Anda di halaman 1dari 21

Darah

(Jumlah sel darah merah dan sel darah putih, Kecepatan pembekuan darah,
Uji golongan darah, Kadar hemoglobin dalam darah)

Laporan Praktikum

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Anatomi dan Fisiologi Manusia
yang dibina oleh Bapak Abdul Ghofur

Disusun oleh kelompok 1


Alfiani Rachmawati (110342422037) / HE
Asa Ismawan (110342422007) / HZ
Ayuria Andini (110342422023) / HZ
Bintang Kusuma T.H (110342422008) / HZ
Dila Handayani (110342422016) / HZ
Ynita Ery Kartika P. (110342422017) / HZ

The Learning University

Universitas Negeri Malang


Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Jurusan Biologi
November 2013
A. Topik : Darah
B. Hari / Tanggal : 29 Oktober 2013
C. Tujuan
1. Menghitung jumlah sel darah merah dan sel darah putih
2. Menguji kecepatan pembekuan darah
3. Menguji golongan darah
4. Memperkirakan kadar hemoglobin dalam darah
D. Dasar Teori
Darah adalah materi transport di dalam sistem transportasi tubuh manusia.
Darah merupakan jaringan cair yang terdiri atas 2 bagian. Bagian interseluler
adalah cairan yang disebut plasma dan didalamnya terdapat unsuri-unsur padat,
yaitu sel darah. Warna darah adalah merah terang sampai kebiruan tergantung
kadar oksigen yang dibawa. Volume darah total pada manusia adalah kurang lebih
5 liter pada laki-laki dewasa, tergantung ukuran tubuh, dan konsentrasi elektrolit
dalam tubuh. Ada 3 tipe unsur-unsur darah ialah sel-sel darah merah atau eritrosit,
sel-sel darah putih atau leukosit dan keping-keping darah atau trombosit. Sel
darah merah berfungsi mentranspor oksigen melalui pengikatan oksihemoglobin
dan mentranspor karbondioksida melalui pengikatan karbominohemoglobin serta
mengatur pH darah sedangkan sel darah putih berfungsi melindungi tubuh dari
infeksi karena bertugas untuk memakan fagositosit (Pearce, 2002).
Darah memiliki dua fungsi utama dari darah ialah mengangkut bahan-
bahan (dan panas) ke dalam dari semua jaringan-jaringan badan dan
mempertahankan badan terhadap penyakit. Fungsi darah secara umum adalah
mengantar oksigen dan antioxidant ke seluruh tubuh, mengantar oksigen
keseluruh tubuh, mengantar nutrisi ke organ-organ tubuh (karbohidrat, protein,
vitamin, mineral, lemak dan lain sebagainya), membuang zat-zat racun serta
bahan-bahan buangan lainnya (Karbondioksida), mengantar antibody yang
dihasilkan oleh sistem limpa kita keseluruh tubuh, mengantarkan antioxidant yang
bersumber dari vitamin, mineral dan enzym tertentu untuk melindungi tubuh dari
radikal bebas yang merusak, membawa energi yang didapat dari sinar matahari,
yang telah diproses oleh limpa, jantung dan organ tubuh lainnya.
Plasma darah merupakan komponen terbesar dalam darah, karena lebih
dari separuh darah mengandung plasma darah. Hampir 90% bagian dari plasma
darah adalah air. Plasma darah berfungsi untuk mengangkut sari makanan ke sel-
sel serta membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat pembuangan. Fungsi
lainnya adalah menghasilkan zat kekebalan tubuh terhadap penyakit atau zat
antibodi.
Sel darah merah atau eritrosit berbentuk cakram kecil bikonkaf, cekung
pada kedua sisinya, sehingga dilihat dari samping tampak seperti dua buah bulan
sabit yang saling bertolak belakang. Dalam setiap mm3 darah terdapat 5.000.000
sel darah. Bila dilihat satu per satu warnanya kuning pucat, tetapi dalam jumlah
besar kelihatan merah dan memberi warna pada darah. Strukturnya terdiri atas
pembungkus luar atau stroma dan berisi masa hemoglobin. Sel darah merah
terbentuk di dalam sumsum tulang (Pearce, 2002).
Jangka hidup sel darah merah kira- kira 120 hari. Sel- sel darah merah
yang telah tua akan ditelan oleh sel- sel fagostik yang terdapat dalam hati dan
limpa. Jumlah sel darah merah pada wanita normal kira- kira 4,5 juta sel / mm3
darah. Sedangkan untuk laki- laki normal 5 juta / mm3 darah. Meskipun demikian
nilai-nilai ini dapat turun-naik dalam suatu kisaran yang luas sekali, tergantung
pada faktor-faktor seperti ketinggian tempat seorang hidup dan kesehatan . Wanita
normal mempunyai ± 4,5 juta sel dalam setiap milimeter kubik darah. Pada laki-
laki normal, rata-rata jumlah ± 5 juta sel. Meskipun demikian nilai-nilai ini dapat
turun-naik dalam suatu kisaran yang luas sekali, tergantung pada faktor-faktor
seperti ketinggian tempat seorang hidup dan kesehatan (Kimball,1993).
Kurang dari 1 % darah manusia adalah leukosit. Ukuran leukosit lebih
besar daripada eritrosit. Leukosit tidak mengandung haemoglobin, memiliki
nucleus dan pada dasarnya dijumpai dalam keadaan tidak berwarna (Kimball,
1993). Ada 2 macam tipe leukosit yaitu granular dan agranular. Granulosit adalah
leukosit sirkular dan memiliki granule pada sitoplasmanya. Sedangkan agranulosit
tidak memiliki granule pada sitoplasmanya. Granulosit terdiri atas 3 tipe yaitu sel
metrofil, dimana paling banyak dijumpai, mewarnai dirinya dengan pewarna
netral atau campuran pewarna asam basa dan tampak berwarna ungu; sel
eusinofil, dimana sel ini sedikit dijumpai, penyerap warna yang bersifat asam atau
eosin dan kelihatan merah; sel basofil yang menyerap pewarna basa dan menjadi
biru. Sedangkan agranulosit terdiri atas monosit, yang berfungsi untuk menutup
daerah luka, membungkus dan memfagosit setelah netrofil dan basofil.
Leukosit merupakan unit yang mobil/aktif dari sistem pertahanan tubuh.
Luekosit ini sebagian dibentuk di sumsum tulang (granulosit dan monosit serta
sedikit limfosit) dan sebagian lagi di jaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma).
Setelah dibentuk, sel-sel ini diangkut dalam darah menuju berbagai bagian tubuh
untuk digunakan. Manfaat sesungguhnya dari sel darah putih ialah bahwa
kebanyakan ditranspor secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami
peradangan serius, jadi, menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap
setiap bahan infeksius yang mungkin ada.
Pemeriksaan darah yang paling sering dilakukan adalah hitung jenis sel
darah lengkap (Complete Blood Cell Count) yang merupakan penilaian dasar dari
komponen sel darah. Sebuah mesin otomatis melakukan pemeriksaan ini dalam
waktu kurang dari 1 menit terhadap setetes darah. Selain untuk menentukan
jumlah sel darah dan trombosit, persentase dari setiap jenis sel darah putih dan
kandungan hemoglobin; hitung jenis sel darah biasanya menilai ukuran dan
bentuk dari sel darah merah. Sel darah merah yang abnormal bisa pecah atau
berbentuk seperti tetesan air mata, bulan sabit atau jarum.
Dengan mengetahui bentuk atau ukuran yang abnormal dari sel darah
merah, bisa membantu mendiagnosis suatu penyakit. Sebagai contoh sel
berbentuk bulan sabit adalah khas untuk penyakit sel sabit, sel darah merah yang
kecil dapat merupakan pertanda dari stadium awal kekurangan zat besi dan sel
darah merah berbentuk oval besar menunjukkan kekurangan asam folat atau
vitamin B12 (anemia pernisiosa). Sebagian besar pemeriksaan darah lainya
membantu memantau fungsi organ lainnya. Karena darah membawa sekian
banyak bahan yang penting untuk fungsi tubuh, pemeriksaan darah bisa
digunakan untuk mengetahui apa yang terjadi di dalam tubuh. Selain itu,
pemeriksaan darah relatif mudah dilakukan. Misalnya fungsi tiroid bisa dinilai
secara lebih mudah dengan mengukur kadar hormon tiroid dalam darah
dibandingkan dengan secara langsung mengambil contoh tiroid.
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi
sebagai media transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan
membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru paru. Kandungan zat besi
yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah.
Pengukuran secara visual dengan mencocokkan warna larutan sampel
dengan warna batang gelas standar. Metode ini memiliki kesalahan sebesar 10-
15%, karena tidak dapat untuk menghitung indeks eritrosit.
Indeks normal kadar hemoglobin pada manusia adalah sebagai berikut:
1. Bayi baru lahir : 15.2 - 23.6 gr/dl
2. Anak usia 1-3 tahun : 10.8 - 12.8 gr/dl
3. Anak usia 4-5 tahun : 10.7 - 14.7 gr/dl
4. Anak usia 6-10 tahun : 10.8 - 15.6 gr/dl
5. Dewasa (Pria) : 13.2 - 17.3 gr/dl
6. Dewasa (Wanita) : 11.7 - 15.5 gr/dl
Fungsi hemoglobin dalam eritrosit sebagai pengangkut gas, baik oksigen
maupun karbondioksida. Hemoglobin darah dapat mengangkut sekitar 60 kali
oksigen lebih banyak apabila dibandingkan dengan air pada saat dalam kondisi
dan jumlah yang sama. Hemoglobin dapat bergabung dengan oksigen udara yang
terdapat dalam paru-paru karena mempunyai daya afinitas yang tinggi, sehingga
terbentuklah oksihemoglobin yang kemudian oksigen tersebut dilepaskan ke sel-
sel jaringan tubuh. Kadar hemoglobin diukur dalam gram per 100 ml darah atau
dalam gram persen. Hemoglobin merupakan zat padat dalam eritrosit yang
menyebabkan warna merah. Dibandingkan dengan sel-sel lain dalam jaringan,
eritrosit kurang mengandung air. Tekanan osmosis dalam sel sama dengan
tekanan osmosis pada plasma. Bila terjadi perubahan tekanan osmosis pada
larutan di luar sel darah merah akan berpengaruh terhadap besar sel. Larutan yang
hipotonik menyebabkan air masuk ke dalam sel dan sel akn bertambah besar
kemudian pecah dan hemoglobin akan keluar dari sel. Proses ini disebut
hemolisis. Proses ini dapat disebabkan oleh faktor lain seperti adanya pelarut
lemak misalnya eter dan kloroform.
Sel darah merah mengandung sekitar 35% berat hemoglobin. Hemoglobin
ini mengandung dua rantai α dan dua rantai β serta empat gugus heme, yang
masing-masing berikatan dengan rantai polipeptida. Masing-masing gugus heme
dapat mengikat 1 molekul oksigen karena sejumalh besar hemoglobin yang
terdapat dalam sel darah merah, 100 ml darah mamalia, jika dioksigenasi penuh,
dapat membawa 21 gas O2. jumlah O2 yang diikat oleh hemoglobin bergantung
kepada empat faktor: (1) tekanan parsial (2) pH (3) konsentrasi 2,3-
difosfogliserat (DPG) dan (4) konsentrasi CO2.
Pada paru-paru dimana tekanan parsial oksigen tinggi (90-100 mmHg) dan
pH dan juga pH relatif tinggi (25-40 mmHg) dan pH juga relatif rendah (7,2-7,3),
terjadi pembebasan oksigen yang terikat ke dalam massa jaringan yang melakukan
respirasi. Vena darah yang meninggalkan jaringan, mengandung hemoglobin yang
tingkat kejenuhannya 65%. Oleh karena itu, hemoglobin berdaur diantara
kejenuhan oleh oksigen 65% dan 975, dalam sirkuit berulang diantara paru-paru
dan jaringan perifer.
Suatu pengatur derajat hemoglobin yang penting adalah 2,3-difosfogliserat
(DPG). Konsentrasi DPG yang tinggi di dalam sel menyebabkan afinitas
hemoglobin terhadap oksigen yang lebih rendah. Jika pengiriman oksigen ke
jaringan sangat terbatas seperti pada orang yang mengalami defisiensi sel darah
merah atau orang yang hidup di dataran tinggi, konsentrasi DPG di dalam sel
menjadi lebih tinggi daripada individu normal yang hidup normal di daerah
permukaan laut. Hal ini menyebabkan hemoglobin membebaskan oksigen yang
diikatnya segera ke dalam jaringan untuk mengimbangi penurunan oksigenasi
hemoglobin di dalam paru-paru.
Pembekuan Darah
Hemostasis berasal dari kata haima (darah) dan stasis (berhenti),
merupakan proses yang amat kompleks, berlangsung terus menerus dalam
mencegah kehilangan darah secara spontan, serta menghentikan pendarahan
akibat kerusakan sistem pembuluh darah. Hemostasis merupakan pristiwa
penghentian perdarahan akibat putusnya atau robeknya pembuluh darah,
sedangkan thrombosis terjadi ketika endothelium yang melapisi pembuluh darah
rusak atau hilang. Proses ini mencakup pembekuan darah (koagulasi) dan
melibatkan pembuluh darah, agregasi trombosit serta protein plasma baik yang
menyebabkan pembekuan maupun yang melarutkan bekuan. Hemostasis
bertujuan untuk menjaga agar darah tetap cair di dalam arteri dan vena, mencegah
kehilangan darah karena luka, memperbaiki aliran darah selama proses
penyembuhan luka. Hemostasis juga bertujuan untuk menghentikan dan
mengontrol perdarahan dari pembuluh darah yang terluka.
Koagulasi dan fibrinolisis merupakan mekanisme yang saling berkaitan
erat sehingga seorang tidak dapat membicarakan masalah koagulasi tanpa di sertai
dengan fibrinolisis demikian juga sebaliknya.dalam system koagulasis dan
fibrinolisis terdapat system lain yang mengatur agar kedua proses tidak langsung
berlebihan .sistem tersebut terdiri dari faktor-faktor penghambat ( inhibitor).
Seluruh proses merupakan mekanisme terpadu antara aktifitas pembuluh
darah,fungsi trombosit ,interaksi antara prokoagulan dalam sirkulasi dengan
trombosit ,aktifasi fibrinolisis dan aktifitas inhibitor.
Pada hemostasis terjadi vasokonstriksi inisial pada pembuluh darah yang
cedera sehingga aliran darah di sebelah distal cedera terganggu. Kemudian
hemostasis dan thrombosis memiliki 3 fase yang sama:
a. Pembekuan agregat trombosit yang longgar dan sementara pada tempat
luka. Trombosit akan mengikat kolagen pada tempat luka pembuluh darah
dan diaktifkan oleh thrombin yang terbentuk dalam kaskade pristiwa
koagulasi pada tempat yang sama, atau oleh ADP yang dilepaskan
trombosit aktif lainnya. Pada pengaktifan, trombosit akan berubah bentuk
dan dengan adanya fibrinogen, trombosit kemudian mengadakan agregasi
terbentuk sumbat hemostatik ataupun trombos
b. Pembentukan jarring fibrin yang terikat dengan agregat trombosit sehingga
terbentuk sumbat hemostatik atau trombos yang lebih stabil.
c. Pelarutan parsial atau total agregat hemostatik atau trombos oleh plasmin
Proses yang mengawali pembentukan bekuan fibrin sebagai respons
terhadap cedera jaringan dilaksanakan oleh lintasan ekstrinsik. Lintasan intrinsic
pengaktifannya berhubungan dengan suatu permukaan yang bermuatan negative.
Lintasan intrinsic dan ekstrinsik menyatu dalam sebuah lintasan terkahir yang
sama yang melibatkan pengaktifan protrombin menjadi thrombin dan pemecahan
fibrinogen yang dikatalis thrombin untuk membentuk fibrin.
Faktor-faktor pada Pembekuan Darah:
Faktor I
Fibrinogen: sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat molekul protein
plasma dan diubah menjadi fibrin melalui aksi trombin. Kekurangan faktor ini
menyebabkan masalah pembekuan darah afibrinogenemia atau
hypofibrinogenemia.
Faktor II
Prothrombin: sebuah faktor koagulasi yang merupakan protein plasma dan
diubah menjadi bentuk aktif trombin (faktor IIa) oleh pembelahan dengan
mengaktifkan faktor X (Xa) di jalur umum dari pembekuan. Fibrinogen trombin
kemudian memotong ke bentuk aktif fibrin. Kekurangan faktor menyebabkan
hypoprothrombinemia.
Faktor III
Jaringan Tromboplastin: koagulasi faktor yang berasal dari beberapa
sumber yang berbeda dalam tubuh, seperti otak dan paru-paru; Jaringan
Tromboplastin penting dalam pembentukan prothrombin ekstrinsik yang
mengkonversi prinsip di Jalur koagulasi ekstrinsik. Disebut juga faktor jaringan.
Faktor IV
Kalsium: sebuah faktor koagulasi diperlukan dalam berbagai fase
pembekuan darah.
Faktor V
Proaccelerin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan
panas, yang hadir dalam plasma, tetapi tidak dalam serum, dan fungsi baik di
intrinsik dan ekstrinsik koagulasi jalur. Proaccelerin mengkatalisis pembelahan
prothrombin trombin yang aktif. Kekurangan faktor ini, sifat resesif autosomal,
mengarah pada kecenderungan berdarah yang langka yang disebut
parahemophilia, dengan berbagai derajat keparahan. Disebut juga akselerator
globulin.
Faktor VI
Sebuah faktor koagulasi sebelumnya dianggap suatu bentuk aktif faktor V,
tetapi tidak lagi dianggap dalam skema hemostasis.

Faktor VII
Proconvertin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabildan
panas dan berpartisipasi dalam Jalur koagulasi ekstrinsik. Hal ini diaktifkan oleh
kontak dengan kalsium, dan bersama dengan mengaktifkan faktor III itu faktor X.
Defisiensi faktor Proconvertin, yang mungkin herediter (autosomal resesif) atau
diperoleh (yang berhubungan dengan kekurangan vitamin K), hasil dalam
kecenderungan perdarahan. Disebut juga serum prothrombin konversi faktor
akselerator dan stabil.
Faktor VIII
Antihemophilic faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif
labil dan berpartisipasi dalam jalur intrinsik dari koagulasi, bertindak (dalam
konser dengan faktor von Willebrand) sebagai kofaktor dalam aktivasi faktor X.
Defisiensi, sebuah resesif terkait-X sifat, penyebab hemofilia A. Disebut juga
antihemophilic globulin dan faktor antihemophilic A.
Faktor IX
Tromboplastin Plasma komponen, sebuah faktor koagulasi penyimpanan
yang relatif stabil dan terlibat dalam jalur intrinsik dari pembekuan. Setelah
aktivasi, diaktifkan Defisiensi faktor X. hasil di hemofilia B. Disebut juga faktor
Natal dan faktor antihemophilic B.
Faktor X
Stuart faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan
berpartisipasi dalam baik intrinsik dan ekstrinsik jalur koagulasi, menyatukan
mereka untuk memulai jalur umum dari pembekuan. Setelah diaktifkan,
membentuk kompleks dengan kalsium, fosfolipid, dan faktor V, yang disebut
prothrombinase; hal ini dapat membelah dan mengaktifkan prothrombin untuk
trombin. Kekurangan faktor ini dapat menyebabkan gangguan koagulasi sistemik.
Disebut juga Prower Stuart-faktor. Bentuk yang diaktifkan disebut juga
thrombokinase.
Faktor XI
Tromboplastin plasma yg di atas, faktor koagulasi yang stabil yang terlibat
dalam jalur intrinsik dari koagulasi; sekali diaktifkan, itu mengaktifkan faktor IX.
Lihat juga kekurangan faktor XI. Disebut juga faktor antihemophilic C.
Faktor XII
Hageman faktor: faktor koagulasi yang stabil yang diaktifkan oleh kontak
dengan kaca atau permukaan asing lainnya dan memulai jalur intrinsik dari
koagulasi dengan mengaktifkan faktor XI. Kekurangan faktor ini menghasilkan
kecenderungan trombosis.
Faktor XIII
Fibrin-faktor yang menstabilkan, sebuah faktor koagulasi yang merubah
fibrin monomer untuk polimer sehingga mereka menjadi stabil dan tidak larut
dalam urea, fibrin yang memungkinkan untuk membentuk pembekuan darah.
Kekurangan faktor ini memberikan kecenderungan seseorang hemorrhagic.
Disebut juga fibrinase dan protransglutaminase. Bentuk yang diaktifkan juga
disebut transglutaminase.
Proses pembekuan darah yang normal mempunyai 3 tahap yaitu
1. Fase koagulasi
Koagulasi diawali dalam keadaan homeostasis dengan adanya cedera
vascular. Vasokonstriksi merupakan respon segera terhadap cedera, yang diikuti
dengan adhesi trombosit pada kolagen pada dinding pembuluh yang terpajan
dengan cedera. Trombosit yang terjerat di tempat terjadinya luka mengeluarkan
suatu zat yang dapat mengumpulkan trombosit-trombosit lain di tempat tersebut.
Kemudian ADP dilepas oleh trombosit, menyebabkan agregasi trombosit.
Sejumlah kecil trombin juga merangsang agregasi trombosit, bekerja memperkuat
reaksi. Trombin adalah protein lain yang membantu pembekuan darah. Zat ini
dihasilkan hanya di tempat yang terluka, dan dalam jumlah yang tidak boleh lebih
atau kurang dari keperluan.
Selain itu, produksi trombin harus dimulai dan berakhir tepat pada saat
yang diperlukan. Dalam tubuh terdapat lebih dari dua puluh zat kimia yang
disebut enzim yang berperan dalam pembentukan trombin. Enzim ini dapat
merangsang ataupun bekerja sebaliknya, yakni menghambat pembentukan
trombin. Proses ini terjadi melalui pengawasan yang cukup ketat sehingga
trombin hanya terbentuk saat benar-benar terjadi luka pada jaringan tubuh. Factor
III trombosit, dari membrane trombosit juga mempercepat pembekuan plasma.
Dengan cara ini, terbentuklah sumbatan trombosit, kemudian segera diperkuat
oleh protein filamentosa (fibrin). (Sylvia A.Price & Lloraine M.Wilson.,2003)
Produksi fibrin dimulai dengan perubahan factor X menjadi Xa, seiring
dengan terbentuknya bentuk aktif suatu factor. Factor X dapat diaktivasi melalui
dua rangkaian reaksi. Rangkaian pertama memerlukan factor jaringan, atau
tromboplastin jaringan, yang dilepaskan oleh endotel pembuluh darah pada saat
cedera.. karena factor jaringan tidak terdapat di dalam darah, maka factor ini
merupakan factor ekstrinsik koagulasi, dengan demikian disebut juga jalur
ekstrinsik untuk rangkaian ini. (Sylvia A.Price &Lloraine M.Wilson.,2003.)
Rangkaian lainnya yang menyebabkan aktivasi factor X adalah jalur
intrinsik, disebut demikian karena rangkaian ini menggunakan factor-faktor yang
terdapat dalam system vascular plasma. Dalam rangkaian ini, terjadi reaksi
“kaskade”, aktivasi satu prokoagulan menyebabkan aktivasi bentuk pengganti.
Jalur intrinsic ini diawali dengan plasma yang keluar terpajan dengan kulit atau
kolagen di dalam pembuluh darah yang rusak. Factor jaringan tidak diperlukan,
tetapi trombosit yang melekat pada kolagen berperan. Faktor XII, XI, dan IX
harus diaktivasi secara berurutan, dan faktor VIII harus dilibatkan sebelum faktor
X dapat diaktivasi. Zat-zat prakalikrein dan HMWK juga turut berpartisipasi, dan
diperlukan ion kalsium. (Sylvia A.Price & Lloraine M.Wilson.,2003)
Dari hal ini, koagulasi terjadi di sepanjang apa yang dinamakan jalur
bersama. Aktivasi aktor X dapat terjadi sebagai akibat reaksi jalur ekstrinsik atau
intrinsik. Pengalaman klinis menunjukkan bahwa kedua jalur tersebut berperan
dalam hemostasis. Langkah selanjutnya pada pembentukan fibrin berlangsung jika
faktor Xa, dibantu fosfolipid dari trombosit yang diaktivasi, memecah protrombin,
membentuk trombin. Selanjutnya trombin memecahkan fibrinogen membentuk
fibrin. Fibrin ini pada awalnya merupakan jeli yang dapat larut, distabilkan oleh
faktor XIIIa dan mengalami polimerasi menjadi jalinan fibrin yang kuat,
trombosit, dan memerangkap sel-sel darah. Untaian fibrin kemudian memendek
(retraksi bekuan), mendekatkan tepi-tepi dinding pembuluh darah yang cederadan
menutup daerah tersebut. (Sylvia A.Price & Lloraine M.Wilson.,2003.)
2. Penghentian pembentukan bekuan
Setelah pembentukan bekuan, sangat penting untuk melakukan
pengakhiran pembekuan darah lebih lanjut untuk menghindari kejadian trombotik
yang tidak diinginkan.yang disebabkan oleh pembentukan bekuan sistemik yang
berlebihan. Antikoagulan yang terjadi secara alami meliputi antitrombin III (ko-
faktor heparin), protein C dan protein S. Antitrombin III bersirkulasi secara bebas
di dalam plasma dan menghambat sistem prokoagulan, dengan mengikat trombin
serta mengaktivasi faktor Xa, IXa, dan XIa, menetralisasi aktivitasnya dan
menghambat pembekuan. Protein C, suatu polipeptida, juga merupakan suatu
antikoagulan fisiologi yang dihasilkan oleh hati, dan beredar secara bebas dalam
bentuk inaktif dan diaktivasi menjadi protein Ca. Protein C yang diaktivasi
menginaktivasi protrombin dan jalur intrinsik dengan membelah dan
menginaktivasi faktor Va dan VIIIa. Protein S mempercepat inaktivasi faktor-
faktor itu oleh protein protein C. Trombomodulin, suatu zat yang dihasilkan oleh
dinding pembuluh darah, diperlukan untuk menimbulkan pengaruh netralisasi
yang tercatat sebelumnya. Defisiensi protein C dan S menyebabkan spisode
trombotik. Individu dengan faktor V Leiden resisten terhadap degradasi oleh
protein C yang diaktivasi. (Sylvia A.Price &Lloraine M.Wilson.,2003.)
3. Resolusi bekuan
Sistem fibrinolitik merupakan rangkaian yang fibrinnya dipecahkan oleh
plasmin (fibrinolisin) menjadi produk-produk degradasi fibrin, menyebabkan
hancurnya bekuan. Diperlukan beberapa interaksi untuk mengubah protein plasma
spesifik inaktif di dalam sirkulasi menjadi enzim fibrinolitik plasmin aktif. Protein
dalam bersirkulasi, yang dikenal sebagai proaktivator plasminogen, dengan
adanya enzim-enzim kinase seperti streptokinase, stafilokinase, kinase jaringan,
serta faktor XIIa, dikatalisasi menjadi aktivator plasminogen. Dengan adanya
enzim-enzim tambahan seperti urokinase, maka aktivator-aktivator mengubah
plasminogen, suatu protein plasma yang sudah bergabung dalam bekuan fibrin,
menjadi plasmin. Kemudian plasmin memecahkan fibrin dan fibrinogen menjadi
fragmen-fragmen (produk degradasi fibrin-fibrinogen), yang mengganggu
aktivitas trombin, fungsi trombosit, dan polimerisasi fibrin, menyebabkan
hancurnya bekuan. Makrofag dan neutrofil juga berperan dalam fibrinolisis
melalui aktivitas fagositiknya. (Sylvia A.Price & Lloraine M.Wilson.,2003.)
Singkatnya pembekuan darah diawali dengan luka dan oecahnya
trombosit, kemudian enzim trombokinase (tromboplastin) keluar dengan bantuan
vitamin K akan membentuk protombin dan dengan bantuan ion Ca2+ mengubah
protombin menjadi trombin, selanjutnya trombin mengubah fibrinogen menjadi
fibrin. Fibrin inilah yang merupakan benang-benang yang saling menjalin
sehingga dapat menghambat sel-sel darah keluar dari pembuluh darah.
Kisaran waktu terjadinya pembekuan darah adalah 15 detik sampai 2
menit dan umumnya akan berakhir dalam waktu 5 menit sampai 15 menit.
Gumpalan darah normal akan mengkerlit menjadi sekitar 40% dari volume semula
dalam waktu 24 jam.

Penentuan Golongan Darah


Terdapat beberapa sistem penggolongan darah pada manusia,
misalnyasistem ABO dan rhesus (Rh). Dasar penggolongan darah adalah adanya
aglutinogen (antigen) di dalam sel darah merah dan aglutinin (antibodi) di dalam
plasma (serum). Aglutinogen adalah zat yang digumpalkan dan aglutinin adalah
zat yang menggumpalkan. Dr. Landsteiner merupakan penemu sistem ABO.
Dalam sistem ABO, ada tidaknyaantigen tipe A dan B di dalam sel darah merah
menentukan golongan darah seseorang. Sistem tersebut mengelompokkan darah
manusia menjadi empat golongan,yaitu, A, B, AB, dan O.
Penentuan golongan darah seseorang dapat dilakukan melalui pengujian
menggunakan Antiserum A dan Antiserum B. Apabila darah seseorang
menggumpal ketika ditetesi Antiserum A, dan tidak menggumpal jika ditetesi
Antiserum B, maka golongan darah orang tersebut adalah A. Sebaliknya jika
darah seseorang menggumpal jika ditetesi Antiserum B dan tidak menggumpal
jika ditetesi Antiserum A, maka golongan darah orang tersebut adalah B. Jika
terjadi penggumpalan pada kedua Antiserum A dan B maka darah seseorang
tersebut adalah AB. Dan apabila tidak terjadi penggumpalan di kedua Antiserum
A dan B maka golongan darah seseorang tersebut adalah AB.

E. Alat dan Bahan


Hemasitometer, Asam asetat, pipet sel darah putih, mikroskop cahaya,
blood lancet, alkohol , larutan Hayem, alkohol 70%, skala Hemoglobin, kertas
hisap talquis dan kapas, kaca benda.

F. Cara Kerja
Menghitung Sel Darah Putih

Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan dan hemasitometer yang


dipasang dimikroskop

Membersihkan ujung jari yang tengah dengan kapas yang dibasahi alcohol.
Mengayunkan tangan agar allkohol kering.

Membersihkan blood lanset dengan alcohol kemudian ayunkan agar kering.


Mengatur panjang lanset dengan tepat.

Menusukkan ke ujung jari dengan cepat dan melepas tusukan. Menghapus


tetesan pertama yang keluar luka dengan kapas bersih. Membiarkan tetesan
darah berikutnya keluar

Menempelkan ujung pipet sel darah putih pada darah diujung jari kemudian
menghisap sampai batas 0,5 ml. memasukkan pipet kedalam asetat 1%
dengan cepat dan hati-hati sampai batas 11ml.

Mengocok pipet dengan posisi horizontal dengan ujung pipet masing-masing


pada ibu jari kedua selama 2-3 menit. Kemudian membuang pipet 2-3 tetes
darah dari pipet.

Menghitung Sel Darah Merah


Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan dan hemasitometer yang
dipasang dimikroskop

Membersihkan ujung jari yang tengah dengan kapas yang dibasahi alcohol.
Mengayunkan tangan agar allkohol kering.

Membersihkan blood lanset dengan alcohol kemudian ayunkan agar kering.


Mengatur panjang lanset dengan tepat.

Menusukkan ke ujung jari dengan cepat dan melepas tusukan. Menghapus


tetesan pertama yang keluar luka dengan kapas bersih. Membiarkan tetesan
darah berikutnya keluar

Menempelkan ujung pipet sel darah merah pada darah diujung jari kemudian
menghisap sampai batas 0,5 ml. memasukkan pipet kedalam hayem dengan
cepat dan hati-hati sampai batas 11 ml.

Mengocok pipet dengan posisi horizontal dengan ujung pipet masing-masing


pada ibu jari kedua selama 2-3 menit. Kemudian membuang pipet 2-3 tetes
darah dari pipet. Diamati di mikroskop dan dihitung jumlah selnya.

Kecepatan Pembekuan Darah


Menyiapkan kaca bend

Membersihkan ujung jari dan lanset menggunakan alkohol 70%. Menusuk ujung
jari dengan lanset sampai keluar darah.

Membersihkan tetes darah pertama dan meneteskan
darah berikutnya pada kaca benda. Secara bersamaan memencet stopwatch.

Menggunakan jarum pentul untuk menusuk-nusuk darah sampai benang-benang
fibril muncul.

Menghentikan stopwatch bersamaan munculnya benang fibril muncul. Waktu
yang ditunjukkan merupakan waktu pembekuan darah. Waktu pembekuan darah
yang normal berkisar antara 5-15 menit

Menguji Golongan Darah

Menyiapkan kaca benda bersih, serum anti A serum anti B , tusuk gigi, alkohol
70%, kapas

Mengambil satu kaca benda, memberi tanda A disebelah kiri tanda B di sebelah
kanan

Membersihkan ujung jari dan lanset dengan alkohol 70%, menusuk ujung jari
dengan lanset sampai keluar darah

Menghapus tetes darah pertama dengan kapas

Meneteskan tetes darah berikutnya satu tetes pada kaca benda sebelah kiri (A) dan
sebelah kanan (B)

Meneteskan serum anti A di sebelah kiri dan anti serum B di sebelah kanan
Memperkirakan Kadar Hb

Mengaduk darah yang telah diberi anti serum tersebut dengan tusuk gigi (masing-
masing dengan tusuk gigi baru)

Mengamati terjadinya penggumpalan darah

Bila pada A menggumpal, maka golongan darahnya adalah golongan darah A.
Bila pada B menggumpal, maka golongan darahnya adalah golongan darah B

Memperkirakan kadar Hb

Menyiapkan kertashisap talquis



Membersihkan ujung jari dan lanset yang digunakan dengan alkohol 70%, biarkan
kering sendiri.

Menusuk ujung jari dengan lanset sampai keluar darah

Menghapus tetes pertama dengan kapas, kemudian teteskan tetes darah berikutnya
diatas kertas hisap talquis

Biarkan sedikit kering dan cocokkan dengan skala Hemoglobin

G. Data Pengamatan
Nama Subjek : Ayuria Andini
Umur : 20 th
1. Menghitung Sel Darah Putih
Bidang 1 : 54
Bidang 2 : 37
Bidang 3 : 65
Bidang 4 : 60
Total Sel darah putih (X) : 216

2. Menghitung Sel Darah Merah


Bidang 1 : 120
Bidang 2 : 120
Bidang 3 : 121
Bidang 4 : 96
Bidang 5 : 115
Total Sel darah merah (X) : 572

3. Menghitung pembekuan darah


Lama waktu pembekuan darah pada subjek yaitu 4 menit

4. Menguji Golongan Darah

Serum anti A : tidak menggumpal


Serum anti B : tidak menggumpal
Golongan darah subjek : O

5. Menghitung Kadar Hemoglobin

Kadar hemoglobin subjek : 60% (9,4 gms)


Kadar hemoglobin wanita normal : diatas 80%

H. Analisis Data
I. Menghitung Sel Darah Putih
Pengenceran :
Volume darah (1ml) x as. Asetat (10) ml = 10 ml
Volume darah :
Volume sel darah putih (1 mm2) x 4 daerah = 4 mm2 x tinggi cairan dibawah kaca
penutup (1 mm) = 0,4 mm3
Jumlah sel darah putih
X.10=4/10 mm3
1mm3 = 100X/4
X = 25 x 216
X = 5400 butir
2. Menghitung Sel Darah Merah
Pada percobaan yang kedua, yakni di mana praktikan diminta untuk
menghitung sel darah merah yang ada pada bidang pandang sel darah merah pada
hemasitometer. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh total sel darah merah yang
merupakan akumulasi dari 5 bidang padang yakni 572 sel darah merah. Pada
kotak/ bidang pandang pertama dan kedua didapat jumlah sel darah merah
masing-masing sebanyak 120 sel, bidang ketiga 121 sel, bidang keempat 96 sel
dan bidang yang terakhir sebanyak 115 sel darah merah. Dan dari data tersebut
dicari jumlah sel darah merah dalam 1 mm3 (cc) dengan rumus:
1 mm3 = 50X x 200
dengan X merupakan total sel darah merah dari kelima bidang tadi yakni 572
sel, maka:
1 mm3 = 50X x 200
1 mm3 = 50 (572) x 200
1 mm3 = 28.600 x 200
1 mm3 = 5.720.000 sel
3. Kecepatan Pembekuan Darah
Pada percobaan kali ini kami menguji kecepatan pembekuan darah. Kami
menghitung lamanya waktu darah berhenti mengalir setelah ditusuk dengan
jarum. Dari percobaan kami mendapatkan data bahwa lama pembekuan darah
pada subjek adalah selama 4 menit.
4. Menguji Golongan Darah
Dari hasil percobaan yang kami lakukan untuk mengetahui penggolongan
darah, kami mendapatkan data bahwa tidak terjadi penggumpalan pada kedua
darah yang ditetesi serum A dan serum B. Dari data tersebut dapat disimpulkan
darah tesebut golongannya adalah O
5. Memperkirakan Kadar Hb
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan terhadap kadar Hb dari salah
satu anggota kelompok kami, kemudian dicocokkan dengan skala Hb, terlihat
bahwa warna darah anggota kelompok tadi cocok dengan warna merah yang
menunjukkan kadar Hb dalam darah 60%.
Daftar Pustaka

Campbell et all. 2008. Biology Eight Edition. San Fransisco Benjamin: Cummings
Kimball, Jhon W. 1993. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Pearce, Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia
Price, Sylvia A & Lloraine M.Wilson, 2003. Patofisioogi Klinik Proses-Proses
Penyakit Vol.1. New York: Harper dan Row Publishers.
Smith. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan, dan Penggunaan Hewan Percobaan di
Daerah Tropis. Jakarta: Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai