SKRIPSI
Oleh :
TEKNIK PERTAMBANGAN
YAYASAN MUHAMMAD YAMIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI ( STTIND )
PADANG
2018
HALAMAN PERSETUJUAN TUGAS AKHIR
NPM : 1410024427059
Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II
ABSTRAK
PT. Nusa Alam Lestari merupakan perusahaan yang melakukan kegiatan penambangan untuk
mendapatkan batubara di Provinsi Sumatera Barat. Setelah dilakukan pengamatan
dilapangan, diketahui bahwa adanya rekahan-rakahan di sekitar lereng lubang bukaan
tambang yang dapat memicu kelongsoran. Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan
Rock Mass Rating diketahui kondisi batuan dilokasi penelitian dalam kategori baik untuk
batulanau dengan bobot total 62. Setelah dilakukan analisis faktor keamanan menggunakan
metode bishop simplified dengan bantuan software slide v.6.0 nilai faktor keamanan 6.109,
hal ini mengindikasikan bahwa lokasi tersebut dalam keadaan stabil. Berdasarkan hasil
analisis yang dilakukan penulis menyarankan agar dilakukannya pemetaan dan peninjauan
secara rutin dan berkala terhadap kehadiran kekar yang terdapat pada lereng tambang untuk
memperoleh nilai Rock Mass Rating yang akurat dan tetap dilakukan monitoring untuk
mengetahui pergerakan lerengnya.
Kata Kunci: Rock Mass Rating, discontinuitas, bishop simplified, Kestabilan lereng.
Analysis of Slope Stability In The Mine Pit Using Rock Mass Rating Method And
Slide.v.6.0 Software At PT. Nusa AlamLestari
Sawahlunto, West Sumatera Province
ABSTRACT
PT. Nusa Alam Lestari is a company that conducts mining activities to obtain coal in West
Sumatra Province. After observing in the field, it is known that there are joint that can
trigger landslides. After mass analyzing using Rock Mass Rating, it is known that rock
conditions in the research location are in good category for siltstone with a total value of 62.
After analyzing the safety factor using the bishop simplified method with the help of software
slide v.6.0, the security factor value is 6.109, this indicates that the location is stable. Based
on the results of the analysis carried out the author recommends that a routine mapping of
the presence of joint found on the mine slope to obtain an accurate Rock Mass Rating value
and still be monitored to determine the slope movement.
Kata Kunci: Rock Mass Rating, discontinuitas, bishop simplified, Slope Stability
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan Tugas Akhir ini sesuai waktu yang
ditentukan. Shalawat beriring salam penulis kirimkan kepada Nabi besar Muhammad SAW
Tugas Akhir ini berjudul “Analisis Kestabilan Lereng Di Sekitar Lubang Bukaan
Tambang Menggunakan Metode Rock Mass Rating dan Software Slide.v.6.0 Di PT. Nusa
1. Bapak H. Riko Ervil, ST, MT, selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Industri
2. Bapak Dr. Murad MS, MT selaku Ketua Program Studi Teknik Pertambangan Sekolah
3. Ayah, Ibu, Abang, dan unang yang selalu memberikan dukungan materi ataupun motivasi
4. Wike Armanela yang selalu memberi motivasi dan mengingatkan untuk menyelesaikan
5. Pambare, dan panakan-panakan lain nya yang menghibur disela kejenuhan proses
6. Serta bang Paul yang selalu menemani proses bimbingan sewaktu menunggu dosen
pebimbing.
7. Rekan-rekan Program Studi Teknik Pertambangan dan semua pihak yang banyak
membantu penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
Semoga Tugas Akhir ini dapat berguna dan mampu menunjang perkembangan ilmu
pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi Penulis khususnya dan juga kepada para pembaca
pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................. I
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
4.1Pengumpulan Data...................................................................... 49
4.1.1 Data Primer....................................................................... 49
4.1.2 Data Sekunder................................................................... 55
4.2 Pengolahan Data........................................................................ 55
BAB V ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA.............................. 66
6.1Kesimpulan................................................................................. 73
6.2 Saran........................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBARAN KONSULTASI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Halaman
PENDAHULUAN
Tambang bawah tanah merupakan kajian yang kompleks terutama terkait dengan
kekuatan batuan yang dibongkar untuk pembuatan terowongan sangat diperlukan adanya
analisis geoteknik yang baik untuk dapat memberikan perlakuan yang tepat terhadap batuan
yang dibongkar. Kegiatan tambang bawah tanah sangat beresiko tinggi sehingga sangat di
perlukan penanganan yang ekstra hati-hati dalam pengerjaannya. Pembongkaran batuan akan
berpengaruh langsung terhadap kekuatan dan bentuk batuan yang di bongkar, dengan
demikian batuan akan mencari keseimbangan baru setelah adanya perlakuan yang diberikan
terhadapnya. Dengan sifat alami batuan tersebut maka batuan akan mencari bidang bebas
ditunjukan dengan adanya perpindahan pada dinding dan atap terowongan, longsoran,
Bentuk dari permukaan bumi yang mempunyai bentuk sudut miring dengan bidang
horizontal disebut dengan lereng. Lereng terbagi menjadi dua yaitu lereng alamiah dan lereng
buatan, lereng alamiah adalah lereng yang terbentuk karena adanya proses geologi, misalnya
tebing sungai dan lereng bukit. Lereng buatan adalah lereng yang terbentuk karena adanya
proses timbunan dan galian. Di dalam kegiatan pertambangan seperti kegiatan tambang
bawah tanah faktor kestabilan lereng pada lubang perlu diperhatikan karena lereng yang
stabil menyebabkan lereng menjadi aman dan kecil kemungkinan terjadi longsor.
Masalah Stabilitas lereng pada PT. Nusa Alam Lestari menjadi hal yang penting karena
berhubungan dengan kegiatan penambangan yang belum ada penanganan atau penelitian
sebelumnya mengenai stabilitas lereng ini. Jika terdapat longsor pada lereng yang berdekatan
dengan jalan angkut utama akan menyebabkan berbagai macam gangguan pada proses
penambangan dan hal itu tentu akan membahayakan jiwa dan merusak peralatan yang ada.
Keberadaan retakan batuan pada PT. Nusa Alam Lestari berupa kekar, sesar ataupun
pada bidang kontak batuan merupakan diskontinuitas massa batuan yang terbentuk secara
alamiah (Bieniawski, 1989). Perilaku massa batuan tersebut terhadap stabilitas diskontinuitas
massa batuan dapat tercermin melalui sistem klasifikasi massa batuan (rock mass
classification) yang diperoleh melalui determinasi penggolongan data kekuatan batuan, rock
stabilitas diskontinuitas massa batuan di PT. Nusa Alam Lestari, diantara yaitu rock mass
rating system (RMR) dan slop mass rating (SMR), dimana rekomendasi penggunaan penilaian
Selain sistem klasifikasi massa batuan, ada juga berbagai macam software yang dapat
diaplikasikan untuk menganalisis faktor keamanan lereng pada lubang bukaan tambang PT.
Nusa Alama Lestari, diantaranya yaitu software slide.v.6.0, sofware geostudio, software
PT. Nusa Alam Lestari merupakan salah satu perusahaan tambang batubara yang
menggunakan sistem tambang bawah tanah dengan metode room and pillar. Pada tambang
bawah tanah sangat identik dengan lereng pada lubang bukaan dan dapat memicu terjadinya
kelongsoran. Pemicu ini biasanya disebabkan oleh faktor dari luar maupun faktor dari dalam.
Contohnya faktor dari luar adalah aktifitas penggalian dan pengangkutan sedangkan faktor
dari dalam adalah kondisi geologi, joint (kekar) dan lain sebagainya. Oleh sebab itu perlu
aman, mulai dari rencana geometri lereng dan metode yang digunakan dalam penggalian.
PT. Nusa Alam Lestari memiliki masalah pada lereng di lubang bukaan karena pada
lereng tersebut sering terjadi keruntuhan kecil, kegiatan gali muat mempengaruhi kestablian
lereng, banyaknya joint (kekar), belum diketahuinya faktor keamanan pada lereng, dan sudut
kemiringannya antara 600 – 900, sdangkanstandar sudut kemiringan lereng aman antara 00 -
450. Sehingga penelitian ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui faktor keamanan
pada lereng tersebut. Analisis kestabilan lereng dilakukan dengan menggunakan metode rock
pengukuran banyaknya kekar, jarak kekar, kondisi kekar, kondisi air tanah, orientasi kekar
dan melakukan pengujian pada sampel batuan. Dengan menggunakan rock mass rating dan
software Slide.V.6.0.
Berdasarkan permasalahan di atas maka dari itu penulis mengambil judul penelitian
Rock Mass Rating Dan software slide.v.6.0 Di PT. Nusa Alam Lestari Kota Sawahlunto,
1. Penanganan masalah satbilitas lereng pada PT. Nusa Alam Lestari yang belum
pernah dilakukan
2. Banyaknya joint atau kekar pada lereng lubang bukaan tambang PT. Nusa Alam
Lestari
5. Pada lereng lubang bukaan tambang sering terjadi keruntuhan kecil, kemiringan
lereng berkisar antara 600 – 900, kegiatan gali muat yang mempengaruhi kestabilan
lereng, dan belum diketahuinya faktor keamanan pada lereng lubang bukaan tambang
1. Menganalisis kelas massa batuan dengan menggunakan metode Rock Mass Rating
2. Pengukuran (join) kekar menggunakan metode Rock Mass Rating dengan bentangan
1. Bagaimana kelas massa batuan menggunakan metode Rock Mass Rating di lereng
2. Berapa nilai faktor keamanan pada lereng lubang bukaan tambang di PT. Nusa Alam
Lestari?
1. Mendapatkan kelas massa batuan dengan menggunakan metode Rock Mass Rating
2. Mendapatkan faktor keamanan dari lereng lubang bukaan tambang di PT. Nusa Alam
Lestari (NAL)
1.6 Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
tambang.
2. Bagi Perusahaan
Dari penelitian ini dilakukan dapat menjadi masukan positif bagi perusahaan sebagai
keamanan lereng tambang menjadi tolak ukur dalam melakukan kajian terhadap
3. Bagi Institusi
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bahan bacaan, khususnya mahasiswa
TINJAUAN PUSTAKA
Area Perambanhan memiliki kondisi geologi yang cukup kompleks, dimana sturtur gologi
berupa patahan atau sesar yang sangat mempengaruhi pola penyebaran lampisan batubara dan
Cekungan Ombilin terbentuk sebagai akibat langsung dari gerak mendatar menganan
sistem sesar Sumatera pada masa pleosen awal. Akibatnya terjadi tarikan yang membatasi
oleh sistem sesar normal berarah utara–selatan. Daerah tarikan tersebuit dijumpai di bagian
utara cekungan pada darah pengundakan mengiri antara sesar setangkai dan sesar silungkang
yaitu terban Talawi. Sedangkan bagian selatan cekungan merupakan daerah kompresi yang
ditandai oleh terbentuknya sesar naik dan lipatan (sesar sinamar). Ketebalan batuan sendimen
di cekungan Ombilin mencapai ±4.500 m terhitung sangat tebal untuk cekungan berurukuran
Dari hasil bebarapa penyelidikan yang telah dilakukan, daerah penelitian diyakini
terletraka pada sub-cekungan kiliran yang merupakan bagian dari suatu sistem cekungan
intramortana (cekungan pegunungan), yang merupakan bagian dari tengah pegunungan bukit
Timur nyaris tergangu oleh orogenesa yang membentuk punggung bukit barisan, sehingga
dapat dijumpai urutan stratifigasi yang selaras, mulai dari formasi minas, sihapas, sampai
formasi pemantang, yang memberi petunjuk bahwa hal endapan berlangsung terus menrus
hingga kuater. Tidak demikian halnya dengan bagian sebelah barat. Pada bagian ini
merupakan cekungan muka (foredeep) dimana sekarang daerah tersebut merupakan ‘busur
Stratigrafi cekungan ombilin yang terdiri dari satuan batu lanau, batubara dan batu pasir
termasuk dalam anggota formasi telisa yang terendapkan tidak selaras di atas batuan
metamorfik sebagai basement (batuan Pra-tersier). Adapun stratigrafi cekungan omblin dapat
Room and pillar merupakan suatu sistem penambangn bawah tanah untuk endapan
batubara dengan blok-blok persegi. Seluruh blok batubaranya dibuat jalan batubara yang
digali menjadi room selebar 10 meter dan pillar sebagai penyangga selebar 30x30 meter
menggunakan kombinasi continious miner (CM), roof bolter, dan shuttle catr. Metode ini
hanya mengambil 30-40% dari total batubara yang ada, oleh karna itu untuk menaikan
produksi setelah semua block tersebut ditambang ketika kembali ke jalan utama dekat shaft,
pillar-pillar yang ditinggalkan dikikis sedikit, proses ini dinamakan retreat mining. Selama
proses ini berjalan, tidak ada operator yang boleh berada di bawah atap batuan, semuanya
Ada beberapa klasifikasi dari metode room adn pillar yang umum, yaitu :
Metode ini sering ditemukan pada bahan galian batubara yang cadanganya cendrung
mendatar (flat) dan dengan ketebalan yang memungkinkan. Kelebihan metode classic room
and pillar method adalah setelah permukaan penambangan dibuat, dapat segera memulai
penambangan batubara, sehingga tidak memerlukan waktu yang panjang untuk persiapan
post room and pillar method, efektivitas pengambilan cadangan bisa lebih besar disebebkan
pengambilan cadangan dilakukan dengan mengikuti arah dan ruang cadangan sehingga
Kelebihan metode post room and pillar method adalah recovery lebih besar disebabkan
pengambilan cadangan dilakukan mengikuti arah dan ruang cadangan sehingga kemungkinan
tertinggalnya bahan galian yang ditambang semakin kecil. Sedangkan kekuranganya adalah
kemungkinan terjadinya subsiden lebih besar bila tidak diikuti dengan penambahan
penyangga bantuan.
metode ini cocok diterapkan pada cadangan dengan inkliasi 15-30 ̊ dengan ketebalan
lapisan cadangan 2-5 meter. Step room and pillar merupakan metode yang digunakan dan
dirancang untuk memudahkan peralatan beroperasi di dalam cadangan (ore deposit), step
dirancang berjenjang akan tetapi terdapat jalan yang menghubungkan antar step atau jenjang.
Kelebihan metode ini adalah pengangkutan di dalam permukaan kerja hampir tidak
memerlukan tenaga penggerak karena dapat berjalan sendiri, misalnya melalui jalan
penghubung. Sedangkan kekurangannya adalah memerlukan tenaga kerja yang banyak untuk
membawa masuk peralatan, sehingga volume produksi terganggu dari banyaknya mekanis
yang tersedia.
Analisis kestabilan lereng dilakukan untuk menilai tingkat kestabilan suatu lereng. Istilah
kestabilan lereng dapat di defenisikan sebagai ketahanan blok diatas suatu permukaan miring
(diukur dari garis horizontal) terhadap runtuhan (collapsing) dan gelinciran (slidding)
(Kliche, 1999). Dalam hal ini setiap permukaan tanah yang memiliki kemiringan terhadap
garis horizontal disebut lereng, baik alami maupun buatan manusia. Karena lereng tidak
horizontal, melainkan membentuk sudut, akan timbul suatu gaya penggerak menuruni lereng.
Jika gaya penggerak akibat adanya gravitas dan cenderung membuat blok di atas permukaan
miring tersebut bergerak menuruni lereng. Jika gaya penggerak tersebut sangat besar dan
kekuatan geser dari material penyusun lereng relatif kecil, dapat terjadi longsoran (Terzaghi
timbunan, di pengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat di nyatakan secara sederhana sebagai
lereng tersebut. Pada kondisi gaya penahan (terhadap longsoran) lebih besar dari gaya
penggerak, lereng tersebut akan berada dalam kondisi yang stabil (aman). Namun, apabila
gaya penahan lebih kecil dari gaya penggeraknya, lereng tersebut tidak stabil dan akan terjadi
longsoran. Sebenarnya, longsoran merupakan suatu proses alami yang terjadi untuk
mendapatkan kondisi kestabilan lereng yang baru (keseimbangan baru), di mana gaya
Untuk menyatakan tingkat kestabilan suatu lereng, dikenal istilah Faktor Keamanan
(Safety Faktor). Faktor keamanan diperlukan untuk mengetahui kemantapan suatu lereng
Menurut Made Astawai Rai 2011, secara umum pada tambang terbuka longsoran
a. Longsoran Bidang
Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi sepanjang bidang lucur
yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut dapat berupa bidang sesar, rekahan (joint)
1) Terdapat bidang luncur bebas (daylight), berarti kemiringan bidang luncur harus lebih
2) Arah bidang luncur sejajar atau mendekati dengan arah lereng (maksimum berbeda 20
).
3) Kemiringan bidang luncur lebih besar daripada susut geser dalam batuannya
4) Terdapat bidang bebas ( tidak terdapat gaya penahan ) pada kedua sisi longsoran.
Berikut gambar longsor bidang ditunjukan pada gambar 2.2 di bawah ini.
Keterangan :
ψf = Kemiringan lereng
ψp = Kemiringan bidang luncur
= Sudut geser dalam
ψf ψp
For Sliding
b. Longsoran Baji
Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika lebih dari satu bidang lemah yang
bebas dan saling berpotongan. Longsoran baji dapat terjadi dengan syarat geometri sebagai
berikut:
1) Kemiringan lereng > kemiringan garis perpotongan kedua bidang lemah pembentuk baji.
2) Garis perpotongan kedua bidang lemah pembentuk baji miring ke arah muka lereng.
3) Kemiringan garis perpotongan kedua bidang pembentuk baji > sudut gesek dalam.
Berikut gambar longsor baji yang ditunjukan pada gambar 2.3 di bawah ini.
c. Longsoran guling
Longsoran guling terjadi pada batuan yang keras dan memiliki lereng terjal dengan bidang
lemah yang tegak atau hamper tegak dan arahnya berlawanan dengan arah kemiringan lereng.
Longsoran ini bisa berbentuk blok atau bertingkat. Kondisi untuk menggelincir atau meluncur
ditentukan oleh sudut geser dalam ( ) dan kemiringan bidang luncurnya (ψ), tinggi balok
( h ) dan lebar balok (b) terletak pada bidng miring bertingkat. Kondisi geometri yang dapat
Berikut gambar longsor guling yang ditunjukan pada gambar 2.4 di bawah ini.
d. Longsoran Busur
Longsoran busur dapat terjadi pada batuan yang lunak atau pada timbunan batuan.
Biasanya batuan yang longsor itu bergerak pada suatu bidang. Bidang ini disebut bidang
3) Kelongsoran diasumsikan terjadi pada bidang busur yang melewati lantai lereng.
4) Rekahan tarik vertical diasumsikan terjadi di atas lereng atau muka lereng.
Berikut gambar longsor busur yang ditunjukan pada gambar 2.5 di bawah ini.
Klasifikasi massa batuan yang terdiri dari beberapa parameter sangat cocok untuk
mewakili karakteristik massa batuan, khususnya sifat-sifat bidang lemah atau kekar dan
menghubungkan parameter sudut kemantapan lereng dengan bobot klasifikasi massa batuan
Klasifikasi Rock Mass Rating diusulkan oleh Bieniawski (1979) digunakan untuk
menentukan kualitas massa batuan berdasarkan lima parameter, yakni kuat tekan batuan utuh
(UCS), RQD (dengan melakukan pengukuran atau estimasi), spasi bidang-bidang diskontiniu,
Strength Test – UCS Test) dari sebuah contoh batuan berbentuk silinder dalam satu
arah (Uniaksial). Tujuan utama uji ini adalah untuk mengklasifikasi kekuatan dan
karakterisasi batuan utuh. Hasil uji ini berupa beberapa informasi, seperti kurva
Mechanics (ISRM, 1981). Secara teoritis penyebaran tegangan didalam contoh batuan
searah dengan gaya yang dikenakan pada contoh tersebut. Akan tetapi, pada
kenyataannya arah tegangan tidak searah dengan gaya yang dikenakan pada contoh.
Hal ini terjadi karena ada pengaruh dari plat penekan pada mesin tekan yang
berbentuk bidang pecah yag searah dengan gaya, berbentuk ”cone”. Contoh batuan
yang akan digunakan dalam pengujian kuat tekan harus memenuhi beberapa syarat.
Kedua muka contoh bayuan uji harus mencapai kerataan hingga 0,02 mm dan tidak
melenceng dari sumbu tegak lurus lebih besar dari pada 0,001 radian (sekitar 3,5 min)
atau 0,05 mm dalam 50 mm (0,060). Demikian juga sisi panjangnya harus bebas dari
ketidak rataan sehingga kelurusannya sepanjang contoh batu uji tidak melencenglebih
batuan. Sesuai dengan ISRM (1981), untuk pengujian kuat tekan digunakan rasio (L/
D) antara 2-2,5 dan sebaliknya diameter (D) contoh batu uji paling tidak berukuran
tidak kurang dari NX, atau kurang lebih 54 mm. Semakin besar perbandingan antara
tinggi dan diameter contoh batuan yang digunakan, kuat tekan akan semakin kecil
Menurut Protodyakonov:
Berikut gambar deformasi contoh batuan uji UCS yang ditunjukan pada gambar 2.6 di
bawah ini.
Berikut gambarpola failur dimensi contoh batuan yang ditunjukan pada gambar 2.7 di
bawah ini.
Sumber: Irwandy Arif, 2016
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan dari contoh batuan secara
tidak langsung di lapangan. Contoh batuan dapat berbentuk silinder atau tidak
beraturan. Peralatan yang digunakan untuk uji point load, seperti ditunjukkan pada
gambar 2.8.
Contoh batuan yang digunakan untuk pengujian ini dapat berbentuk silinder
Is = P/D2........................................................................................................(2.4)
Untuk diameter contoh batuan yang bukan 50 mm, maka diperlukan faktor koreksi
Rai, 2011), selang faktor koreksi tergantung besarnya diameter. Karena diameter ideal
Is(50) = F (P/D2)...........................................................................................(2.5)
Dengan,
F = (d/50)0.45.................................................................................................(2.6)
Sehingga diperoleh suatu persamaan Point Load Indeks yang telah dikoreksi
sebagai berikut:
Is(50)=(d/50)0.45(P/D2)....................................................................................(2.7)
Jika Is = 1 MPa, indeks tersebut tidak memiliki arti. Maka penentuan kekuatan
harus berdasarkan uji UCS, dan menurut Bieniawski dengan diameter contoh 50 mm
σc = 23 x Is....................................................................................................(2.8)
Uji aksial dan uji bongkah beraturan (irregular lump) menggunakan diameter
ekivalen (De) dalam perhitungan Point Load Indeks yang diturunkan dari luas
penampang minimum.
Dengan, F = (De2/50)0.45...........................................................................................
(2.10)
Indeks RQD telah diperkenalkan lebih dari 20 tahun yang lalu sebagai indeks dari
kualitas batuan pada saat informasi kualitas batuan hanya tersedia dari deskripsi ahli geologi
dan persentase dari perolehan inti (core recovery). RQD adalah modifikasi dari persentase
perolehan inti yang utuh dengan panjang 10 cm atau lebih. Ini adalah indeks kuantitatif yang
telah digunakan secara luas untuk mengidentifikasikan daerah batuan yang kualitasnya
rendah sehingga dapat diputuskan untuk penambahan pemboran atau pekerjaan eksplorasi
lainnya. Untuk menentukan RQD, ISRM merekomendasikan ukuran inti paling kecil
berdiameter NX (54,7 mm) yang dibor dengan menggunakan double tube core barrels.
Adapun contoh core utuh untuk prosedur pengukuran dan perhitungan RQD dapat dilihat
Bila bor inti tidak tersedia, dapat dihitung dengan pengukura bidang diskontinu
(metode scanline). Jarak pisah antar bidang diskontinu (kekar) adalah jarak tegak lurus antara
dua bidang diskontinu yang berurutan sepanjang sebuah garis pengamatan yang disebut
scanline, dan dinyatakan sebagai intact legth. Panjang scanline minimum untuk pengukuran
jarak diskntinu adalah 50 kali jarak rata-rata diskontinuiti yang hendak diukur. Namun,
menurut International Society for Rock Mechanic (ISRM, 1981) panjang ini cukup 10 kali
Untuk klasifikasi jarak kekar dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1
Klasifikasi Jarak Kekar
Berikut contoh prosedur normal pengukuran kekar dapat dilihat pada gambar 2.11 di bawah
ini.
Adapun contoh pengukuran kekar menggunakan metode scanline dapat dilihat pada gambar
selanjutnya menentukan kelas masa batuan dengan parameter dan tabel pembobotan batuan.
Untuk menentukan klasifikasi parameter dan pembobotan batuan dapat dilihat pada tabel 2.2
di halaman 26.
Tabel 2.2
RMR - A Klasifikasi Parameter dan Pembobotan
Tekanan air
kekar maks <0.1
σ1 0 0.1-0.2 0.2-0.5 >0.5
Untuk menentukan nilai kondisi kekar dapat dilihat panduan seperti tabel 2.3 di halaman 27.
orientasi kekar. Untuk melakukan pengukuran orientasi strike dan dip pada kekar dapat
menggunakan Pocket Transit, yang didirikan pada tahun 1895 oleh David W Brunton,
seorang ahli geologi dan insinyur pertambangan kelahiran kanada. pembobotan orientasi
Tabel 2.4
RMR – B Peubah Bobot Orientasi Kekar
batuan menurut bobot total batuan. Untuk menganalisis kelas massa batuan dengan bobot
Tabel 2.5
RMR – C Kelas Massa Batuan Menurut Bobot Total
Selanjutnya menganalisis kelas batuan untuk mendapatkan kohesi dan sudut geser dalam, hal
Tabel 2.6
RMR – D Arti Kelas Massa Batuan
Sifat fisik batuan yang ditentukan untuk kepentingan penelitian geoteknik antara lain
bobot isi asli (natural density), bobot isi kering (dry density), bobot isi jenuh (saturated
densuty), berat jenis semu (apparent specific grafity), berat jenis sejati (true specific grafity),
kadar air asli (natural water content), kadar air jenuh (absorption), derajad kejenuhan,
Uji sifat fisik berguna sebagai data pendukung dari batuan yang akan di uji. Apabila
hasil dari uji sifat fisik batuan yang di uji menunjukkan ketidakseragaman, hal ini menjadi
indikasi tidak meratanya kekuatan batuan, atau dengan kata lain batuan yang diuji sangat
bervariasi (heterogen).
Faktor keamanan dapat dinyatakan dengan FK yang memberikan gambaran nilai suatu
Tabel 2.7
Hubungan nilai faktor keamanan lereng dan intensitas longsor
Pemograman ini dibutuhkan data-data mengenai sifat massa batuan secara umum yang
terdiri dari berat jenis, berat jenis jenuh, takanan pori, dan koefisien getaran gempa. Selain
itu, juga diperlukan data-data lainnya, tetapi bergantung pada kriteria kekuatan apa yang
digunakan.
geser dalam dan bobot isi untuk mencari faktor keamanan lereng. Kemudian menggunakan
Setelah aplikasi software slide.v.6.0 dibuka langkah pertama adalah membuat nama file
baru, kemudian mengambil gambar dalam format dxf melalui langkah file- importimport dxf,
stelah itu kita harus mengimpor eksternal boundry atau batas paling luar dari section yang
dianalisis,
kemudian impor material boundry, material boundry adalah batas antara material tersebut.
Dalam sebuah lereng bisa terdapat beberapa jenis material. Tampilan setelah external
boundry dan material boundry diimpor dapat dilihat pada gambar 2.13 dan gambar 2.14
Dalam analisis kestabilan lereng terdapat beragam metode dengan parameter yang
berbeda, metode dan parameter perhitungan tersebut harus di identifikasi dengan tepat.
Langkah pertama untuk menentukan metode perhitungan adalah klik menu analysis-
Setelah itu akan muncul top up menu seperti pada gambar 2.16 hingga gambar 2.18.
project setting terdiri dari beberapa bagian yaitu general, methods, growndwater, statistic,
dan random numbers. General adalah pengaturan umum tentang judul, satuan, arah longsor,
dan beberapa data penunjang. Methods adalah pengaturan metode perhitungan yang
digunakan.
Growndwater adalah pengaturan tentang pengaruh air di dalam kestabilan lereng. Dua kolom
terakhir pada bagian kanan adalah statistic dan random numbers, menu ini tidak harus dipilih
c. Identifikasi material
Material pembentuk lereng yang akan di analisis harus dimasukan ke dalam data software
slide.v.6.0, langkah untuk mengatur material adalah klik menu properties-define materials.
Setelah itu akan muncul top up pengaturan material, setiap material diatur nama dan
adalah bobot isi/unit weight, Setelah itu pilih jenis analisis kekuatan, setiap jenis akan
meminta parameter yang berbeda, misalnya jika digunakan mhor-coulomb maka parameter
yangharus dilengkapi adalah kohesi dan sudut geser dalam, sedangkan water parameters
berupa nilai RU hanya akan muncul jika dalam groundwater method digunakan RU
coefficient.
Gambar 2.20 langkah untuk membuka menu pengaturan material
boundry dengan karakteristik yang telah dibuat, tampilan lereng akan berubah sesuai
Gambar 2.21 setiap jenis material diwakili oleh warna yang berbeda
Kemungkinan bidang gelincir yang akan terjadi pada lereng yang di analisis dapat di pilih
dengan klik menu surfaces-suface options kemudian akan muncul top up menu seperti pada
gambar 2.22, pengaturan bidang gelincir disesuaikan dengan kemungkinan bidang longsor
pada lereng yang akan di analisis. Pada failur 25 kemungkinan longsor adalah pada failed
material yang tersusun oleh material lepas sehingga digunakan bidang gelincir berbentuk
lingkaran.
Gambar 2.22 langkah untuk membuka pengaturan bidang gelincir
Setelah surface type dipilih circular selanjutnya adalah mengatur metode pencarian
kemugnkinan bidang gelincir. Radians increment menunjukan jumlah interval antara radius
terbesar dan terkecil pada setiap titik pusat gelincir. Sedangkan composite surface adalah
bidang gelincir berbentuk busur lingkaran yang melewati lebih dari satu jenis materia, dan
tension cract dipilih karena kemungkinan bidang gelincir pada failur25 hanya akan melewati
failed material.
kemungkinan pusat gelincir. Jika dipilih auto gird maka software slide.v.6.0 akan membuat
sebuah kotak dengan kemungkinan bidang longsoran, metode ini adalah metode paling
lengkap dan paling efektif. Sebenarnya metode lain yang konvensional yaitu dengan
Langkah terakhir dalam software slide.v.6.0 adalah memulai perintah running, caranya
adalah menekan toolbar seperti pada gambar 2.25, kemudian software slide.v.6.0 akan
melakukan perhitungan seperti pada gambar 2.26, proses perhitungan tersebut memerlukan
mencapai 100%. Selanjutnya adalah melakukan interpretasi nilai FoS dengan software
Ketika pertama kali dibuka dari file software slide.v.6.0 yang sedang dikerjakan maka
Pada gambar terlihat di dalam kotak di atas lereng terdapat warna, setiap warna
menunjukkan nilai skala FoS tertentu sesuai dengan petunjuk di bagian kiri, nilai FoS pada
semua kemungkinan pusat gelincir yang terdapat pada skala warna tersebut dapat diketahui,
dari gambar di atas juga terlihat pada failed material terdapat bentuk busur lingkaran, busur
tersebut akan berubah jika dipilih pusat gelincir yang berbeda, nilai FoS pada semua
kemungkinan lokasi pusat gelincir tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti pada
Interpretasi hasil analisis kestabilan lereng lengkap dengan bidang gelincir berbentuk
busur lingkaran seperti pada gambar 2.30, pusat gelincir disertai jari-jari dan nilai FoS,
software slide.v.6.0 interpret juga dapat menunjukan diagram gaya yang bekerja sesuai
dengan karakteristik material dan geometri yang dibuat, diagram tersebut dapat dilihat pada
gambar 2.31, data gaya yang bekerja tersebut juga dapat di interpretasikan sebagai data
numerik.
Gambar 2.30 interpretasi hasil analisis kestabilan lereng
penelitian yang terstruktur untuk memperoleh hasil yang diinginkan dan dari bagan kerangka
1. Input
Input bersumber dari data primer dan data skunder, data primer di ambil dari kegiatan
lapangan yang bersumber dari pengamatan langsung dan observasi lapangan, adapun data
primer pengambilan sampel langsung ke lapangan dan melakukan pengujian dengan alat di
laboraturium. Sedangkan data skunder berasal dari literatur-literatur yang mendukung seperti
peta geologi, peta wilayah izin usaha pertambangan, dan peta kesampaian daerah.
2. Proses
Proses yang di lakukan pada kegiatan ini adalah menganalisis dan memberikan informasi
tentang kelas massa batuan dan mendapatkan nilai faktor keamanan terhadap objek
penelitian. Data yang di proses berasal dari data-data input yaitu data primer dan data
skunder.
3. Output
Output atau hasil penelitian ini adalah untuk mendapatkan klasifikasi massa batuan dan
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian terapan (applied research).
Penelitian terapan adalah penelitian yang bertujuan untuk hati-hati, sistematik dan terus
menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan digunakan segera untuk keperluan tertentu.
Hasil penelitian yang dilakukan tidak perlu sebagai suatu penemuan baru, akan tetapi
penambangan, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Jarak antara daerah
penambangan dengan kota Padang ± 90 km, dengan waktu tempuh ±4jam, peta kesampaian
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan September s.d oktober 2018.
Variabel penelitian ini merupakan suatu atribut dari sekelompok objek yang diteliti yang
mempunyai variasi satu dengan yang lain dalam kelompok tersebut. Sesuai dengan
permasalahan yang diteliti maka variabel penelitian meliputi Analisis kestabilan lereng
3.5.1 Data
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian
2. Data Sekunder
Jenis data ini diperoleh dari profil perusahaan mengenai gambaran umum
perusahaan, teknik yang digunakan yaitu dengan membaca atau studi pustaka
diperusahaan meliputi:
a. Peta geologi.
Sumber data yang penulis dapatkan berupa data kuantitatif yang berasal dari
merupakan data informasi berupa simbol angka atau bilangan. Data ini didapatkan
Prosedur yang dilakukan untuk memperoleh data sifat fisik batuan adalah
sebagai berikut:
a. Timbang massa batuan natural yang belum diberi perlakuan apapun (Wn).
(Ww).
d. Contoh batuan jenuh dikeringkan di dalam oven selama 24 jam pada suhu 900 C.
jarak kekar, panjang kekar, kekasaran kekar, bukaan kekar (aperture), isian kekar dan
kekar hanya mengukur panjang bidang kekar dengan meteran dan dicatat pada format
data lapangan.
3. Pengukuran sudut lereng, stike dan dip disepanjang garis bentangan (scanline)
Prosedur yang dilakukan untuk memperoleh data sudut lereng, Stike dan dip yaitu
sebagai berikut:
Pengolahan data bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara dan proses untuk
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan.
Pada pengolahan data ini ada beberapa hal yang akan dibahas yaitu:
Adapun metode yang digunaka untuk menganasilis klasifikasikan masa batuan yaitu
dengan metode Rock Mass Rating, berikut persamaan dan rumus untuk menganalisis
Sebelum melakukan pembobotan dilakukan pengimputan data strike dan dip dengan
d. Kelas massa batuan menurut bobot total menggunakan (Tabel 2.5 hal 31).
3. Faktor Keamanan
koordinat lereng, litologi batuan, kohesi, sudut geser dalam dan bobot isi batuan.
Setelah melalui tahap dalam pengumpulan data dan pengolahan data maka dilakukan
analisa data dengan mengevaluasi dari pengolahan data yang didapat. Pada analisa data
bertujun untuk:
1. Mendapatkan kelas massa batuan dengan menggunakan metode rock mass rating.
2. Mendapatkan faktor keamanan dengan software slide v.6.0 pada lereng lubang bukaan
tambang.
Mulai
Rumusan Masalah
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Analisis Data
Selesai
BAB IV
Bab ini berisikan pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian analisis
kestabilan lereng menggunakan metode Rock Mass Rating dan analisis faktor keamanan pada
lereng lubang bukaan tambang dengan bantuan software slide.v.6.0 di PT. Nusa Alam
pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder
yang bersumber dari pengamatan langsung di lapangan dan arsip perusahaan, adapun data-
1. Data lapangan
Data yang dikumpulkan melalui pengukuran di lapangan berupa data kekar yang diukur
pada scanline lereng sepanjang 25 meter dan data geometri lereng terdiri dari:
a. Jarak kekar
Data jarak kekar didapatkan dengan mengukur jarak antara kekar lereng pada lubang
bukaan tambang.
Adapun hasil pengukuran data jarak kekar dilokasi penelitian dapat dilihat pada tabel
Tabel 4.1
Data Jarak Kekar
Data strike dan dip didapatkan dengan menggunakan pocket transit, adapun data
Tabel 4.2
Data Strike dan dip
No Strike Dip
1 640 900
2 1050 880
3 1590 770
4 1320 760
5 1560 820
6 1430 820
7 2090 800
8 1660 770
9 760 640
10 1620 670
11 1560 670
12 1610 720
c. Kondisi kekar
Data kondisi kekar didapatkan dari analisa dilapangan, adapun data tersebut dapat
Tabel 4.3
Kondisi Kekar
Kondisi Kekar
No Persistensi Pemisahaan Isian
Kekar (ukuran Bukaan Kekasaran (Gouge) Pelapukan
kekar) (Aperture)
1 1.30 m 23 mm Sedang Tidak ada Sedang
2 1.16 m 8 mm Sedang Tidak ada Sedang
3 1.26 m 21 mm Sedang Tidak ada Sedang
4 1.02 m 2 mm Sedang Tidak ada Sedang
5 1.20 m 1 mm Sedang Tidak ada Sedang
6 1.82 m 3 mm Sedang Tidak ada Sedang
7 1.56 m 82 mm Sedang Tidak ada Sedang
8 1.47 m 111 mm Sedang Tidak ada Sedang
9 1.86 m 74 mm Sedang Tidak ada Sedang
10 2.02 m 63 mm Sedang Tidak ada Sedang
11 1.42 m 46 mm Sedang Tidak ada Sedang
12 1.32 m 9 mm Sedang Tidak ada Sedang
d. Geometri lereng.
Data geometri lereng didapatkan dari pengukuran dilapangan, adapun data tersebut
Tabel 4.4
Geometri Lereng
2. Data Laboratorium
Data yang didapatkan pada pengujian laboratorium adalah data uji kuat tekan batuan
menggunakan alat pengujian Point Load Index (PLI) dan data uji sifat fisik batuan. Sampel
yang digunakan berupa sampel batu lanau, sampel terdiri dari 3 sampel yang diambil di
Adapun contoh sampel yang telah dipotong dan dirapikan dapat dilihat pada gambar 4.2 di
bawah ini.
Gambar 4.2 Sampel batuan yang telah dirapikan
Adapun sampel uji kuat tekan yang didapat dilaboratorium dapat dilihat pada tabel 4.5 di
bawah ini.
Tabel 4.5
Data Sampel Batuan Uji Kuat Tekan
Sampel D D P
Jarak antar Diameter Pressure
konus sampel (kg/cm)
(cm) (cm)
1 3.2 3.1 40
2 3.0 2.9 30
3 2.9 2.8 35
Berikut adalah gambar proses pengujian kuat tekan menggunakan alat uji PLI dapat dilihat
Adapun data sampel batuan uji sifat fisik batuan dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini.
Tabel 4.6
Data Sampel Batuan Uji Sifat Fisik
Sampel Wn Ww Ws Wo
(gr) (gr) (gr) (gr)
1 124.3 124.5 86.6 124.0
2 96.3 96.4 41.5 95.9
3 109.1 109.2 52.9 108.7
Adapun gambar sampel batuan uji sifat fisik dapat dilihat pada gambar 4.4 di halaman 55.
Gambar 4.4 Pengujian Sifat Fisik Batuan
Data sekunder merupakan data yang telah ada di perusahaan, bersumber dari arsip dan
selanjutnya adalah pengolahan data, dalam pengolahan data ini bertujuan untuk mengetahui
kelas massa batuan dan faktor keamanan lereng agar dapat diterapkan di PT. Nusa Alam
Lestari.
Uji kuat tekan batuan dilakukan dengan menggunakan alat point load index, pengujian
kuat tekan batuan dibutuhkan untuk menentukan kualitas dari massa batuan. Dalam pengujian
Dari data di atas dapat diketahui bahwa D adalah diameter sampel batuan, d adalah
jarac k antar konus atas dan konus bawah pada alat PLI, dan P adalah pressure hasil yang
Astawa Rai, 2011) persamaan (2.6 hal.23), setelah faktor koreksi didapatkan, masukkan nilai
faktor koreksi ke persamaan point load index menggunakan rumus (2.5 hal.23).
dari nilai PLI yang telah didapatkan, maka dapat dicari nilai kuat tekan batuan berdasarkan
pengolahan data yang telah dilakukan, nilai UCS rata-rata dari sampel dapat dilihat pada tabel
Tabel 4.7
Nilai UCS Sampel Batuan
Mpa. Berdasarkan tabel pembobotan RMR nilai UCS batulanau adalah 1 yang ditunjukkan
Dalam menentukan nilai RQD berdasarkan data kekar sepanjang scanline yang sudah
dibentangkan dapat digunakan persamaan (2.12 hal.23). Scanline penelitian ini sepanjang 25
meter. Berikut adalah tabel hasil perhitungan RQD pada lereng lubang bukaan tambang
Tabel 4.8
Kualitas Dan Bobot Batuan Berdasarkan Nilai RQD
pembobotan RMR nilai RQD pada lereng adalah 20, yang ditunjukan (Tabel 2.2 hal.26).
c. Jarak Diskontinuitas
Spasi bidang diskontinuitas atau kekar adalah jarak tegak lurus antar kekar yang dapat
alat ukur berupa meteran, didapatkan jarak kekar seperti tabel 4.9 di bawah ini.
Tabel 4.9
Jarak Kekar
Dari nilai rata-rata jarak kekar yang sudah didapatkan yaitu sebesar 1,67 m, berdasarkan
tabel pembobotan RMR, nilai jarak kekar pada lereng adalah 15, yang ditunjukan (Tabel 2.2
hal.26).
d. Kondisi Kekar
Kondisi kekar memiliki lima karakteristik, meliputi kemenerusan, jarak antar permukaan
atau celah kekar, kekasaran kekar, material pengisi dan tingkat pelapukan. Berdasarkan
pengukuran di lapangan didapatkan pengukuran kondisi kekar seperti yang dijelaskan pada
Tabel 4.10
Kondisi Kekar
Kondisi Kekar
No Persistensi Pemisahaan Isian
Kekar (ukuran Bukaan Kekasaran (Gouge) Pelapukan
kekar) (Aperture)
1 1.30 m 23 mm Sedang Tidak ada Sedang
2 1.16 m 8 mm Sedang Tidak ada Sedang
3 1.26 m 21 mm Sedang Tidak ada Sedang
4 1.02 m 2 mm Sedang Tidak ada Sedang
5 1.20 m 1 mm Sedang Tidak ada Sedang
6 1.82 m 3 mm Sedang Tidak ada Sedang
7 1.56 m 82 mm Sedang Tidak ada Sedang
8 1.47 m 111 mm Sedang Tidak ada Sedang
9 1.86 m 74 mm Sedang Tidak ada Sedang
10 2.02 m 63 mm Sedang Tidak ada Sedang
11 1.42 m 46 mm Sedang Tidak ada Sedang
12 1.32 m 9 mm Sedang Tidak ada Sedang
Rata- 1.45 m 36.92 mm
rata
Bobot 4 0 3 6 3
Dari hasil pengolahan dan analisa data kondisi kekar didapat nilai rata-rata ukuran kekar
sebesar 1,45 m, pemisan bukaan kekar sebesar 36,92 mm, kekrasan kekar yaitu sedang, isian
kekar yaitu tidak ada, dan pelapukan kekar yaitu sedang. Berdasarkan tabel pembobotan
RMRnilai ukurankekar adalah 4, nilai pemisah bukaan adalah 0, nilai kekerasan kekar adalah
3, nilai isian kekar adalah 6, dan nilai pelapukan kekar adalah 3, yang ditunjukan (Tabel 2.3
hal.27).
Berdasarkan pengamatan secara fisual kondisi umum air tanah pada kekar dilapangan
dapat disimpulkan bahwa keairan di lokasi penelitian pada kondisi kering. Maka dari itu
didapat rating/bobot untuk kondisi air tanah sebesar 15, yang ditunjukan (tabel 2.2 hal.26).
f. Orientasi Kekar
Hasil pengukuran orientasi kekar di lapangan (Tabel 4.2 hal.50) kemudian dianalisa
menggunakan diagram Rosette, dengan hasil pengolahan dominan strike dan dip ada dua
̊
yaitu 156 -159 ̊ dan 161̊ -166 .̊
Pembobotan parameter orientasi kekar menggunakan (Tabel 2.4 hal.27). Jurus dan
kemiringan orientasi kekar pada batulanau termasuk menguntungkan dengan bobot -5 untuk
lereng.
Adapun diagram Stereonet orientasi kekar dapat dilihat pada gambar 4.5 di halaman 61.
Adapun hasil pembobotan dari 6 (enam) parameter RMR dapat dilihat pada tabel 4.11 di
bawah ini.
Tabel 4.11
Total Bobot Dari 6 Parameter RMR
No Parameter Bobot
1 UCS 1
2 RQD 20
3 Jarak Kekar 15
Kondisi kekar
1. Persistensi 4
2. Aperture 0
4 3. Kekasaran 3
4. Isian 6
5. Pelapukan 3
5 Kondisi air tanah 15
6 Orientasi kekar -5
Total 62
Untuk melihat hasil kelas massa batuan menurut bobot total dapat dilihat pada tabel 4.12 di
bawah ini.
Tabel 4.12
Kelas Massa Batuan Menurut Bobot Total
No Keterangan Batulanau
1 Bobot total 62
2 Kelas II
3 Deskripsi Batuan baik
4 Kohesi 350 kN/m2
5 Sudut geser dalam 400
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pada lereng batulanau diklasifikasikan batuan
kelas II dengan deskripsi batuan baik yang bobot totalnya yaitu 62, memiliki kohesi sebesar
350 kN/m2, dan memiliki sudut geser dalam sebesar 400, yang ditunjukan (tabel 2.5 dan 2.6
hal.28).
Metode bishop simplified dapat diketahui dengan perangkat lunak Slide V.6.0 dengan
memasukkan parameter-parameter antara lain, geometri lereng (Tabel 4.5), nilai kohesi
(Tabel 4.12), sudut geser dalam (Tabel 4.12) dan bobot isi batuan (Lampian 8). Dari hasil
pengumpulan data dan analisa database dalam menggunakan software slide v.6.0. Langkah-
Langkah awalnya buka software slide V.6.0, selanjutnya pilih new untuk lembar kerja
baru, buat geometri lereng menggunakan measure untuk meteran, dimenson angle
untuk membuat sudut, pencil untuk membuat garis dan boundaries untuk langkah
data geometri lereng (Tabel 4.4) dan tabel 4.13 di bawah ini.
Tabel 4.13
Data Kerangka Lereng
No X Y
1 00 00
2 10 00
3 10 15
4 00 17,6
Untuk melihat gambar kerangka lereng dari software slide.v.6.0 dapat dilihat pada
Adapun pengimputan geometri lereng pada software slide.v.6.0 dapat dilihat pada
4.12), sudut geser dalam (Tabel 4.12) dan bobot isi (Lampiran 3) pada kolom define
material properties. Hasil pengimputan define material dapat dilihat pada gambar 4.8
di bawah ini.
Langkah ketiga pilih analysis klik project setting pilih arah longsoran, pilih methods
klik bishop simplified kemudian OK. Pilih auto grid, analysis, compute dan save.
Pilih analysis lagi interpert. Untuk melihat hasil faktor keamanan lereng dapat dilihat
lubang bukaan tambang baik secara manual serta menggunakan alat mekanis, untuk
mendukung penambangan perlu dilakukan analisis kestabilan lereng pada lubang bukaan agar
kegiatan penambangan aman, untuk itu sangat penting diperhatikan beberapa aspek yang
mempengaruhi keamanan pada lereng yaitu dengan pengklasfikasian massa batuan dan
menghitung faktor keamanan lereng dengan bantuan perangkat lunak slide v.6.0. dari
pengumpulan dan pengolahan data, maka didapatkan hasil yang digunakan dalam
menganalisis data kestabilan lereng pada lubang tambang di PT. Nusa Alam Lestari.
Uniaxial compressive strength (UCS) adalah kekuatan dari batuan utuh (intackrock)
yang diperoleh dari hasil uji UCS menggunakan mesin tekan untuk menekan sampel batuan
dari satu arah (uniaxial). Nilai UCS merupakan besar tekanan yang harus diberikan sehingga
membuat batuan pecah. Namun, apabila tidak memiliki mesin kuat tekan, maka ada alternatif
Dari nilai rata-rata UCS yang sudah didapatkan, nilai UCS dari batulanau 25,79 kg/cm 2 atau
2,50 Mpa. Berdasarkan tabel pembobotan RMR nilai UCS batulanau mempunyai bobot 1.
Dari hasil pengujian dapat diambil kesimpulan bahwa batulanau yang di uji memiliki
RQD didefiniskan sebagai persentase panjang core utuh yang lebih dari 10 cm terhadap
panjang total core run. Melihat hubungan antara RQD dan frekuensi diskontinuitas, lokasi
penelitian ini berada di PT. Nusa Alam Lestari yang tidak memiliki core utuh, maka
pengambilan data RQD pada penelitian ini menggunakan metode scanline dan persamaan
RQD = 100 (0,1 λ + 1) e-0,1λ, Nilai RQD untuk batulanau 99,70% dengan nilai rating 20 yang
ditunjukan (tabel.4.8). Semakin tinggi nilai RQD maka semakin baik kualitas massa batuan.
3. Jarak Diskontinuitas
Pada jarak antar spasi kekar pengambilan datanya diukur secara langsung, dimana pada
lereng lubang bukaan tambang di PT. Nusa Alam Lestari terdapat 12 kekar, dengan panjang
daerah lereng penelitian 25 meter batulanau. Rata-rata jarak kekar untuk batulanau adalah
1,67 m dengan nilai rating 15 yang ditunjukan (tabel.4.9). Berdasarkan tabel RMR semakin
tinggi jarak antar kekar maka semakin baik kualitas massa batuan.
4. Kondisi Kekar
Pada perhitungan rock mass rating (RMR) khususnya diparameter kondisi kekar ada
lima karakter yang harus diketahui yaitu, meliputi kemenerusan (persistence), jarak antar
permukaan kekar (roughness), kekasaran kekar, material pengisi dan tingkat pelapukan.
meteran untuk panjang dan bukaan kekar, sedangkan untuk kekasaran, material pengisi dan
Kemenerusan yang merupakan panjang dari kekar yang diukur di lapangan dapat
disimpulkan bahwa nilai panjang rata-rata kekar adalah 1-3 meter dengan bobot 4. Semakin
pendek kemenerusan dari kekar, maka semakin baik kualitas massa batuan yang diukur.
Bukaan kekar (aperture) diartikan sebagai lebar kekar yang dilakukan pengukuran di
lapangan dan dapat disimpulkan bahwa nilai bukaan kekar berada pada rentang besar dari 5
mm dengan bobot 0. Semakin besar bukaan kekar, maka semakin buruk kualitas massa
kasar bidang batuan maka semakin kecil kekuatan geser bidang pada massa batuan, sehingga
pergerakan bidang batuan akan berkurang. Untuk kondisi kekasaran di lapangan memiliki
Isian (infilling) yang merupakan isian celah antar permukaan bidang kekar, material
pengisi akan mempengaruhi kuat geser bidang kekar, yang mana tergantung ketebalannya,
yang dilakukan, tidak ada isian diseluruh kekar yang telah diukur dan setelah dicocokkan
Selain isian, hal lain yang mempengaruhi kuat geser bidang batuan adalah kelapukan,
maka semakin besar kuat geser pada bidang batuan. Berdasarkan kondisi di lapangan, kondisi
Berdasarkan pengamatan secara fisual kondisi umum air tanah pada kekar dilapangan
dapat disimpulkan bahwa keairan di lokasi penelitian pada kondisi kering. Maka dari itu
didapat rating/bobot untuk kondisi air tanah sebesar 15, yang ditunjukan (tabel 2.3)
6. Orientasi kekar
Setelah menganalisis menggunakan software streonet orientasi kekar termasuk baik. Dari
bobot total 6 parameter diatas didapat bobot totanya adalah 62 termasuk kelas batuan II
Faktor keamanan lereng pada lubang bukaan tambang PT. Nusa Alam Lestari akan
dipengaruhi oleh beberapa parameter antara lain. Parameter material yang sangat
mempengaruhi nilai faktor keamanan adalah karakteristik sifat fisik dan sifat mekanik
material penyusun lereng yang meliputi nilai bobot isi material atau density (γ)dalam kN/m3,
nilai kohesi (c) dalam kN/m3 dan sudut geser dalam derajat.
Untuk mendapatkan nilai dari parameter ini harus didapatkan dengan uji point load index
terhadap material yang akan dianalisis. Hasil pengujian sampel harus dilakukan dengan baik
agar dapat mewakili karakteristik material penyusun lereng yang sebenarnya. Hasil yang
didapatkan akan di inputkan ke dalam software slide v.6.0 untuk nilai faktor keamanan.
Bobot isi material menyatakan perbandingan antar berat dengan volume material
tersebut. Semakin jenuh material maka nilai bobot isi semakin besar dan beban yang
ditanggung badan lereng semakin besar, sebaliknya material dalam kondisi kering, bobot
isinya akan semakin kecil sehingga bebannya akan semakin kecil. Pengaruh terhadap faktor
keamanan adalah jika nilai bobot isi material semakin besar maka faktor keamanannya
semakin kecil dan semakin kecil nilai bobot isi maka faktor keamanannya menjadi semakin
besar, dengan ketinggian dan kemiringan lereng serta propertis material yang lain seperti
kohesi dan sudut geser dalam adalah sama. Nilai bobot isi material yang digunakan untuk
analisis kestabilan lereng adalah nilai material yang didapat dari hasil pengujian sifat fisik
2. Kohesi
Nilai kohesi didapatkan dari hasil perhitungan kualitas massa batuan (rock mass rating).
Dari hasil perhitungan tersebut didapat nilai kohesi sebasar 350 kN/m2.
Sudut geser dalam merupakan sudut yang terbentuk dari hubungan tegangan normal dan
tegangan geser didalam material batuan. Sudut geser dalam adalah sudut rekahan yang
terbentuk jika suatu batuan dikenakan tegangan yang melebihi tegangan gesernya. Semakin
besar sudut geser dalam suatu material, maka material tersebut akan lebih tahan manerima
tegangan luar yang dikenakan dengan ketentuan ketinggian dan kemiringan lereng dan
propertis material yang lain seperti kohesi dan bobot isi adalah sama.
pada daya ikat antar butirnya (kohesi) dan sudut geser dalam. Besarnya nilai kohesi dan
sudut geser dalam ini mempengaruhi besar kecilnya kekuatan geser sehingga nilai faktor
keamanan juga akan berbeda. Dengan memperhatikan persamaan kekuatan geser Mohr
Coulomb dimana semakin besar nilai kohesi dan sudut geser dalam suatu material, maka
semakin besar kekuatan geser material tersebut untuk menahan longsor. Sebaliknya semakin
kecil nilai kohesi dan sudut geser dalam maka semakin kecil pula kekuatan geser material
Nilai sudut geser dalam dari material penyusun lereng dapat diketahui dari hasil
perhitungan kualitas massa batuan (rock mass rating) dari sebelumnya yaitu sebesar 400.
Adapun rekapitulasi hasil data penelitian dapat dilihat pada tabel 5.1 dibawah ini.
Tabel 5.1
Rekapitulasi Hasil Data Penelitian
62 kelas massa batuan baik. Dengan menggunakan bantuan software slide v.6.0 metode
bishop simplified didapatkan nilai faktor keamanan sebesar 6,109 dengan keterangan lereng
stabil.
BAB V
lubang bukaan tambang baik secara manual serta menggunakan alat mekanis, untuk
mendukung penambangan perlu dilakukan analisis kestabilan lereng pada lubang bukaan agar
kegiatan penambangan aman, untuk itu sangat penting diperhatikan beberapa aspek yang
mempengaruhi keamanan pada lereng yaitu dengan pengklasfikasian massa batuan dan
menghitung faktor keamanan lereng dengan bantuan perangkat lunak slide v.6.0. dari
pengumpulan dan pengolahan data, maka didapatkan hasil yang digunakan dalam
menganalisis data kestabilan lereng pada lubang tambang di PT. Nusa Alam Lestari.
Uniaxial compressive strength (UCS) adalah kekuatan dari batuan utuh (intackrock)
yang diperoleh dari hasil uji UCS menggunakan mesin tekan untuk menekan sampel batuan
dari satu arah (uniaxial). Nilai UCS merupakan besar tekanan yang harus diberikan sehingga
membuat batuan pecah. Namun, apabila tidak memiliki mesin kuat tekan, maka ada alternatif
Dari nilai rata-rata UCS yang sudah didapatkan, nilai UCS dari batulanau 25,79 kg/cm 2 atau
2,50 Mpa. Berdasarkan tabel pembobotan RMR nilai UCS batulanau mempunyai bobot 1.
Dari hasil pengujian dapat diambil kesimpulan bahwa batulanau yang di uji memiliki
RQD didefiniskan sebagai persentase panjang core utuh yang lebih dari 10 cm terhadap
panjang total core run. Melihat hubungan antara RQD dan frekuensi diskontinuitas, lokasi
penelitian ini berada di PT. Nusa Alam Lestari yang tidak memiliki core utuh, maka
pengambilan data RQD pada penelitian ini menggunakan metode scanline dan persamaan
RQD = 100 (0,1 λ + 1) e-0,1λ, Nilai RQD untuk batulanau 99,70% dengan nilai rating 20 yang
ditunjukan (tabel.4.8). Semakin tinggi nilai RQD maka semakin baik kualitas massa batuan.
9. Jarak Diskontinuitas
Pada jarak antar spasi kekar pengambilan datanya diukur secara langsung, dimana pada
lereng lubang bukaan tambang di PT. Nusa Alam Lestari terdapat 12 kekar, dengan panjang
daerah lereng penelitian 25 meter batulanau. Rata-rata jarak kekar untuk batulanau adalah
1,67 m dengan nilai rating 15 yang ditunjukan (tabel.4.9). Berdasarkan tabel RMR semakin
tinggi jarak antar kekar maka semakin baik kualitas massa batuan.
Pada perhitungan rock mass rating (RMR) khususnya diparameter kondisi kekar ada
lima karakter yang harus diketahui yaitu, meliputi kemenerusan (persistence), jarak antar
permukaan kekar (roughness), kekasaran kekar, material pengisi dan tingkat pelapukan.
meteran untuk panjang dan bukaan kekar, sedangkan untuk kekasaran, material pengisi dan
Kemenerusan yang merupakan panjang dari kekar yang diukur di lapangan dapat
disimpulkan bahwa nilai panjang rata-rata kekar adalah 1-3 meter dengan bobot 4. Semakin
pendek kemenerusan dari kekar, maka semakin baik kualitas massa batuan yang diukur.
Bukaan kekar (aperture) diartikan sebagai lebar kekar yang dilakukan pengukuran di
lapangan dan dapat disimpulkan bahwa nilai bukaan kekar berada pada rentang besar dari 5
mm dengan bobot 0. Semakin besar bukaan kekar, maka semakin buruk kualitas massa
kasar bidang batuan maka semakin kecil kekuatan geser bidang pada massa batuan, sehingga
pergerakan bidang batuan akan berkurang. Untuk kondisi kekasaran di lapangan memiliki
Isian (infilling) yang merupakan isian celah antar permukaan bidang kekar, material
pengisi akan mempengaruhi kuat geser bidang kekar, yang mana tergantung ketebalannya,
yang dilakukan, tidak ada isian diseluruh kekar yang telah diukur dan setelah dicocokkan
Selain isian, hal lain yang mempengaruhi kuat geser bidang batuan adalah kelapukan,
maka semakin besar kuat geser pada bidang batuan. Berdasarkan kondisi di lapangan, kondisi
Berdasarkan pengamatan secara fisual kondisi umum air tanah pada kekar dilapangan
dapat disimpulkan bahwa keairan di lokasi penelitian pada kondisi kering. Maka dari itu
didapat rating/bobot untuk kondisi air tanah sebesar 15, yang ditunjukan (tabel 2.3)
Setelah menganalisis menggunakan software streonet orientasi kekar termasuk baik. Dari
bobot total 6 parameter diatas didapat bobot totanya adalah 62 termasuk kelas batuan II
Faktor keamanan lereng pada lubang bukaan tambang PT. Nusa Alam Lestari akan
dipengaruhi oleh beberapa parameter antara lain. Parameter material yang sangat
mempengaruhi nilai faktor keamanan adalah karakteristik sifat fisik dan sifat mekanik
material penyusun lereng yang meliputi nilai bobot isi material atau density (γ)dalam kN/m3,
nilai kohesi (c) dalam kN/m3 dan sudut geser dalam derajat.
Untuk mendapatkan nilai dari parameter ini harus didapatkan dengan uji point load index
terhadap material yang akan dianalisis. Hasil pengujian sampel harus dilakukan dengan baik
agar dapat mewakili karakteristik material penyusun lereng yang sebenarnya. Hasil yang
didapatkan akan di inputkan ke dalam software slide v.6.0 untuk nilai faktor keamanan.
Bobot isi material menyatakan perbandingan antar berat dengan volume material
tersebut. Semakin jenuh material maka nilai bobot isi semakin besar dan beban yang
ditanggung badan lereng semakin besar, sebaliknya material dalam kondisi kering, bobot
isinya akan semakin kecil sehingga bebannya akan semakin kecil. Pengaruh terhadap faktor
keamanan adalah jika nilai bobot isi material semakin besar maka faktor keamanannya
semakin kecil dan semakin kecil nilai bobot isi maka faktor keamanannya menjadi semakin
besar, dengan ketinggian dan kemiringan lereng serta propertis material yang lain seperti
kohesi dan sudut geser dalam adalah sama. Nilai bobot isi material yang digunakan untuk
analisis kestabilan lereng adalah nilai material yang didapat dari hasil pengujian sifat fisik
5. Kohesi
Nilai kohesi didapatkan dari hasil perhitungan kualitas massa batuan (rock mass rating).
Dari hasil perhitungan tersebut didapat nilai kohesi sebasar 350 kN/m2.
Sudut geser dalam merupakan sudut yang terbentuk dari hubungan tegangan normal dan
tegangan geser didalam material batuan. Sudut geser dalam adalah sudut rekahan yang
terbentuk jika suatu batuan dikenakan tegangan yang melebihi tegangan gesernya. Semakin
besar sudut geser dalam suatu material, maka material tersebut akan lebih tahan manerima
tegangan luar yang dikenakan dengan ketentuan ketinggian dan kemiringan lereng dan
propertis material yang lain seperti kohesi dan bobot isi adalah sama.
pada daya ikat antar butirnya (kohesi) dan sudut geser dalam. Besarnya nilai kohesi dan
sudut geser dalam ini mempengaruhi besar kecilnya kekuatan geser sehingga nilai faktor
keamanan juga akan berbeda. Dengan memperhatikan persamaan kekuatan geser Mohr
Coulomb dimana semakin besar nilai kohesi dan sudut geser dalam suatu material, maka
semakin besar kekuatan geser material tersebut untuk menahan longsor. Sebaliknya semakin
kecil nilai kohesi dan sudut geser dalam maka semakin kecil pula kekuatan geser material
Nilai sudut geser dalam dari material penyusun lereng dapat diketahui dari hasil
perhitungan kualitas massa batuan (rock mass rating) dari sebelumnya yaitu sebesar 400.
Adapun rekapitulasi hasil data penelitian dapat dilihat pada tabel 5.1 dibawah ini.
Tabel 5.1
Rekapitulasi Hasil Data Penelitian
62 kelas massa batuan baik. Dengan menggunakan bantuan software slide v.6.0 metode
bishop simplified didapatkan nilai faktor keamanan sebesar 6,109 dengan keterangan lereng
stabil.
BAB V
lubang bukaan tambang baik secara manual serta menggunakan alat mekanis, untuk
mendukung penambangan perlu dilakukan analisis kestabilan lereng pada lubang bukaan agar
kegiatan penambangan aman, untuk itu sangat penting diperhatikan beberapa aspek yang
mempengaruhi keamanan pada lereng yaitu dengan pengklasfikasian massa batuan dan
menghitung faktor keamanan lereng dengan bantuan perangkat lunak slide v.6.0. dari
pengumpulan dan pengolahan data, maka didapatkan hasil yang digunakan dalam
menganalisis data kestabilan lereng pada lubang tambang di PT. Nusa Alam Lestari.
Uniaxial compressive strength (UCS) adalah kekuatan dari batuan utuh (intackrock)
yang diperoleh dari hasil uji UCS menggunakan mesin tekan untuk menekan sampel batuan
dari satu arah (uniaxial). Nilai UCS merupakan besar tekanan yang harus diberikan sehingga
membuat batuan pecah. Namun, apabila tidak memiliki mesin kuat tekan, maka ada alternatif
Dari nilai rata-rata UCS yang sudah didapatkan, nilai UCS dari batulanau 25,79 kg/cm 2 atau
2,50 Mpa. Berdasarkan tabel pembobotan RMR nilai UCS batulanau mempunyai bobot 1.
Dari hasil pengujian dapat diambil kesimpulan bahwa batulanau yang di uji memiliki
RQD didefiniskan sebagai persentase panjang core utuh yang lebih dari 10 cm terhadap
panjang total core run. Melihat hubungan antara RQD dan frekuensi diskontinuitas, lokasi
penelitian ini berada di PT. Nusa Alam Lestari yang tidak memiliki core utuh, maka
pengambilan data RQD pada penelitian ini menggunakan metode scanline dan persamaan
RQD = 100 (0,1 λ + 1) e-0,1λ, Nilai RQD untuk batulanau 99,70% dengan nilai rating 20 yang
ditunjukan (tabel.4.8). Semakin tinggi nilai RQD maka semakin baik kualitas massa batuan.
Pada jarak antar spasi kekar pengambilan datanya diukur secara langsung, dimana pada
lereng lubang bukaan tambang di PT. Nusa Alam Lestari terdapat 12 kekar, dengan panjang
daerah lereng penelitian 25 meter batulanau. Rata-rata jarak kekar untuk batulanau adalah
1,67 m dengan nilai rating 15 yang ditunjukan (tabel.4.9). Berdasarkan tabel RMR semakin
tinggi jarak antar kekar maka semakin baik kualitas massa batuan.
Pada perhitungan rock mass rating (RMR) khususnya diparameter kondisi kekar ada
lima karakter yang harus diketahui yaitu, meliputi kemenerusan (persistence), jarak antar
permukaan kekar (roughness), kekasaran kekar, material pengisi dan tingkat pelapukan.
meteran untuk panjang dan bukaan kekar, sedangkan untuk kekasaran, material pengisi dan
Kemenerusan yang merupakan panjang dari kekar yang diukur di lapangan dapat
disimpulkan bahwa nilai panjang rata-rata kekar adalah 1-3 meter dengan bobot 4. Semakin
pendek kemenerusan dari kekar, maka semakin baik kualitas massa batuan yang diukur.
Bukaan kekar (aperture) diartikan sebagai lebar kekar yang dilakukan pengukuran di
lapangan dan dapat disimpulkan bahwa nilai bukaan kekar berada pada rentang besar dari 5
mm dengan bobot 0. Semakin besar bukaan kekar, maka semakin buruk kualitas massa
kasar bidang batuan maka semakin kecil kekuatan geser bidang pada massa batuan, sehingga
pergerakan bidang batuan akan berkurang. Untuk kondisi kekasaran di lapangan memiliki
Isian (infilling) yang merupakan isian celah antar permukaan bidang kekar, material
pengisi akan mempengaruhi kuat geser bidang kekar, yang mana tergantung ketebalannya,
yang dilakukan, tidak ada isian diseluruh kekar yang telah diukur dan setelah dicocokkan
Selain isian, hal lain yang mempengaruhi kuat geser bidang batuan adalah kelapukan,
maka semakin besar kuat geser pada bidang batuan. Berdasarkan kondisi di lapangan, kondisi
Berdasarkan pengamatan secara fisual kondisi umum air tanah pada kekar dilapangan
dapat disimpulkan bahwa keairan di lokasi penelitian pada kondisi kering. Maka dari itu
didapat rating/bobot untuk kondisi air tanah sebesar 15, yang ditunjukan (tabel 2.3)
Setelah menganalisis menggunakan software streonet orientasi kekar termasuk baik. Dari
bobot total 6 parameter diatas didapat bobot totanya adalah 62 termasuk kelas batuan II
Faktor keamanan lereng pada lubang bukaan tambang PT. Nusa Alam Lestari akan
dipengaruhi oleh beberapa parameter antara lain. Parameter material yang sangat
mempengaruhi nilai faktor keamanan adalah karakteristik sifat fisik dan sifat mekanik
material penyusun lereng yang meliputi nilai bobot isi material atau density (γ)dalam kN/m3,
nilai kohesi (c) dalam kN/m3 dan sudut geser dalam derajat.
Untuk mendapatkan nilai dari parameter ini harus didapatkan dengan uji point load index
terhadap material yang akan dianalisis. Hasil pengujian sampel harus dilakukan dengan baik
agar dapat mewakili karakteristik material penyusun lereng yang sebenarnya. Hasil yang
didapatkan akan di inputkan ke dalam software slide v.6.0 untuk nilai faktor keamanan.
Bobot isi material menyatakan perbandingan antar berat dengan volume material
tersebut. Semakin jenuh material maka nilai bobot isi semakin besar dan beban yang
ditanggung badan lereng semakin besar, sebaliknya material dalam kondisi kering, bobot
isinya akan semakin kecil sehingga bebannya akan semakin kecil. Pengaruh terhadap faktor
keamanan adalah jika nilai bobot isi material semakin besar maka faktor keamanannya
semakin kecil dan semakin kecil nilai bobot isi maka faktor keamanannya menjadi semakin
besar, dengan ketinggian dan kemiringan lereng serta propertis material yang lain seperti
kohesi dan sudut geser dalam adalah sama. Nilai bobot isi material yang digunakan untuk
analisis kestabilan lereng adalah nilai material yang didapat dari hasil pengujian sifat fisik
8. Kohesi
Nilai kohesi didapatkan dari hasil perhitungan kualitas massa batuan (rock mass rating).
Dari hasil perhitungan tersebut didapat nilai kohesi sebasar 350 kN/m2.
Sudut geser dalam merupakan sudut yang terbentuk dari hubungan tegangan normal dan
tegangan geser didalam material batuan. Sudut geser dalam adalah sudut rekahan yang
terbentuk jika suatu batuan dikenakan tegangan yang melebihi tegangan gesernya. Semakin
besar sudut geser dalam suatu material, maka material tersebut akan lebih tahan manerima
tegangan luar yang dikenakan dengan ketentuan ketinggian dan kemiringan lereng dan
propertis material yang lain seperti kohesi dan bobot isi adalah sama.
pada daya ikat antar butirnya (kohesi) dan sudut geser dalam. Besarnya nilai kohesi dan
sudut geser dalam ini mempengaruhi besar kecilnya kekuatan geser sehingga nilai faktor
keamanan juga akan berbeda. Dengan memperhatikan persamaan kekuatan geser Mohr
Coulomb dimana semakin besar nilai kohesi dan sudut geser dalam suatu material, maka
semakin besar kekuatan geser material tersebut untuk menahan longsor. Sebaliknya semakin
kecil nilai kohesi dan sudut geser dalam maka semakin kecil pula kekuatan geser material
Nilai sudut geser dalam dari material penyusun lereng dapat diketahui dari hasil
perhitungan kualitas massa batuan (rock mass rating) dari sebelumnya yaitu sebesar 400.
Adapun rekapitulasi hasil data penelitian dapat dilihat pada tabel 5.1 dibawah ini.
Tabel 5.1
Rekapitulasi Hasil Data Penelitian
62 kelas massa batuan baik. Dengan menggunakan bantuan software slide v.6.0 metode
bishop simplified didapatkan nilai faktor keamanan sebesar 6,109 dengan keterangan lereng
stabil.
BAB VI
6.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian dan dilakukan perhitungan nilai faktor keamanan dan
1. Kelas massa batuan berdasarkan Rock Mass Rating dengan enam parameter yaitu uji kuat
tekan bauan Point Load Indeks (PLI), Rock Quality Designation (RQD), jarak
Discontiniuitas/kekar, kondisi kekar, kondisi air tanah, orientasi kekar batulanau pada
lereng lubang bukaan tambang tergolong batuan baik dengan bobot 62.
bantuan software slide.v.6.0 setelah dianalisis dengan memasukan nilai bobot isi batuan,
sudut geser dalam, dan kohesi batuan didapatkan nilai FK = 6.109. Nilai tersebut
6.2 Saran
1. Diperlukan pengawasan terhadap kestabilan lereng pada lubang bukaan tambang PT.
Nusa Alam Lestari secara berkala, dengan cara melakukan pemantauan pergerakan
kekar. Serta mempehatikan kondisi keairan, khususnya pada bagian atas lereng. Dan
2. Penelitian lanjutan pada lereng libang bukaan tambang PT. Nusa Alam Lestari sangat
Ervil Riko, Ernita T, Nofriadiman, Fitri.M, Buku Panduaan Penulisan dan Ujian Skripsi
STTIND Padang, Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang, Padang, 2016.
Kastowo D, dan Silitonga P.H. 1975. “Geological Map Of The Solok Quadrangle” ,
Sumatera, Direktorat Geologi Bandung.
Santoso Eko, Hakim.N.R, Mustofa.a, 2016. “Slope Stability Analysis Based On Rock Mass
Characterization In Open Pit Mine Method”. Program Studi Teknik
Pertambangan, Universitas Lambung Mengkurat, 2016.
Verma D, Thareja.R, Kainthola.A, 2011. “Evaluation of Open Pit Mine Slope Stability
Analysis”, Indian Institute of Technologi Bombay, 2014.
Lampiran 1
Peta Geologi
Lampiran 2
Pengukuran persistensi
(ukuran kekear/panjang kekar)
Sampel d D P (kg/m)
1 3.2 3.1 40
2 3.0 2.9 30
3 2.9 2.8 35
Keterangan: d = jarak antar konus
D = diameter
P = preassure
2. Pengolahan Data
a. sampel 1
F = (d/50)0.45
Is(50) = F (P/D2)
σc = 23 x Is
Diketahui: P = 40 kg/cm2
d = 3.2 cm
D = 3.1 cm
Penyelesaian:
1) F = (d/50)0.45
= (3.2/50)0.45
= 0,290
2) Is(50) = F (P/D2)
= 0,290 (40/3.22)
= 1,13
3) σc = 23 x Is
= 23 x 1,13
= 25.99 kg/cm2 x 0,098
= 2,46 Mpa
b. Sampel 2
F = (d/50)0.45
Is(50) = F (P/D2)
σc = 23 x Is
Diketahui: P = 30 kg/cm2
d = 3.0 cm
D = 2.9 cm
Penyelesaian:
1) F = (d/50)0.45
= (3.0/50)0.45
= 0,281
2) Is(50) = F (P/D2)
= 0,281 (30/2.92)
= 1.00
3) σc = 23 x Is
= 23 x 1.00
= 23 kg/cm2 x 0,098
= 2.25 Mpa
c. Sampel 3
F = (d/50)0.45
Is(50) = F (P/D2)
σc = 23 x Is
Diketahui: P = 35 kg/cm2
d = 2.9 cm
D = 35 cm
Penyelesaian:
1) F = (d/50)0.45
= (2.9/50)0.45
= 0,782
2) Is(50) = F (P/D2)
= 0,782 (35/42)
= 3.49
3) σc = 23 x Is
= 23 x 3.49
= 80.27 kg/cm2 x 0,098
= 7.86 Mpa
Serta RQD total atau rata-rata RQD dapat dilihat pada perhitungan di bawah ini.
Rata-rata RQD = ∑RQD / panjang scanline
= 2492,6% / 25
= 99,704%
Lampiran 8
Perhitungan Jarak Kekar Dan Kondisi Kekar
1. Jarak Kekar
= 1.7 cm
2. Panjang Kekar/ukuran kekar
= 1.45 cm
3. Pemisahan bukaan/spasi
= 36.916 mm
Lampiran 9
Data Uji Sifat Fisik Dan Pengolahan Data
Sampel Wn Ww Ws Wo
(gr) (gr) (gr) (gr)
2. Pengolahan Data
a. Sampel 1
= 3.279
= 3.284
b. Sampel 2
= 1.754
= 1.746
= 1.937
= 1.930
= 1.939
NIDN.1028099002
Lampiran 10
Faktor Keamanan Lereng Pada Lubang Bukaan Tambang PT. Nusa Alam Lestari
SURAT PERNYATAAN
NIM : 1410024427059
Program Studi : Teknik Pertambangan
Dengan ini menyatakan bahwa tugas akir yang saya susun dengan judul:
sebagaimana mestinya.
Padang, 10 Desember2018
Pembuat Pernyataan
LEMBAR KONSULTASI
Pembimbing I
Pembimbing 2
Abstrak: PT. Nusa Alam Lestari merupakan perusahaan yang melakukan kegiatan
penambangan untuk mendapatkan batubara di Provinsi Sumatera Barat. Setelah dilakukan
pengamatan dilapangan, diketahui bahwa adanya rekahan-rakahan di sekitar lereng lubang
bukaan tambang yang dapat memicu kelongsoran. Setelah dilakukan analisis dengan
menggunakan Rock Mass Rating diketahui kondisi batuan dilokasi penelitian dalam kategori
baik untuk batulanau dengan bobot total 62. Setelah dilakukan analisis faktor keamanan
menggunakan metode bishop simplified dengan bantuan software slide v.6.0 nilai faktor
keamanan 6.109, hal ini mengindikasikan bahwa lokasi tersebut dalam keadaan stabil.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan penulis menyarankan agar dilakukannya pemetaan
dan peninjauan secara rutin dan berkala terhadap kehadiran kekar yang terdapat pada lereng
tambang untuk memperoleh nilai Rock Mass Rating yang akurat dan tetap dilakukan
monitoring untuk mengetahui pergerakan lerengnya.
Kata Kunci: Rock Mass Rating, discontinuitas, bishop simplified, Kestabilan lereng.
PENDAHULUAN
Tambang bawah tanah merupakan kajian yang kompleks terutama terkait
dengan kekuatan batuan yang dibongkar untuk pembuatan terowongan sangat
diperlukan adanya analisis geoteknik yang baik untuk dapat memberikan
perlakuan yang tepat terhadap batuan yang dibongkar. Kegiatan tambang bawah
tanah sangat beresiko tinggi sehingga sangat di perlukan penanganan yang ekstra
hati-hati dalam pengerjaannya. Pembongkaran batuan akan berpengaruh langsung
terhadap kekuatan dan bentuk batuan yang di bongkar, dengan demikian batuan
akan mencari keseimbangan baru setelah adanya perlakuan yang diberikan
terhadapnya. Dengan sifat alami batuan tersebut maka batuan akan mencari
bidang bebas untuk berdeformasi untuk memungkinkan tercapainya
keseimbangan baru, prilaku ini ditunjukan dengan adanya perpindahan pada
dinding dan atap terowongan, longsoran, ataupun ambrukan pada terowongan.
PT. Nusa Alam Lestari merupakan salah satu perusahaan tambang batubara yang
menggunakan sistem tambang bawah tanah dengan metode room and pillar. Pada
tambang bawah tanah sangat identik dengan lereng pada lubang bukaan dan dapat
memicu terjadinya kelongsoran. Pemicu ini biasanya disebabkan oleh faktor dari
luar maupun faktor dari dalam. Contohnya faktor dari luar adalah aktifitas
penggalian dan pengangkutan sedangkan faktor dari dalam adalah kondisi
geologi, joint (kekar) dan lain sebagainya. Oleh sebab itu perlu dilakukannya
analisis kestabilan lereng untuk melakukan kegiatan penambangan dengan aman,
mulai dari rencana geometri lereng dan metode yang digunakan dalam penggalian.
PT. Nusa Alam Lestari memiliki masalah pada lereng di lubang bukaan karena
pada lereng tersebut sering terjadi keruntuhan kecil, kegiatan gali muat
mempengaruhi kestablian lereng, banyaknya joint (kekar), belum diketahuinya
faktor keamanan pada lereng, dan sudut kemiringannya antara 600 – 900,
sdangkanstandar sudut kemiringan lereng aman antara 00 - 450. Sehingga
penelitian ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui faktor keamanan pada
lereng tersebut. Analisis kestabilan lereng dilakukan dengan menggunakan
metode rock mass rating dan software slide.v.6.0.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian
Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian terapan (applied
research). Penelitian terapan adalah penyelidikan yang hati-hati, sistematik dan
terus menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan untuk digunakan dengan
segera untuk keperluan tertentu. Hasil penelitian tidak perlu sebagai penemuan
baru, tetapi merupakan aplikasi baru dari penelitian yang telah ada.
Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan dua metode yaitu
dengan observasi lapangan dan pengujian di laboratirium. Adapun data yang
diperoleh dari observasi dilapangan berupa data jarak kekar, kondisi kekar,
kondisi air tanah dan geometri lereng yang didapatkan dengan membentangkan
scanline sepanjang 25 meter serta orientasi kekar yang diukur dengan menggunak
pocket transit. Sedangkan data yang diperoleh dari pengujian laboratorium berupa
data Unconfined compressive Strength (UCS) yang didapatkan melalui pengujian
Point Load Index (PLI) dan data sifat fisik batuan.
Lokasi Penelitian
Secara administratif konsensi penambangan PT. NAL termasuk dalam
wilayah penambangan, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat.
Jarak antara daerah penambangan dengan kota Padang ± 90 km, dengan waktu
tempuh ±4jam.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rock Mass Rating (RMR)
Dari hasil uji kuat tekan yang telah dilakukan, Dari nilai rata-rata UCS yang sudah
didapatkan, nilai UCS sebesar 25.79kg/cm2 atau 2.50 Mpa. Berdasarkan tabel
pembobotan RMR nilai UCS batulanau adalah 1
Nilai Rock Quality Designation
Nilai yang diperlukan selanjutnya adalah nilai RQD yang telah diolah
sebelumnya, sehingga didapatkan hasil seperti tabel dibawah ini:
Tabel 1. Nilai RQD
Kondisi Kekar
Kemenerusan (persistence) yang merupakan panjang dari kekar,
berdasarkan hasil dari perhitungan yang dilakukan didapat nilai rata-rata kekar
1,45 m meter dengan bobot 4. Semakin pendek kemenerusan semakin baik
kualitas dari masa batuan yang diukur.
Bukaan kekar diartikan sari pengukuran dan perhitungan data yang ada,
nilai bukaan kekar 32,92 mm dengan bobot 0. Semakin besar bukaan kekar maka
semakin buruk pula kualitas massa batuan yang ada.
Kekasaran berfungsi sebagai pengunci permukaan bidang kekar, yang
mana semakin kasar semakin kasar bidang batuan maka semakin kecil kekuatan
geser bidang pada massa batuan. Setelah melakukan perhitungan data yang ada
didapatkan bobot 3 untuk kekasaran kekar.
Isian (infilling) yang merupakan isian celah antar permukaan bidang kekar,
material pengisi akan mempengaruhi kuat geser bidang kekar, yang mana
tergantung ketebalannya, isian menghambat penguncian yang diakibatkan
kekerasan rekahan. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan bobot 6 untuk isian
batuan.
Kelapukan, semakin lapuk suatu bidang kekar maka semakin besar kuat
geser pada bidang batuan. Berdasarkan data dilapangan bobot untuk pelapukan 3.
Kondisi Air Tanah
Untuk melihat keairan pada lereng lubang bukaan tambang dapat diamati
secara fisual dilapangan, dapat disimpulkan bahwa keairan pada lokasi penelitian
pada kondisi kering. Maka dari itu didapat rating/bobot untuk kondisi air tanah
sebesar 15.
Orientasi Kekar
Posisi stike dan dip akan menentukan apakah lereng akan menguntungkan
atau sedang. Dari hasil pengolahan data dan analisa data strike dan dip jurus dan
kemiringan orientasi termasuk menguntungkan dengan bobot -5.
Dari data orientasi kekar yang telah didapatkan berupa data strike dan dip,
kemudian analisa menggunakan software stereonet didapatkan hasil orientasi
kekar sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Arie Noor Rahkman, Nur Widi Astanto Agus
Triheriyadi.PengaruhDiskontinuitas Massa
BatuanVolkanikTerhadapStabilitasLereng Di Daerah Jelapan Dan
Sekitarnya, KecamatanPundong, KabupatenBantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta”, Jurusan Teknik Geologi, IST AKPRIND, Yogyakarta,
2017.
Audah, M Taufik Toha, Djuki
Sudarmono.AnalisisKestabilanLerengMenggunakanMetodeSlope Mass
Rating Dan MetodeStereografisPadaPit Berenai PT. Dwinad Nusa
Sejahtera (Sumatera Copper And Gold) KabupatenMusiRawas Utara
Provinsi Sumatera Selatan. Jurusa Teknik Pertambangan, UNSRI,
Palembang, 2017.
Eko Santoso, Romla Noor Hakim, Adip Mustofa. Slope Stability Analisis Based
On Rock Mass Characterization In Open Pit Mine Method. Program
Studi Teknik Pertambangan, Universitas Lambung Mengkurat, 2016.
Irwandy Arif. 2016. Geoteknik Tambang, PT Gramedia PustakaUtama, Jakarta.
Kastowo D, danSilitonga P.H.Geological Map Of TheSolok Quadrangle.
Sumatera, DirektoratGeologi Bandung, 1995.
Koesoemadinata dan Matasak. Strafigraphy And Sedimentation Ombilin Basin
Central Sumatera (West Sumatera Province). Annual convention
proceedings, ITB, Bandung, 1981.
Made Astawa Rai. Mekanika Batuan, ITB, Bandung.2013.
Moh Sofian Asmirza. Analisis Kestabilan Lereng Metode Spencer dan
Cassagrande. USU digital library. 2004.
Riko Ervil,Tri Ernita, Nofriadiman, Meldia Fitri.Buku Panduaan Penulisan dan
Ujian Skripsi STTIND Padang, Sekolah Tinggi Teknologi Industri
Padang, Padang, 2014.
Teguh Samudera Paramesywara dan Budhi Setiawan. Analisis Kestabilan
Lereng Dengan Menggunakan Metode RMR, SMR dan
Kesetimbangan Batas Pada Tambang Terbuka Kabupaten Belitung
Timur. Program Studi Teknik Geologi, UNSRI, Palembang, 2014.
Verma Dhananjai, Rahul Thareja, Ashutosh Kainthola, T.N.Singh. Evaluation of
Open Pit Mine Slope Stability Analysis. Indian Institute of Technologi
Bombay, 2011.