OLEH
KELOMPOK 1
Step I
1. Tes Mantoux : Adalah alat untuk diagnostik yang dilakukan untuk pemeriksaan,
mendeteksi paparan kuman TB (Tuberculosis) pada tubuh seseorang.
2. Rontgen : Merupakan pemeriksaan penunjang untuk mengambil gambar bagian dalam dari
tubuh serta untuk menentukan jenis pengobatan yang akan di berikan.
3. Crackles : Adalah bunyi berlainan akibat penundaan pembukaan kembali jalan napas yang
menutup. Terdengar selama inspirasi, karakeristik bunyi crackles seperti suara gesekan
terpotong dan seperti suara rambut yang di gesekan.
4. CTT : (Chest Torax Tube) Adalah tabung atau selang plastik fleksibel yang dimasukan
melalui dinding dada dan keruang pleura untuk menghilangkan udara, cairan atau nanah.
5. OK : (Operatie Kamer) yang merupakan istilah dari bahasa belanda yang mana mempunyai
arti ruang oprasi. Untuk memberikan sarana dan prasarana tindakan bedah.
Step II
1. Apa penyebab terjadinya penumpukan cairan pada pleura sehingga pasien mengalami
kesulitan dalam bernafas ?
2. Apakah suara crackles bisa mempengaruhi cepat lambatnya suatu pernafasan ?
3. Kenapa bisa terjadi peningkatan suhu tubuh ?
4. Apa yang menyebabkan orang sesak terdengar crackles ?
5. Apakah ada hubungan nya antara efusi pleura dengan TBC ?
Step III
1. Penyebab terjdinya penumpukan atau peningkatan cairan karena jumlah caira yang melebihi
volume, dapat di sebabkan oleh kecepatan produksi cairan di lapisan pleura yang melebihi
kecepatan penyerapan. Atau peningkatan cairan yang berlebih karena adalanya peradangan
tuberkulosis sehingga mempengaruhi jalan napas.
2. Suara crackles mempengaruhi cepat lambatnya pernafasan di karenakan adanya udara
melewati daerah yang lembab di bronchiolus penutupan jalan nafas kecil sehingga inilah
yang mempengaruhi lambatnya pernafasan.
3. Terjadinya peningkatan suhu tubuh bisa terjadi karena adanya proses inflamasi di dalam
paru – paru.
4. Karena akibat penundaan pembukaan kembali jalan nafas yang menutup. Sehingga timbul
lah suara seperti rambut yang di gesekan (crackles) penyebabnya udara melewati penutupan
jalan nafas kecil.
5. Efusi pleura merupakan penyakit sekunder dari TBC. Hal ini terjadi karena iritasi dari
selaput pleura yang menyebabkan gangguan permeabilitas membran sehingga menurunkan
tekanan onkotik yang menyebabkan cairan masuk ke dalam rongga pleura. Jadi efusi pleura
memang dapat berhubungan dengan penyakit tubekulosis.
Step IV
Tn. A
(43 thn)
Mantoux
negatif
Infeksi
Rontgen
Microbacterium
ditemukan
Tuberculosis
cairan
Sistem Pertahanan
Metabolisme
naik
Suara Sesak
terdengar
Crakles
Demam
Step V
1. Mengetahui definisi efusi pleura
2. Mengetahui etiologi efusi pleura
3. Mengetahui klasifikasi efusi pleura
4. Mengetahui patofisiologi efusi pleura
5. Mengetahui pemeriksaan efusi pleura
Step VI
PATHWAY EFUSI PLEURA
1. Definisi efusi pleura
Terdapat hubungan yang signifikan antara kejadian efusi pleura pada penderita
gagaljantung kongestif periode Januari – Desember 2015 di mana didapatkan signifikansi
0,006 (p < 0,05). Hal ini sesuai dengan penelitian dari GMJ Ginting (2015) di mana gagal
jantung kongestif adalah penyebab dari sepertiga efusi pleura dan merupakan penyebab
efusi pleura tersering. Begitu juga dengan penelitian dari Kinasewitz (1997) yang
mengatakan bahwa kejadian efusi pleura pada penyakit jantung disebabkan oleh karena
terdapatnya hipertensi vena pulmonal. Peningkatan tekanan vena pulmonal yang
mengakibatkan edema alveolar juga meningkatkan tekanan interstitial di daerah subpleural;
edema mengakibatkan kebocoran cairan dari permukaan pleura visceral, yang berkontribusi
terhadap meningkatnya tingkat akumulasi cairan (Abdul et al. 2016).
3. Klasifikasi efusi pleura
efusi pleura eksudatif lebih banyak ditemukan pada penelitian ini, yaitu sebanyak 73
(68,2%) pasien dibandingkan dengan efusi pleura transudatif (31,8%). Hal ini sesuai dengan
penelitian Khan (2011) yang mendapatkan hasil 79% dari 200 pasien efusi pleura memiliki
jenis cairan eksudatif. Jadi, efusi pleura banyak yang memiliki jenis cairan eksudatif karena
banyak efusi pleura yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas kapiler sehingga
terjadi eksudasi cairan, protein, sel, dan komponen serum lainnya ke cavitas peluralis
(Dwianggita 2016).
Efusi cairan dapat berbentuk transudat dan eksudat. Efusi transudat terjadi karena
penyakit lain bukan primer paru seperti pada gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindroma
nefrotik, dialisis peritoneum, hipoalbuminemia oleh berbagai keadaan, perikarditis
konstriktiva, mikaedema, glomerulonefritis, obstruksi vena kava superior, emboli pulmonal,
atelektasis paru, hidrotoraks, dan pneumotoraks. Sedangkan pada efusi eksudat, terjadi bila
ada proses peradangan yang menyebabkan permabilitas kapiler pembuluh darah pleura
meningkat sehingga sel mesotelial berubah menjadi bulat atau kuboidal dan terjadi
pengeluaran cairan ke dalam rongga pleura. Penyebab pleuritis eksudativa yang paling
sering adalah akibat M. tuberculosis dan dikenal sebagai pleuritis eksudativa tuberkulosa.
Sebab lain seperti parapneumonia, parasit (amuba, paragonimiosis, Eritematous), pleuritis
rematoid, sarkoidosis, radang sebab lain seperti pankreatitis, asbestosis, pleuritis uremia,
dan akibat radiasi (Bayu et al. 2017).
Kejadian efusi pleura pada umumnya apabila bersifat transudat adalah gagal jantung
kemudian apabila bersifat eksudat adalah keganasan dan tuberkulosis (Puspita et al. 2017).
a. EfusiTuberkulosis
Efusi pleura didiagnosis sebagai tuberkulosis apabila terdapat 1 dari kriteria sebagai
berikut:
1) terdapat nekrosis perkijuan pada biopsi pleura
2) pewarnaan Ziehl-Neelsen atau kultur Lowenstein dari cairan pleura positif
3) Pada pemeriksaan histologi ditemukan granuloma tanpa nekrosis perkijuan dengan
pemeriksaan sputum BTApositif.
b. Efusi Para pneumoni Didefinisikan sebagai efusi pleura disertai demam dan batuk dan
terdapat efusi pleura bersifat eksudatif.
c. Efusi Maligna Efusi maligna didiagnosis dengan analisis sitologi atau histologi
terdapat Sel adenocarcinoma atau sel mesentelial.
d. Efusi Cardiac Efusi cardiac terdiagnosis apabila carian bersifat transudat serta terdapat
tanda klinis gagal jantung pada pasien.
e. Efusi sirosis hepatis Efusi sirosis terdiagnosis apabila cairan bersifat transudat serta
terdapat tanda klinis sirosis hepatis pada pasien.
f. Efusiuremik Efusi uremik terdiagnosis pada penderita dengan gagal ginjal dan ureum
tinggi, atau pada pasien dengan ureum tinggi tanpa penyebab yang jelas.
g. Efusi SLE (Systematic Lupus Eritematous) Efusi pada SLE adalah efusi yang terjadi
pada pasien penderita SLE dengan kultur bakteri negatif (Puspita et al. 2017).
City scan mengambarkan dengan jelas paru-paru dan cairan dan bisa menunjukan
adanyan pneumonia, Abses paru atau tumor.
c. USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya
sedikit, Sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
d. Thoraxosentesis
Menyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui thoraxosentesis. pengambilan
cairan melalui sebuah jarum yangdimasukan diantara sela iga kedalam rongga dada dibawah
mengaruh membiusan lokal.
Etiologi dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis. Torakosentesis
adalah pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sel iga ke dalam
rongga dada di bawah pengaruh pembiusan lokal dalam dan berguna sebagai sarana untuk
diagnostik maupun terapeutik. Pelaksanaan torakosentesis sebaiknya dilakukan pada
penderita dengan posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru di sela iga IX
garis aksilaris posterior dengan memakai jarum abbocath nomor 14 atau 16. Pengeluaran
cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000 – 1500 cc pada setiap kali aspirasi. Aspirasi
lebih baik dikerjakan berulang-ulang daripada satu kali aspirasi sekaligus yang dapat
menimbulkan pleural shock (hipotensi) atau edema paru (Bayu et al. 2017).
e. Biopsi
Biopsi dilakukan jika dengan thoraxosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya,
Maka dilakukan biopsi dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa.
f. Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk menbantu menemukan sumber cairan yang
terkumpul (Astuti 2015).
REFERENSI
Abdul, Andika, Rahim Damanik, and Sukma Imawati. 2016. “JANTUNG KONGESTIF
BERDASARKAN FOTO THORAKS DI RSUP DR KARIADI TAHUN 2015.” Jurnal
Kedokteran Diponegoro 5(4):393–402.