Anda di halaman 1dari 8

Step 1

1. brudzinksi I-IV
jawab:
burdzinksi merupakan salah satu dari pemeriksaan neurologi.
I : dilakukan pemeriksaan pada pasien dgn cara difleksi kepala
sampai dagu
II : dilakukan pada pengangkatan kaki sampai lurus
III: dilakukan penekanan pada kedua pipi atau dibawah os.
Zigomatikus, terjadi fleksi pada kedua tungkai
IV: dilakukan dgn cara penekanan simpisis pubis, terjadi fleksi
pada kedua tungkai
2. definisi kejang
jawab:
gangguan aktivitas listrik di otak. Kejang timbul dari efek langsung
maupun tidak langsung dari penyakit SSP.
3. kernig sign
jawab:
merupakan pemeriksaan meningheal di posisikan berbaring
difleksikan paha sampai membentuk 90 derajat, sendi lututu di
ekstensi sampai membentuk sudut 135 derajat. Jika terdapat
nyeri maka dikatakan kernig sign positif
4. meningeal sign
jawab:
pemeriksaan dilakukan pada pasien dgn tanda dan gejala
gangguan ssp seperti meningitis, pendarahan subarachnoid, dan
corda spinalis.
5. kaku kuduk
jawab:
pemeriksaan tanda rangsangan meningiehl, pasien diposisikan
terlentang tangan kiri di belakang dan tangan kanan didada,
kepala di fleksikan.
6. T2-T2 hiperemis
Jawab:
T2 merupakan ukuran tonsil melebih >25%- <50% yg diukur dari
diameter orofaring dari kurfa anterior kiri dan kanan. Maksud dari
T2-T2 tonsil kiri dan kanan mengalami hiperemis.

Step 2

1. Apa yg menyebabkan anak mengalami kejang pda scenario?


2. Prognosis pada kasus?
3. Diagnosis pada kasus?
4. Hubungan riwayat kejang pada saudara pasien dgn kasus yg
dialami pasien?
5. Apakah kasus ini termasuk kasus kegawatdaruratan?
6. Definisi dari kejang?
7. Etiologi dari kasus?
8. Pemeriksaan penunjang pada kasus?
9. Factor risiko dan tatalaksana untuk kejang pada anak?
10. Jenis-jenis kejang?
11. Bagaimana cara edukasi tentang kejang?
12. Diagnosis banding dari kasus?
13. Perbedaan kejang demam kompleks dan kejang demam
simpleks?
14. Patofisiologi dari kasus?

Step 3

1. Apa yg menyebabkan anak mengalami kejang pda scenario?


Jawab:
Diskenario telah dijelasakan pasien mengalami demam 1 hari
sebelum masuk ke rs sehingga dapat disebebkan oleh demam yg
diderita pasien. Factor risiko juga disebutkan adanya riw.
Keluarga.
2. Prognosis pada kasus?
Jawab:
Prognosisnya biasanya baik. Kemungkinan dapat terjadi kecacatan
karena terlambat di tangani atau kejadian demam berulang.
3. Diagnosis pada kasus?
Jawab:
 Anamnesis:
1) Anak laki-laki 1 thn 6 bulan
2) Kejang 30 menit yg lalu seluruh badan, dgn frekuensi 1
kali
3) 1 hari sebelumnya demam, flu batuk dan muntah
4) BAB dan BAK normal
5) Saudaranya mengalami demam
 Pemfis
1) Keadaan umum lemah
2) Takikardi dan takipnea
3) Tonsil hiperemis
4) Tanda tanda pemeriksaan neurologis: kaku kuduk, kernig
sign terdapat gejala.
 Diagnosis: kejang demam. Kriterianya: suhu lebih dari 38
derajat, adanya infeksi, tidak mengalami gangguan elektrolit,
pasien harus berumur lebih dari 1 bulan. Untuk menentukan
kejang demam kompleks atau sederhana harus
membutuhkan pemeriksaan penunjang lainnya.
4. Hubungan riwayat kejang pada saudara pasien dgn kasus yg
dialami pasien?
Jawab:
Untuk hubungan riw kejang pada pasien ada hubungan gen
autosomal. Mampu menunjukan dgn sindrom canelopati. Jadi
untuk hubungan antara riw keluarga karena celopatisnya yg
menyebabkan terjadinya ganggua keluarnya kalium
5. Apakah kasus ini termasuk kasus kegawatdaruratan?
Jawab:
Kejang demam sering terjadi pada anak, dan kejang demam ini
merupakan kegawatdaruratan. Karena jika terlambat ditangani
dpat terjadi epilepsy dan keterbelakangan mental, sehingga
dibutuhkan penanganan yg cepat dan tepat
6. Definisi dari kejang?
Jawab:
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak sementara
dan pelepasan listrik yg berlebihan. Kejang demam terjadi saat
suhu tubuh lebih dari 38 derajat, diakibatkan suatu proses
ekstrakranial.
7. Etiologi dari kasus?
Jawab:
1) Factor genitik: sekitar 25-50% anak yg mengalami kejang
demam memiliki keluarga yg mempunyai riwayat
2) Penyakit infeksi: bakteri dpat mempengaruhi traktur
respiratorius, faringitis, tonsillitis, dan otitis media. Virus dapat
disebabkan oleh faricella dan dengue.
3) Dapat disebabkan oleh demam tinggi yg lebih dari 38 derajat yg
tdk sembuh selama 24 jam
4) Gangguan metabolism :porimea, hipoglikemia yg merupakan
kadar gula darah kurang dari 30 mg dn pada neonatus <20mg
5) Terjadi trauma (seperti kepala)
6) Neoplasma toksin; dpat menjadi penyebab kejang demam
7) Gangguan sirkulasi
8) Penyakit degenerative SSP.
8. Pemeriksaan penunjang pada kasus?
Jawab:
1) Pemeriksaan Lab: untuk mengevaluasi penyebab demam dan
gastroenteritis
2) Pemeriksaan fungsi lumbal: untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis.
3) Pemeriksaan ensefalografi: dilakukan pada keadaan demam yg
tdk khas, misalnya kejang demam kompleks pada anak usia 6
tahun
4) Pemeriksaan CT scan dan MRI: dilakukan tdk rutin atau indikasi
kelainan neurologic vocal yg menetap
5) Tes fungsi lumbal
9. Factor risiko dan tatalaksana untuk kejang pada anak?
Jawab:
 Factor risiko kejang pada anak:
1) Factor genetic: riw org tua kejang pada anak
2) Saudara kandung
Riw org tua dgn kejang tanpa demam (epilepsy)
Dipengaruhi oleh suhu tubuh, jika suhu tubuh tinggi terjadi
perbedaan potensial diotak sehingga anak mudah kejang
3) Bayi berat lahir rendah
 Tatalaksana
1) Kejang sekitar 5 menit biasanya dtg kejangnya sudah hilang,
tetapi jika dtg dalam keadaan kejang biasanya diberikan
diazepam intravena 0,3-0,5 mg/KgBB. Diberikan secara
perlahan dgn kecepatan 1-2 mg/menit. Dosis maksimal 20
mg/pasien
2) Jika kejang belum berhenti diberikan kritoin dgn dosisn 10-
20 mg/KgBB
3) Jika pasien dgn demam dan kejang diberikan antipiretik dan
konvulsan.

Obat yg diberikan dirumah diazepam secara rektal bisa 0,5-0,75


mg/KgBB. Bisa juga diberikan diazepam secara rektal 0,5 ml jika
pasien usia dibawah 3 tahun.

Jika pasien dirumah, hindari pakaian ketat di daerah leher, jika


pasien tidak sadar pasien diletekan secara supin, dibersihkan
muntahan/lendir didaerah mulut atau hidung, jangan pernah
memasukkan apapun ke dalam mulut, selalu pantau airway,
observasi, ukur suhu, dan pantau berapa lama pasien kejang.

1) Golongan diazepin, jika kejang berlanjut diberikan penitoin


atau penoberbital.
2) Jika masih kejang dia sudah masuk ke dalam kejang refraksi
epilepsy dan dimasukkan ke ruangan icu.
3) Diberikan minazolam dan propofol
4) Demam diobati dengan antipiretik seperti paracetamo atau
ibuprofen
5) Antikonvulsan intermiten diberikan saat demam seperti
diazepam secara hati-hati. Yg rumatan diberikan ke pasien
kejang demam kompleks.
10. Jenis-jenis kejang?
Jawab:
 Kejang umum: terdapat beberapa jenis kejang ada kejang
tunik kronik, kejang petitma, kejang kronik, kejang atonik,
kejang miokronik, kejang florit.
 Kejang persial: kejang persial sederhana, kejang persial
kompleks.
11. Bagaimana cara edukasi tentang kejang?
Jawab:
Prognosis untuk kejadian kejang pada bayi itu baik. Diberikan
pengetahuan tentang tatalaksana awal, tetap tenang dan tidak
panic. Pasien diberikan pakaian longgar, jika tidak sadar pasien
dibiarkan terlentang dan dimiringkan. Jika rumah dekat dgn
fasilitas kesehatan segera dibawa.
12. Diagnosis banding dari kasus?
Jawab:
1) Infeksi di SSP
2) Epilepsy; kriteria: sebelum kejang demam pertama sudah ada
kelainan neurologis, ada riwayat kejang tanpa demam baik org
tua/saudara kandung, kejang berlangsung lama >15 menit,
kejang vocal.
13. Perbedaan kejang demam kompleks dan kejang demam
simpleks?
Jawab:
 Kerjang demam simpleks: berlangsung singkat kurang dari
15 menit dan akan berhenti sendiri, biasanya tunik atau
kronik dan tanpa vocal. Tdk berlangsung selama 24 jam 80%
dari semua demam.
 Kejang demam kompleks: berlangsung lama, didahului oleh
kerjang parsial, bisa terjadi berulang selama 24 jam. Sekitar
8% dari kejadian kejang demam.
14. Patofisiologi dari kasus?
Jawab:
Patofisiologi terjadinya kejang pada kejang demam, diperkirakan
pada saat anak/bayi mengalami demam akan terjadi peningkatan
reaksi kimia dalam tubuh sehingga oksigen menjadi cepat habis
dan terjadi hipoksia. Transport aktif yg membutuhkan ATP
menjadi terganggua. Potensial membrane turun/ kepekaan sel
saraf menjadi meningkat maka terjadi meluas sehingga terjadi
kejang pada anak. Kejang dapat juga berhubungan dgn risiko
trauma. Akan dibedakan menjadi kejang sederhana dan kejang
demam kompleks.

Step 4

Jawaban berwarna merah

Step 5

1. Epidemiologi dari kasus scenario?


2. Komplikasi dari kasus scenario?
3. Perbedaan kejang demam klonik dan klonik tonik dan pada kasus

apa yg paling sering terjadi?

Anda mungkin juga menyukai