Menurut Paula J. C. & Janet W. K. Manusia merupakan makhluk yang terbuka, bebas
memilih makna di dalam setiap situasi, mengemban tanggung jawab atas setiap keputusan, yang
hidup secara berkelanjutan, serta turut menyusun pola hubungan antar sesama dan unggul
multidimensional dengan berbagai kemungkinan.
3. Kees Bertens
Menurut Kees Bertens, manusia adalah setiap makhluk yang terdiri dari dua unsur yang
satuannya tidak dapat dinyatakan dalam bentuk apapun.
4. Upanisads
Menurut Upanisads, manusia merupakan sebuah kombinasi dari beberapa unsur kehidupan
seperti roh (atman), pikiran, jiwa, dan prana (tubuh / fisik).
Menurut Nicolaus D. & A. Sudiarja, manusia adalah bhineka, akan tetapi tunggal. Manusia
disebut bhineka karena ia mempunyai jasmai dan rohani, sedangkan disebut tunggal karena
hanya berupa satu benda / barang saja.
6. Abineno J. I
Menurut Abineno J. I, manusia adalah “tubuh yang dilengkapi dengan jiwa / berjiwa” dan
bukan “jia abadi yang berada atau pun yang terbungkus di dalam sebuah tubuh / badan yang
fana/ tidak nyata”.
7. Sokrates
Menurut Sokrates, pengertian manusia adalah makhluk hidup yang memiliki dua kaki, yang
tidak berbulu, dan memiliki kuku datar berukuran lebar.
8. I Wayan Watra
Menurut I Wayan Warta, manuisa merupakan makhluk yang dinamis yang menganut
trias dinamika yaitu cipta, karsa, dan rasa.
9. Erbe Sentanu
Menurut Erbe Sentanu, manusia merupakan makhluk sebaik – baiknya yang diciptakan oleh
Tuhan. Bahkan, dapat dikatakan manusia merupakan ciptaan Tuhan yang paling sempurna jika
dibandingkan dengan makhluk citaannya yang lain.
10. Agung. P. P.
Menurut Agung P. P., Manusia dapat diartikan sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling
sempurna, yang tersusun atas kesatuan fisik, ruh / jiwa, dan akal pikiran yang tumbuh dan
berkembang sesuai dengan lingkungannya.
berdasarkan teori umum olahraga merupakan budaya aktivitas fisik yang dilakukan oleh
manusia yang dilakukan oleh otot dan dikendalikan oleh manusia itu sendiri. Menurut Santoso
Griwijoyo dan Didik Jafar Sidik (2013:37) berpendapat bahwa ”olahraga adalah budaya
manusia, artinya tidak dapat disebut ada kegiatan olahraga apabila tidak ada faktor manusia yang
berperan secara ragawi/pribadi melakukan aktivitas olahraga itu. Manusia adalah titik sentral dari
olahraga, artinya tidak ada olahraga apabila tidak ada faktor manusia yang secara ragawi
berperan melakukan olahraga itu. Oleh karena itu olahraga menuntut persyaratanpersyaratan
yang harus dipenuhi oleh manusia, baik secara jasmani, rohani, maupun sosial”. Dari berbagai
alasan tersebut dapat dipahami bahwa olahraga merupakan budaya gerak manusia yang
dilakukan secara ragawi atau pribadi yang melakukan aktivitas kegiatan olahraga dan sesuai
dengan syarat yang ditentukan oleh manusia itu sendiri, baik secara jasmani, rohani, maupun
kehidupan sosial.
Definisi olahraga menurut Jay J. Coakley (1978:12) menyatakan bahwa “institutionalized
competitive activity that involve vigorous whose participation is motivated by combination of
the intrinsic satisfaction associated with the activity it self and the external rewards earned
through participation”. aktivitas kompetitif dilembagakan yang melibatkan kuat pada partisipasi
dimotivasi oleh kombinasi dari kepuasan intrinsik terkait dengan diri aktivitas dan imbalan
eksternal yang diperoleh melalui partisipasi.” Batasan yang disampaikan oleh Coakley ini lebih
menekankan pada aktivitas olahraga kompetitif yang terorganisasi berdasarkan timbal balik dari
aktivitas olahraga yang dilakukan seperti kepuasan individu setealah melakukan aktivitas
olahraga yang dilakukan bagi pelaku gerak dalam olahraga.
Berdasarkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2005 Tentang
Ketentuan Umum Keolahragaan pada Bab I Pasal 1 yang menyatakan bahwa ”Olahraga adalah
segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi
jasmani, rohani, dan sosial”. Sesuai dengan Undang-Undang tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa olahraga dapat meningkatkan kualitas kehidupan manusia, baik dalam pengembangan
jasmani, rohani, maupun dalam kehidupan sosial. Hal ini dilakukan pemerintah sebagai bentuk
partisispasi dan kepedulian pemerintah dalam mengawasi perkembangan olahraga yang berada di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Asy’arie, Musya,1992. Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Al-Qur’an, Lembaga Studi
Filsafat Islam
Muthahhari, Murtadha, 1992. Perspetif Tentang Manusia dan Agama, Mizan, Bandung
Abdullah, Burlinan, 2000. Ragam Perilaku Manusia Menurut Al-Qur’an, PT Kuala Musi
Raharja, Palembang