Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

Dosen Pengampuh Mata Kuliah:Ns.Dwi Esti Handayani, S.Kep

“INC: keadaan ibu (pendarahan dan penyertaan penyakit bawaan saat hamil)”

NAMA KELOMPOK

Reski Fatika Sari (219031)

Nur Annisa Juliana Ananda (219026)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN PELAMONIA
MAKASSAR 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa atas selesainya
penyusunan makalah KEPERAWATAN MATERNITAS yang berjudul “INC: keadaan ibu
(pendarahan dan penyertaan penyakit bawaan saat hamil)” dengan tepat pada
waktunya.

Kami berterima kasih kepada dosen mata kuliah KEPERAWATAN


MATERNITAS yang telah memberikan tugas ini kepada kami sebagai wahana agar
melatih keterampilan dan kemampuan dalam menyusun makalah ini. Kami menyadari
bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami meminta kepada
pembaca agar saran dan kritiknya disampaikan agar kami bisa menyusun makalah
yang lebih baik lagi.

Demikianlah apa yang bisa kami sampaikan semoga makalah ini bisa berguna
bagi semua orang terutama bagi kami sendiri. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian pendarahan pascapersalinan

B. Macam-macam pendarahan pascapersalinan

C. Penyertaan bawaan saat hamil

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai dari setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil,
berlangsung kira-kira 6 minggu. Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini
karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60%
kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa
nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Perdarahan post partum adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam setelah
persalinan berlangsung. Perdarahan postpartum dibagi menjadi perdarahan
postpartum primer dan sekunder. Perdarahan postpartum primer terjadi dalam 24
jam pertama. Penyebab utama perdarahan postpartum primer adalah atonia uteri,
retensio plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir. Perdarahan post partum
sekunder terjadi setelah 24 jam pertama. Penyebab utama perdarahan post partum
sekunder adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membran (Manuaba,
2010. Hal: 395). Sebagian plasenta tertinggal disebut “sisa plasenta” atau plasenta
rest. Gejala klinis sisa plasenta adalah terdapat subinvolusi uteri, terjadi perdarahan
sedikit yang berkepanjangan, dapat juga terjadi perdarahan banyak mendadak
setelah berhenti beberapa waktu, perasaan tidak nyaman pada perut bagian
bawah. Untuk menghindari terjadinya sisa plasenta dapat dilakukan dengan
membersihkan kavum uteri dengan membungkus tangan dengan sarung tangan
sehingga kasar, mengusapnya sehingga mungkin sisa membran dapat sekaligus
dibersihkan, segera setelah plasenta lahir dilakukan kuretase menggunakan kuret
postpartum yang besar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendarahan pasca persalinan ?
2. Apa macam-macan pendarahan pasca persalinan ?
3. Apa penyakit bawaan saat hamil ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pendarahan pasca persalinan.
2. Untuk mengetahui macam-macanpendarahan pasca persalinan.
3. Untuk mengetahui penyakit bawaan saat hamil.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendarahan Pasca Persalinan
Perdarahan postpartum adalah perdarahan atau hilangnya darah 500 cc atau
lebih yang terjadi setelah anak lahir. Perdarahan postpartum merupakan penyebab
tak terduga dan penyebab tercepat kematian ibu di seluruh dunia. Di Indonesia
setiap tahunnya paling sedikit 128.000 perempuan mengalami perdarahan
postpartum sampai meninggal. (A.Fahira Nur, Abd. Rahman,Herman Kurniawan,
2019)
Pendarahan pascapersalinan adalah pendarahan yang terjadi saat setelah
proses persalinan berlangsung sesaat proses persalinan berlangsung dengan
volume pendarahan melebihi dari 500 ml. Kondisi pada saat dalam persalinan
menyebabkan kesulitan untuk menentukan volume perdarahan yang terjadi karena
bercampur dengan air kebutuhan, dan serapan pakaian atau kain alas tidur. Oleh
sebab itu operasional untuk periode pascapersalinan adalah setelah bayi lahir.
Sedangkan seorang pasien disebut mengalami perdarahan apabila terjadi
perubahan tanda vital seperti lemas, berkeringat dingin, menggigil, hiperupneu dan
selanjutnya. (nurhidayati, 2019)
B. Macam-macam pendarahan pascapersalinan
Perdarahan pascapersalinan dibagi menjadi dua yaitu perdarahan pasca
persalinan primer dan sekunder.
1. Perdarahan pascapersalinan primer yaitu 24 jam pertama dan biasanya
disebabkan oleh atonia uteri, retensio plasenta, retensio sisa plasenta, robekan
jalan lahir, dan inversion uteri.
a. Atonia uteri
Dalam buku yang ditulis faisal (2008) dijelaskan apabila atonia uteri
merupakan kegagalan meometrium untuk berkontraksi setelah persalinan
sehingga uterus dalam keadaan relaksasi penuh, melebar, lembak,dan tidak
mampu menjalankan fungsi oklusi pembuluh darah. Akibat dari atonia uteri
ini adalah terjadinya perubahan. Perdarahan pada atonia uteri ini berasal dari
pembuluh darah yang terbuka pada bekas menempelnya plasenta yang
lepas Sebagian atau lepas keseluruhan.
Ketidakmampuan meometrium untuk berkontraksi akan menyebabkan
perdarahan pascapersalinan. Adapun penyebab atau yang dapat
menyebabkan atonia uteri adalah akibat dari partus lama, pembesaran
uterus yang berlebihan pada waktu hamil, multiparitas, anastesi yang dalam,
serta anestesi lumbal. Selain karna sebab tersebut , atonia uteri juga dapat
timbul karna salah penanganan kala III persalinan. Kesalahan tersebut yaitu
memijat uterus dan mendorongnya kebawah dalam usaha melahirkan
plasenta, dimana sebenarnya belum terlepas dari dinding uterus.
(wiknjosastro, 2005)
b. Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir setengah
jam setelah janin lahir. Kondisi tersebut disbabkan karna plasenta belum
lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas, akan tetapi belum
dilahirkan. Bila plasenta belum lepas sama sekali maka tidak akan terjadi
perdarahan. Namun apabila Sebagian plasenta sudah lepas akan terjadi
perdarahan, dan ini merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya.
Beberapa penyebab plasenta belum lepas dari dinding uterus yaitu karena
kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta ( placenta
adhesive), plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vill korialis
menembus desidua sampai myometrium (plasenta akreta), serta plasenta
melekat erat pada din ding uterus oleh sebab villi koliaris menembus sampai
dibawah peritonium (plasenta perkreta). Adanya plasenta yang sudah lepas
dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan oleh tidak adanya
usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III, sehingga
terjadi kontriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya
plasenta (inkarserasio plasenta).
c. Retensio sisa plasenta
Retensio sisa plasenta adalah keadaan plasenta yang tidak lepas
sempurna dan meninggalkan sisa. Keadaan tersebut dapat berupa fragmen
plasenta atau selaput ketuban yang dapat minimbulkan pendarahan.
Perdarahan postpartum yang terjadi segera jarang disebabkan oleh retensi
bagian kecil plasenta. Inspeksi segera setelah persalinan bayi harus menjadi
tindakan rutin. Jika pada bagian plasenta yang hilang, uterus terus
diekplorasi dan potongan plasenta di keluarkan ( faisal, 2018).
d. Robekan jalan lahir
Robekan jalan lahir dapat terjadi bersamaaan dengan atonia uteri.
Perdarahan pascapersalinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya
disebabkan oleh robekan serviks atau vagina. Setelah persalinan, harus
dilakukan pemeriksaan vulva dan perineum. Pemeriksaan vagina dan serviks
dengan spekulum juga perlu dilakukan setelah persalinan. Robekan jalan
lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang bervariasi
banyaknya. Pendarahan yang berasal dari jalan lahir harus selalu dievaluasi
(sumber dan jumlah pendarahan) sehingga pendarahan jalan lahir dapat
diatasi dengan baik. Sumber pendarahan dapat berasal dari perineum,
vagina, serviks, dan robekan uterus (rupture uteri). Pendarahan dalam
bentuk hematoma dan robekan jalan lahir dengan perdarahan bersifat uterill
atau pecahnya pembuluh darah vena. Untuk dapat menetapkan sumber
perdarahan, dapat dilakukan dengan pemeriksaan dalam dan pemeriksaan
speculum setelah sumber perdarahan diketahui dengan pasti, perdarahan
diberikan dengan melakukan ligasi.
e. Inversio uteri
Inversion uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri masuk kedalam
vakum uteri, dapat secara mendadak atau terjadi perlahan. Pada invesio
uteri bagian atas, uterus memasuki kavum uteri. Peristiwa ini jarang
ditemukan, terjadi tiba-tiba dalam kala III atau setelah plasma keluar. Sebab
inversion uteri yang tersering adalah kesalahan dalam memimpin kala III,
yaitu menekan fondus uteri terlalu kuat dan menarik tali pusat pada plasenta
yang belum terlepas dari insersinya. Menurut perkembangannya inversion
uteri dibagi dalam beberapa tingkat, yaitu fundus uteri menonjol kedalam
kavum uteri, tetapi belum keluar dari ruang tersebut. Korpus uteri yang
terbalik sudah masuk kedalam vagina, seta uterus dengan vagina semuanya
terbalik, untuk Sebagian besar terletak diluar vagina.
2. Perdarahan pascapersalinan sekunder
Perdarahan pascapersalinan sekunder adalah perdarahan lebih dari 500
cc yang terjadi setelah 24 jam pertama setelah anak lahir, biasanya antara hari
ke 5 sampai 15 hari postpartum. Pada kenyataannya sangat sulit untuk membuat
determinasi Batasan pascapersalinan dan akurasi jumlah perdarahan murni yang
terjadi. Batasan operasional untuk periode pascapersalinan adalah periode
waktu setelah bayi dilahirkan. Sedangkan Batasan jumlah perdarahan
merupakan taksiran secara tidak langsung dimana perdarahan abnormal yang
menyebabkan perubahan tanda vital (pasien mengeluh lemas, berkeringat
dingin, menggigil, hiperapneu, sistolik <100 x/menit, kadar Hb <8 g%.
Berikut adalah penyebab perdarahan pascapersalinan sekunder:
a. Sub involasi
Sub involasi adalah kemacetan atau kelembapan involusio yang disertai
pemanjangan periode pengeluaran lokhea dan kadang disebabkan oleh
perdarahan yang banyak. Proses ini dapat diikuti oleh keputihan yang
berlangsung lama dan perdarahan uterus yang tidak teratur atau berlebihan
uterus akan teraba lebih besar dan lebih lunak dari pada keadaan
normalnya.
b. Hematoma vulva
Hematoma vulva adalah didapatnya gumpalan darah sebagai akibat
cedera atau robeknya pembuluh darah wanita hamil aterm tanpa cidera
mutlak pada lapisan jaringan luar. Penyebab utama pada hematoma adalah
akibat dari pertolongan persalinan, karena tusukan pembuluh darah selama
anestesi local atau penjahitan dan dapat juga karena penjahitan luka
episiotomy atau raptur perineuim yang kurang sempurna.
Hematoma vulva didiagnosa berdasarkan nyeri peritoneum hebat dan
kemunculan mendadak benjolan yang tegang, fluktuatif, dan sensitive
dengan ukuran beragam serta perubahan warna kulit diatasnya. Apabila
terbentuk didekat vagina, kadang-kadang massa mungkin tidak terdeteksi,
tetapi gejala-gejala penekanan apabila penekanan bukan nyeri, atau ketidak
mampuan berkemih, sebaiknya segera dilakukan pemeriksaan vagina. Apa
bila meluas ke atas diantara liga mentrum latum, hematoma mungkin lolos
deteksi, kecuali apabila sebagian benjolan dapat diraba dan dipalpasi
abdomen atau terjadi hipovelemia.
c) Retensio sisa plasenta
Retensi sisa plasenta dan kebutuhan yang masih tinggal didalam rongga
rahim dapat menimbulkan perdarahan postpartum dini atau pendarahan
postpartum lambat (biasanya terjadi dalam 6-10 hari pascapersalinan). Pada
perdarahan postpartum dini akibat sisa plasenta ditandai dengar perdarahan
dari rongga rahim setelah plasenta lahir dan kontraksi rahim baik. Pada
perdarahan postpartum lambat gejalanya sama dengan subinvolusi rahim,
yaitu perdarahan yang berulang atau berlangsung terus dan berasal dari
rongga rahim. Pendarahan akibat sisa plasenta jarang menimbulkan syok.
Penilaina klinis sulit untuk memastikkan adanya sisa plasenta, kecuali
apabila penolong persalinan memeriksa kelengkapan plasenta setelah
plasenta lahir. Apabila kelahiran plasenta dilakukan oleh orang lain atau
terdapat keraguan akan sisa plasenta ditemukan dengan eksplorasi dengan
tangan, kuret atau alat bantu diagnostic yaitu ultrasonografi. Pada umumnya
perdarahan dari rongga rahim setelah plasenta lahir dan kontraksi rahim baik
dianggap sebagai akibat sisa plasenta yang tertinggal dalam rongga rahim.
(nurhidayati, 2019)
C. Penyertaan penyakit bawaan saat hamil
Menurut jonson james MD menegaskan situasi kehamilan harus melipat
gandakan daya tahan tubuhnya supaya tidak mudah mengidap penyakit, berikut 5
penyakit yang biasa diidap oleh ibu hamil:
1. Preklampsia
Preklampsia adalah penyakit ibu hamil yang tanda-tanda yang mengiringi
seperti tekanan darah tinggi yang biasanya menyebabkan kurangnya aliran
darah ke plasenta sehingga janin bisa kekurangan nutrisi. Tanda lain adalah
pembengkakan pada tangan dan kaki, sakit kepala, berat badan naik secara
drastic dalam kurung waktu dua minggu dan lain-lain. Banyak minum air putih,
mengurangi konsumsi garam, istirahat total dan melakukan pemeriksaan rutin
kedokter untuk mencegah preeklamsia semakin memburuk.
2. Depresi
Banyak yang menyepelehkan kondisi mood swing ibu hamil. Padahal kalua
kondisi ini dibiarkan bisa menyebabkan penyakit pada ibu hamil. Depresi tidak
dating begitu saja, bisa karena perubahan hormoral, kecemasa, tidur tidak
nyenyak serta kondisi udara yang tidak mendukung situasi ibu hamil saat-saat
tertentu. Kebanyakan ibu hamil enggan mengakui kalau dirinya sedang
mengalami depresi. Sehingga ibu hamil bergemul sendiri dengan emosi-emosi
tidak enak didalam dirinya. Karena itulah penting peranan suami ataupun orang-
orang terdekat untuk lebih peka terhadap kondisi ibu hamil serta memberikan
dukungan melewati masa-masa kehamilannya.
3. Diabetes
Ibu hamil bisa mengidap diabetes gestasional yang terjadi karena perubahan
hormonal. Biasanya ini terjadi karena ibu hamil tidak memerhatikan porsi dan
kandungan nutrisi dalam makanan yang dimakan. Bukan hanya memberikan
dampak pada Kesehatan ibu saja tetapi juga risiko pada janin dalam kandungan.
Bahkan kemungkinan dapat menyebabkan anak mengidap diabetes.
4. Anemia
Anemia adalah penyakit ibu hamil yang biasa mengidap di trimester pertama
dan ketiga. Biasanya terjadi karena pola makan ibu hamil yang tidak
memerhatikan asupan nutrisi terutama zat besi. Gejala anemia yang biasanya
mengidap ibu hamil ditandai dengan merasa cepat Lelah, kulit tampak pucat,
denyut jantung tidak teratur, sesak napas, nyeri dada, rambut rontok, sariawan
dan sakit kepala. Anemia pada ibu hamil dapat membahayakan janin, jabang
bayi bisa tidak mencapai berat minimalnya. Konsumsi protein, sayuran berwarna
hijau gelap, kacang-kacangan dan telur plus tahu sangat disarankan untuk
dikonsumsi kalau ibu hamil saat mengalami anemia.
5. Toksoplasma
Toksoplasma adalah penyakit ibu hamil yang biasanya disebabkan oleh
parasite toksoplasma gondi. Pada dasarnya setiap manusia memiliki system
kekebalan tubuhnya sendiri. Kalaupun kuman masuk tidak akan sampai
menyebabkan penyakit. Problem timbul Ketika daya tahan tubuh lemah sehingga
parasite yang masuk menjadi penyakit dalam tubuh. Tanda-tanda ibu hamil
terserang toksoplasma adalah sakit kepala, pembengkakan getah bening, tubuh
gemetar dan kejang-kejang. Untuk menghindari ini biasanya makan masakan
yang sudah matang benar dan mencuci sayuran sampai bersih dan sebaiknya
jangan terlalu dekat dengan hewan peliharaan dan selalu menjaga kebersihan
dengan mencuci tangan dan kaki sehabis bepergian.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perdarahan postpartum adalah perdarahan atau hilangnya darah 500 cc atau
lebih yang terjadi setelah anak lahir. Perdarahan postpartum merupakan penyebab
tak terduga dan penyebab tercepat kematian ibu di seluruh dunia.
Pendarahan postpartum terbagi atas dua yaitu pendarahan sekunder dan
pendarahan primer. Pendarahan sekunder adalah perdarahan lebih dari 500 cc
yang terjadi setelah 24 jam pertama setelah anak lahir, biasanya antara hari ke 5
sampai 15 hari postpartum. Sedangkan pendarahan primer adalah pendarahan 24
jam pertama dan biasanya disebabkan oleh atonia uteri, retensio plasenta, retensio
sisa plasenta, robekan jalan lahir, dan inversion uteri.
B. Saran
Dengan adanya penulisan ini diharapkan bagi pembaca lebih mengetahui lagi
manfaat dan nilai-nilai yang terkandung dalam makalah ini serta dapat mengetahui
lebih dalam tentang pendarahan pascapersalinan sehingga dapat meningkatkan
motivasi yang tinggi untuk terus belajar.
DAFTAR PUSTAKA

A.Fahira Nur, Abd. Rahman,Herman Kurniawan. (2019, januari). FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERDARAHAN
POSTPARTUM DI RUMAH SAKIT UMUM (RSU)ANUTAPURA PALU. p. 1.

nurhidayati, e. (2019). patologo & fisiologi persalinan distosia dan konsep dasar persalinan. yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai