penerapannya sama dan
teknik catat pada metode simak.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum.Jakarta: Rineka Cipta.
___________. 2009. Fonologi. Jakarta: Rineka Cipta.
___________. 2010. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta.
Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Metode Linguistik: Ancangan Metode
Penelitian dan Kajian. Bandung: Eresso.
George,Yule. 1964. Analisis Semantik dan Pragmatik. Jakarta: Pustaka
Pelajar.
Mahsun. 1995. Dialektologi Diakronis Sebuah Pengantar. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
______. 2014. Metode Penelitian Bahasa.Mataram: PT Raja Grafindo
Persada.
Tarigan, Henry Guntur. (2009). Pengajaran Semantik.Bandung: Angkasa
Bandung Pateda.
Zulaeha, Ida. (2010). Dialektologi.Yogyakarta: Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai