Anda di halaman 1dari 17

Pusat Penelitian BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL

Badan Keahlian DPR RI


Gd. Nusantara I Lt. 2
Jl. Jend. Gatot Subroto
Jakarta Pusat - 10270
c 5715409 d 5715245
m infosingkat@gmail.com KAJIAN SINGKAT TERHADAP ISU AKTUAL DAN STRATEGIS Vol.XI, No.14/II/Puslit/Juli/2019

TANTANGAN DALAM PENANGGULANGAN


KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)
PENYAKIT HEPATITIS A DI PACITAN
13
Nur Sholikah Putri Suni

Abstrak
Menjelang Hari Hepatitis Sedunia yang jatuh pada tanggal 28 Juli, Indonesia
masih menghadapi Kejadian Luar Biasa (KLB) hepatitis A di Kabupaten
Pacitan, Jawa Timur. Hingga pertengahan Juli 2019 jumlah kasus mencapai
1.102 orang. Hepatitis A merupakan penyakit menular yang dipengaruhi oleh
hygiene sanitasi serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Tulisan ini
mengkaji tantangan yang dihadapi dalam penanggulangan KLB hepatitis A.
Beberapa tantangan antara lain pencarian sumber virus secara komprehensif,
vaksinasi hepatitis A yang belum menjadi program wajib pemerintah, bencana
kekeringan serta kurangnya kesadaran masyarakat terkait PHBS. Dalam
menghadapi tantangan tersebut perlu melibatkan berbagai stakeholder dan
institusi serta partisipasi masyarakat. Di sisi lain, perlu adanya muatan materi
terkait promosi kesehatan yang meliputi advokasi, dukungan sosial serta
pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan wabah penyakit menular
yang diatur dalam revisi Undang-Undang No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah
Penyakit Menular yang sudah masuk ke dalam prolegnas prioritas tahun 2019.

Pendahuluan berkembang maupun negara


Berdasarkan sidang World maju. Indonesia merupakan salah
Health Assembly ke-63 pada tanggal satu negara dengan prevalensi
20 Mei 2010, Indonesia bersama penyakit hepatitis yang cukup
Brasil dan Kolombia mencetuskan tinggi. Berdasarkan data Riset
hepatitis menjadi salah satu agenda Kesehatan Dasar (Riskesdas),
prioritas kesehatan dan menetapkan pada tahun 2018 sebesar 0,39%
setiap tanggal 28 Juli sebagai Hari penduduk Indonesia menderita
PUSLIT BKD
Hepatitis Sedunia (kemenkes. hepatitis. Kondisi ini menurun
go.id, 12 September 2013). Hepatitis tiga kali lipat dibandingkan tahun
merupakan masalah kesehatan 2013 (1,2%). Walau secara nasional
yang cukup serius baik di negara telah terjadi penurunan, namun
masih ditemukan KLB hepatitis A tersendiri dan menjadi tantangan
di daerah seperti yang terjadi di bagi pemerintah. Tulisan ini akan
Kabupaten Pacitan. membahas tantangan dalam
Pemerintah Kabupaten penanggulangan KLB hepatitis A di
Pacitan menetapkan KLB hepatitis Pacitan.
A sejak 25 Juni 2019. Penetapan
tersebut dikarenakan jumlah kasus Epidemiologi Penyakit
semakin bertambah dan jumlahnya Hepatitis A
lebih dari dua kali dari rata-rata Penyakit hepatitis A
jumlah kejadian normal. Hingga merupakan infeksi hati yang
pertengahan Juli 2019, jumlah disebabkan oleh virus hepatitis A.
kasus hepatitis A mencapai 1.102 Virus ini dapat menyebar melalui
orang. Jumlah tersebut tersebar di makanan atau minuman yang
sembilan kecamatan di antaranya terkontaminasi kotoran manusia
Sudimoro (583), Sukorejo (116),
Ngadirojo (192), Wonokarto
secara fecal–oral. Salah satu faktor 14
penyebab hepatitis A adalah
(63), Tulakan (73), Bubakan (29), sumber air yang terkontaminasi,
Arjosari (34), Tegalombo (6) dan seperti yang terjadi di Pacitan.
Ketrowonoyo (6) (cnnindonesia. Sungai Kaligoro di Desa Sukorejo
com, 9 Juli 2019; Media Indonesia, 2 yang digunakan sebagai sumber
Juli 2019). mata air diduga sebagai penyebab
Kondisi tersebut menimbulkan penularan penyakit hepatitis A.
dampak yang signifikan baik secara Kondisi sungai tersebut kurang
kesehatan, sosial maupun ekonomi. layak untuk digunakan sebagai
Salah satu contoh dampak yang sumber air karena di sepanjang
terjadi dari sisi ekonomi adalah aliran sungai banyak terdapat
sebanyak 3.000 orang membatalkan limbah domestik. Faktor risiko
kunjungannya ke daerah Pacitan lainnya meliputi rendahnya kualitas
karena adanya KLB hepatitis A. Hal sanitasi lingkungan, kebiasaan
ini dapat menurunkan pendapatan makan bersama di satu tempat,
daerah karena berkurangnya saling tukar dan pemakaian alat
wisatawan yang berkunjung makan secara bersamaan serta
(bangsaonline.com, 14 Juli 2019). kebiasaan tidak mencuci tangan
KLB hepatitis A di Jawa Timur sebelum memegang makanan
terutama di Kabupaten Pacitan (personal hygine) (Aryana dkk, 2014;
bukan pertama kalinya terjadi. Harisma dkk, 2018; medcom.id, 14
Data Kementerian Kesehatan Juli 2019).
tahun 2014, menyebutkan bahwa Masa inkubasi hepatitis A
KLB hepatitis A pernah terjadi selama 18-50 hari dengan rata-rata
sepanjang tahun 2013 di Provinsi 28 hari. Gejala antara lain mual,
Jawa Timur dengan jumlah kasus muntah, nafsu makan berkurang,
sebanyak 287 kasus yang meliputi demam (suhu lebih dari 39c), dan
beberapa kabupaten termasuk lainnya. Selain itu, juga terjadi
Pacitan (Kecamatan Ngadirojo), di perubahan warna kulit, kuku dan
mana kasusnya berjumlah 66 kasus mata menjadi kuning serta urin
yang sebagian besar adalah siswa berwarna kuning kecoklatan.
sekolah. Kejadian hepatitis yang Hal ini disebabkan terganggunya
berulang tentu menjadi masalah metabolisme bilirubin yang
menyebabkan pengendapan. Hasil penderita meliputi penemuan
laboratorium terlihat naiknya SGOT kasus, pemeriksaan, pengobatan
dan SGPT (Arief, Sjamsul, 2009). dan perawatan. Penatalaksanaan
Gejala yang timbul dapat menjadi dilakukan di fasilitas pelayanan
berat dan menyebabkan kematian. kesehatan seperti rumah sakit
Akan tetapi, penyakit tersebut dan puskesmas. Bagi pasien yang
dapat sembuh apabila mengikuti sudah diizinkan pulang dari
pengobatan secara teratur. Dalam fasilitas pelayanan kesehatan harus
pengobatan hepatitis A tidak ada dilakukan pengecekan berkala
yang spesifik sehingga diutamakan supaya tidak menularkan ke
upaya pencegahannya terutama anggota keluarga.
yang berada di lingkungan Ketiga, pencegahan dan
endemisitas tinggi. pengebalan. Tindakan ini dilakukan
terhadap orang yang memiliki
15 Penanggulangan KLB Penyakit risiko terkena penyakit. Pencegahan
dan pengebalan yang cukup efektif
Hepatitis A
Berdasarkan Peraturan dilakukan dengan cara pemberian
Menteri Kesehatan RI No. 1501/ vaksin. Vaksinasi hepatitis A
Menkes/Per/X/2010 tentang mampu memberikan perlindungan
Jenis Penyakit Menular Tertentu selama 5-10 tahun. Vaksinasi
yang Dapat Menimbulkan Wabah dilakukan dua minggu sebelum
dan Upaya Penanggulanganya berkunjung ke daerah KLB (Media
dan Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia, 3 Juli 2019).
RI No. 53 Tahun 2015 tentang Keempat, pemusnahan
Penanggulangan Hepatitis Virus penyebab penyakit. Pemusnahan
disebutkan bahwa penanggulangan penyebab penyakit hepatitis A yaitu
KLB/wabah hepatitis A dapat dengan pemberian klorin untuk
dilakukan dengan lima cara, yaitu pengelolaan air bersih. Pemusnahan
pertama, penyelidikan epidemiologi penyebab penyakit termasuk
dan surveilans. Penyelidikan dalam pengendalian faktor risiko.
epidemiologi dilakukan untuk Pengendalian faktor risiko juga
mengetahui faktor penyebab KLB dapat dilakukan melalui mencuci
sehingga dapat memutus mata tangan menggunakan sabun,
rantai penularan dengan cepat, pengolahan makanan dengan
mengurangi terjadinya kasus benar, menyimpan makanan di
dan mencegah penyebaran ke suhu yang aman dan sesuai serta
daerah lain. Selain itu, penguatan menggunakan air bersih.
surveilans dilakukan secara Kelima, penyuluhan kepada
sistematis dan terus menerus masyarakat melalui promosi
untuk mengetahui perkembangan kesehatan. Promosi kesehatan
penyakit. Salah satu contoh yang proakif dilakukan oleh tenaga
sudah dilakukan di Kabupaten kesehatan untuk menekan kasus
Pacitan adalah didirikannya posko dengan cara sosialisasi dan
hingga dua kali masa inkubasi intervensi perubahan perilaku.
untuk mengamati perkembangan Promosi kesehatan bertujuan
penyakit (republika.co.id, 12 Juli memberikan pemahaman tentang
2019). Kedua, penatalaksanaan penyakit dan faktor risiko serta
PHBS di rumah tangga. Selain Tantangan di atas merupakan
promosi kesehatan, partisipasi beberapa kelemahan Undang-
masyarakat diperlukan sebagai Undang Nomor 4 Tahun 1984
agen perubahan dalam mencegah tentang Wabah Penyakit Menular.
terjadinya KLB. Partisipasi Dalam implementasinya,
masyarakat meliputi berperan undang-undang tersebut masih
aktif dalam penemuan suspek belum optimal dan kurang
kasus serta memelihara kesehatan dapat memenuhi kebutuhan
lingkungan. penanggulangan yang terjadi pada
masa sekarang. Penanggulangan
Tantangan dalam wabah perlu mencakup fase
Penanggulangan sebelum wabah (pencegahan), saat
Dalam penanggulangan terjadinya wabah dan pascawabah.
KLB, tantangan yang dihadapai Tindakan penanggulangan
yaitu pertama, penularan terjadi seharusnya sistematis, konsisten
dan berkesinambungan sehingga
16
tidak hanya dari makanan dan
minuman yang terkontaminasi, tidak terjadi kejadian berulang.
tetapi juga dari orang per orang. Undang-Undang Nomor
Oleh sebab itu, perlu adanya 4 Tahun 1984 tentang Wabah
investigasi kepadatan penduduk di Penyakit Menular belum
daerah tersebut selain penyelidikan mengatur secara detail tentang
makanan dan minuman. Kedua, penanggulangan dalam prespektif
program vaksinasi hepatitis A promosi kesehatan yang meliputi
belum menjadi program wajib di advokasi, dukungan sosial serta
Indonesia. Ketiga, musim kemarau pemberdayaan masyarakat.
menyebabkan kekeringan dan Promosi kesehatan diperlukan
berkurangnya debit air sehingga untuk peningkatan kesadaran
masyarakat setempat menggunakan dalam penanggulangan KLB.
air sungai yang sudah tercemar. Selain itu, strategi penanggulangan
Kondisi ini membuat penularan terletak pada sejauh mana
penyakit menjadi lebih cepat. keberhasilan pemerintah dalam
Keempat, kesadaran, pemahaman melakukan upaya pemberdayaan
dan pengetahuan PHBS masyarakat terhadap potensi yang ada di
masih kurang. Selain adanya masyarakat.
penyebab hepatitis A, air sungai Disisi lain, perilaku
tercemar bakteri E.coli. Padahal air memegang peranan penting
sungai digunakan untuk memasak, dalam determinan kesehatan
mandi dan mencuci. Keberadaan yaitu sebesar 60%. Perubahan
bakteri ¬E.coli ini menandakan perilaku tidak dapat berlangsung
bahwa masyarakat setempat secara cepat, diperlukan tahap
masih melakukan Buang Air demi tahap. Hal ini dikarenakan,
Besar Sembarang (BABS). Padahal perilaku dipengaruhi oleh nilai
berdasarkan laporan Sanitasi Total internal, lingkungan dan budaya.
Berbasis Masyarakat (STBM), sejak Perubahan perilaku dilakukan
2017 Pacitan dinyatakan bebas dari dengan berbagai strategi seperti
BABS di sungai (Media Indonesia, 2 advokasi, pemberdayaan dan
Juli 2019). dukungan sosial (Notoatmodjo,
2005). Pendekatan STBM dapat Referensi
dijadikan alternatif yang baik dalam Arief, S. (2009). “Hepatitis Virus”.
pembudayaan PHBS. Buku Ajar Gastroenterologi-
Hepatologi Jilid l. Jakarta: Badan
Penutup Penerbit IDAI.
Menjelang Hari Hepatitis Aryana, dkk. (2014). “Faktor
Sedunia, masih ditemukan KLB Risiko Kejadian Luar Biasa
hepatitis A di daerah yaitu di Hepatitis A Di Sekolah Dasar
Kabupaten Pacitan dengan jumlah Negeri Selulung dan Blantih
kasus mencapai 1.102 orang. Faktor Kintamani”. Jurnal Ilmiah
penyebab KLB terkait pencemaran Kedokteran, Vol. 45, hal. 79-83.
sumber air serta rendahnya “Cegah Hepatitis A, Pemprov
PHBS. Beberapa tantangan dalam Jatim Bakal Bangun Jamban
penanggulangan yaitu pencarian di Pacitan”, https://www.
17 sumber virus secara komprehensif, medcom.id/nasional/daerah/
vaksinasi hepatitis A yang yKXG9DXk-cegah-hepatitis-a-
masih belum menjadi program pemprov-jatim-bakal-bangun-
wajib, bencana kekeringan yang jamban-di-pacitan, diakses 14
menyebabkan berkurangnya Juli 2019.
sumber air serta kurangnya Harisma, dkk. (2018). “Analisis
kesadaran masyarakat terkait PHBS. Kejadian Luar Biasa Hepatitis
Penanggulangan KLB A di SMA X Kabupaten
hepatitis A perlu dilakukan secara Lamongan Tahun 2018”. Jurnal
sustainable, melibatkan berbagai Berkala Epidemiologi, Vol. 6, No.
stakeholder dan institusi serta 2, hal. 112-121.
partisipasi masyarakat. Berkaitan “Ini Hasil Penyelidikan Hepatitis
dengan hal tersebut, salah satu A di Pacitan dan Trenggalek”,
RUU yang masuk dalam Prolegnas https://www.republika.
Prioritas tahun 2019 adalah RUU co.id/berita/nasional/
tentang Wabah Penyakit Menular politik/19/07/11/puhler409-
yang merupakan revisi dari ini-hasil-penyelidikan-
Undnag-Undang Nomor 4 Tahun hepatitis-a-di-pacitan-dan-
1984 tentang Wabah Penyakit trenggalek, diakses14 Juli 2019.
Menular. Dalam revisi tersebut Kementerian Kesehatan. (2014).
diperlukan materi pengaturan Laporan Riset Kesehatan Dasar
terkait promosi kesehatan yang 2013. Jakarta: Kemenkes.
meliputi advokasi, dukungan sosial, Kementerian Kesehatan. (2018).
serta pemberdayaan masyarakat Laporan Riset Kesehatan Dasar
dalam penanggulangan wabah 2017. Jakarta: Kemenkes.
penyakit menular. Selain itu, “Kemenkes Sebut Penderita
DPR RI khususnya Komisi IX, Hepatitis A di Pacitan 1.102
melalui fungsi pengawasan dapat orang”, https://www.
memantau penanggulangan KLB cnnindonesia.com/nasion
yang dilakukan pemerintah pusat al/20190709100031-20-410390/
dan daerah. kemenkes-sebut-penderita-
hepatitis-a-di-pacitan-1102-
orang, diakses 14 Juli 2019.
“Kemenkes Telusuri Penyebab KLB”, “Usai Wabah Hepatitis A,
Media Indonesia, 2 Juli 2019, hal. Ketua DPRD Pacitan Ajak
16. Masyarakat BantuGairahkan
“Musim Kemarau, Virus Hepatitis Kembali Wisata”,https://
A Mengintai”, Media Indonesia, 3 www.bangsaonline.com/
Juli 2019, hal. 16. berita/60142/usai-wabah-
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi hepatitis-a-ketua-dprd-pacitan-
Kesehatan Teori dan Aplikasi. ajak-masyarakat-bantu-
Jakarta:Rineka Cipta. gairahkan-kembali-wisata,
“Saatnya Peduli Hepatitis: Ketahui, diakses 14 Juli 2019.
Cegah dan Obati”,http://
www.kemkes.go.id/
development/site/jkn/index.
php?cid=2401&id=saatnya-
peduli-hepatitis--ketahui-cegah-
dan-obati.html, diakses 15 Juli
18
2019.

Nur Sholikah Putri Suni


nur.suni@dpr.go.id

Nur Sholikah Putri Suni, S.Gz, M.Epid, menyelesaikan Pendidikan S1Gizi Kesehatan
di Universitas Gadjah Mada pada tahun 2013 dan pendidikanS2 Epidemiologi di
Universitas Indonesia pada tahun 2016. Saat ini menjabatsebagai Peneliti Pertama di
Pusat Penelitian-Badan Keahlian DPR RI..

Info Singkat
© 2009, Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang
http://puslit.dpr.go.id mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh
ISSN 2088-2351 isi tulisan ini tanpa izin penerbit.
40

ANALISIS FAKTOR CEMARAN SUMUR TERHADAP KEJADIAN


HEPATITIS A DI KECAMATAN NGADIROJO KABUPATEN PACITAN
Isna Wahyu Setiani1, Ferry Kriswandana2*, Rachmaniyah3
1,2,3
Department of Environmental Health, Poltekkes Kemenkes Surabaya.

Artikel Info : Abstract


Hepatitis A is a fecal oral disease which is still a public health problem in Indonesia. The Pacitan
Received 28 Juli 2020 Regency Government has determined an extraordinary event (KLB) of Hepatitis A since June
Accepted 22 Agustus 2020 25th, 2019, there were 1,310 confirmed cases. This research aims to determine the relation
Available online 24 Agustus between well contamination and the incidence of Hepatitis A.
2020 This study used a case control design by means of observation and measurement of 36 dug wells
randomly selected from 18 cases and 18 controls based on inclusion criteria. The water
Editor: Prayudhy Yushananta microbiology examination was carried out at the Surabaya Health Polytechnic Laboratory with
the Most Probable Number (MPN) method, and the data analysis technique used was the serial
point coefficient correlation.
The results suggested that all observed well water was contaminated by Escherichia coli bacteria,
and more than half of them did not meet the construction requirements, namely from the aspect
Key word : of distance from pollutant sources, walls, lips and well floors. The analysis results suggested a
relation between E. coli contamination and well construction (p-value = 0.036). However, it did
Hepatitis A, dug-well not show a significant relation with the incidence of Hepatitis A (p-value = 0.514).
construction, Escherichia coli Improved well construction, increased knowledge, and hygiene behavior are efforts of which must
be made in managing Hepatitis A.

Penyakit Hepatitis A merupakan penyakit fecal oral yang masih menjadi masalah kesehatan
Kata Kunci :
masyarakat di Indonesia. Pemerintah Kabupaten Pacitan telah menetapkan kejadian luar biasa
(KLB) Hepatitis A sejak tanggal 25 Juni 2019, tercatat jumlah kasus sebanyak 1.310 orang.
Hepatitis A, konstruksi sumur
Penelitin bertujuan untuk mengetahui hubungan cemaran sumur dengan kejadian Hepatitis A.
gali, Escherichia coli
Penelitian menggunakan rancangan case control dengan cara pengamatan dan pengukuran
terhadap 36 sumur gali yang dipilih secara acak dari 18 kasus dan 18 kontrol berdasarkan
kriteria inklusi. Pemeriksaan mikrobiologi air dilakukan di Laboratorium Politeknik Kesehatan
Surabaya dengan metode Most Probable Number (MPN), dan teknik analisis data yang
digunakan adalah korelasi koefisien poin serial.
Hasil penelitian mendapatkan bahwa seluruh air sumur yang diobservasi telah tercemar oleh
bakter Escherichia coli, dan lebih dari separuhnya tidak memenuhi syarat konstruksi, yaitu dari
aspek jarak dari sumber pencemar, dinding, bibir dan lantai sumur. Hasil analisis menunjukkan
adanya hubungan cemaran E. coli dengan konstruksi sumur (p-value =0,036). Namun, tidak
menunjukkan hubungan yang signifikans dengan kejadian penyakit Hepatitis A (p-value=0.514).
Perbaikan konstruksi sumur, peningkatan pengetahuan, serta perilaku hygiene merupakan
upaya yang harus dilakukan dalam pengendalian penyakit Hepatitis A.


Corresponding author : Ferry Kriswandana
Jl. Pucang Jajar Tengah No.56, Kertajaya, Kec. Gubeng, Kota Surabaya, Jawa Timur 60282.
Email: : ferry.kesling@gmail.com

PENDAHULUAN berkembang, termasuk Indonesia (Pratiwi,


Penyakit Hepatitis A merupakan masalah Soekarso, Adam, & Setiawaty, 2017). Virus
kesehatan masyarakat di negara-negara Hepatitis A tidak dapat hidup secara bebas,

Setiani, W. Isna/Jurnal Ruwa Jurai Volume 14, Number 1, 2020 (page 40-47)
41

melainkan harus di dalam sel makhluk hidup dari sumur perlu memperhatikan kualitas air
yang lainnya, antara lain pada manusia, hewan, dengan memperhatikan konstruksi sumur,
tumbuhan dan juga bakteri. Penularan utama sumber pencemar dan cara pengolahan sebelum
penyakit Hepatitis A melalui fecal oral yakni virus dikonsumsi (Apriliana, ., & Sunarko, 2017).
masuk ke dalam tubuh ketika seseorang Kualitas air bersih yang digunakan untuk
mengonsumsi makanan atau minuman yang keperluan hygiene sanitasi harus sesuai
terkontaminasi tinja yang mengandung virus persyaratan secara fisik, kimia maupun biologi.
Hepatitis A. Air bersih untuk keperluan hygiene sanitasi tidak
Indonesia merupakan salah satu negara diperkenankan terdapat bakteri E. coli (Peraturan
dengan prevalensi penyakit Hepatitis A yang Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
cukup tinggi. Berdasarkan data dan infomasi 32 tahun 2017, 2017).
Kementerian Kesehatan tahun 2014, kejadian Bakteri E. Coli merupakan kelompok bakteri
luar biasa (KLB) Hepatitis A pernah terjadi Coliform yang digunakan sebagai indikator
sepanjang Tahun 2013 di berbagai provinsi. Di cemaran biologi (Yushananta & Ahyanti, 2017).
Provinsi Riau, tercatat jumlah kasus KLB Hepatitis Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri
A sebanyak 87 orang, Provinsi Lampung Coliform, maka semakin tinggi pula resiko
sebanyak 11 orang, Provinsi Sumatera Barat kehadiran bakteri pathogen lainnya yang biasa
sebanyak 58 orang, Provinsi Jambi sebanyak 26 hidup dalam kotoran manusia yang dapat
orang, Provinsi Jawa Tengah sebanyak 26 orang, menyebabkan diare, tyhpus dan Hepatitis A
dan Provinsi Jawa Timur dengan kasus tertinggi, (Afifah, 2019).
sebanyak yaitu 287 orang. Penderita Hepatitis A harus menjaga
Pemerintah Kabupaten Pacitan telah kebersihan diri, dan menjamin air minum
menetapkan KLB Hepatitis A sejak tanggal 25 terbebas dari virus Hepatitis A dengan cara
Juni 2019. Penetapan KLB berdasarkan jumlah memanaskan hingga mendidih (Cahyono, 2009).
kasus yang semakin bertambah dan jumlahnya Minimnya pengetahuan masyarakat tentang
telah melebihi dari dua kali dari rata-rata bahaya bakteri E. Coli mengakibatkan kurangnya
kejadian normal (Suni, 2019). Berdasarkan data kesadaran untuk mendeteksi dan mengambil
Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan Tahun 2019, langkah pencegahan terhadap bakteri tersebut.
dari hasil pemantauan yang dilakukan pada Penelitian bertujuan untuk menganalisis
bulan Juni-Oktober 2019, didapati jumlah hubungan konstruksi sumur dengan cemaran air
penderita Hepatitis A sebanyak 1.310 kasus yang sumur warga, serta hubungan cemaran bakteri E.
tersebar di 13 wilayah kerja Puskesmas. coli dengan kejadian Hepatitis A di wilayah kerja
Hasil observasi lapangan yang dilakukan Puskesmas Ngadirojo Kabupaten Pacitan tahun
pada tanggal 22-23 Oktober 2019, musim 2020.
kemarau yang terjadi di beberapa wilayah
Kabupaten Pacitan berdampak pada kurangnya METODE
pasokan air bersih dan menimbulkan masalah Penelitian menggunakan metode analitik
kesehatan bagi masyarakat, salah satunya adalah observasional dengan rancangan case control, di
Hepatitis A. Hasil pemeriksaan kualitas wilayah kerja Puskesmas Ngadirojo Kabupaten
mikrobiologi air bersih di Puskesmas Ngadirojo Pacitan. Populasi penelitian adalah seluruh
mendapatkan bahwa air sumur/kubangan sungai penderita Hepatitis A yang tercatat pada buku
telah tercemar bakteri Escherichia coli (E. coli register Hepatitis A pada tahun 2019. Jumlah
>2400/100 ml sampel). Untuk mengantisipasi sampel sebanyak 36 orang (P1=0,8; P2=0,5; α=
meningkatnya kasus Hepatitis A, petugas 0,05; β = 0,2 ) yang dipilih secara acak, terdiri
kesehatan telah melakukan upaya pencegahan dari 18 orang kasus dan 18 orang sampel.
pada sumber air bersih warga untuk mengurangi Sedangkan kriteria inklusi yang ditetapkan
kadar cemaran air. adalah a) berdomisili tetap di wilayah kerja
Penularan Hepatitis A umumnya terjadi Puskesmas Ngadirojo; dan b) memiliki sumur
melalui air dan makanan yang tercemar, personal sebagai sumber air bersih.
hygiene yang rendah dan kondisi sanitasi Pengumpulan data dilakukan dengan cara
lingkungan yang buruk. Persyaratan air bersih observasi yang berpedoman pada instrumen
Setiani, W. Isna /Jurnal Ruwa Jurai Volume 14, Number 1, 2020 (page 40-47)
42

yang telah dikembangkan sebelumnya. menggunakan uji korelasi koefisien poin serial,
Pengambilan sampel air bersih juga dilakukan mengingat data berskala ukur interval dan
untuk mengetahui kualitas biologi air bersih nominal. Hasil analisis dinyatakan berhubungan
pada sumber air responden. Protokol penelitian jika tingkat signifikansi atau p-value < α (0,05).
ini telah dinyatakan layak etik oleh Komisi Etik
Penelitian Kesehatan Politeknik Kesehatan HASIL
Kemenkes Surabaya, melalui ethicall clearence 1. Konstruksi sumur
No.EA/235/KEPK-Poltekkes_Sby/V/2020.
Indikator penilaian konstruksi sumur gali
Metode analisis dalam penelitian ini
mencakup penilaian jarak dengan sumber
menggunakan analisis univariat untuk
pencemar, dinding, bibir dan lantai sumur. Hasil
menjelaskan karakteristik sumber air bersih,
penilaian disajikan pada Tabel 1.
serta analisis bivariat untuk mengetahui
hubungan variabel indendent dengan dependent

Tabel 1. Konstruksi Sumur Gali


No Konstruksi Baik Kurang Baik
n % n %
1 Jarak sumur 11 30,6 25 69,4
2 Dinding sumur 15 41,7 21 58,3
3 Bibir sumur 16 44,4 20 55,6
4 Lantai sumur 17 47,2 19 58,2

Dari Tabel 1, terlihat bahwa mayoritas (69,4%) Dari keempat persyaratan konstruksi sumur
jarak sumur gali dengan sumber pencemar tidak gali tersebut, selanjutnya dikelompokkan
memenuhi syarat kesehatan, yaitu kurang dari menjadi dua, yaitu sumur gali yang memenuhi
10 meter. Sedangkan dinding, bibir dan lantai syarat dan tidak memenuhi syarat. Hasilnya,
sumur gali yang tidak memenuhi syarat, terdapat sebanyak 55,6% sumur gali milik rersponden
pada lebih dari separuh sumur gali yang tidak memenuhi syarat kesehatan.
diobservasi.

Tabel 2. Kualitas Biologi Air Sumur Gali


No Identitas Hasil Ket No Identitas Hasil Ket
1 Sumur 1 26 TMS 19 Sumur 19 27 TMS
2 Sumur 2 40 TMS 20 Sumur 20 21 TMS
3 Sumur 3 30 TMS 21 Sumur 21 60 TMS
4 Sumur 4 26 TMS 22 Sumur 22 27 TMS
5 Sumur 5 21 TMS 23 Sumur 23 21 TMS
6 Sumur 6 49 TMS 24 Sumur 24 26 TMS
7 Sumur 7 27 TMS 25 Sumur 25 14 TMS
8 Sumur 8 21 TMS 26 Sumur 26 9 TMS
9 Sumur 9 34 TMS 27 Sumur 27 14 TMS
10 Sumur 10 17 TMS 28 Sumur 28 13 TMS
11 Sumur 11 21 TMS 29 Sumur 29 26 TMS
12 Sumur 12 60 TMS 30 Sumur 30 33 TMS
13 Sumur 13 70 TMS 31 Sumur 31 50 TMS
14 Sumur 14 27 TMS 32 Sumur 32 26 TMS
15 Sumur 15 26 TMS 33 Sumur 33 33 TMS
16 Sumur 16 21 TMS 34 Sumur 34 90 TMS
17 Sumur 17 21 TMS 35 Sumur 35 50 TMS
18 Sumur 18 23 TMS 36 Sumur 36 21 TMS
Ket : TMS= Tidak Memenuhi Syarat

Setiani, W. Isna/Jurnal Ruwa Jurai Volume 14, Number 1, 2020 (page 40-47)
43

2. Kualitas Biologi Air Sumur 3. Hubungan Konstruksi dan Cemaran Air


Pada penelitian ini dilakukan pengambilan Sumur
sampel untuk pemeriksaan kualitas biologi air Hasil uji korelasi koefisien poin biserial
sumur, yang dinilai berdasarkan jumlah bakteri didapatan nilai hasil p-value =0,036,
E. coli tiap 100 ml sampel. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya hubungan konstruksi
kualitas biologi disajikan pada Tabel 2. sumur dengan cemaran air sumur. Gambar 1
Pada Tabel 2 terlihat bahwa seluruh air sumur menunjukkan pola hubungan kedua variabel,
gali yang diperiksa tidak memenuhi syarat dimana angka E. coli yang tinggi didominasi oleh
kesehatan atau tercemar oleh tinja manusia. konstruksi sumur yang tidak memenuhi syarat.
Pada air bersih, tidak diperbolehkan terdapat
bakteri E. coli (Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2017, 2017).

Gambar 1. Hubungan Konstrusi dan Cemaran Air Sumur

PEMBAHASAN kandang ternak. Sedangkan aliran air limbah


1. Konstruksi Sumur rumah tangga dialirkan ke permukaan tanah
Hasil penelitian mendapatkan bahwa secara terbuka, dan berdekatan dengan kandang
sebanyak 69,4% sumur memiliki jarak kurang ternak. Air limbah akan bercampur dengan
dari 10 meter, sehingga berisiko terjadinya kotoran ternak, selanjutnya akan mencemari air
pencemaran dari septic tank. Syarat jarak 10 sumur sebagai sumber air bersih (Yushananta &
meter sumur dan tanki septic tank disebabkan Usman, 2018; Yustiani, Hasbiah, & Fuad, 2019).
kemampuan bertahan hidup di lingkungan dari Dinding sumur adalah lapisan kedap air yang
bakteri E. coli selama tiga hari dan kemampuan membatasi lubang sumur dan dinding tanah
bergerak mengikuti aliran air dalam tanah sekitar dengan kedalaman 3 meter dari permukaan
3 meter/hari. Sehingga jarak ideal antara sumber tanah. Dinding sumur gali harus terbuat dari
air dengan septic tank minimal 10 meter bahan kedap air, biasanya menggunakan semen,
(Khomariyatika & Pawenang, 2011; Muchlis, agar tidak terjadi rembesan air permukaan. Pada
Thamrin, & Siregar, 2017; Sangadjisowohy, 2019; kedalaman 3 meter, lapisan tanah sudah
Sapulete, 2013; Yushananta & Usman, 2018). semakin rapat sebagai media filterisasi alamiah,
Selain resapan septic tank, sumber pencemar sehingga mengurangi kandungan bakteri dari air
utama lainnya adalah air limbah domestik dan rembesan, dan air (Irfandi, Ashar, & Chahaya,
kandang ternak. Sebagian besar rumah tangga 2014).
mengalihfungsikan sebagian halamannya untuk

Setiani, W. Isna /Jurnal Ruwa Jurai Volume 14, Number 1, 2020 (page 40-47)
44

Gambar 2. Hubungan cemaran E. coli dan kejadian Hepatitis A

Hasil penelitian mendapatkan sebanyak Lantai sumur adalah lantai kedap air yang
58,3% sumur gali memiliki dinding yang tidak mengelilingi sumur dengan jarak sekitar 1 meter
memenuhi syarat kesehatan. Sebagian dinding dari bibir sumur, dan diakhiri dengan saluran air
sumur tidak dilapisi lapisan kedap air, lapisan limbah pada bagian pembuangnnya. Hasil
pecah atau retak, atau ketinggiannya kurang dari penelitian mendapatkan sebanyak 52,8% sumur
3 meter. Sumber air bersih dengan dinding gali tidak memeiliki lantai sumur yang
kedap air kurang dari 3 meter akan memenuhi syarat.
memperbesar kemungkinan terkontaminasi Lantai sumur bertujuan untuk menghindari
(Hasnawi et al., 2012; Pratiwi et al., 2017). Kondisi masuknya air kotor ke dalam sumur. Konstruksi
dinding sumur yang tidak memenuhi syarat, lantai yang tidak memenuhi syarat memberi
berhubungan dengan kandungan bakteri E. coli kontribusi yang besar terhadap pencemaran air
pada air sumur (Adam, Sumampouw, & sumur (Hasnawi et al., 2012; Putri, 2017), dan
Pinontoan, 2019; Apriliana et al., 2017; Hasnawi berdampak pada kualitas biologi air (Apriliana et
et al., 2012; Sangadjisowohy, 2019; Sharon, al., 2017; Khomariyatika & Pawenang, 2011;
Woodford, & Oksfriani, 2018). Sapulete, 2013; Sharon et al., 2018; Yustiani et
Bibir sumur gali merupakan dinding sumur al., 2019).
yang berada di permukaan tanah, kedap air,
dengan ketinggian minimal 70 cm. Selain untuk 2. Hubungan Konstruksi Sumur dengan
keamanan, bibir sumur untuk mencegah Cemaran Air Sumur
masuknya air buangan ke dalam sumur. Hasil Hasil penelitian menunjukkan adanya
penelitian mendapatkan 55,6% sumur gali yang hubungan konstruksi sumur dengan cemaran air
tidak memiliki bibir sumur sesuai dengan sumur (p-value=0,036). Konstruksi yang tidak
persyaratan kesehatan. Sumur gali dengan baik meliputi jarak sumur dengan sumber
konstruksi bibir sumur yang tidak memenuhi pencemar kurang dari 10 meter, serta dinding,
syarat berhubungan dengan peningkatan bibir dan lantai sumur yang tidak kedap air.
coliform air sumur (Hasnawi et al., 2012; Sumber pencemar dimaksud adalah resapan
Khomariyatika & Pawenang, 2011; septik tank, kandang ternak, dan saluran
Sangadjisowohy, 2019; Yustiani et al., 2019). pembuangan air limbah tidak kedap air.
Konstruksi sumur gali yang tidak memenuhi Konstruksi sumur gali yang tidak memenuhi
syarat berkaitan dengan pengetahuan (Putri, syarat akan berdampak pada penurunan kualitas
2017; Rahadi, 2019; Yushananta & Usman, 2018) biologi air. Jarak sumur yang kurang dari 10
dan kemampuan sosial ekonomi masyarakat meter, memungkinkan masuknya mikroba
(Yustiani et al., 2019). pathogen dari sumber pencemar (Hasnawi et al.,
2012; Ihsan, Sudarno, & Oktiawan, 2017;

Setiani, W. Isna/Jurnal Ruwa Jurai Volume 14, Number 1, 2020 (page 40-47)
45

Khomariyatika & Pawenang, 2011; Sapulete, mikrobiologi air bersih berisiko 2,752 kali
2013; Sharon et al., 2018; Yustiani et al., 2019). mengalami kejadian Hepatitis A (OR = 2,752;
Kondisi ini semakin diperparah dengan 95% CI = 1,117-6,781).
konstruksi dinding, bibir dan lantai sumur yang Hepatitis A merupakan penyakit menular
tidak kedap air, sehingga meningkatkan risiko fecal oral yang sering menimbulkan KLB.
cemaran pada air sumur (Apriliana et al., 2017; Penularan penyakit melalui makanan atau air
Hasnawi et al., 2012; Irfandi et al., 2014; yang tercemar virus Hepatitis A. Penyebaran
Khomariyatika & Pawenang, 2011; Sapulete, penyakit Hepatitis A tergolong mudah pada
2013; Sharon et al., 2018; Yustiani et al., 2019). kondisi tidak terpenuhinya sistem sanitasi
Meskipun telah dilakukan klorinasi oleh lingkungan yang tidak memenuhi syarat
petugas kesehatan pada sumur penderita kesehatan, yaitu tersedianya air bersih dengan
Hepatitis A, namun hasil pemeriksaan kualitas dan kuantitas yang baik, serta konstruksi
mikrobiologis masih menunjukkan kualitas air sumber air bersih yang memenuhi syarat
yang belum memenuhi persyaratan. Diduga, kesehatan. Mengintervensi kedua variabel
pemberian kaporit dengan dosis 100 mg/m3 tersebut, serta meningkatkan perilaku hygiene,
yang diberikan sekali seminggu, belum cukup akan menurunkan kejadian Hepatitis A (Al
mampu untuk membunuh bakteri E. coli yang Khakim, 2017; Rahadi, 2019). Peran lingkungan
terdapat pada air sumur. Sehingga perlu dalam penularan Hepatitis A melalui
pengujian untuk penetapan dosis kaporit yang penggunaan air bersih yang tercemar (Syahrul,
efektif, terutama memastikan air dikonsumsi Mubawadi, Mirasa, & Agung, 2018).
setelah proses pendidihan. Keberadaan bakteri E. coli secara tidak
Konstruksi sumber air yang tidak memnuhi langsung menunjukkan peluang adanya
syarat, berkaitan dengan pengetahuan mikroorganisme lain di dalam air, seperti
masyarakat tentang risiko pencemaran terhadap Salmonella spp maupun virus Hepatitis A (Adam
penularan penyakit (Al Khakim, 2017; Putri, 2017; et al., 2019; Syahrul et al., 2018; Yushananta &
Rahadi, 2019; Sumarni & Susanna, 2014; Ahyanti, 2017). Pemeriksaan E. coli pada air
Yushananta, Ahyanti, & Hasan, 2018; Yushananta bersih mengikuti konsep fail safe, artinya, bila air
& Usman, 2018). Sehingga perlu upaya untuk positif tercemar tinja maka diasumsikan di dalam
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang air juga terdapat kuman patogen lainnya
pengelolaan sumber air bersih, baik pada aspek (Sumarni & Susanna, 2014).
konstruksi, perawatan, serta hubungan air
dengan penularan penyakit. Kehadiran bakteri SIMPULAN
Coliform dalam jumlah tertentu di dalam Hasil penelitian mendapatkan bahwa
substrat ataupun benda, misalnya air dan bahan mayoritas sumur gali memiliki jarak kurang dari
makanan, juga merupakan indikator kehadiran 10 meter dari sumber pencemar, terutama
bakteri penyakit lainnya (Yushananta & Ahyanti, resapan septic tank dan kandang ternak.
2017). Sedangkan dinding, bibir dan lantai sumur gali
yang tidak memenuhi syarat, ditemukan pada
3. Hubungan Cemaran E. coli dengan Kejadian lebih dari separuh sumur gali yang diobservasi.
Hepatitis A Berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologis,
Pada penelitian ini, hasil uji statistik tidak seluruh sumur dinyatakan tercemar oleh bakteri
menunjukkan hubungan yang bermakna antara E. coli. Cemaran E. coli berkaitan dengan
cemaran E. coli dengan kejadian Hepatitis A (p- konstruksi sumur yang tidak memenuhi syarat
value = 0,514 ). Tidak terdapatnya hubungan, kesehatan (p-value =0,036).
disebabkan homogenitas data dari hasil Selain perbaikan konstruksi sarana air bersih,
pemeriksaan kualitas biologi air sumur. Berbeda perlu upaya peningkatan pengetahuan
dengan (Ropiah, Hernawan, & Selviana, 2016), masyarakat tentang pengelolaan sumber air
yang menyatakan adanya hubungan yang bersih, baik pada aspek konstruksi, perawatan,
signifikans antara kualitas mikrobiologi air bersih dan hubungan air dengan penularan penyakit,
dengan kejadian Hepatitis A (p-value = 0,045), serta meningkatkan perilaku hygiene sebagai
dan kelompok kasus dengan kualitas upaya pengendalian penyakit Hepatitis A.
Setiani, W. Isna /Jurnal Ruwa Jurai Volume 14, Number 1, 2020 (page 40-47)
46

Pemberian disinfektan dengan dosis efektif pada Analisis Faktor yang Mempengaruhi Jumlah
air sumur gali secara rutin menjadi prioritas Bakteri Escherichia coli pada Sumur Gali
jangka pendek pada masa KLB Hepatitis A. Penderita Diare di Kelurahan Sidomulyo Barat
Kota Pekanbaru. Dinamika Lingkungan
DAFTAR PUSTAKA Indonesia, 4(1), 18.
https://doi.org/10.31258/dli.4.1.p.18-28
Adam, M., Sumampouw, O. J., & Pinontoan, O. R.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
(2019). Kandungan Coliform dan Escherichia
Nomor 32 tahun 2017. Standar Baku Mutu
Coli Pada Sumber Air Bersih Di Desa
Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan
Kumelembuai dan Kumelembuai Dua
Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi,
Kabupaten Minahasa Selatan. Juornal PHWB,
Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian
1(1), 36–44.
Umum. , Peraturan Menteri kesehatan Republik
Afifah, F. (2019). Uji Bakteriologis Coliform Dan
Indonesia § (2017).
Escherichia Coli Pada Air Tanah Bebas.
Pratiwi, E., Soekarso, T., Adam, K., & Setiawaty, V.
https://doi.org/10.31227/osf.io/fp9kr
(2017). Identifikasi Virus Hepatitis A pada
Al Khakim, A. R. (2017). Dinamika Bakteri Coliform
Sindrom Penyakit Kuning Akut di Beberapa
Disebabkan Oleh Tekanan, Kekeruhan dan Sisa
Provinsi di Indonesia Tahun 2013. Global
Chlor di Kota Surabaya (FKM Universitas
Medical & Health Communication (GMHC), 5(3),
Airlangga). Retrieved from
199. https://doi.org/10.29313/gmhc.v5i3.2386
http://repository.its.ac.id/47732/
Putri, E. S. (2017). Analisis Hubungan Pengetahuan,
Apriliana, C., . D., & Sunarko, B. (2017). Pengaruh
Sikap dan Kontruksi Sumur Gali Terhadap
Konstruksi Sumur Gali Terhadap Kualitas
Kualitas Sumur Gali. Prosiding Seminar Nasional
Bakteriologis Air Bersih di Puskesmas Tekung
USM, 1(1), 481–486.
Kabupaten Lumajang Tahun 2017. GEMA
Rahadi, R. (2019). Hubungan Antara Faktor
LINGKUNGAN KESEHATAN, 15(3).
Lingkungan Dan Perilaku Dengan Kejadian
https://doi.org/10.36568/kesling.v15i3.695
Hepatitis A Pada Masyarat Bantaran Sungai
Cahyono, S. B. (2009). Hepatitis A (Cegah
Bengawan Solo Kota Surakarta. Retrieved from
penularannya). Yogyakarta: Kanisius.
http://repository.setiabudi.ac.id/3366/1/INTISAR
Hasnawi, H., Kesehatan, J., Kesehatan, I.-I.,
I DAN ABSTRACT JURNAL RYAN.pdf
Keolahragaan, D., Heriyani, A., Pengaruh, H.
Ropiah, R., Hernawan, A. D., & Selviana, N.
2012, … Masyarakat, K. (2012). Pengaruh
1122028801. (2016). Faktor Lingkungan Dan
Konstruksi Sumur Terhadap Kandungan Bakteri
Perilaku Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Eschercia Coli Pada Air Sumur Gali di Desa
Hepatitis A Di Kecamatan Sintang Kabupaten
Dopalak Kecamatan Paleleh Kabupaten Buol. In
Sintang (Universitas Muhamadyah Pontianak).
Public Health Journal (Vol. 1). State University of
Sangadjisowohy, D. (2019). Uji Kandungan
Gorontalo.
Bakteriologi Pada Air Sumur Gali Ditinjau Dari
Ihsan, M. F., Sudarno, S., & Oktiawan, W. (2017).
Konstruksi Sumur di Kelurahan Sangaji
Kajian Kualitas Air Sumur Gali untuk Wilayah
Kecamatan Ternate Utara. PROMOTIF: Jurnal
Pedalangan yang Mempunyai IPAL Komunal.
Kesehatan Masyarakat, 9(1), 20–27.
Retrieved August 20, 2020, from Jurnal Teknik
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.31934/prom
Lingkungan
otif.v9i1.577
Irfandi, A., Ashar, T., & Chahaya, I. (2014). Analisis
Sapulete, M. R. (2013). Hubungan Antara Jarak
Kandungan Kadmium (Cd) Dan Timbal (Pb)
Septic Tank Ke Sumur Gali dan Kandungan
Pada Air Sumur Gali Penduduk di Sekitar
Escherichia Coli Dalam Air Sumur Gali di
Industri Daur Ulang Aki Dan Gangguan
Kelurahan Tuminting Kecamatan Tuminting
Kesehatan Pada Masyarakat Desa Bandar
Kota Manado. JURNAL BIOMEDIK (JBM), 2(3).
Khalipah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013.
https://doi.org/10.35790/jbm.2.3.2010.1197
In Lingkungan dan Keselamatan Kerja (Vol. 3).
Sharon, T. L., Woodford, J. B., & Oksfriani, S. J.
University of North Sumatra.
(2018). Hubungan Antara Faktor Konstruksi Dan
Khomariyatika, T., & Pawenang, T. E. (2011).
Jarak Sumur Gali Terhadap Sumber Pencemar
Kualitas Bakteriologis Air Sumur Gali. Kesmas,
Dengan Total Coliform Air Sumur Gali di
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(1), 63–72.
Kelurahan Motto Kecamatan Lembeh Utara. In
https://doi.org/10.15294/kemas.v7i1.1794
Jurnal KESMAS (Vol. 7). Retrieved from
Muchlis, M., Thamrin, T., & Siregar, S. H. (2017).
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kesmas/
Setiani, W. Isna/Jurnal Ruwa Jurai Volume 14, Number 1, 2020 (page 40-47)
47

article/view/23160 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Desa


Sumarni, I., & Susanna, D. (2014). Kondisi Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten
Kesehatan Lingkungan Pesantren dan Perilaku Pesawaran. Sakai Sambayan Jurnal Pengabdian
Hidup Bersih dan Sehat Siswa dengan Kejadian Kepada Masyarakat, 2(2), 76.
Hepatitis. Kesmas: National Public Health https://doi.org/10.23960/jss.v2i2.79
Journal, 9(2), 179. Yushananta, P., & Usman, S. (2018). The Incidence
https://doi.org/10.21109/kesmas.v9i2.515 of Diarrhea in Babies Affected through the
Suni, N. S. P. (2019). Tantangan dalam Cleanliness of Eating Utensils and Hands.
penanggulangan kejadian luar biasa (klb) Journal of Medical Science And Clinical Research,
penyakit hepatitis a di pacitan. Pusat Penelitian 6(9). https://doi.org/10.18535/jmscr/v6i9.137
Badan Keahlian DPR RI, 11(14), 13–18. Yustiani, Y. M., Hasbiah, A. W., & Fuad, R. (2019).
Syahrul, F. B. H., Mubawadi, F., Mirasa, T., & Agung, Pengaruh Kondisi Fisik Dan Jarak Sumur Gali
Y. (2018). Analisa Kejadian Luar Biasa Hepatitis Dengan Peternakan Sapi Terhadap Kandungan
A Di SMA X Kabupaten Lamongan Tahun 2018. Bakteri Coliform Air Sumur Gali di Desa
Jurnal Berkala Epidemiologi, 6(2), 112–121. Sukajaya Kecamatan Lembang Kabupaten
Yushananta, P., & Ahyanti, M. (2017). Risiko Bandung Barat. Journal of Community Based
Fotoreaktivasi terhadap Kualitas Mikrobiologi Environmental Engineering and Management,
Air Minum Isi Ulang. Jurnal Kesehatan, 8(2), 212. 1(1), 19.
https://doi.org/10.26630/jk.v8i2.482 https://doi.org/10.23969/jcbeem.v1i1.1367
Yushananta, P., Ahyanti, M., & Hasan, A. (2018).

Setiani, W. Isna /Jurnal Ruwa Jurai Volume 14, Number 1, 2020 (page 40-47)

Anda mungkin juga menyukai