Anda di halaman 1dari 2

Interaksi hormone dan reseptor menyebabkan terbentuknya sinyal intrasel yang dapat mengatur

aktivitas gen-gen tertentu sehingga mengubah jumlah protein tertentu di sel target, atau
memengaruhi aktivitas protein spesifik, termasuk enzim dan pengangkut atau protein kanal
(proteins channel). Sinyal dapat memengaruhi lokasi protein di sel dan dapat memengaruhi proses-
proses umum, misalnya sintesis protein, pertumbuhan sel, dan replikasi, yang mungkin melalui efek
pada ekspresi gen. Molekul pembentuk sinyal lainnya-termasuk sitokin, interleukin, faktor
pertumbuhan, dan metabolit-menggunakan sebagian mekanisme umum dan jalur transduksi sinyal
yang sama.

Hewan dan tumbuhan menggunakan zat kimia yang disebut hormon (hormone) untuk melakukan
pensinyalan jarak jauh. Dalam pensinyalan hormonal pada hewan, yang disebut juga pensinyalan
endokrin, sel-sel yang terspesialisasi melepaskan molekul hormone yang berjalan melalui sistem
sirkulasi (sistem peredaran darah) menuju sel target di bagian tubuh yang lain.

Molekul sinyal memiliki bentuk yang komplementer dengan situs spesifik pada reseptor dan melekat
di situ, seperti anak kunci dalam gembok atau substrat dalam situs katalitik suatu enzim. Molekul
sinyal berperilaku sebagai ligan (ligand), yaitu molekul yang berikatan secara spesifik dengan molekul
lain, seringkaii yang berukuran lebih besar. Pengikatan ligan secara umum menyebabkan protein
reseptor mengalami perubahan bentuk. Bagi banyak reseptor, perubahan bentuk ini secara langsung
mengaktivasi reseptor, sehingga memungkinkan reseptor ini berinteraksi dengan molekul-molekul
selular lain.

Murray, RK., Bender, DK., Botham, KR., Kennely, PJ., Rodwel,l VW., and Weil, PA. 2015. Harper’s
Illustrated Biochemistry 30th Edition. United Stated : McGraw-Hill Education.

Campbell NA., Reece, JB., Urry, LA., Cain, ML., Wasserman, SA., Minorsky, PV., and Jackson, RB.
2017. Campbell 11th Edition. Hudson Street, New York : Pearson.

Proses yang berlangsung di ujung penerima atau reseptor pada percakapan selular dapat dibagi
menjadi tiga tahap: penerimaan, transduksi, dan respons.

Penerimaan (reception). Penerimaan adalah Ketika sel target mendeteksi molekul sinyal yang
berasal dari luar sel. Sinyal kimiawi akan terdeteksi ketika molekul sinyal berikatan dengan protein
reseptor yang terletak di permukaan sel atau di dalam sel.

Transduksi (transduction). Pengikatan molekul sinyal mengubah protein reseptor dengan suatu
cara, sehingga menginisiasi proses transduksi. Tahap transduksi mengubah sinyal menjadi bentuk
yang dapat menyebabkan respons selular spesifik. Seperti contoh Dalam sistem Sutherland,
pengikatan epinefrin ke protein reseptor pada membran plasma sel hati menyebabkan aktivasi
glikogen fosforilase. Transduksi terkadang terjadi dalam satu langkah saja, namun lebih sering
membutuhkan suatu urutan perubahan dalam serangkaian molekul yang berbeda-jalur transduksi
sinyal. Molekul-molekul dalam jalur ini serlngkali disebut molekul relat (relay molecule).

Respons (response). Pada tahap ketiga pensinyalan sel, sinyal yang ditransduksikan akhirnya
memicu respons selular spesifik. Respons ini mungkin merupakan aktivitas selular apa pun yang bisa
dibayangkan- misalnya katalisis oleh suatu enzim (misalnya, glikogen fosforilase), penyusunan ulang
sitoskeleton, atau aktivasi gen-gen spesifik dalam nukleus. Proses pensinyalan sel membantu
memastikan bahwa aktivitas-aktivitas krusial seperti ini berlangsung dalam sel yang benar, pada
waktu yang tepat, dan dalam koordinasi yang sesuai dengan sel-sel lain pada organisme tersebut.

Murray RK. Granner DK dan Rodwell VW. Harper’s illustrated Biochemistry. 27 th edition. United
Stated : McGraw-Hill. 2003 Harper’s Illustrated Biochemistry ED 30

CAMPBELL EDISI 11. 2017

Dewajanti, Anna Maria. 2014. Identifikasi Kelainan Gen Protein Pita 3 pada Membran Sel Darah
Merah Penderita Talasemia β

Mutasi pada gen globin α dan β mengakibatkan tidak terjadinya atau berkurangnya
sintesis rantai globin. Jumlah rantai globin alpha dan beta yang tidak seimbang pada penderita
talasemia mengakibatkan adanya rantai globin yang tidak berpasangan. Hal ini akan mengalami
presipitasi, yang melekat pada membran sel darah merah dan mengakibatkan otooksidasi.
Otooksidasi pada membran sel darah merah menyebabkan perubahan struktur protein membran.
Hal ini mengakibatkan sel darah merah pun menjadi lebih rigid dan berukuran lebih kecil, sehingga
menurunkan kemampuan deformabilitas membran sel darah merah bahkan pengerusakan sel itu
sendiri.

Dewajanthi, A.M. 2014. Identifikasi Adanya Kelainan Gen Protein Pita 3 pada Membran Sel Darah
Merah Penderita Thalassemia β di Pusat Thalassemia, RSCM/ FKUI.

Anda mungkin juga menyukai