IMUNISASI CAMPAK
2. Imunisasi Pasif
Adalah dimana tubuh tidak membuat sendiri kekebalan terhadap
penyakit tetapi mendapatkannya dari orang lain. Misalnya
kolostrum (ASI yang pertama keluar berwarna kekuning-
1
kuningan) yang diberikan oleh ibu pada bayi yang dapat
melindungi bayi dari diare dan penyakit infeksi lainnya.
2
2. Hepatitis B
Virus hepatitis B adalah virus yang menyebabkan penyakit
hepatitis B atau lebih dikenal dengan nama penyakit kuning. Penyakit
ini sangatlah berbahaya karena bisa menyebabkan kerusakan pada hati.
Pemberian vaksin 3 kali pada bayi terbukti mampu mencegah penyakit
hepatitis B sampai 75 %. Pada saat bayi baru lahir akan di berikan HB
0 yang disuntikkan pada paha kirinya dan kemudian diusia tiga bulan
akan diberikan vaksin HB lagi bersamaan dengan DPT,Hib dan Polio.
3. DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus)
Vaksin ini merupakan gabungan dari 3 vaksin yaitu Difteri,
Pertussis, dan Tetanus (DPT). Difteri merupakan penyakit dari basil
Difteri yang bisa menyebabkan kerusakan jantung dan
sataf. Pertussis yaitu penyakit batuk rajan yang sangat menular
penyakit inj sering juga disebut batuk 100 hari. Tetanusdisebabkan
oleh jenis bakteri yang disebut dengan Clostridium tetani ditandai
dengan kekakuan otot gejala penyakit tetanus hampir sama
dengan Epilepsi
4. Vaksin Polio
Penyakit polio adalah penyakit yang bisa menyebabkan
kelumpuhan pada anak. Menurut penelitian vaksin polio terbukti 90 %
efektif untuk mencegah infeksi polio pada anak. Jenis Vaksin Polia ada
dua macam yakni Sabin yang di tetes kan pada mulut bayi sebanyak
dua tetes setiap imunisasi polio dan jenis salk yang di suntikkan.
5. Imunisasi Campak
Campak adalah salah satu jenis Penyakit kulit yang menular
berakibat fatal terutama pada anak-anak. Menurut penelitian Vaksin ini
dapat mencegah infeksi campak hingga 90 persen.
1.6 Kondisi anak yang tidak boleh diberi Imunisasi :
Ada beberapa kondisi & mrpkan pertimbangan utk tdk memberi imunisasi
anak yaitu:
a) Flu berat/panas tinggi dgn penyebab yg serius
3
b) Perubahan pd sistem imun yg tdk dpt menerima vaksin virus
hidup
c) sedang dlm pemberian obat2 yg menekan system imun, spt:
sitostatika, transfusi darah & imunoglobulin
d) Riwayat alergi terhdp pemberian vaksin sebelumnya seperti
pertusis
4
2. Konsep Dasar Imunisasi Campak
2. 1 Definisi Campak
Istilah asing untuk penyakit campak ialah morbilli (latin) measles
(Inggris). Penyakit ini sangat mudah menular, kuman penyebabnya adalah
sejenis virus yang termasuk kedalam golonggan paramiksovirus. Gejala
yang khas pada campak adalah timbulnya bercak-bercak merah di kulit
(eksantem) 3-5 hari setelah anak menderita demam, batuk atau pilek.
Komplikasi campak yang berbahaya adalah radang otak, (esenfalitis atau
ensefalopati), radang paru-paru radang saluran kemih dan menurunnya
keadaan gizi anak (Markum, 2002).
2. 2 Etiologi Campak
Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
Rubella, oleh karena itu campak juga sering disebut Demam Rubella.
Virus penyebab campak ini biasanya hidup pada daerah tenggorokan dan
saluran pernapasan. Virus campak dapat hidup dan berkembang biak pada
selaput lendir tenggorokan, hidung dan saluran pernapasan. Anak yang
terinfeksi oleh virus campak dapat menularkan virus ini kepada
lingkungannya, terutama orang-orang yang tinggal serumah dengan
penderita. Pada saat anak yang terinfeksi bersin atau batuk, virus juga
dibatukkan dan terbawa oleh udara. Anak dan orang lain yang belum
mendapatkan imunisasi campak, akan mudah sekali terinfeksi jika
menghirup udara pernapasan yang mengandung virus. Penularan virus
juga dapat terjadi jika anak memegang atau memasukkan tangannya yang
terkontaminasi dengan virus ke dalam hidung atau mulut. Biasanya virus
dapat ditularkan 4 hari sebelum ruam timbul sampai 4 hari setelah ruam
pertama kali timbul.
2. 3 Patofisiologi Campak
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet udara, menempel
dan berbiak. Infeksi mulai saat orang yang rentan menghirup percikan
mengandung virus dari secret nasofaring pasien campak. Di tempat masuk
kuman, terjadi periode pendek perbanyakan virus local dan penyebaran
terbatas, diikuti oleh viremia primer singkat bertiter rendah, yang
5
memberikan kesempatan kepada agen untuk menyebar ketempat lain,
tempat virus secara aktif memperbanyak diri di jaringan limfoid. Viremia
sekunder yang memanjang terjadi, berkaitan dengan awitan prodromal
klinis dan perluasan virus. Sejak saat itu ( kira-kira 9 sampai 10 hari
setelah terinfeksi ) sampai permulaan keluarnya ruam, virus dapat
dideteksi di seluruh tubuh, terutama di traktus respiraturius dan jaringan
limfoid. Virus juga dapat ditemukan di secret nasofaring, urine, dan
darah.pasien paling mungkin menularkan pada orang lain dalam periode 5
sampai 6 hari. Dengan mulainya awitan ruam ( kira-kira 14 hari setelah
infeksi awal ), perbanyakan virus berkurang dan pada 16 hari sulit
menemukan virus, kecuali di urine, tempat virus bisa menetap selama
beberapa hari lagi. Insiden bersamaan dengan munculnya eksantema
adalah deteksi antibody campak yang beredar dalam serum yang
ditemukan pada hampir 100% pasien dihari ke dua timbulnya ruam.
Perbaikan gejala klinis dimulai saat ini, kecuali pada beberapa pasien,
dimulai beberapa hari kemudian karena penyakit sekunder yang
disebabkan oleh bakteri yang bermigrasi melintasi barisan sel epitel
traktus respiraturius. Terjadi sinusitis, otitis media, bronkopneumonia
sekunder akibat hilangnya pertahanan normal setempat.
6
2. 5 Penceggahan campak
Cara yang paling efektif untuk mencegah anak dari penyakit
campak adalah dengan memberikan imunisasi campak. Jika setelah
mendapat imunisasi, anak terserang campak, maka perjalanan penyakit
akan jauh lebih ringan. Imunisasi campak untuk bayi diberikan pada umur
9 bulan. Bisa pula imunisasi campuran, misalnya MMR (measles-mump-
rubella), biasanya diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan
pada usia 4-6 tahun. Disuntikkan pada otot paha atau lengan atas
Selalu menjaga kebersihan dengan selalu mencuci tangan anak sebelum
makan.
Jika anak belum waktunya menerima imunisasi campak, atau
karena hal tertentu dokter menunda pemberian imunisasi campak (MMR),
sebaiknya anak tidak berdekatan dengan anak lain atau orang lain yang
sedang demam.
1. Vaksin
Vaksin campak dibagi 2 bagian yaitu:
a) Vaksin yang berasal dari virus campak, yang hidup dan
dilemahkan (tipe Endomonston B).
b) Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan
(Virus campak yang berbeda dalam larutan formalin yang
dicampur dengan garam aluminium)
7
diperoleh berlangsung seumur hidup, maka tidak diperlukan revaksinasi
(imunisasi ulang) (Markum, 2002). Dosis dan cara pemberiannya adalah :
a. Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang
dilemahkan adalah 1000 TCID 50 atau sebanyak 0,5 ml.
b. Untuk vaksin hidup, pemberian dengan 20 TCID 50 saja mungkin
sudah dapat memberikan hasil yang baik.Pemberian yang dianjurkan
secara subkutan, walaupun demikian dapat diberikan secara intra
muscular.
c. Perhatian untuk suntikan subkutan :
1. Arah jarum 45 º terhadap kulit
2. Cubit tebal untuk suntikan subkutan
3. spuit sebelum vaksin disuntikan
4. Untuk suntikan multiple diberikan pada bagian ekstremitas yang
berbeda.
2. 8 Efek Samping
Sangat jarang, mungkin terjadi kejang yang ringan dan tidak berbahaya
pada hari ke 10-12 setelah penyuntikan. Selain itu dapat terjadi radang
otak berupa ensefalopati dalam waktu 30 hari setelah imunisasi (Markum,
2002).
8
2. 9 Kontra Indikasi Campak
Kontra indikasi hanya berlaku terhadap anak yang sakit parah, yang
menderita TBC tanpa pengobatan, atau yang menderita kurang gizi dalam
derajat berat pada anak yang pernah menderita kejang, anak dengan alergi
berat, anak dengan demam akut dan anak yang mendapat vaksin hidup lain
(Keputusan Menkes RI No 1059/Menkes/SK/IX/2004).
9
Konsep Asuhan Keperawatan
Imunisasi Campak
I. PENGKAJIAN
A. Data biografi
1. Bayi Atau Anak
Nama :
Tanggal lahir :
Jenis kelamin :
Agama :
Anak ke :
Alamat :
Orang Tua
Ayah
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Agama :
Alamat :
Ibu
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Agama :
Alamat :
10
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Ny “X” membeawa anaknya berkunjung ke Posyandu untuk
mendapatkan imuniasasi Campak
2. Keluhan saat dikaji
Ny “X” mengatakan anaknya dalam keadaan sehat dan akan
diimuninsasi campak
3. Riwayan Kesehatan Dahulu
Ny X” mengatakan anaknya tidak pernah mengalami sakit yang berat
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ny “X” mengatakan keluarganya tidak ada yang pernah menderita
penyakit berat atau menular
5. Riwayat Kesehatan lingkungan
Ny “X” mengatakan rumah selalu di bersihkan setiap hari
C. RIWAYAT KEHAMILAN
a. Pre natal
Ny “X” mengatakan mulai memeriksakan kehamilannya pada usia
kehamilan 12 minggu tanggal 12 januari 2015, usia kehamilan ke 16
pada tanggal 23 februari 2015, usia kehamilan 20 minggu pada
tanggal 21 februari 2015, pada usia kehamilan 24 hari pada tanggal
12 maret 2015, pada usia kehamilan 28 minggu pada tanggal 11
april 2015 dan terakhir pada usia kehamilan 35 minggu pada
tanggal 21 juni 2015.
b. Natal
Ny “X” mengatakania melahirkan dengan normal dengan umur
kehamilan 36 minggu di rumah sakit cipto mangun kusumo
c. Post natal
Ny “X” mengatakan tidak mengalami banyak pendarahan dan anak
lahir tanpa kelainan dengan jenis kelamin aki laki dengan berat badan
3.300 gran dan panjang badan 48 cm
11
D. RIWAYAT IMUNISASI
Ny”X” mengatakan anaknya sudah mendapatkan imunisasi yang
diberikan pada usia 0 hari, 1 bulan – 4 bulan.
E. RIWAYAT BIO-PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL
Ny “X” mengatakan anaknya sangat senang dengan siapa saja dan jarang
rewel”
F. KEBUTUHAN DASAR BIOLOGIS
1. Pola Pernapasan
2. Pola Nutrisi
3. Pola Istrirahat Tidur
4. Personal Hygine
5. Pola Aktivitas
6. Pola Eliminasi
G. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan status generaslis
A. Keadaan umum :
B. Kesadaran :
C. Tanda–tanda vital
- suhu :
- nadi :
- Pernafasan :
2. Pemeriksaan head to Toes
a. Kepala
b. Mata
c. Telinga
d. Hidung
e. Mulut
f. Leher
g. Dada
h. Perut
i. Ekstremitas atas dan bawah
12
H. TERAPI OBAT
1. injeksi vaksin campak 0,5 ml pada lengan kiri
2. puyer paracetamol
Intervensi
1. Lakukan pendekatan terapeutik pada klien dan keluarga
R: dengan pendekatan terapeutik akan tercipta hubungan saling percaya
dan terjalin kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dan klien
2. Lakukan cuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan
R : mencegah infeksi silang antara pasien dan petugas kesehatan
3. Jelaskan pada orangtua, manfaat, cara pemberian, efek samping, dari
imunisasi campak
R : penjelasan yang baik dan benar dapat mengurangi kekhawatiran orang
13
5. Siapkan vaksin dan pasien dan lakukan pengecekan vaksin
R : teknik pengenceran dan pengambilan dosis yang benar serta persiapan
pasien merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan
keefektifan imunisasi, untuk menghindari kesalahan dalam pemberian
vaksin
6. Lakukan imunisasi campak dengan cara yang tepat
R : suntikan SC pada muskulus deltoideus vaksin campak lebih mudah
diserap pada lapisan subcutan
7. Tulis pada buku KIA / KMS tanggal pemberian imunisasi
R : penulisan tanggal akan mempermudah proses imunisasi dan
pemantauan jadwal yang benar/tepat akan meningkatkan efektifitas
imunisasi
8. Motivasi kunjungan ulang untuk pemantauan tumbuh kembang anak dan
mendapatkan imunisasi berikutnya
R : informasi yang leas tentang jadwal pemberian imunisasi berikutnya
sehingga anak dapat imunisasi dengan tepat waktu
14
Dx 3 : Defisit pengetahuan Ibu bayi berhubungan dengan kurangnya
informasi dari petugas
Tujuan : ibu bayi tidak khawatir dengan keadaan bayinya setelah imunisasi
KH : ibu bayi mengerti cara menangani bayi
Intervensi
1. Menjelaskan KIPI (kejadian ikutan pasca imunisasi) dengan jelas pada ibu
bayi
R : ibu bayi tidak khawatir jika terjadi KIPI
2. Menjelaskan apa yang harus dilakukan ibu bayi jika terjadi KIPI
R : ibu bayi mengetahui apa yang dapat dilakukan
IV. IMPLEMENTASI
Tindakan dari intervensi sesuai kebutuhan klien
V. EVALUASI
Dilakukan untuk mengetahui sejauhmana keefektifitasan asuahan kebidanan
yang dilakukan dengan mengacu pada kriteria hasil
15
DAFTAR PUSTAKA
16