Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas berkat
dan campur tangan-Nya maka kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Semoga apa yang kami tulis dapat dimengerti pembaca dan dapat bermanfaat bagi pembaca
dalam kehidupan sehari-hari.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis mohon kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini.

Sampit, maret 2017

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga pada hakekatnya merupakan satuan terkecil sebagai inti dari suatu
sistem sosial yang ada dimasyarakat. Sebagai satuan terkecil, keluarga merupakan
miniatur dan embrio berbagai unsur sistem sosial manusia. Suasana keluarga yang
kondusif akan menghasilkan warga masyarakat yang baik karena dalam keluargalah
seluruh anggota keluarga belajar berbagai dasar kehidupan masyarakat.
Perkembangan peradaban dan kebudayaan, terutama sejak IPTEK berkembang
secara pesat, baik yang bersifat positif maupun negatif. kehidupan keluargapun banyak
mengalami perubahan dan berada jauh dari nilai-nilai keluarga yang sesungguhnya.
Dalam kondisi masa kini, yang ditandai dengan modernisasi dan globalisasi, banyak
pihak yang menilai bahwa kondisi kehidupan masyarakat dewasa ini berakar dari kondisi
kehidupan dalam keluarga (Setiawati, 2009).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Makalah ini disusun guna melengkapi tugas mata kuliah komunitas II
2. Tujuan Khusus
- Dengan menyusun makalah ini diharapkan kita sebagai perawat dapat lebih
berperan dalam komunitas keluarga
- Agar mahasiswa dapat lebih mengetahui tentang keluarga sejahtera dan
kemandirian keluarga
- Agar mahasiswa dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan keluarga di
masyarakat pada umumnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keluarga

Menurut WHO ( 1969 ) : Anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui
pertalian darah adaptasi atau perkawinan.

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena
adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan
yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan
suatu budaya (Bailon dan Maglaya ( 1978 ).

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan RI ( 1988 ).

B. Struktur Keluarga

Pengertian Menurut Friedman (1998) yang dikutip dalam Murwani (2007) struktur
keluarga terdiri atas : pola komunikasi keluarga, struktur peran, struktur kekuatan, dan
nilai-nilai keluarga. Struktur dan fungsi merupakan hal yang berhubungan erat dan terus
menerus berinteraksi satu sama lain. Struktur didasarkan pada organisasi, yaitu perilaku
anggota keluarga dan pola hubungan dalam keluarga. Hubungan yang ada dapat bersifat
kompleks, misalnya seorang wanita bisa sebagai istri, sebagai ibu, sebagai menantu, dll
yang semua itu mempunyai kebutuhan, peran dan harapan yang berbeda. Pola hubungan
itu akan membentuk kekuatan dan struktur peran dalam keluarga. Struktur keluarga dapat
diperluas dan dipersempit tergantung dari kemampuan dari keluarga tersebut untuk
merespon stressor yang ada dalam keluarga. Struktur keluarga yang sangat kaku atau
sangat fleksibel dapat mengganggu atau merusak fungsi keluarga.

Macam-macam struktur keluarga :

1. Patrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi,
dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.

2. Matrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi
dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal

Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.

4. Patrilokal

Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

5. Keluarga kawinan

Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak
saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau
istri.

CIRI-CIRI STRUKTUR KELUARGA

1. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga

2. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga


mempunyai keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya masing-masing

3. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan
fungsinya masing-masing.

C. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga yang berhubungan dengan struktur:

1. Struktur egalisasi : masing-masing keluarga mempunyai hak yang sama dalam


menyampaikan pendapat (demokrasi)

2. Struktur yang hangat, menerima dan toleransi

3. Struktur yang terbuka, dan anggota yang terbuka : mendorong kejujuran dan kebenaran
(honesty and authenticity)

4. Struktur yang kaku : suka melawan dan tergantung pada peraturan

5. Struktur yang bebas : tidak adanya aturan yang memaksakan (permisivenes)

6. Struktur yang kasar : abuse (menyiksa, kejam dan kasar)

7. Suasana emosi yang dingin (isolasi, sukar berteman)


8. Disorganisasi keluarga (disfungsi individu, stress emosional)

Menurut Friedman (1999) dalam Sudiharto (2007), lima fungsi dasar keluarga adalah
sebagai berikut:

1. Fungsi afektif, adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan


psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih serta, saling menerima dan
mendukung.

2. Fungsi sosialisasi, adalah proses perkembangan dan perubahan individu keluarga,


tempat anggota keluarga berinteraksi social dan belajar berperan di lingkungan social

3. Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan keturunan dan


menambah sumber daya manusia

4. Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti
sandang, pangan, dan papan

5. Fungsi perawatan kesehatan, adalah kekampuan keluarga untuk merawat anggota


keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

D. Tugas Keluarga

Kemampuan keluarga melakukan asuhan keperawatan atau pemeliharaan kesehatan


memengaruhi status kesehatan keluarga dan individu. Tugas-tugas keluarga dalam
pamaliharaan kesehatan menurut Friedman adalah:

1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga

2. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat

3. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit

4. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan


perkembangan kepribadian anggota keluarga

5. Mempertahankan hubunga timbal balik antara anggota keluarga dan fasilitas


kesehatan
E. Istilah-istilah dalam keluarga:

A. Keluarga Sejahtera

Keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi
kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada TYME, memiliki
hubungan serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan
masyarakat dan lingkungan.

B. Keluarga Berencana

Upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

c. Kualitas keluarga

Kondisi keluarga yang mencakup aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial budaya,
kemandirian keluarga, dan mental spiritual serta nilai-nilai agama yang merupakan dasar
untuk mencapai keluarga sejahtera.

D. Kemandirian keluarga

Sikap mental dalam hal berupaya meningkatkan kepedulian masyarakat dalam


pembangunan, mendewasakan usia perkawinanan, membina dan meningkatkan
ketahanan keluarga, mengatur kelahiran dan mengembangkan kualitas dan keejahteraan
keluarga, berdasarkan kesadaran dan tanggungjawab.

Kemandirian adalah perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan atau


masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang
lain, hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri.

Secara singkat kemandirian mengandung pengertian : Suatu keadaan dimana seseorang


yang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikannya Mampu mengambil
keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi

Memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya Bertanggung jawab


terhadap apa yang di lakukannya Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang
diperoleh secara kumulatif selama perkembangan dimana individu akan terus belajar
untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan sehingga
individu pada akhirnya akan mampu berpikir dan bertindak sendiri. Dengan kemandirian
seseorang dapat berkembang dengan lebih mantap. Untuk dapat mandiri seseorang
membutuhkan kesempatan, dukungan, dan dorongan dari keluarga serta lingkungan di
sekitarnya. Agar dapat mencapai otonomi atas diri sendiri. Peran keluarga serta
lingkungan di sekitar dapat memperkuat untuk setiap perilaku yang di lakukan. Hal ini
dinyatakan pula oleh Robert havighurst bahwa : “Kemandirian merupakan suatu sikap
otonomi dimana seseorang secara relatif bebas dari pengaruh penilaian, pendapat dan
keyakinan orang lain”. Dengan otonomi tersebut seorang anak diharapkan akan lebih
bertanggung-jawab terhadap dirinya sendiri.

E. Ketahanan Keluarga

Kondisi dinamik sebuah keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan


sertamengandung kemampuan fisik-material dan psikis-mental spiritual guna hidup
mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam
meningkatkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.

F. NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera)

Suatu nilai yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan sosial budaya yang
membudaya dalam diri pribadi, keluarga, dan masyarakat, yang berorientasi kepada
kehidupan sejahtera dengan jumlah anak ideal untuk mewujudkan kesejahteraan lahir dan
kebahagiaan batin.

G. Indikator Dan Kriteria Keluarga

Indikator Keluarga Sejahtera pada dasarnya berangkat dari pokok pikiran yang
terkandung didalam undang-undang no. 10 Tahun 1992 disertai asumsi bahwa
kesejahteraan merupakan variabel komposit yang terdiri dari berbagai indikator yang
spesifik dan operasional. Karena indikator yang yang dipilih akan digunakan oleh kader
di desa, yang pada umumnya tingkat pendidikannya relatif rendah, untuk mengukur
derajat kesejahteraan para anggotanya dan sekaligus sebagai pegangan untuk melakukan
melakukan intervensi, maka indikator tersebut selain harus memiliki validitas yang
tinggi, juga dirancang sedemikian rupa, sehingga cukup sederhana dan secara operasional
dapat di pahami dan dilakukan oleh masyarakat di desa.

H. Keluarga Sejahtera

Yaitu Dibentuk Berdasarkan Perkawinan Yang Sah Mampu Memenuhi Kebutuhan


Hidup Spirituil Dan Materiil Yang Layak Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Memiliki Hubungan Yang Sama, Selaras, Seimbang Antar Anggota Keluarga Dengan
Masyarakat Dan Lingkungan

Atas dasar pemikiran di atas, maka indikator dan kriteria keluarga sejahtera yang
ditetapkan adalah sebagai berikut :
1. Keluarga Pra Sejahtera

Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih dari 5 kebutuhan
dasarnya (basic needs). Sebagai keluarga Sejahtera I, seperti kebutuhan akan
pengajaran agama, pangan, papan, sandang dan kesehatan.

2. Keluarga Sejahtera Tahap I

Adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara


minimal yaitu:

a. Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga.

b. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 (dua) kali sehari atau lebih.

c. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah,


bekerja/sekolah dan bepergian.

d. Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan dari tanah.

e. Bila anak sakit atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa kesarana/petugas
kesehatan.

3. Keluarga Sejahtera tahap II

Yaitu keluarga - keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kriteria keluarga
sejahtera I, harus pula memenuhi syarat sosial psykologis 6 sampai 14 (a – n) yaitu :

a. Anggota Keluarga melaksanakan ibadah secara teratur.

b. Paling kurang, sekali seminggu keluarga menyediakan daging/ikan/telur sebagai lauk


pauk.

c. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru per tahun.

d. Luas lantai rumah paling kurang delapan meter persegi tiap penghuni rumah.

e. Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan sehat.

f. Paling kurang 1 (satu) orang anggota keluarga yang berumur 15 tahun keatas
mempunyai penghasilan tetap.
g. Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa membaca tulisan latin.

h. Seluruh anak berusia 5 - 15 tahun bersekolah pada saat ini.

i. Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan usia subur memakai
kontrasepsi (kecuali sedang hamil)

4. Keluarga Sejahtera Tahap III

Yaitu keluarga yang memenuhi syarat 1 sampai 14 dan dapat pula memenuhi syarat 15
sampai 21, syarat pengembangan keluarga yaitu :

a. Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.

b. Sebagian dari penghasilan keluarga dapat disisihkan untuk tabungan keluarga untuk
tabungan keluarga.

c. Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan itu dimanfaatkan
untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.

d. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.

e. Mengadakan rekreasi bersama diluar rumah paling kurang 1 kali/6 bulan.

f. Dapat memperoleh berita dari surat kabar/TV/majalah.

g. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi yang sesuai dengan kondisi
daerah setempat.

5. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus

Keluarga yang dapat memenuhi kriteria I sampai 21 dan dapat pula memenuhi kriteria
22 dan 23 kriteria pengembangan keluarganya yaitu :

a. Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan bagi
kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materiil.

b. Kepala Keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus


perkumpulan/yayasan/institusi masyarakat.
6. Keluarga Miskin

Adalah keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan ekonomi
tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi :

a. Paling kurang sekali seminggu keluarga makan daging/ikan/telor.

b. Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian
baru.

c. Luas lantai rumah paling kurang 8 M2 untuk tiap penghuni.

7. Keluarga miskin sekali

Adalah keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan ekonomi
tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi :

a. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 kali sehari atau lebih.

b. Anggota keluarga memiliki pakaian berbeda untuk dirumah, bekerja/sekolah dan


bepergian.

c. Bagian lantai yang terluas bukan dari tanah.

Menurut Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN (1996), tahapan keluarga


sejahtera terdiri dari:

a. Prasejahtera

Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal atau
belum seluruhnya terpenuhi seperti:spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan
KB

b. Sejahtera I

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi
belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya seperti kebutuhan akan
pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi lingkungan tempat tinggal, dan
transportasi.

c. Sejahtera II
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan kebutuhan
sosialpsikologisnya tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, seperti
kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi

d. Sejahtera III

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan
pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi
masyarakat atau kepedulian sosialnya belum terpenuhi seperti sumbangan materi, dan
berperan aktif dalam kegiatan masyarakat

e. Sejahtera III plus

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan
pengembangan,dan telah dapat memberikan sumbangan yang teratur dan berperan
aktif dalam kegiatan kemasyarakatan atau memiliki kepedulian sosial yang tinggi.

Tingkak Kemandirian Keluarga (Depkes, 2006)

a. Keluarga Mandiri Tingkat I

b. Keluarga Mandiri Tingkat II

c. Keluarga Mandiri Tingkat III

d. Keluarga Mandiri Tingkat IV

1. Keluarga Mandiri Tingkat I

- Menerima petugas perawatan kes.kom

- Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana


keperawatan.

2. Keluarga Mandiri Tingkat II

- Menerima petugas perawatan kes.kom


- Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan

- Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar

- Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.

3. Keluarga Mandiri Tingkat III

- Menerima petugas perawatan kes.kom

- Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan

- Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar

- Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan

- Memanfaatkan fasilitas yankes secara aktif

- Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.

4. Keluarga Mandiri Tingkat IV

- Menerima petugas perawatan kes.kom

- Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan

- Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar

- Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan

- Memanfaatkan fasilitas yankes secara aktif

- Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif

Peran perawat keluarga

Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada


keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat. Fungsi
perawat membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara
meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan
kesehatan keluarga. Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga
adalah sebagai berikut:

1. Pendidik

2. Koordinator

3. Pelaksana

4. Pengawas kesehatan

5. Konsultan

6. Kolaborasi

7. Fasilitator

8. Penemu kasus

9. Modifikasi lingkungan.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Keluarga merupakan bagian terkecil dalam masyarakat. Dalam keperawatan,


keluarga merupakan salah satu sasaran asuhan keperawatan. Keluarga memegang
peranan penting dalam promosi kesehatan dan pencegahan terhadap penyakit pada
anggota keluarganya.Maka dari itu ada nya perawat,karena fungsi perawat membantu
keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan
kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Bailon, S.G. dan Maglaya, A.S.,. 1997. Family health Nursing: The Process. Philiphines:
UP College on Nursing Diliman
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik. Jakarta: EGC

Shirley, M. H. H. 1996. Family Health Care Nursing : Theory, Practice, and Research.
Philadelphia : F. A Davis Company
DISUSUN OLEH :

KELOMPOK II (3B)

1. Fredi Teguh Santoso

2. Lipia Nor Santi

3. M.Neco

4. Siti Aisyah

5. Victiyana

AKADEMI KEPERAWATAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTA WARINGIN TIMUR

TAHUN AJARAN 2017/2016

Anda mungkin juga menyukai