Saham Preferen adalah saham dengan kelas khusus yang memiliki beberapa
preferensi atau kelebihan atau fitur yang tidak dimiliki oleh saham biasa. Saham preferan
biasanya diterbitkan dengan suatu nilai pari dan preferensi dividen dinyatakan sebagai
suatu persentase dari nilai pari. Jadi pemegang saham preferen 8% dengan nilai pari $100
memberikan hak dividen tahunan $8 per saham. Saham ini biasanya disebut saham
preferen 8%. Dalam kasus saham preferen tanpa nilai pari, preferensi dividen dinyatakan
sebagai jumlah dollar spesifik per saham, misalnya $7 per saham. Saham ini disebut
saham preferen 7$.
Preferensi untuk dividen tidak memastikan bahwa dividen akan dibayar, hal itu
hanya merupakan jaminan bahwa tingkat dividen yang ditetapkan atau jumlah yang dapat
ditetapkan pada saham preferen harus dibayar sebelum ada dividen yang dibayar untuk
saham biasa.
Sebuah perusahaan sering kali menerbitkan saham preferen (dan bukan
meminjam uang) karena menghindari tingginya rasio hutang terhadap ekuitas. Dalam
kasus lain, perusahaan menerbitkan saham preferen melaluiu private placement dengan
perusahaan lain pada tingkat dividen di bawah rata – rata pasar karena perusahaan itu
akan menerima dividen yang hampir bebas pajak (karena peraturan IRS yang
menyebutkan bahwa 70% atau 80% dividen mendapatkan pengurangan pajak).
Biaya Saham Pilihan = Dividen pada Harga / Harga yang Disukai / 1-Flotasi yang
Disukai
di mana Harga yang Diinginkan adalah nilai pasar saat ini dan biaya flotasi adalah
biaya penjaminan untuk penerbitan dari saham preferen dinyatakan sebagai persentase.
Biasanya, biaya saham preferen akan lebih tinggi daripada biaya hutang karena
hutang dipandang sebagai komponen biaya modal paling berisiko. Jika sebuah
perusahaan menggunakan saham preferen sebagai sumber pembiayaan, maka itu harus
mencakup biaya saham preferen dengan biaya rata-rata tertimbang formula modal.
Saham yang paling disukai dipegang oleh perusahaan lain dan bukan individu. Jika
sebuah perusahaan memegang saham preferen, maka diperbolehkan untuk menyisihkan
70% dividen dari yang disukai dari perpajakan, jadi ini benar-benar meningkatkan
pengembalian setelah pajak. untuk mengecualikan 70% dividen dari yang disukai dari
perpajakan, jadi ini benar-benar meningkatkan pengembalian setelah pajak.
11.1 Pengertian Laba Ditahan
Perlakuan akuntansi mengklasifikasikan laba ditahan sebagai ekuitas Perseroan
Terbatas (PT) yang diperoleh dari operasi perusahaan. Dari dalam perusahaan itu sendiri.
dengan mengamati struktur ekuitas suatu perusahaan, pengguna laporan keuangan
perusahaan akan dapat mengetahui seberapa besar ekuitas perusahaan yang diperoleh dari
pemegang saham dan berapa besar ekuitas perusahaan yang diperoleh dari hasil operasi
perusahaan. Modal saham merupakan ekuitas perusahaan yang diperoleh dari pemegang
saham sedangkan laba ditahan menunjukkan ekuitas yang diperoleh oleh perusahaan
selama operasinya. Laba ditahan mencerminkan bagaimana kinerja selama operasinya ,
laba ditahan yang bersaldo kredit (surplus) dalam jumlah yang cukup signifikan akan
memberikan gambaran bahwa perusahaan telah dikelola secara efisien dan efektif,
sedangkan bila sebaliknya bersaldo debit (defisit) menunjukkan perusahaan telah dikelola
secara tidak efisien dan tidak efektif.
Helfert mendefinisikan laba ditahan sebagai jumlah kumulatif dari laba masa lalu
dan saat ini yang ditahan dan diinvestasikan kembali dalam perusahaan, yang dapat
didistribusikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Namun ada juga laba
ditahan yang tidak diperoleh dari hasil operasi perusahaan, misalkan diperoleh setelah
perusahaan melakukan kuasa reorganisasi. Maka terhadap laba ditahan yang dilaporkan
di neraca perlu diberi tanda atau diberi catatan penjelasan (disclousure) dalam bentuk
laporan tambahan (subsidiary statement) atau dalam bentuk catatan kaki (footnote) kas
laporan keuangan. Begitu juga bila dilakukan pembatasan penggunaan (restriksi) laba
ditahan harus dilakukan pemisahan atau diberikan catatan penjelasan untuk dapat
menggambarkan tujuan-tujuan pencadangan dimaksudkan. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan informasi yang reliabel terhadap kebutuhan pengguna sehingga pengguna
tidak mengalami kesalahan dalam mengapresiasi laporan keuangan perusahaan yang
tentunya berpengaruh secara signifikan terhadap pengambilan keputusan ekonomis.