ABSTRAK
Perkembangan wilayah perkotaan secara fisik ditandai oleh pertumbuhan pesat pada kawasan
pinggiran kota yang dikenal sebagai proses suburbanisasi. Wilayah suburbanisasi tersebut dikenal
sebagai Wilayah Peri-Urban (WPU). Kecamatan Bojong Gede merupakan salah satu Kecamatan yang
terletak di Kabupaten Bogor, dengan tingkat pertumbuhan wilayah yang sangat tinggi, hal tersebut
tidak terlepas dari pengaruh wilayah sekitarnya yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Bojong
Gede yaitu Kota Bogor, Kota Depok, dan Cibinong. Dengan demikian tingkat pertumbuhan
Kecamatan Bojong Gede serta kenampakan fisik perkotaan sangat tinggi, sehingga Kecamatan
Bojong Gede menjadi wilayah transisi antara desa kota yang disebut WPU. Pertumbuhan WPU
memberikan berbagai dampak pada perkembangannya baik secara fisik, ekonomi maupun sosial.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dinamika pertumbuhan WPU Kecamatan Bojong Gede
pada tahun 2005-2017. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pengumpulan data
primer, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi lapangan dan dokumentasi.
Serta pengumpulan data sekunder meliputi studi literatur dan survei instansi. Metode analisis yang
digunakan yaitu metode analisis deskriptif kuantitaif dengan metode skoring dan pembobotan serta
analisis GIS. Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa pertumbuhan kawasan terbangun WPU
Kecamatan Bojong Gede pada tahun 2005-2017 sebesar 1038.98 Ha (43%). Pada tahun 2005-2009
yaitu 293.33 Ha (30%), pada tahun 2009-2013 yaitu 322.04 Ha (24%), dan pada tahun 2013-2017,
yaitu 423.61 Ha (24%). Arah pertumbuhan kawasan terbangun WPU memiliki karakteristik
memanjang (linier).
Kata Kunci : Dinamika, Pertumbuhan, Wilayah Peri Urban (WPU).
1
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan
pertumbuhan WPU melalui perubahan tutupan terhadap tingginya perkembangan Kecamatan
lahan dengan mengklasifikasikan antra lahan Bojong Gede. Untuk mengidentifikasi
terbangun dan non terbangun, untuk dinamika pertumbuhan WPU Kecamatan
memperkuat penelitian tersebut peneliti akan Bojong Gede, maka dilakukan analisis dengan
melihat bagaimana pertumbuhan WPU dari melihat pertumbuhan kawasan terbangun dan
tahun 2005-2017, dengan melihat dari empat kawasan tidak terbangun, pertumbuhan
titik tahun pengamatan perubahan tutupan kawasan terbangun menjadi acuan dalam
lahan melalui citra satelit yaitu pada tahun melihat dinamika pertumbuhan wilayah peri
2005, 2009, 2013 dan 2017, dari ke empat urban, dan untuk melihat arah pergerakan
tahun pengamatan tersebut maka dapat kawasan terbangun di Kecamatan Bojong,
diketahui bagaimana dinamika pertumbuhan sehingga dilakukan analisis sebagai berikut.
kawasan terbangun di Kecamatan Bojong
Gede. Berdasarkan latar belakang yang telah 1. Tutupan Lahan Kecamatan Bojong
dipaparkan, tujuan penelitian ini adalah : Gede
1. Mengidentifikasi dinamika pertumbuhan Untuk mengamati pertumbuhan kawasan
Wilayah Peri Urban di Kecamatan Bojong terbangun yaitu dengan melakukan interpretasi
Gede pada tahun 2005-2017. citra satelit pada 4 titik tahun pengamatan,
pada setiap tahun pengamatan akan dilakukan
II. METODE PENELITIAN
digitasi untuk mengklasifikasikan antara lahan
terbangun dan lahan tidak terbangun, sehingga
Meteode penelitian yang dilakukan antara
menghasilkan peta tutupan lahan dan hasil
lain metode pengumpulan data primer dengan
perhitungan data untuk melihat dinamika
cara observasi dan dokumentasi. Metode
pertumbuhan WPU Kecamatan Bojong Gede.
pengumpulan data sekunder meliputi studi
dari data tersebut maka akan diketahui jumlah
literatur, dan survei instansi.
pertambahan kawasan terbangun, presentase
Metode Analisis yang digunakan yaitu pertumbuhan kawasan terbangun, serta melihat
metode analisis deskriptif kuantitaif, metode pergerakan dan kecepatan pertumbuhan WPU
analisis GIS yaitu metode overlay. Metode Kecamatan Bojong Gede. Untuk lebih jelasnya
analisis GIS digunakan untuk mengidentifikasi peta tutupuan lahan Kecamatan Bojong Gede
dinamika pertumbuhan wilayah peri urban pada tahun 2005, 2007, 2013 dan 2014
(WPU) yang dilihat dari pertumbuhan disajikan pada gambar 1, gambar 2, gambar 3
kawasan terbangun dan tidak terbangun di dan gambar 4.
Kecamatan Bojong Gede. Untuk mengetahui
pertumbuhan kawasan terbangun dan tidak
terbangun dilihat dari peta tutupan lahan pada
tahun 2005-2017.
2
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan
lainnya yang mendorong pada pertumbuhan
yang menjalar dan meluas ke desa-desa
disekitarnya. Untuk melihat pertumbuhan
kawasan terbangun disajikan pada tabel 1,
tabel 2, dan gambar 6.
Pertumbuhan kawasan terbangun
mengalami peningkatan yang pesat di tahun
2005 – 2009, hal tersebut karena pada tahun
2005 kawasan terbangun masih sangat sedikit,
dengan kenampakan fisik yang masih
Gambar 2. Tutupan Lahan Tahun 2009 didominasi oleh kawasan perdesaan.
Peningkatan pertumbuhan penduduk dan
kawasan terbangun dipicu oleh meningkatnya
pertumbuhan pembangunan di perkotaan inti
(Urban Core) sehingga berdampak pada
wilayah sekiatnya.
3
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan
geografis yang berbatasan langsung dengan
kawasan perkotaan, yang berakibat pada
perubahan kenampakan fisik kekotaan yang
terus semakin meluas dan kenampakan fisik
pedesaannya pun semakin berkurang. Pada
tahun 2013 dan pada tahun 2017 pertumbuhan
kawasan terbangun tidak secepat pada tahun
2005 – 2009, hal tersebut karena semakin
tinggi kawasan terbangun, maka akan semakin
berkurang kawasan tidak terbangun, sehingga
kecepatan pertumbuhan kawasan terbangun 2013 2017
menurun, karena wilayah wilayah yang akan Gambar 6. Pertumbuhan Wilayah Terbangun
dijadikan sebagai kawasan terbangun terus Pada Tahun 2005-2017
berkurang, begitupun dengan presentase
3. Pergerakan Pertumbuhan Wilayah Peri
pertambahan kawasan terbangun yang
Urban
menunjukan presentase angka yang sama
antara pertambahan kawasan terbangun pada Pergerakan pertumbuhan WPU
tahun 2009 – 2013, dan pada tahun 2013 –
Kecamatan Bojong Gede memiliki
2017 dengan presentse yang sama yang
karakteristik memanjang (linier) hal ini dapat
mengalami penurunan pada kecepatan dilihat pada pertumbuhan yang cenderung
pertumbuhan kawasan terbangun. Untuk lebih memanjang mengikuti jaringan jalan, setiap
jelasnya disajikan pada gambar 6.
ada jalan baru, maka akan ada permukiman
Dinamika pertumbuhan kawasan terbangun yang baru bermunculan. Seperti yang
di Kecamatan Bojong Gede pada setiap tahun dijelaskan dalam teori sebelum nya bahwa
pengamatan terus bertambah, kawasan perkembangan fisik kota yang mengikuti pola
terbangun terus meningkat, namun kecepatan jaringan jalan dan menunjukan penjalaran
pertumbuhan kawasan terbangun terus yang tidak sama pada setiap bagian
menurun. Pertumbuhan kawasan terbangun perkembangan kota disebut dengan
tidak secepat pada tahun pengamatan awal, perkembangan fisik memanjang/linier
Hal tersebut dipengaruhi oleh semakin (ribbon/linear/axsial development). Mengacu
berkurangnya lahan yang masih tidak pada teori tersebut maka sangat relevan
terbangun. sehingga perkembangan dimasa apabila pertumbuha wilayah peri urban di
yang akan pertumbuhan kawasan terbangun Kecamatan Bojong Gede mempunyai cirikhas
bukan lagi secara horizontal, melainkan secara yaitu linier. Untuk lebih jelasnya disajikan
vertikal. pada tabel 3.
4
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan
3 2013-2017 Pertumbuhan kawasan terbangun semkain IV. KESIMPULAN
menjalar ke semua desa dan manunjukan
kepadatan yang terus meningkat. Faktor
utama pertumbuhan kawasan terbangun Hasil penelitian menunjukan bahwa
menjalar ke semua desa yaitu aksesibilitas
jalan yang semakin meningkat pertumbuhan wilayah peri urban Kecamatan
Sumber : Analisis 2018 Bojong Gede selama kurun waktu 12 tahun
yaitu dari tahun 2005 – 2017 mengalami
Dari tabel diatas menunjukan arah peningkatan yang sangat signifikan, dengan
pertumbuhan WPU Kecamatan Bojong Gede, pertambahan kawasan terbangun mencapai
arah pertumbuhan kawasan terbangun dapat 43%. Luas lahan terbangun pada tahun 2005
diamati dari perkembangan wilayah-wilayah yaitu 24% dan lahan tidak terbangun 76%.
yang merupakan kawasan pertanian Sedangkan pada tahun 2017 luas lahan
mengalami perubahan menjadi kawasan terbangun mencapai 61% dan luas lahan tidak
terbangun. pada setiap tahun pengamatan terbangun mencapai 39%. Presentasi tersebut
menunjukan adanya penjalaran mengikuti menunjukan tingginya angka pertumbuhan
jaringan jalan, pada setiap permukiman- kawasan terbangun dan tingginya konversi
permukin yang sudah ada perlahan mulai lahan di Kecamatan Bojong Gede. Pergerakan
tumbuh rumah rumah baru, sehingga akan pertumbuhan wilayah peri urban Kecamatan
terus menjalar ke wilayah pinggirnya. Bojong Gede memiliki karakteristik
Peningkatan kawasan terbangun menglami memanjang (linier) yang cenderung mengikuti
pertumbuhan yang sangat tinggi pada kurun aksesibilitas jalan.
waktu 4 tahun terkahir, yaitu pada tahun 2013-
2017. Untuk lebih jelasnya disajikan pada V. SARAN
gambar 7.
Pertumbuhan wilayah peri urban
merupakan bentuk transformasi antara
perubahan kawasan pedesaan menjadi
kawasan perkotaan (sub urbanisasi), wilayah
tersebut merupakan perpaduan antara desa-
kota yang di sebut dengan wilayah peri urban
(WPU) Dalam peroses tranformasi tersebut
perlu adanya pengawasan dan pengendalian
terhadap perkembangan wilayah peri urban.
Perlu adanya pengendalian pertumbuhan
penduduk, agar perkembangan WPU
2005 2009 Kecamatan Bojong Gede dapat dikendalikan,
terutama pada desa dengan tingkat
pertumbuhan kawasan terbangun yang sangat
tinggi. Pengendalian permukiman dan
pertumbuhan pembangunan bangunan yang
tidak permanent dan tidak memiliki ijin, agar
tidak menjadi kawasan yang acak dan tidak
beraturan (Urban Sprawl). Dengan adanya
pengendalian tersebut, akan memberikan
dampak terhadap pertumbuhan perkotaan baru
yang lebih baik dan dengan perencanaan yang
2013 2017
Gambar 7. Arah Perkembangan Kawasan sustainable untuk membrikan kenyamanan
Terbangun WPU Kecamatan Bojong Gede. bagi penduduk nya.
5
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan
DAFTAR PUSTAKA ------------. 2016. Peraturan Daerah Kabupaten
Bogor No. 11 Tahun 2011 tentang Rencana
Bintarto, 1977. Pola Kota dan Tata Ruang Kabupaten Bogor Tahun 2016-
Permasalahannya. Yogyakarta: Fakultas 2036.
Geografi UGM.
[URDI] Urban and Regional Development
Daldjoeni, N. 1998. Geografi Kota dan Desa. Institute, 2011. Bunga Rumpai : Pembangunan
Bandung: Penerbit Alumni. Kota Indonesia dalam Abad 21: Konsep dan
Pendekatan Perkotaan di Indonesia. YSS,
Hadi, M.A. 2013. Urban Sprawl di Kota Jakarta.
Semarang : Karakteristik dan Evaluasinya
Terhadap Rencana Detil Tata Ruang Kota. Yunus, H.S. 2008. Dinamika Wilayah Peri -
Skripsi. Fakultas Geografi. Universitas Gajah Urban: Determinan Masa Depan Kota.
Mada. Yogtakarta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
6
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan