Anda di halaman 1dari 21

PROGRAM SARJANA TEKNIK S.

1
PRODI/KONSENTRASI : TEKNIK SIPIL / TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
Jl. Bendungan Sigura-gura No. 2 Telp. (0341) 551951 - 551431 Psw. 256 Malang 65145

DIKTAT KULIAH
TEKNOLOGI BAHAN
TEMA
TEKNOLOGI BETON DAN KONTROL KUALITAS

Disusun Oleh :

Ir. BAMBANG WEDYANTADJI, MT


BAB I

BETON SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI

1. PENGERTIAN BETON

BETON
Beton adalah suatu baham bangunan yang terbuat dari bahan – bahan yang
dicampur dengan nilai perbandingan isi (volume) maupun perbandingan berat. yang
membentuk massa yang padat
Bahan – bahan tersebut adalah :
· Semen Portland ( atau semen hidrolik lainnya )
· Agregat halus ( Pasir )
· Agregat kasar ( Kerikil / batu pecah )
· Air
· Bahan tambahan
BETON RINGAN
Adalah beton yang mengandung agregat ringan atau yang dibuat dengan
bahan agregat ringan (baik pasir maupun kerikilnya) dan mempunyai berat per
satuan volumenya tidak lebih dari 1900 Kg/m3
BETON RINGAN – PASIR
Adalah betong ringan yang semua agregat halusnya merupakan pasir
dengan berat normal
BETON RINGAN – TOTAL
Adalah beton ringan yang agregat halusnya bukan merupakan pasir alami
BETON NORMAL
Adalah beton yang dibuat dengan memakai agregat alam tanpa dipecah atau
dipecah (buatan) dan mempunyai berat per satuan volume antara 2200 Kg/m3
sampai 2500 Kg/m3
BETON POLOS
Adalah masa / elemen beton tanpa tulangan atau mempunyai tulangan tetapi
kurang dari ketentuan minimumnya.
BETON PRACETAK
Adalah elemen atau komponen beton tanpa dan atau dengan tulangan yang
dicetak terlebih dahulu sebelum dirakit menjadi satu kesatuan bangunan
BETON BERTULANG
Adalah beton yang diisi oleh susunan tulangan ( berkas tulangan ) yang
direncanakan dan terbuat dari baja (atau bahan lain seperti : rotan , bambu dll ) yang
secara homogen membentuk suatu kekuatan untuk bersama-sama memikul beban
yang bekerja . Mutu beton yang digunakan harus fc’ = 20 MPa
BETON PRATEGANG
Adalah semacam beton bertulang tetapi memakai kawat baja yang bermutu
tinggi sebagai pengganti tulangan yang disebut : TENDON dimana akan
memberikan gaya tekan pada setiap penampang beton setelah tendon tersebut
ditarik dengan suatu gaya tertentu. Disarankan menggunakan mutu beton diatas 45
MPa

KLASIFIKASI BETON
· Beton mutu normal ( mutu sedang ) f’c = 20 MPa s/d 50 MPa
· Beton mutu tinggi f’c = 50 MPa s/d 80 MPa
· Beton mutu sangat tinggi f’c = 80 MPa

KEUNTUNGAN dan KERUGIAN BAHAN BETON


Keuntungan :
· Mudah dibentuk / dicetak
· Bahannya mudah didapat
· Pemeliharaannya mudah
· Tahan terhadap panas (kebakaran) sampai 500 ° C (selama 3 jam)
· Awet dan tahan lama
· Bentuknya indah Dapat dibuat dicor ditempat
Kerugian
· Volumenya besar dan tidak stabil
· Berat sendirinya besar
· Waktu pelaksanaannya lama
· Biaya pelaksanaannya mahal
· Bila terjadi kesalahan sulit diperbaiki
· Tegangan tariknya rendah
2. PEMBUATAN BETON
Dalam pembuatan beton, dimana beton tersebut merupakan bahan konstruksi
yang dibuat dari campuran beberapa bahan yaitu :
· Semen Portland
· Agregat ( Agregat halus dan agregat kasar )
· Air
· Bahan tambahan ( bila diperlukan )
Yang mana dalam pencampurannya mempunyai suatu nilai perbandingan nilai yang
tertentu, baik perbandingan berat maupun perbandingan volume yang berdasarkan
suatu analisa campuran, misalkan
· Perbandingan Berat : 300 Kg PC : 900 Kg Ps : 1100 Kg Kr : 210 Kg Air
· Perbandingan Volume : 1 bag PC : 2 bag Ps : 2½ bag Kr : x bag Air dan
Dan nilai slump yang dihasilkan harus = 100 mm
1 Untuk beton dengan mutu fc’ ≥ 20 MPa
Dalam pencampurannya harus menggunakan nilai perbandingan berat
2 Untuk beton dengan mutu fc’ < 20 MPa
Dalam pencampurannya boleh menggunakan nilai perbandingan volume tetapi
pengukuran volume tersebut harus didasarkan dari nilai perbandingan berat yang
dikonversikan kedalam nilai perbandingan volume
3 Untuk beton dengan mutu fc’ < 10 MPa
Dengan pertimbangan praktis dan kondisi lokasi maka dalam pencampurannya
boleh menggunakan perbandingan volume
Selain harus mempunyai suatu nilai perbnadingan tertentu, dalam pembuatan
beton tersebut bahan – bahan yang akan dipergunakan harus memenuhi syarat –
syarat yang telah ditentukan, baik itu Semen Portland , Pasir, Kerikil, maupun Air
termasuk Bahan tambahannya. Karena tidak semua jenis bahan tersebut dapat
dipakai sebagai bahan pembuatan beton, maka bahan tersebut sebelum digunakan
harus terlebih dahulu melalui proses pengujian bahan dan harus memenuhi syarat –
syarat yang ditentukan.

BAB II
BAHAN SEMEN dan PERSYARATANNYA

Dalam pembahasan bahan beton dan persyaratannya harus mengacu pada


standart – standart yang disarankan dan sering digunakan di Indonesia, misalnya
Standart Industri Indonesia (SNI), American Society for Testing Material (ASTM),
Britsh Standart (BS), serta Standart SK-SNIS-04-1989-F. Didalam standart tersebut
dijelaskan bagaimana mengenai pengujian dan syarat-syarat bahan yang dapat
dipakai untuk pembuatan beton
Dalam pelaksanaannya menurut SK SNI S -04-1989-F, rekaman lengkap dari
hasil uji bahan semen dan beton harus disimpan dengan baik oleh pengawas ahli
dan selalu tersedia untuk keperluan pemeriksaan selama pekerjaan dan selama 2
tahun sesudah proyek bangunan tersebut selesai dilaksanakan.
SEMEN
Yang dimaksud dengan semen adalah bahan yang mempunyai sifat
ADHESIE dan COHESIVE. Digunakan sebagai bahan pengikat yang dipakai
bersama-sama dengan pasir dan kerikil
Semen dapat dibagi atas 2 kelompok
a. Semen non hidrolis
Adalah semen yang tidak dapat mengeras dalam air dan tidak dapat stabil
dalam air
b. Semen hidrolis
Adalah semen yang dapat mengeras dalan air dan menghasilakan suatu
padatan yang stabil dalam air, contohnya: Semen Portland, Semen Alumina,
Semen Putih
Dalam pembuatan campuran beton semen yang dipakai adalah : Semen Portland

SEMEN PORTLAND
Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan Klenker yang terutama terdiri dari Silikat-silikat kalsium yang bersifat
hidrolis, dan bahan tambahan yang biasa digunakan adalah : Gypsum
Dari definisi semen Portland diatas bahwa semen Portland dibuat dari
Cacareous seperti Batu kapur (Limestone atau kapur), dan bahan silica atau alumina
yang terdapat dalam tanah liat (Clay atau Silt). Dimana batu kapur mengandung
CaO, Lempung mengandung komponen SiO2 (Silika dioksida) dan AL2O2 (oksida
alumina), FeO3 (oksida besi).
Pada dasarnya proses pembuatan semen Portland terdiri dari Penggilingan,
Pencampuranmenurut suatu proses tertentu dan Pengawasan harus ketat. Dengan
penggilingan dari Klinker bulat yang diputar disertai pemanasan mancapai 1450° C
material akan menjadi klinker. Klinker ini dipindahkan dan digiling sampai halus (fine
powder) disertai penambahan 3 – 5 % gips (gypsum) untuk mengendalikan seting
time akan menghasilkan semen portland yang siap untuk digunakan sebagai bahan
pengikat dalam pembuatan beton
Proses penggilingan bahan semen dapat dalam kondisi basah dan kondisi kering ,
masing-masing disebut proses basah dan proses kering

KOMPONEN KARAKTERISTIK DARI SEMEN PORTLAND


? ELEMEN O Si Ca Al Fe

? KOMPONEN CaO SiO A 2O3 Fe3O3


OKSIDA

? UNSUR SENYAWA C3S C2S C3A C4AF


SEMEN

? TYPE / JENIS I II III IV V


SEMEN PORTLAND

? HASIL HIDRASI C – S – H (gel) Ca(OH)2

Untuk pembuatan beton dapat dipergunakan semen portland dari semua


jenis semen Portland yang memenuhi ketentuan dalam SII 0012 – 18 ( Mutu dan
cara uji semen Portland)

Jenis / Type semen portland


· Jenis I
Ialah semen Portland untuk penggunaan secara umum yang tidak
memerlukan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis semen
Portland yang lain.
Semen Portland jenis I ini dipergunakan untuk konstruksi bangunan gedung,
perkerasan jalan, jembatan, dan konstruksi lain yang tidak ada kemungkinan
mendapat pengaruh sulfat dari sekelilingnya. Dan panas hidrasinya tinggi
· Jenis II
Ialah semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan
terhadap sulfat dan panas hidrasinya sedang.
Dipergunakan untuk konstrusi bangunan tepi laut, bendungan, bangunan
irigasi dan pembetonan massa yang memerlukan panas hidrasi yang rendah
· Jenis III
Ialah semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan
awal yang tinggi setelah pengecoran dilakukan. Sifat terpentingnya adalah
pengembangan nilai kekuatannya cepat dan butirannya sangat halus. Panas
hidrasinya lebih tinggi 50% disbanding jenis I.
Dipergunakan untuk konstruksi bangunan yang memerlukan kekuatan tekan
awal yang tinggi dalam waktu yang singkat, misalnya : jembatan, pondasi
berat, perkerasan jalan.
Jenis IV
Ialah semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas
hidrasinya rendah
Dipergunakan untuk kebutuhan pengecoran yang dapat menimbulkan panas
atau pengecoran dengan penyemprotan (dengan pompa)
· Jenis V
Ialah semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan
yang tinggi terhadap sulfat
Dipergunakan untuk konstruksi bangunan yang bersuasana asam, tangki –
tangki bahan kimia, pipa bawah tanah.

Dalam pelaksanaannya bahwa untuk mutu beton :


fc’ < 20 MPa boleh memakai ukuran volume
fc’ = 20 MPa harus memakai ukuran berat
dan dalam pengukurannya tidak boleh terjadi nkesalahan lebih dari 2½ %
Jenis semen lain yang tidak termasuk jenis I , II , III , IV dan V adalah:
# Semen kadar alkali rendah
Jenis semen ini digunakan di Negara-negara yang kondisi agregatnya reaktif
terhadap iklim. Jenis semen ini tidak menggunakan Alkali dalam komposisi
bahan semennya
# Semen Putih
Jenis semen ini dibuat dari batu kapur yang tidak mengandung besi, quarsa,
pasir, dan kaolin. Karena bahan bakunya dan penggilingan serbuknya mahal
maka semen putih termasuk jenis Semen Portland yang mahal
Komponen utama dari Semen Portland adalah:
· Batu kapur yang mengandun unsure CaO ( kapur, limestone)
· Lempung ( clay ) yang mengandung unsure SiO2 (silica), AL2O3 (oksida
alumina), Fe2O3 (oksida besi)
Disamping komponen utama, dalam semen Portland terdapat pula bahan-bahan lain
dalam jumlah sangat kecil, akan tetapi mempengaruhi sifatnya yaitu :
· Magnesium, MgO
Seperti pada saat mencampur kapur (CaO) dengan air, bilamana oksida
magnesium tercampur dengan air maka hal ini akan diikuti oleh penambahan
volume. Dengan sendirinya penambahan volume tersebut akan dialami juga
oleh beton yang menggunakan bahan tersebut disertai retak-retak. Kadar
MgO dibatasi tidak lebih dari 5 %
· Sulphuric Anhydrate (sisa asam sulfite), SO 3
SO3 merupakan bahan yang sangat penting dalam semen Portland, karena
berfungsi sebagai pengatur waktu pengikatan semen. SO 3 terdapat dalam
gips CaSO4. Apabila kadar gips terlalu tinggi maka selama berlangsungnya
proses pengerasan akan timbul pengembangan gips. Oleh karena itu kadar
SO3 biasanya dibatasi antara 2,5 – 3 %
· Alkali, Na2O dan K2O
Na2O dan K2O selalu dijumpai dalam bahan baku semen. Apabila bahan
agregat yang digunakan dalam campuran beton mengandung Silikat reaktif,
maka akan timbul reaksi kimia yang merugikan beton
Hidroksida alkali terjadi dari alkali-alkali yang terdapat pada semen yang
sedang mengeras, akan menyerang butir –butir agregat yang mengandung
silica reaktif dan dari hasil reaksi kimianya akan terjadi Gel-Gel Alkali dari
jenis yang dapat mengembang tak terbatas. Gel – Gel tersebut akan
menyerap air, kemudian akan mengembang sedemikian rupa sehingga dapat
menyebabkan tegangan – tegangan intern yang menjalar dan kemudian
menimbulkan pengembangan menyeluruh.
Pengembangan yang meluas akan menimbulka retak-retak serta pecah-
pecah dalam beton, dan akhirnya merusak seluruhnya.
Kehilangan Berat akibat Pemanasan (Ignitionloss)
Substansi yang terbuang dari semen akibat pemanasan adalah air dan
karbon-dioksida. Kehilangan berat akibat pemanasan menunjukan bahwa semen
yang bersangkutan mempunyai kadar air tinggi. Kadar air yang tinggi dalam semen
dapat menyebabkan waktu pengerasa menjadi lebih lama. Pengurangan berat yang
disyaratkan adalah 5 % pada suhu 1000° C. Oleh karena semen merupakan bahan
yang higrokopis maka selama penyimpanannya digudang diusahakan agar supaya
tidak dapat menghisap air akibat udara lingkungan yang lembab, dan harus
diusahakan pula agar supaya semen disimpan ditempat-tempat kering serta bebas
dari aliran udara
Kehalusan Butiran Semen Portland
Kehalusan butiran – butiran semen Portland mempengaruhi waktu pengikatan
awal pasta semen. Semakin luas permukaan yang dihidrasi, semakin banyak Gel
semen dapat terbentuk pada umur muda, maka kuat tekan awal pasta semen yang
dapat dicapai akan lebih tinggi. Akan tetapi gel semen yang terbentuk tersebut
memperlambat waktu hidrasi akibat suatu aksi dari Gel-Gel sendiri yang mencegah
terbentuknya gel-gel lain lebih cepat, jika telah terbentuk Gel-Gel semen dalam
jumlah besar
Oleh karena itu penggilingan butiran – butiran semen yang extra halus, hanya
efisien untuk peningkatan kuat tekan hanya dalam waktu sampai umur 7 hari
Semen Portland secara umum mempunyai luas permukaan minimum 2250 cm² pe

gram sedangkan untuk semen yang cepat mengeras (jenis III) 3200 cm² per gram

Sifat – sifat yang berhubungan dengan kehalusan butiran semen adalah :


· Kuat awal tinggi
· Cepat mengalami kemunduran mutu semen jika dipengaruhi cuaca
· Reaksi kuat dengan bahan agregat reaktif
· Retak –retak
· Penyusutannya tinggi
· Waktu ikat awalnya cepat
· Kebutuhan air banyak
· Mengurangi bleeding
Pengikatan serta Pengerasan Semen Portland
Hal penting yang harus diperhatikan pada semen Portland adalah proses
pengikatan dan pengerasannya. Semen Portland kering mempunyai energi latent
dan akan aktif bila semen tersebut diberi air kemudian menjadi plastis sehingga
mudah dikerjakan. Pengerasan semen tergantung pada reaksi kimia antara semen
da air dan semen dapat mengeras dalam air. Pada tahap proses pengerasan bila
pemberian air dihentikan ( kuarang air) maka reaksi kimia semen dan air terhenti
atau tidak selesai. Oleh karena itu jumlah air yang dibutuhkan dalam campuran
harus sesuai dengan jumlah semen
Proses reaksi semen dan air terjadi 2 tahap :
*Tahap I Pengikatan adalah peralihan dari keadaan plastis ke keadaan pengerasan
*Tahap II Pengerasan adalah peningkatam kekuatan setelah pengikatan selesai
Proses pengikatan harus berlangsung lambatsupaya pengrjaannya mudah,
oleh karena itu disyaratkan bahwa pengikatan awal dari pasta semen tidak boleh
terjadi kurang dari 1 jam setelah dicampur air

Beberapa factor yang mempengaruhi waktu pengikatan awal semen :


a. Umur semen
Bila semen disimpan dalam jangka waktu lama akan menangkap air dan zat
asam arang dari udara, sehingga terjadi Pra-hidrasi. Sehingga semen akan
Menunjukan proses pengikatan yang lambat disamping akan mengakibatkan
kekuatan tekannya lebih rendah
b. Suhu
Kecepatan reaksi kimia tergantung pada suhu semua bahan yang bereaksi
dan suhu lingkungannya. Reaksi semen dan air akan berlangsung lebih cepat
pada suhu lingkungan yang tinggi (misal : direbus), tetapi untuk proses
pengikatan suhu yang paling tepat ± 23 °C
c. Jumlah air yang dibutuhkan
Agar reaksi antara semen dan air berlangsung memuaskan dibutuhkan air
sebanyak ± 20 % dari berat semen
Dalam adukan beton diperlukan air lebih banya. Panas hidrasi yang timbul
akan tersebar luas pada bahan agregat yang lain, sehingga suhu pada saat
terjadi pengikatan jauh lebih rendah dari suhu pada saat terjadi pengikatan
hanya antara semen dan air, sehingga waktu pengikatan pada adukan beton
akan berlangsung lebih lama.
PENGUJIAN SEMEN PORTLAND
A. Macam pengujian semen portland
a. Berat jenis semen
b. Konsistensi normal (kadar air Optimum)
c. Waktu pengikatan
d. Kuat tekan mortar
e. Kuat tarik aksial mortar
f. Kuat tarik lentur mortar
a. Pengujian Berat Jenis Semen
a.1. Tujuan pengujian
Percobaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis semen Portland.
Berat jenis semen adalah perbandingan antara berat isi kering semen pada suhu
kamar dengan berat isi kering air suling pada 4 C yang isinya sama dengan isi
semen.

a.2 PERALATAN
a. Botol Le Chatelier.
b. Kerosin bebas air atau naptha dengan berat jenis 62 API.

Gambar 7 : Bahan dan alat percobaan berat jenis semen


a.3 Bahan
Contoh : semen portland sebanyak 64 gram
a.4 Prosedur Pengujian
a. Isi botol Le Chatelier dengan kerosin atau naptha sampai antara skala 0 dan 1;
bagian dalam botol di atas permukaan cairan dikeringkan.
b. Masukkan botol ke dalam bak air dengan suhu konstan dalam waktu yang cukup
untuk menghindarkan variasi suhu botol lebih dari 0,2 C.
c. Setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol, baca skala pada botol (V1).
d. Masukkan benda uji sedikit demi sedikit ke dalam botol; jangan sampai terjadi
ada semen yang menempel pada dinding dalam botol di atas cairan.
e. Setelah semua benda uji dimasukkan, putar botol dengan posisi miring secara
perlahan-lahan sampai gelembung-gelembung udara tidak timbul lagi pada
permukaan cairan.
f. Masukkan botol ke dalam bak air dengan suhu konstan dalam waktu yang cukup
untuk menghindarkan variasi suhu botol lebih dari 0,2 C.
g. Setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol, baca skala pada botol (V2).
a.5 PERHITUNGAN
Berat semen
Berat jenis = x d
V2  V1

Dimana :

V1 = pembacaan pertama pada skala botol.

V2 = pembacaan kedua pada skala botol.

(V2-V1) = isi cairan yang dipindahkan oleh semen dengan berat tertentu.

d = berat isi air pada suhu 4 C (= 1 gram/cm3).


a.6 CATATAN

Berat jenis semen portland sekitar 3,15. pengujian minimal dibuat dua kali (duplo);
selisih yang diijinkan 0,01.

b. Pengujian konsistensi normal (kadar air Optimum)


b.1 TUJUAN PENGUJIAN
Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan konsistensi normal dari
semen hidrolis untuk keperluan penentuan waktu pengikatan semen.
b.2 PERALATAN
a. Mesin aduk (mixer) dengan daun-daun pengaduk dari baja tahan karat serta
mangkuk yang dapat dilepas.
b. Alat vicat (dengan menggunakan ujung C seperti pada gambar).
c. Timbangan dengan ketelitian sampai 1,0 gram.
d. Alat pengorek (scrapper) dibuat dari karet yang agak kaku.
e. Gelas ukur dengan kapasitas 150 atau 200 ml.
f. Sendok perata (trowel).
g. Sarung tangan karet.
Gambar 8 : Alat Vicat
b.3 BAHAN
a. Semen portland  3,5 kg (untuk  6 percobaan).
b. Air bersih (dengan suhu kamar).

b.4 PROSEDUR PENGUJIAN


a. Pasang daun pengaduk serta mangkuk pada alat pengaduk.
b. Masukkan bahan untuk percobaan dalam mangkuk dan campurlah sebagai
berikut :
 Tuangkan air ( 155 – 125 cc untuk semen tipe I dan  130 – 140 cc untuk
semen tipe III).
 Masukkan 500 gram semen ke dalam air dan biarkan untuk penyerapan
selama 30 detik.
c. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan rendah (140  5 ppm) dan aduklah
selama 30 detik.
d. Hentikan mesin pengaduk untuk 15 detik dan sapulah bahan (pasta) dari dinding
sisi mangkuk.
e. Jalankan mesin aduk dengan kecepatan sedang (285  ppm) dan aduklah untuk
1 menit.
f. Segeralah ambil pasta dari mangkuk dan bentuklah sebagai bola. Lemparkan
bola pasta tersebut dari tangan yang satu ke tangan yang lain (dengan jarak  15
cm) beberapa kali. Kemudian tempatkan pada alat vicat. Tekankan ke dalam
cincin konis (G) sehingga memenuhi cincin tersebut.
Tempatkan cincin tersebut pada pelat gelas (H) dan tuangkan kelebihan pasta
semen dari kedua sisi cincin. Ratakan bagian atas dari pasta semen dengan sendok
adukan sedemikian rupa sehingga tidak menekan adukan.
a. Pusatkan cincin berisi pasta tersebut di bawah batang (B) dan sentuhkan dan
kemudian kuncilah (putar kunci K) jarum C pada permukaan pasta. Tempatkan
indikator (F) tepat pada angka nol yang atas. Lepaskan batang (B) bersamaan jarum
(C) dengan memutar kunci K. Jarum C akan masuk ke dalam pasta.
Bila dalam waktu 30 detik kedalaman masuk C ke dalam pasta besarnya 10  1 mm
dari permukaan, maka konsistensi pasta semen tersebut adalah normal (konsistensi
normal sudah tercapai).
b. Bila konsistensi normal belum tercapai, ulangilah langkah-langkah di atas sampai
maksimal 6 kali percobaan, sehingga tercapai.

b.5 LAPORAN
a. Catatlah jumlah air yang diperlukan untuk mencapai konsistensi normal.
b. Gambarkan grafik yang menunjukkan hubungan antara kedalaman penetrasi jarum
dan kadar air (%) dalam pasta semen.

c. PENGUJIAN WAKTU PENGIKATAN SEMEN HIDROLIS


c.1 TUJUAN PENGUJIAN
Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan waktu pengikatan semen hidrolis
(dalam keadaan konsistensi normal) dengan alat vicat dan alat gillmore.
c.2 PERALATAN
a. Mesin aduk (mixer) dengan daun-daun pengaduk dari baja tahan karat serta
mangkuk yang dapat dilepas.
b. Alat vicat (dengan memakai jarum D seperti pada gambar).
c. Alat gillmore dengan jarum tekanan rendah (diameter 1/12 inch ¼ lb) dan jarum
tekanan tinggi (diameter 1/24 inchi 1 lb).
d. Timbangan dengan ketelitian sampai 1,0 gram.
e. Alat pengorek (scrapper) dibuat dari karet yang agak kaku.
f. Gelas ukur dengan kapasitas 150 atau 200 ml.
g. Sendok perata (trowel).
h. Sarung tangan karet.
i. Ruang lembab yang mampu memberikan kelembaban relatif minimum 90%.
c.3 BAHAN
a. Semen portland.
b. Air bersih (dengan suhu kamar).
c.4 PROSEDUR PENGUJIAN
a. Dalam test vicat, waktu pengikatan terjadi apabila jarum vicat kecil (jarum D),
membuat penetrasi sedalam 25 mm ke dalam pasta setelah mapan selama 30
detik.
b. Dalam test Gillmore, waktu pengikatan awal terjadi apabila jarum rekanan rendah
tidak memberikan bekas yang tampak (jelas) pada pasta, sedang waktu
pengikatan akhir terjadi apabila jarum tekanan tinggi tidak memberikan bekas
yang tampak (jelas) pada pasta.
Alat Vicat :
o Tempatkan sudu serta mangkuk (kering) pada posisi mengaduk pada alat aduk.
o Tempatkan bahan-bahan untuk satu “BATCH” ke dalam mangkuk dengan cara
sebagai berikut :
 Masukkan semua air pencampur yang jumlahnya telah ditetapkan
sebelumnya dalam pembuatan pasta semen dengan konsistensi normal untuk
semen 500 gram.
 Tambahkan 500 gram semen pada air tersebut dan biarkan menyerap untuk
30 detik.
o Jalankan alat aduk dengan kecepatan rendah (140  5 rpm) selama 30 detik.
o Hentikan alat aduk selama 15 detik dan koreklah semua pasta dari sisi mangkuk.
o Jalankan alat aduk dengan kecepatan sedang (248  10 rpm) dan aduklah
selama 1 menit.
o Segera ambil pasta semen dari mangkuk dan bentuklah sebagai bola, dan
tekankan ke dalam cincin konis sesuai cara dalam penentuan konsistensi normal.
o Segera masukkan benda coba tersebut ke dalam ruang lembab dan biarkan di
sana terus kecuali bila mau dipakai untuk percobaan.
o Setelah 30 menit di dalam ruang lembab, tempatkan benda coba pada alat vicat.
Turunkan jarum D sehingga menyentuh permukaan pasta semen. Keraskan
sekrup E dan geser jarum penunjuk F pada bagian atas dari skala dan lakukan
pembacaan awal.
o Lepaskan batang B dengan memutar sekrup E dan biarkan jarum mapan pada
permukaan pasta untuk 30 detik. Adakan pembacaan untuk menetapkan
dalamnya penetrasi. Apabila pasta ternyata terlalu lembek, lambatkan penurunan
batang B untuk mencegah melengkungnya jarum.
o Jarak antara setiap penetrasi pada pasta tidak boleh lebih kecil dari 6 mm, untuk
semen tipe I, percobaan dilakukan dengan segera setelah diambil dari ruang
lembab dan setiap 15 menit sesudahnya sampai tercapai penetrasi sebesar 25
mm atau kurang. Untuk semen tipe III, percobaan dilakukan segera setelah
diambil dari ruang lembab dan setiap 10 menit sesudahnya sampai tercapai
penetrasi sebesar 25 mm atau kurang.
o Gambarkan dalam suat grafik, besarnya penetrasi jarum vicat sebagai fungsi dari
waktu untuk semen-semen tipe I atau III.
o Catat semua hasil percobaan penetrasi. Tentukan waktu tercapainya penetrasi
sebesar 25 mm. Inilah waktu ikat.

Alat Gillmore :
o Tempatkan sudu serta mangkuk (kering) pada posisi mengaduk pada alat aduk.
o Tempatkan bahan-bahan untuk satu “BATCH” ke dalam mangkuk dengan cara
sebagai berikut :
 Masukkan semua air pencampur yang jumlahnya telah ditetapkan
sebelumnya dalam pembuatan pasta semen dengan konsistensi normal untuk
semen 500 gram.
 Tambahkan 500 gram semen pada air tersebut dan biarkan menyerap untuk
30 detik.
o Jalankan alat aduk dengan kecepatan rendah (140  5 rpm) selama 30 detik.
o Hentikan alat aduk selama 15 detik dan koreklah semua pasta dari sisi mangkuk.
o Bentuklah suatu lingkaran pipih dari pasta dengan diameter 75 mm dan tebal 12
mm. Ditengah-tengah lingkaran pipih tersebut datar ditengah dan menipis ke
arah pinggir.
Pembuatan lingkaran pipih tersebut dilakukan pada kaca datar bersih berukuran
10 x 10 cm.
o Tempatkan benda coba (beserta kacanya) ke dalam ruang lembab, dan biarkan
di sana terus, kecuali bila akan dilakukan percobaan.
o Peganglah jarum-jarum ke dalam posisi vertikal dan letakkan ujung-ujungnya
pelan-pelan pada permukaan pasta.
o Bila jarum tekanan rendah tidak memberi bekas pada pasta, maka pasta telah
mencapai waktu ikat mula. Bila jarum tekanan tinggi tidak memberi bekas pada
pasta, maka pasta telah mencapai waktu ikat akhir.
o Catatlah waktu-waktu ikat awal dan ikat akhir.
o Buatlah tabel yang menunjukkan perbedaan-perbedaan dalam waktu (menit)

d. KEKUATAN TEKAN, TARIK AKSIAL DAN TARIK LENTUR MORTAR


d.1 TUJUAN PENGUJIAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan :
a. kekuatan tekan mortar semen portland dengan contoh benda uji berbentuk kubus
berukuran (5 x 5 x 5) cm.
b. Kekuatan tarik aksial mortar semen portland dengan contoh benda uji Briquette
c. Kekuatan lentur tarik mortar semen portland dengan benda uji (40x40x160) mm

d.2 PERALATAN
a. Neraca, kapasitas 2000 gram dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh.
b. Gelas ukur, dengan ketelitian 2 ml. Alat pengaduk, (ASTM C.305-65). Gambar
no. 2 PA – 0103-76.
c. Stop watch, sendok perata, dan pengukur leleh.
d. Meja leleh (flow table, ASTM C.230-68).
e. Cetakan kubus (5 x 5 x 5) cm, dan alat pemadat.
f. Mesin tekan, dengan ketelitian pembacaan 1%
g. Pasir Ottawa.
h. Air suling  500 cm3.
i. Cetakan Briquette
j. Cetakan (4 x 4 x 16) cm

Gambar 9 : Aparatus pemeriksaan mortar semen

d.3 BENDA UJI


o Kubus mortar berukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm.
o Briquette mortar
o Balok mortar (4 x 4 x 16) cm

d.4 PROSEDUR PENGUJIAN


a. Masukkan air pencampur berupa air suling sebanyak 30 % dari berat semen
ke dalam mangkok alat pengaduk.
b. Timbanglah 500 gram semen dan masukkan ke dalam mangkok.
c. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (145  5) putaran per menit (rpm)
selama 30 detik.
d. Masukkan pasir Ottawa sebanyak 1375 gram perlahan-lahan sambil pengaduk
dijalankan dengan kecepatan (145  5) putaran per menit (rpm) selama 30 detik.
e. Hentikan mesin pengaduk, naikkan kecepatan putaran menjadi (285  10) rpm
dan jalankan selama 30 detik.
f. Hentikan mesin pengaduk, segera bersihkan mortar yang menempel pada
pinggir mangkok selama 15 detik. Kemudian biarkan mortar selama 75 detik.
g. Aduk lagi mortar dengan kecepatan pengaduk (285  10) rpm selama 1 menit.
h. Lakukan percobaan leleh dengan mengisikan mortar ke dalam cincin yang
terletak di atas meja leleh, cincin diisi dalam 2 lapis, setiap lapis dipadatkan
dengan menumbuk sebanyak 20 kali. Ratakan permukaan mortar dengan
sendok perata, angkatlah cincin dan getarkan meja leleh sebanyak 25 kali
selama 15 detik.
i. Ukurlah diameter leleh, sekurang-kurangnya pada 4 tempat dan ambil harga
rata-rata. (diameter leleh harus antara 100 – 115% dari diameter semula).
j. Apabila diameter leleh yang disyaratkan belum didapat, ulanglah pekerjaan dari a
sampai i dengan mengubah kadar air.
k. Setelah diameter leleh yang disyaratkan didapat, mortar dimasukkan ke dalam
mangkok dan diaduk dengan kecepatan pengaduk (285  10) putaran per menit
(rpm) selama 15 detik.
l. 30 detik setelah selesai pengadukan, cetaklah mortar dengan cetakan kubus 5 x
5 x 5 cm; cetakan diisi dalam 2 lapisan dimana setiap lapisan dipadatkan dengan
penumbuk sebanyak 32 kali dalam 4 putaran . Keseluruhan waktu yang
digunakan untuk mencetak tidak boleh lebih dari 2 menit.
m. Ratakan permukaan mortar dengan sendok perata kemudian simpan di atas
“moist cabinet” selama 24 jam.
n. Bukalah cetakan dan rendamlah mortar dalam air bersih kemudian periksalah
kekuatan tekan mortar pada Mesin Tekan sesuai dengan umur yang diinginkan,
biasanya pada umur 3, 7, dan 28 hari. Demikian juga kekuatan tarik aksial dan
tarik lentur diperiksa dengan menggunakan mesin Flexure – Tensile Testing.

D.5 PERHITUNGAN
Beban maksimum
o Kekuatan tekan mortar = kg/cm2.
Luas permukaan benda uji
Gaya aksial
o Kekuatan tarik aksial mortar = kg/cm2.
Luas penampang putus
M omenmaksimum
o Kekuatan tarik lentur mortar = kg/cm2.
M omen tahanan penampang

Anda mungkin juga menyukai