Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata kuliah: Filsafat Pendidikan Jasmani dan Olahraga

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
2020
Manusia Menurut Pandangan Islam
Al-Qur'an memperkenalkan tiga istillah kunci (key term) yang digunakan untuk
menunjukkan arti pokok manusia, yaitu al-insan, basyar dan Bani Adam.
Kata al-insan dalam al-Qur'an sebanyak 65 kali dipakai untuk manusia yang tunggal,
sama seperti ins. Sedangkan untuk jamaknya dipakai kata an-naas, unasi, insiya, anasi.
Hampir semua ayat yang menyebut manusia dengan menggunakan kata alinsan, konteksnya
selalu menampilkan manusia sebagai makhluk yang istimewa, secara moral maupun spiritual
yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Keunggulan manusia terletak pada wujud
kejadiannya sebagai makhluk yang diciptakan dengan kualitas ahsani taqwim, sebaik-baik
penciptaan.
Kata al-insan dipakai untuk menyebut manusia dalam konteks kedudukan manusia
sebagai makhluk yang mempunyai kelebihan-kelebihan. Pertama, manusia sebagai makhluk
berfikir. Kedua, makhluk pembawa amanat. Ketiga, manusia sebagai makhluk yang
bertanggung jawab pada semua yang diperbuat.
Kata insan yang berasal dari kata al-uns, anisa, nasiya dan anasa, maka dapatlah
dikatakan bahwa kata insan menunjuk suatu pengertian adanya kaitan dengan sikap, yang
lahir dari adanya kesadaran penalaran (Asy'arie, 1992 : 22) Kata insan digunakan al-Qur'an
untuk menunjukkan kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia
yang berbeda antara seseorang dengan yang lain adalah akibat perbedaan fisik, mental, dan
kecerdasan (M.Quraish Shihab, 1996 : 280).
Kata basyar dipakai untuk menyebut semua makhluk baik laki-laki ataupun perempuan,
baik satu ataupun banyak. Kata ini memberikan referensi kepada manusia sebagai makhluk
biologis yang mempunyai bentuk tubuh yang mengalami pertumbuhan dan perekembangan
jasmani. Kata basyar adalah jamak dari kata basyarah yang berarti kulit. "Manusia dinamai
basyar karena kulitnya tampak jelas, dan berbeda dengan kulit binatang yang lain". Al-Qur'an
menggunakan kata ini sebanyak 35 kali dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk
mutsanna [dua] untuk menunjukkan manusia dari sudut lahiriyahnya serta persamaannya
dengan manusia seluruhnya. Karena itu Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk
menyampaikan bahwa "Aku adalah basyar (manusia) seperti kamu yang diberi wahyu [QS. al-
Kahf (18): 110]. Di sisi lain diamati bahwa banyak ayat-ayat al-Qur'an yang menggunakan
kata basyar yang mengisyaratkan bahwa proses kejadian manusia sebagai basyar, melalui
tahapan-tahapan sehingga mencapai tahapan kedewasaan. Firman allah [QS.al-Rum (3) : 20]
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya [Allah] menciptakan kamu dari tanah, ketika kamu
menjadi basyar kamu bertebaran". Bertebaran di sini bisa diartikan berkembang biak akibat
hubungan seks atau bertebaran mencari rezki [M.Quraish Shihab,1996 : 279].
Penggunaan kata basyar di sini "dikaitkan dengan kedewasaan dalam kehidupan manusia,
yang menjadikannya mampu memikul tanggungjawab. Dan karena itupula, tugas
kekhalifahan dibebankan kepada basyar [perhatikan QS al-Hijr (15) : 28], yang menggunakan
kata basyar, dan QS. al-Baqarah (2) : 30 yang menggunakan kata khalifah, yang keduanya
mengandung pemberitahuan Allah kepada malaikat tentang manusia [Shihab,1996 : 280].
Kata al-Nas. Kata ini mengacu kepada manusia sebagai makhluk sosial. Manusia dalam
arti al-nas ini paling banyak disebut dalam al-Qur’an yaitu 240 kali. Bisa dilihat dalam
seluruh ayat yang menggunakan kata, Ya ayyuha nl-nas. Penjelasan konsep ini dapat
ditunjukkan dalam dua hal. Pertama, banyak ayat yang menunjukkan kelompok-kelompok
sosial dengan karakteristiknya masing-masing yang satu dengan yang lain belum tentu sama.
Ayat ini menggunakan kata wa mina n-nas (dan diantara manusia). Kedua, pengelompokkan
manusia berdasarkan mayoritas, yang umumnya menggunakan ungkapan aktsara n-nas
(sebagian besar manusia) (Hasan, 2004: 131-132).
Pemahaman Manusia Menurut Para Ahli

1. Paula J. C. & Janet W. K.

Menurut Paula J. C. & Janet W. K. Manusia merupakan makhluk yang terbuka, bebas
memilih makna di dalam setiap situasi, mengemban tanggung jawab atas setiap keputusan, yang
hidup secara berkelanjutan, serta turut menyusun pola hubungan antar sesama dan unggul
multidimensional dengan berbagai kemungkinan.

2. Omar Mohammad Al – Toumi Al – Syaibany

Menurut Omar Mohammad Al – Toumi Al – Syaibany, pengertian manusia adalah makhluk


yang mulia. Masuia merupakan makhluk yang mampu berpikir, dan menusia merupakan
makhluk 3 dimensi (yang terdiri dari badan, ruh, dan kemampuan berpikir / akal). Manusia di
dalam proses tumbuh kembangnya dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor keturunan dan
faktor lingkungan.

3. Kees Bertens

Menurut Kees Bertens, manusia adalah setiap makhluk yang terdiri dari dua unsur yang
satuannya tidak dapat dinyatakan dalam bentuk apapun.

4. Upanisads

Menurut Upanisads, manusia merupakan sebuah kombinasi dari beberapa unsur kehidupan
seperti roh (atman), pikiran, jiwa, dan prana (tubuh / fisik).

5. Nicolaus D. & A. Sudiarja

Menurut Nicolaus D. & A. Sudiarja, manusia adalah bhineka, akan tetapi tunggal. Manusia
disebut bhineka karena ia mempunyai jasmai dan rohani, sedangkan disebut tunggal karena
hanya berupa satu benda / barang saja.

6. Abineno J. I

Menurut Abineno J. I, manusia adalah “tubuh yang dilengkapi dengan jiwa / berjiwa” dan
bukan “jia abadi yang berada atau pun yang terbungkus di dalam sebuah tubuh / badan yang
fana/ tidak nyata”.

7. Sokrates

Menurut Sokrates, pengertian manusia adalah makhluk hidup yang memiliki dua kaki, yang
tidak berbulu, dan memiliki kuku datar berukuran lebar.
8. I Wayan Watra

Menurut I Wayan Warta, manuisa merupakan makhluk yang dinamis yang menganut
trias dinamika yaitu cipta, karsa, dan rasa.

9. Erbe Sentanu

Menurut Erbe Sentanu, manusia merupakan makhluk sebaik – baiknya yang diciptakan oleh
Tuhan. Bahkan, dapat dikatakan manusia merupakan ciptaan Tuhan yang paling sempurna jika
dibandingkan dengan makhluk citaannya yang lain.

10. Agung. P. P.

Menurut Agung P. P., Manusia dapat diartikan sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling
sempurna, yang tersusun atas kesatuan fisik, ruh / jiwa, dan akal pikiran yang tumbuh dan
berkembang sesuai dengan lingkungannya.

Arti Olahraga Bagi Manusia

berdasarkan teori umum olahraga merupakan budaya aktivitas fisik yang dilakukan oleh
manusia yang dilakukan oleh otot dan dikendalikan oleh manusia itu sendiri. Menurut Santoso
Griwijoyo dan Didik Jafar Sidik (2013:37) berpendapat bahwa ”olahraga adalah budaya
manusia, artinya tidak dapat disebut ada kegiatan olahraga apabila tidak ada faktor manusia yang
berperan secara ragawi/pribadi melakukan aktivitas olahraga itu. Manusia adalah titik sentral dari
olahraga, artinya tidak ada olahraga apabila tidak ada faktor manusia yang secara ragawi
berperan melakukan olahraga itu. Oleh karena itu olahraga menuntut persyaratanpersyaratan
yang harus dipenuhi oleh manusia, baik secara jasmani, rohani, maupun sosial”. Dari berbagai
alasan tersebut dapat dipahami bahwa olahraga merupakan budaya gerak manusia yang
dilakukan secara ragawi atau pribadi yang melakukan aktivitas kegiatan olahraga dan sesuai
dengan syarat yang ditentukan oleh manusia itu sendiri, baik secara jasmani, rohani, maupun
kehidupan sosial.
Definisi olahraga menurut Jay J. Coakley (1978:12) menyatakan bahwa “institutionalized
competitive activity that involve vigorous whose participation is motivated by combination of
the intrinsic satisfaction associated with the activity it self and the external rewards earned
through participation”. aktivitas kompetitif dilembagakan yang melibatkan kuat pada partisipasi
dimotivasi oleh kombinasi dari kepuasan intrinsik terkait dengan diri aktivitas dan imbalan
eksternal yang diperoleh melalui partisipasi.” Batasan yang disampaikan oleh Coakley ini lebih
menekankan pada aktivitas olahraga kompetitif yang terorganisasi berdasarkan timbal balik dari
aktivitas olahraga yang dilakukan seperti kepuasan individu setealah melakukan aktivitas
olahraga yang dilakukan bagi pelaku gerak dalam olahraga.
Berdasarkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2005 Tentang
Ketentuan Umum Keolahragaan pada Bab I Pasal 1 yang menyatakan bahwa ”Olahraga adalah
segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi
jasmani, rohani, dan sosial”. Sesuai dengan Undang-Undang tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa olahraga dapat meningkatkan kualitas kehidupan manusia, baik dalam pengembangan
jasmani, rohani, maupun dalam kehidupan sosial. Hal ini dilakukan pemerintah sebagai bentuk
partisispasi dan kepedulian pemerintah dalam mengawasi perkembangan olahraga yang berada di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Asy’arie, Musya,1992. Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Al-Qur’an, Lembaga Studi
Filsafat Islam

Muthahhari, Murtadha, 1992. Perspetif Tentang Manusia dan Agama, Mizan, Bandung

Abdullah, Burlinan, 2000. Ragam Perilaku Manusia Menurut Al-Qur’an, PT Kuala Musi
Raharja, Palembang

Tafsir, Ahmad, 2006. Filsafat Pendidikan Islam, Remaja Rosadakarya, Bandung

Anda mungkin juga menyukai