1
PRODI/KONSENTRASI : TEKNIK SIPIL / TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
Jl. Bendungan Sigura-gura No. 2 Telp. (0341) 551951 - 551431 Psw. 256 Malang 65145
DIKTAT KULIAH
TEKNOLOGI BAHAN
TEMA
TEKNOLOGI BETON DAN KONTROL KUALITAS
Disusun Oleh :
1. PENGERTIAN BETON
BETON
Beton adalah suatu baham bangunan yang terbuat dari bahan – bahan yang
dicampur dengan nilai perbandingan isi (volume) maupun perbandingan berat. yang
membentuk massa yang padat
Bahan – bahan tersebut adalah :
· Semen Portland ( atau semen hidrolik lainnya )
· Agregat halus ( Pasir )
· Agregat kasar ( Kerikil / batu pecah )
· Air
· Bahan tambahan
BETON RINGAN
Adalah beton yang mengandung agregat ringan atau yang dibuat dengan
bahan agregat ringan (baik pasir maupun kerikilnya) dan mempunyai berat per
satuan volumenya tidak lebih dari 1900 Kg/m3
BETON RINGAN – PASIR
Adalah betong ringan yang semua agregat halusnya merupakan pasir
dengan berat normal
BETON RINGAN – TOTAL
Adalah beton ringan yang agregat halusnya bukan merupakan pasir alami
BETON NORMAL
Adalah beton yang dibuat dengan memakai agregat alam tanpa dipecah atau
dipecah (buatan) dan mempunyai berat per satuan volume antara 2200 Kg/m3
sampai 2500 Kg/m3
BETON POLOS
Adalah masa / elemen beton tanpa tulangan atau mempunyai tulangan tetapi
kurang dari ketentuan minimumnya.
BETON PRACETAK
Adalah elemen atau komponen beton tanpa dan atau dengan tulangan yang
dicetak terlebih dahulu sebelum dirakit menjadi satu kesatuan bangunan
BETON BERTULANG
Adalah beton yang diisi oleh susunan tulangan ( berkas tulangan ) yang
direncanakan dan terbuat dari baja (atau bahan lain seperti : rotan , bambu dll ) yang
secara homogen membentuk suatu kekuatan untuk bersama-sama memikul beban
yang bekerja . Mutu beton yang digunakan harus fc’ = 20 MPa
BETON PRATEGANG
Adalah semacam beton bertulang tetapi memakai kawat baja yang bermutu
tinggi sebagai pengganti tulangan yang disebut : TENDON dimana akan
memberikan gaya tekan pada setiap penampang beton setelah tendon tersebut
ditarik dengan suatu gaya tertentu. Disarankan menggunakan mutu beton diatas 45
MPa
KLASIFIKASI BETON
· Beton mutu normal ( mutu sedang ) f’c = 20 MPa s/d 50 MPa
· Beton mutu tinggi f’c = 50 MPa s/d 80 MPa
· Beton mutu sangat tinggi f’c = 80 MPa
BAB II
BAHAN SEMEN dan PERSYARATANNYA
SEMEN PORTLAND
Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan Klenker yang terutama terdiri dari Silikat-silikat kalsium yang bersifat
hidrolis, dan bahan tambahan yang biasa digunakan adalah : Gypsum
Dari definisi semen Portland diatas bahwa semen Portland dibuat dari
Cacareous seperti Batu kapur (Limestone atau kapur), dan bahan silica atau alumina
yang terdapat dalam tanah liat (Clay atau Silt). Dimana batu kapur mengandung
CaO, Lempung mengandung komponen SiO2 (Silika dioksida) dan AL2O2 (oksida
alumina), FeO3 (oksida besi).
Pada dasarnya proses pembuatan semen Portland terdiri dari Penggilingan,
Pencampuranmenurut suatu proses tertentu dan Pengawasan harus ketat. Dengan
penggilingan dari Klinker bulat yang diputar disertai pemanasan mancapai 1450° C
material akan menjadi klinker. Klinker ini dipindahkan dan digiling sampai halus (fine
powder) disertai penambahan 3 – 5 % gips (gypsum) untuk mengendalikan seting
time akan menghasilkan semen portland yang siap untuk digunakan sebagai bahan
pengikat dalam pembuatan beton
Proses penggilingan bahan semen dapat dalam kondisi basah dan kondisi kering ,
masing-masing disebut proses basah dan proses kering
gram sedangkan untuk semen yang cepat mengeras (jenis III) 3200 cm² per gram
a.2 PERALATAN
a. Botol Le Chatelier.
b. Kerosin bebas air atau naptha dengan berat jenis 62 API.
Dimana :
(V2-V1) = isi cairan yang dipindahkan oleh semen dengan berat tertentu.
Berat jenis semen portland sekitar 3,15. pengujian minimal dibuat dua kali (duplo);
selisih yang diijinkan 0,01.
b.5 LAPORAN
a. Catatlah jumlah air yang diperlukan untuk mencapai konsistensi normal.
b. Gambarkan grafik yang menunjukkan hubungan antara kedalaman penetrasi jarum
dan kadar air (%) dalam pasta semen.
Alat Gillmore :
o Tempatkan sudu serta mangkuk (kering) pada posisi mengaduk pada alat aduk.
o Tempatkan bahan-bahan untuk satu “BATCH” ke dalam mangkuk dengan cara
sebagai berikut :
Masukkan semua air pencampur yang jumlahnya telah ditetapkan
sebelumnya dalam pembuatan pasta semen dengan konsistensi normal untuk
semen 500 gram.
Tambahkan 500 gram semen pada air tersebut dan biarkan menyerap untuk
30 detik.
o Jalankan alat aduk dengan kecepatan rendah (140 5 rpm) selama 30 detik.
o Hentikan alat aduk selama 15 detik dan koreklah semua pasta dari sisi mangkuk.
o Bentuklah suatu lingkaran pipih dari pasta dengan diameter 75 mm dan tebal 12
mm. Ditengah-tengah lingkaran pipih tersebut datar ditengah dan menipis ke
arah pinggir.
Pembuatan lingkaran pipih tersebut dilakukan pada kaca datar bersih berukuran
10 x 10 cm.
o Tempatkan benda coba (beserta kacanya) ke dalam ruang lembab, dan biarkan
di sana terus, kecuali bila akan dilakukan percobaan.
o Peganglah jarum-jarum ke dalam posisi vertikal dan letakkan ujung-ujungnya
pelan-pelan pada permukaan pasta.
o Bila jarum tekanan rendah tidak memberi bekas pada pasta, maka pasta telah
mencapai waktu ikat mula. Bila jarum tekanan tinggi tidak memberi bekas pada
pasta, maka pasta telah mencapai waktu ikat akhir.
o Catatlah waktu-waktu ikat awal dan ikat akhir.
o Buatlah tabel yang menunjukkan perbedaan-perbedaan dalam waktu (menit)
d.2 PERALATAN
a. Neraca, kapasitas 2000 gram dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh.
b. Gelas ukur, dengan ketelitian 2 ml. Alat pengaduk, (ASTM C.305-65). Gambar
no. 2 PA – 0103-76.
c. Stop watch, sendok perata, dan pengukur leleh.
d. Meja leleh (flow table, ASTM C.230-68).
e. Cetakan kubus (5 x 5 x 5) cm, dan alat pemadat.
f. Mesin tekan, dengan ketelitian pembacaan 1%
g. Pasir Ottawa.
h. Air suling 500 cm3.
i. Cetakan Briquette
j. Cetakan (4 x 4 x 16) cm
D.5 PERHITUNGAN
Beban maksimum
o Kekuatan tekan mortar = kg/cm2.
Luas permukaan benda uji
Gaya aksial
o Kekuatan tarik aksial mortar = kg/cm2.
Luas penampang putus
M omenmaksimum
o Kekuatan tarik lentur mortar = kg/cm2.
M omen tahanan penampang